Anda di halaman 1dari 6

Larutan 201

0
Laporan Tugas Mandiri
Larutan dan Jenis - Jenisnya
Oleh Horison Ningsih Tamzil, 0906556931
Kelompok : 3

Larutan adalah campuran homogen (serba sama) dari molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut sebagai suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak
dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi
antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.
Meskipun semua campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu dapat disebut
larutan, molekul-molekulnya begitu terpisah sehingga tak dapat saling menarik dengan
efektif. Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair. Jumlah zat yang paling banyak
dalam suatu larutan disebut pelarut (solvent), sedangkan zat yang lainnya disebut zat
terlarut (solute).
Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat dibedakan sebagai
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit mengandung zat elektrolit
sehingga dapat menghantarkan listrik, sementara larutan non elektrolit tidak dapat
menghantarkan listrik.
Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-
partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion
negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif,
sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas
mengahantarkan arus listrik.

1. Larutan Elektrolit
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit.
Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung
gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan
(kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday,
diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi

1
Larutan 201
0
proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion
positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada
larutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas hidrogen sebagai
berikut.
HCl(aq)→ H+(aq)  +  Cl-(aq)
Reaksi reduksi         : 2H+(aq)  + 2e-  →  H2(g)
Reaksi oksidasi       : 2Cl-(aq)  →  Cl2(g)  +  2e-
Larutan elektrolit terdiri dari larutan elektrolit kuat contohnya HCl, H2SO4, dan
larutan elektrolit lemah contohnya CH3COOH, NH3, H2S. Zat-zat yang berada dalam
larutan seluruhnya atau hampir seluruhnya dalam ion disebut elektrolit kuat.
Sedangkan zat-zat yang hanya sebagian kecil molekulnya yang larut bereaksi dengan
air untuk membentuk ion disebut elektrolit lemah.
Larutan elektrolit dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa yang mempunyai
ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai ikatan kovalen
polar). Garam adalah hasil perserikatan antara ion-ion positif dengan ion-ion negatif
dan merupakan senyawa ion. Asam adalah senyawa kovalen, tidak terbentuk dari
ion-ion. Asam dalam keadaan cairan tidak menghantarkan arus listrik. Dalam larutan
ia menghantarkan arus listrik, karena asam dalam pelarut air menghasilkan ion-ion.
Dalam persamaan reaksi, reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah
dua arah (bolak-balik), sedangkan reaksi ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan
panah satu arah. Pada konsentrasi yang sama, elektrolit kuat mempunyai daya hantar
lebih baik daripada elektrolit lemah. Hal ini terjadi karena molekul zat elektrolit kuat
akan lebih banyak yang terion jika dibandingkan dengan molekul zat elektrolit
lemah. Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan dengan derajat ionisasi
atau derajat disosiasi yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan
jumlah zat yang dilarutkan.

2. Larutan Non Elektrolit


Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan
tidak menimbulkan gelembung gas. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya
tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Contoh: larutan gula, urea. Untuk larutan non elektrolit

2
Larutan 201
0
kita dapat membuat perkiraan bahwa aktivitas zat terlarut dapat digantikan oleh
molalitasnya (dalam arti a ≈ γm/m°, dengan m° = 1 mol/kg). Walaupun demikian,
dalam larutan ionik, interaksi antara ion-ion begitu kuatnya sehingga kita hanya
dapat membuat perkiraan ini dalam larutan yang sangat encer (kurang dari 10-3M).
Ketika larutan mendekati keidealan (dalam arti menaati hukum Henry) pada
molalitas rendah, koefisien aktivitas cenderung mendekati 1:
m
γ =1 dan a ≈ ketika m→ 0 …………………………………………………. (1)

Larutan non elektrolit dapat dibagi menjadi 2:
2.1. Larutan Ideal
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik antar molekul-molekulnya atau
gaya intermolekul pada molekul-molekul sejenis dan pada molekul-molekul
yang tak sejenis adalah sama, atau dapat dikatakan:
“Gaya Adhesi = Gaya Kohesi”
Sifat-sifat dari larutan ideal:
• Mengikuti hukum Raoult.
• Sifat fisikanya adalah rata-rata dari sifat fisika komponen penyusunnya.
• Tidak mempunyai sifat parsial molar volume, artinya volume larutan
sama dengan jumlah volume komponen murni / penyusunnya.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat
volume komponen-komponen penyusunnya. Contoh larutan ideal: benzena dan
toluena (hal ini disebabkan karena kedua molekul memiliki ukuran dan struktur
elektron yang serupa). Pada sekumpulan eksperimen mengenai campuran cairan
yang dekat (seperti benzena dan toluena), ahli kimia Perancis Francois Raoult
menemukan bahwa perbandingan pA / p*A sebanding dengan fraksi mol A dalam
cairan. Hukum Raoult dengan hubungan ini biasanya ditulis: pA = xA p*A
Hukum Raoult dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

3
Larutan 201
0

Gambar 1. Tekanan total dan parsial untuk campuran benzena – toluena pada 20oC
(Bird, Tony. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT.Gramedia)

2.2. Larutan Non Ideal


Larutan non-ideal adalah larutan yang mengalami penyimpangan dari Hukum
Raoult. Terdapat 2 macam penyimpangan Hukum Raoult :
a. Penyimpangan Positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing –
masing zat lebih kuat daripada antaraksi dalam campuran zat ( A – A, B – B
> A – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔH mix) positif
(bersifat endotermik) dan mengakibatkan terjadinya penambahan volume
campuran (ΔVmix > 0). Contoh penyimpangan positif terjadi pada campuran
etanol dan siklohekasana, disebabkan karena molekul-molekul sikloheksana
merusak ikatan hidrogen yang terdapat pada molekul-molekul etanol.

Gambar 2. Penyimpangan positif dari hukum Raoult


(Bird, Tony. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT.Gramedia)

b. Penyimpangan Negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila antaraksi dalam
campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing – masing zat ( A –
B > A – A, B – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix)
negatif (bersifat eksotermik) mengakibatkan terjadinya pengurangan volume

4
Larutan 201
0
campuran (ΔVmix < 0). Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran
aseton dan air.

Gambar 3. Penyimpangan negatif pada hukum Raoult


(Bird, Tony. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT.Gramedia)
Referensi
 Anonim.”Kesetimbangan Fasa”.
http://amaliasholehah.files.wordpress.com/2008/04/kstb-fasa.doc (diakses pada
tanggal 21 April 2010 pukul 13.41)
 Anonim.”Larutan Elektrolit & Non Elektrolit”.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/METI
%20MARAYANTI_0606809/materi.html (diakses pada tanggal 22 April pukul
13.37)
 Anonim.”Larutan Ideal”. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:BEP-
F3SEcYkJ:alicezah.files.wordpress.com/2008/06/larutan.pdf+larutan+ideal+filet
ype:pdf&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESinb4GLrxe6fW24lIFwoOl6K-
I6L0KMd328BOdtWGlz6vwiFGOjfZPnUDWpmCVUcUr9gl4NWxNuDhjuzz
GNQd9mTxgHYheQstMkmdN7XgtOps-
rNSbZ2QhAVQWsauJ5LeN9k2hN&sig=AHIEtbTH5SNJDgaqDNgB8lKbxEhy
hdqwIQ (diakses pada tanggal 21 April pukul 13.31)
 Asikin, Zainal. 2003. Ilmu Kimia. Jakarta: Sumber Grafika Jakarta.
 Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga.
 Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT.Gramedia.
 Keenan, Kleinfelter, dkk. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Maron, Samuel H, Jerome B.Lando. 1974. Fundamentals of Physical Chemistry.
New York : Macmillan Publisher.

5
Larutan 201
0

Anda mungkin juga menyukai