Intinya pajak terhutang atas tambahan kekayaan. Dalam hal ini, penambah kekayaan kita adalah
penghasilan, seperti gaji, hasil usaha, baik usaha utama atau usaha sampingan, laba atas
penjualan barang, komisi, pemberian jasa seperti jasa perbaikan, jasa perantara, dll. (Tetapi ada
beberapa jenis penghasilan yang tidak terhutang pajak seperti pembayaran dari asuransi
kesehatan/jiwa/beasiswa, penerimaan dalam bentuk natura seperti makan minum, tamasya,dll .
Selain itu ada juga penghasilan yang tidak dihitung agi lpajaknya karena merupakan penghasilan
yang sudah dipungut pajak final seperti bunga dan jual/beli saham yang ada di bursa ).
Kemudian tambahan kekayaan tersebut, dikurangi dengan biaya jabatan (maksimal 6 jt/thn atau
5% dari jumlah penghasilan) atau dikurangi dengan biaya pensiun (maks Rp. 2,4 jt/thn atau 5%
dari jumlah pensiun), dan dikurangi juga dengan iuran pensiun (bila ada, bagi pegawai).
Penghasilan yang sudah dikurangi biaya jabatan/biaya pensiun dikurangi lagi dengan
penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Jumlah PTKP ini bervariasi, perinciannya sbb.
- K/I/0/1/2/3 = kawin dan penghasilan isteri yang bekerja bukan sebagai pegawai, atau bekerja
pada bukan pemotong PPh, atau bekerja lebih dari 1 kantor, dan penghasilan istri ini digabung ke
penghasilan suami, maka mendapat tambahan PTKP Rp. 15.840.000
- PH/0/1/2/3 = Wajib Pajak kawin yang pisah harta , PTKP = Rp. 15.840.000 di tambah
banyaknya tanggungan x Rp. 1.320.000
- HB/0/1/2/3 = Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah, PTKP = Rp. 15.840.000 di tambah
banyaknya tanggungan x Rp. 1.320.000
Sedangkan untuk menghitung berapa pajak penghasilan yang terhutang, maka penghasilan yang
sudah dikurangi biaya jabatan/pensiun dan PTKP, dihitung dengan tarif sesuai besaran lapisan
penghasilan sbb.
Pajak yang masih harus dibayar di akhir tahun pajak adalah pajak yang terhutang dikurangi
kredit pajak, yaitu pajak yang sudah dipotong pihak lain misalnya perusahaan tempat kita bekerja
(PPh pasal 21 atas gaji - Form 1721 A1) atau perusahaan yang kita berikan jasa/servis (bukti
potong PPh pasal 21)
Mari kita coba dengan contoh sbb
Penghasilan Amir (gaji, bonus,dll) Tahun Pajak 2009 sebesar Rp101.640.000,00. Amir sudah
menikah dan mempunyai 3 (tiga) orang anak, sedangkan isterinya tidak mempunyai penghasilan
sendiri. Penghitungan pajak Amir sbb. :
Penghasilan 1 tahun Rp120.000.000
Kelihatannya rumit juga ya? tetapi sebenarnya selama seseorang bekerja sebagai pegawai di satu
kantor saja, tidak punya tambahan penghasilan lain, baik dari dirinya sendiri atau dari anggota
keluarganya, maka penghitungan ini akan dilakukan oleh payroll officer. Pegawai tinggal terima
beres, dan biasanya di akhir tahun atau paling lambat bulan Januari sudah menerima formulir
bukti potong PPh yang sudah dipotong oleh perusahaan setiap bulannya (Form 1721 A1).
Biasanya perhitungan mereka sudah benar, sehingga PPh yang terhutang tadi apabila dikurangi
dengan PPh yang sudah dipotong oleh kantor, tidak ada lagi pajak akhir tahun yang masih harus
disetor.
Petunjuk untuk menghitung pajak ini selengkapnya juga dapat dilihat di www.pajak.go.id