Bab 1 2
Bab 1 2
Pendahuluan
Dalam buku ini diskusi akan kita titik beratkan pada apa yang disebut dengan efek
internal dari gaya-gaya uang bekerja pada benda (body). Benda sendiri tidak selamanya
dapat diangap sebagai kaku (rigid) mutlak seperti yang diasumsikan dalam statika.
Perhitungan perubahan bentuk (deformasi) berbagai benda dibawah berbagai pengaruh
pembebanan akan merupakan tema pokok kita dalam pembahasan kekuatan bahan.
5
secara umum diasumsikan bahwa gaya-gaya tersebut adalah seragam diseluas
penampang.
a
P P P P
Tarik (a) a
P
P
P P
Tekan (b)
Tegangan normal
Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa luasan elemen
yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan gaya normal yang
bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas gaya normal per
unit luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya per unit luasan,
misalnya lb/in2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang
sedemikian sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik
pada batang; jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan. Perlu
dicatat bahwa garis aksi dari gaya yang bekerja adalah melalui pusat setiap bagian
penampang melintang batang.
Spesimen tes
Pembebanan aksial seperti pada Gb. 1-2(a) sering terjadi pada problem rancang
bangun kerangka struktur dan mesin. Untuk mensimulasikan pembebanan ini di
laboratorium, suatu spesimen tes ditarik pada kedua ujungnya dengan mesin yang
digerakkan secara elektrik atau hidrolik. Kedua jenis mesin ini umum dipakai dalam tes
bahan di laboratorium.
Dalam usaha standardisasi cara pengujian bahan, American Society of Testing
Materials (ASTM) telah mengeluarkan spesifikasi yang sekarang telah umum digunakan.
Dua diantaranya akan kita jelaskan disini; satu untuk plat logam dengan tebal lebih dari
4.76 mm (Gb. 1-3) dan satu untuk logam dengan diameter lebih dari 38 mm (Gb. 1-4).
Seperti terlihat dalam gambar, bagian tengah dari spesimen dibuat lebih kecil daripada
bagian ujungnya sehingga kerusakan atau keruntuhan (failure) tidak terjadi pada bagian
yang dipegang. Bagian pengecilan dibuat melingkar (rounded) untuk menghindari
terjadinya konsentrasi atau mengumpulnya tegangan pada bagian transisi diimensi
tersebut. Panjang standar dimana pertambahan panjang (elongation) diukur adalah 203
mm untuk spesimen seperti Gb. 1-3 dan 51 mm untuk spesimen seperti Gb. 1-4.
Pertambahan panjang diukur secara mekanik maupun optik (ekstensometer) atau
6
dengan melekatkan suatu tipe tahanan elektrik yang biasa disebut strain gage pada
permukaan bahan. Tahanan strain gage berisi sejumlah kawat halus yang dipasang pada
arah aksial terhadap batang. Degan pertambahan panjang pada batang maka tahanan
listrik kawat-kawat akan berubah dan perubahan ini dideteksi pada suatu jembatan
Wheatstone dan diinterpretasikan sebagai perpanjangan.
203 mm 51 mm
Regangan normal
Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan gaya
tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage dapat
diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial. Dari nilai-
nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal dan diberi
simbol dengan ε, dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan panjang ∆l dengan
panjang gage L, yaitu
∆l
ε=
L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi.
Kurva tegangan-regangan
Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang
terhadap panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan sampai
terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang awal
spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk
setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan
P
σ=
A
σ σ σ
U ●P
B
Y ●
● P
P
ε ε ε
O O O
7
Gb. 1-5 Gb. 1-6 Gb. 1-7
σ σ
Y
●
ε ε
O ε1 O
O’
Gb. 1-8 Gb. 1-9
dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang
awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan
normal ε, data percobaan dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas
ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva
tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk yang berbeda-beda
tergantung dari bahannya. Gambar 1-5 adalah kurva tegangan regangan untuk baja
karbon-medium, Gb. 1-6 untuk baja campuran, dan Gb. 1-7 untuk baja karbon-tinggi
dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous dengan besi kasar
diagramnya ditunjukkan pada Gb. 1-8, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-9.
Hukum Hooke
Untuk bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan bentuk
seperti Gb. 1-5, 1-6, dan 1-7, dapat dibuktikan bahwa hubungan tegangan-regangan
untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara pertambahan
panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan oleh Robert
Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini menyatakan
σ = Eε
dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gb. 1-5, 1-6
dan 1-7.
8
Modulus elastisitas
Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah modulus
elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk berbagai bahan
disajikan pada Tabel 1-1. Karena unit regangan ε merupakan bilangan tanpa dimensi
(rasio dua satuan panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan tegangan
yaitu N/m2. Untk banyak bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan
mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa perilaku
bahan dibawah pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini dibatasi hanya
pada daerah kurva tegangan regangan.
Tegangan Koefisien
Bahan Berat spesifik Modulus maksimum ekspansi Rasio
KN/m3 Young kPa 10e-6/°C Poisson
Gpa
I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Aluminium campuran 27 70-79 310-550 23 0.33
Kuningan 84 96-110 300-590 20 0.34
Tembaga 87 112-120 230-380 17 0.33
Nikel 87 210 310-760 13 0.31
Baja 77 195-210 550-1400 12 0.30
Titanium campuran 44 105-210 900-970 8-10 0.33
II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Beton 24 25 24-81 11
Kaca 26 48-83 70 5-11 0.23
III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)
Aluminium oksida 38 690-2410 13800-27600
Barium carbide 25 450 6900
Kaca 345 7000-20000
Grafit 22 980 20000
IV. Bahan komposit (campuran)
Boron epoksi 19 210 1365 4.5
Kaca-S diperkuat epoksi 21 66.2 1900
9
tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika
pembebanan dipindahkan. Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi
adalah hampir sama dan sering digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan.
Pada kasus-kasus dimana pemisahan diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis
selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.
10
modulus kekerasan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan-regangan
dari origin sampai titik keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk menyerap
energi pada selang plastis dari bahan.
11
Modulus tangen
Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus tangen
bahan. Ini sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat (instantaneous) dan
dinyatakan dengan Et = dσ/dε.
Rasio Poisson
Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi penambahan
panjang batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan dimensi lateral
tegaklurus terhadap pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral terhadap arah aksial
didefinisikan sebagai rasio Poisson (Poisson’s ratio). Dalam buku ini dilambangkan
dengan μ. Pada kebanyakan logam μ mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.
εx =
1
E
[
σ x − µ (σ y + σ z ) ] εy =
1
E
[
σ y − µ (σ x + σ z ) ] εz =
1
E
[
σ z − µ (σ x + σ y ) ]
Kekuatan spesifik
Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap berat spesifik,
yaitu berat per unit volume. Dengan demikian kita peroleh satuan
12
N N
/ =m
m2 m3
sehingga kekuatan spesifik bahan mempunyai satuan panjang. Parameter ini sangat
bermanfaat untuk perbandingan efisiensi bahan.
Modulus spesifik
Modulus spesifik didefinisikan sebagai perbandingan modulus Young terhadap berat
spesifik bahan. Kuantitas ini juga mempunyai satuan panjang.
KLASIFIKASI BAHAN
Sampai saat ini, diskusi kita adalah didasarkan pada asumsi bahwa bahan
mempunyai dua karakteristik, yaitu:
Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik pada
bahan.
Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik
dalam bahan.
Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki
suatu sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau kadang-kadang
aeolotropis. Disamping memiliki dua konstanta elastis (E, μ) seperti pada bahan isotropis,
bahan anisotropis mempunyai 21 konstanta elastis yang lain. Jika bahan mempunyai tiga
bidang yang saling tegaklurus dengan masing-masing mempunyai simetri elastis maka
bahan dikatakan orthotropis. Jumlah konstanta independen dalam hal ini adalah
sembilan. Bahan komposit yang diperkuat dengan filamen didalamnya (Gb. 1-10)
merupakan contoh dari bahan anisotropis.
Filamen
Filamen
(a) (b)
Gb. 1-10. (a) batang epoksi diperkuat dengan filamen satu arah; (b) plat epoksi diperkuat dengan
filamen dua arah
13