Anda di halaman 1dari 7

Ujian Tengah Semester

Landasan Ilmu Pendidikan


Dosen: Prof. Dr. Soegeng Santoso, M.Pd

Aditya Jaya
Pendidikan Bahasa

1) Jelaskan adanya 3 aliran pokok pendidikan dan sebutkan tokoh-tokohnya.


Bagaimana pendapat saudara tentang aliran tersebut?

Tiga aliran pokok pendidikan adalah

a) Nativisme
b) Empirisme
c) Konvergensi

Aliran-aliran tersebut biasa disebut Aliran Klasik.

Nativisme adalah pandangan di bidang Psikologi bahwa beberapa ketrampilan atau


kemampuan tertentu adalah “native” atau asli; berasal dari; sudah ada sejak lahir; di
otak manusia. Menurut teori ini manusia terlahir dengan beberapa kemampuan untuk
menalar dunia dengan cara-cara tertentu. Kemampuan-kemampuan ini biasanya masih
belum dewasa dan tak berkembang, tapi tumbuh perlahan-lahan. Misalnya, kita
terlahir dengan kapasitas untuk mempelajari bahasa (Qureshi). 1 Ada pandangan yang
kurang mapan yang menyatakan bahwa alam menyediakan akal manusia dengan
peralatan spesial untuk belajar.

Nativisme dimulai dan dipopulerkan oleh filosofer-filosofer Jerman Immanuel Kant


(1724-1804) dan Arhtur Schopenhauer (1788-1860). Kant memberi contoh bahwa
persepsi tiga-dimensi (depth perception) timbul sewaktu masih muda dan tanpa
pengalaman mendalam. Ini mendukung argumennya bahwa manusia sudah
mempunyai bakat-bakat tersebut sejak lahiriah, dan tak perlu mempelajarinya dari
dunia luas. Schopenhauer meneruskan dengan menunjuk kasus Eva Lauk. Eva Lauk
lahir tanpa kaki-tangan dan terhambat dalam perkembangannya. Akan tetapi ia
tumbuh dengan intelegensia dan persepsi ruang yang normal (Bomostein, hl. 235).2

Pendukung Nativisme seperti Noam Chomsky memfokuskan teori ini dalam lapangan
bahasa. Ia menyatakan bahwa bahasa adalah pembawaan lahir; manusia dilahirkan
dengan peraturan tentang bahasa di benak mereka, yang disebut Chomsky sebagai
“Universal Grammar” (Tata bahasa Universal). Seluruh bahasa didunia didasarkan

1 Qureshi, Elena, M.A. M.Ed. “Models of the Learner” Model of Learner Ph.D.
<http://web2.uwindsor.ca/courses/edfac/morton/models_of_learners.htm>
2 Bomostein, Marc H. & Michael E. Lamb. Developmental psychology: an advanced

textbook. Google Books <http://bit.ly/bpOvWg>

-1-
atas Universal Grammar ini. Bila ada makhluk luar angkasa mendarat di bumi,
makhluk ini akan berpikir bahwa diseluruh dunia ini hanya ada 1 bahasa, tapi dalam
beragam dialek. Anak-anak tidak diplejari secara formal untuk berbicara. Orang-
dewasa tak bertutur kata dengan sempurna; pembicaraan mereka terputus, mereka
memakai slang, salah berbicara, berubah pikiran, dan seterusnya. Tapi anak usia dini
toh masih bisa berbicara. Hal ini terjadi, menurut Chomsky, karena anak-anak tidak
sekedar meniru bahasa yang mereka dengar. Mereka bisa menilik peraturan dibalik
bahasa yang mereka dengar dan membuat kalimat-kalimat yang belum pernah mereka
dengar sebelumnya.3

Steven Pinker di bukunya “The Blank Slate: The Modern Denial of Human Nature”
berargumen bahwa manusia diberkati sejak lahir dengan beberapa modul kognitif
yang memungkinkan kita untuk mempelajari dan menguasai keahlian tertentu seperti
bahasa.
anak-anak bisa dengan cepat menguasai bahasa lisan, tapi memerlukan pengajaran
intensif untuk mempelajari bahasa tulisan. Menurut Pinker ini menunjukkan bahwa
manusia mempunyai kemampuan terlahir untuk ‘speech acquisition’ tapi bukan untuk
‘literacy acquisition.’4

Kelemahan utama Nativisme adalah tidak adanya batas jelas bakat apa yang bawaan
dan mana yang bukan. Tak jelas juga bagaimana dan dimana informasi bawaan
tersebut di kodekan di DNA atau gen manusia. Teori modern nativisme ini juga tak
bisa memberikan prediksi yang bisa dites, sehingga sering disamakan dengan
pseudoscience.

Dalam filosofi, empirisme adalah teori pengetahuan yang menyatakan bahwa


pengetahuan datang dari bukti/ fakta yang didapat melalui indra. Thesis nya adalah:
Kami tak punya sumber pengetahuan dalam S atau untuk konsep-konsep yang kita
gunakan di S selain pengalaman dari indra,5 atau lebih dikenal dengan konsep
“pekerti manusia sebagai tabula rasa.” “Tabula Rasa” datang dari teori filosofer
Inggris John Locke (1632-1704). Ia menolak pandangan bahwa pengetahuan adalah
bawaan lahir; menurutnya seorang bayi tiba didunia ini dengan pikiran yang benar-
benar kosong, seperti kertas putih bersih tanpa coretan, tanpa ide (tabula rasa). Lalu,
darimana pengetahuan datang? Jawabannya hanya 1 kata saja, dari ‘Pengalaman.’
Pengalamanlah intisari dari semua pengetahuan manusia (Phillips, 14).6

3 Ludescher “Nativist Theory – Chomsky and language learning” <


http://www2.vobs.at/ludescher/Ludescher/LAcquisition/Nativist/nativist
%20theory.htm>
4 Wikipedia-Psychological nativism

<http://en.wikipedia.org/wiki/Psychological_nativism#cite_note-0>
5 Markie, Peter, "Rationalism vs. Empiricism", The Stanford Encyclopedia of

Philosophy (Fall 2008 Edition), Edward N. Zalta (ed.),


<http://plato.stanford.edu/archives/fall2008/entries/rationalism-empiricism/>.
6 Philips, Denis Charles, Jonas F. Soltis, Perspectives on Learning, Teachers College

Press, Desember 2003, Google Books, < http://bit.ly/aQjiIo>

-2-
Menurut Locke, bayi yang terlahir ini tak tahu apa-apa, tapi langsung mendapat
pengalaman dari indranya. Semua bentuk dan warna yang dilihat, semua hal yang
didengar, semua sentuhan dan rasa, membentuk gagasan sederhana (simple ideas)
yang “nyantol” di otak karena pikiran manusia mempunyai kekuatan ingatan. Lalu
perlahan lahan si anak menggunakan akal pikiran kombinasi, abstraksi, dll untuk
membangun konsep yang kompleks. Simple idea ini bisa diciptakan sendiri oleh sang
anak; bila sang anak tak mendapat pengalaman yang berkaitan, simple idea ini takkan
tumbuh di benaknya, yang selanjutnya akan berdampak pada miskinnya konsep
kompleks. Ide yang berhubungan adalah semua konsep kompleks bisa ditelusur balik
ke penggabungan beberapa simple idea (Ibid).7

Bila kini sekolah-sekolah begitu teliti dengan pendidikan dini anak, ini karena
dampak dari aliran ini. Di Amerika, untuk menanggulangi kurangnya konsep yang
dimiliki anak-anak dari keluarga kurang berada, pemerintah menyelenggarakan
program seperti “Operation Headstart” dan program TV “Sesame Street.”Sekolah-
sekolah Montessori juga sangat memperhatikan pendidikan dini ini, dengan
pengajaran menggunakan blok-blok berbeda warna, bentuk, dan tekstur. Salah satu
ide paling kekang dari aliran ini adalah konsep prerekuisit belajar; bahwa sang murid
harus sudah belajar suatu pengalaman atau simple idea sebelum ia bisa belajar
material baru (Ibid, hal. 15). 8

Kritik dari aliran ini adalah bahwa si murid adalah benda pasif, terutama di tahap-
tahap pertama pelajaran. Dalam pandangan Locke, si anak hanya menunggu
kejatuhan pengalaman saja; tidak ada tindakan aktif dari si anak. Yang juga dikritik
adalah pandangan ‘atomisme’ Locke, bahwa pengalaman datang dalam unit dan
ukuran tertentu, ‘simple idea’ membentuk konsep kompleks, seperti atom-atom
bergabung membentuk benda besar. Namun apakah pengalaman bisa ditakar dan
diukur secara gambling? Lingkungan si anak terdiri dari ribuan dan jutaan debu,
bayangan, berkas cahaya, berbagai benda dengan beragam bentuk, warna, permukaan,
dan seterusnya. Semestinya si anak mendapat jutaan dan ribuan simple idea hanya
dengan melihat saja. Tapi bukan itu yang terjadi. Bila Locke 100% benar, anak
tinggal lihat abjad langsung bisa baca, karena toch kata-kata adalah gabungan dari
huruf-huruf alfabet.

Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Ia terkenal sebagai


pencipta konsep IQ (Intelligent Quotient) yang dipakai oleh Lewis Terman dan
lainnya untuk membuat tes IQ berdasarkan pemikiran-pemikiran dari Alfred Binet
(walau Stern sendiri tak menganggap penciptaan IQ nya sebagai sebuah kontribusi).
Di bukunya “Die Kindersprache” (“Bahasa Anak-anak” 1907) ia menyusun sebuah
teori tentang perkembangan individualitas yang disebut Convergence Theory. Titik
sentral dari teori ini adalah perkembangan kepribadian seorang anak bukan hanya
ditentukan oleh factor bawaan atau factor lingkungan, akan tetapi kedua factor ini
secara permanen dan secara bersama saling mempengaruhi, dan entah bagaimana
mempunyai dampak kausal di perkembangan perilaku. Stern menyatakan bahwa

7 Ibid.
8 Ibid.

-3-
seluruh psikologi manusia harus di dekati melalui aspek kepribadian.9

Dari “pertikaian” antara aliran Nativisme dan Empirisme, tak dapat dihindarkan
terbuatnya aliran Konvergensi. Kedua aliran pertama memberikan petunjuk-petunjuk
kuat akan perkembangan pendidikan manusia, sehingga memang diperlukan suatu
aliran yang bisa mempersatukan kedua sudut pandang tersebut. William Stern bukan
hanya menyambungkan kedua aliran tersebut tapi membuat satu langkah lebih maju
lagi bahwa adonan kedua aliran itu akhirnya terkukus dalam bentuk kepribadian
seseorang. Pandangan Stern ini juga membuat bidang psikologi lebih humanis;
memandang seseorang sebagai seorang pribadi dengan kepribadiannya, dan bukan
hanya sekedar subjek observasi; sekumpulan gelagat yang kebetulan bisa bernafas,
berjalan, dan berbicara.

2) Kebudayaaan kebangsaan wajib dilestarikan di Indonesia melalui


pendidikan.Jelaskan pula tentang pengertian kebudayaan!

Apakah kebudayaan? Kata ‘budaya’ berasal dari kata Sansekerta “buddhayah”


singgularnya adalah “buddhi” yaitu hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, “culture” (kebudayaan) berasal dari kata Latin
cultura yang asalnya colere yang artinya mengolah atau mengerjakan. Kalau kita
melihat kamus bahasa inggris lama, misalnya sebelum tahun 1960, “culture” masih di
mempunyai definisi mengolah/ mengerjakan, atau “culture” = kultur, mis. Kultur
padi. Akan tetapi kamus modern memberi arti yang berbeda misalnya: “tindakan
mengembangkan kemampuan intelek dan moral terutama melalui pendidikan.”10

Kultur harus dipelajari oleh manusia. Bayi yang meraih makanan, adalah karena
dorongan yang diturunkan lewat kode genetiknya. Tapi seseorang yang meraih bubur
ayam, atau sebaliknya lebih memilih sereal dan susu disbanding bubur, telah belajar
bahwa di kulturnya bubur ayam (atau sereal) adalah makanan yang layak dan diterima
masyarakat untuk makanan pagi. (Miraglia)11

Kebudayaan mempunyai beberapa fungsi yaitu:


• Untuk membentuk dan mengatur perilaku anggota kultur
• Memberi patokan untuk menilai perilaku anggota lain
• Memberi arti dan isi untuk peristiwa atau tindakan
• Memungkinkan komunikasi tentang peristiwa atau tindakan

9 Pléh, Csaba, Positive Psychology Traditions in Classical European Psychology”


Budapest University of Technology and Economics and Research Group on
Neuropsychology and Psycholinguistics of HAS –BUTE, 2002
10 Merriam-Webster’s Online Dictionary < http://www.merriam-

webster.com/dictionary/culture>
11 Miraglia, Eric, “What is Culture?” Learning Systems Group. 1999.

<http://www.wsu.edu/gened/learn-modules/top_culture/culture-definition.html>

-4-
• Memberikan batas-batas yang selalu relevan 12

Karena fungsi-fungsi ini, kebudayaan memberikan identitas bagi anggota kebudayaan


tersebut. Bila anggota-anggota ini merasa bahwa indentitas ini cukup penting untuk
dipertahankan, maka kebudayaan mereka harus selalu diperbaharui dan dipertahankan
hidup.

Seperti yang sudah dinyatakan diatas, kebudayaan harus diajarkan ke anggota baru,
baik secara informal; seorang ibu mengingatkan ‘mana tangan yang manis’; atau
formal; guru mengajar cara hormat menyapa yang lebih tua.

Bila kebudayaan diputuskan untuk diajar secara formal, maka institusi pendidikan
harus dikukung, disokong dan diayomi dalam usahanya mengajarkan kebudayaan
tersebut. Dukungan tersebut dalam berbagai betuk, mulai dari mengharuskan sekolah-
sekolah menyediakan cukup waktu untuk pengajaran budaya, sampai menyediakan
sarana-sarana untuk menghasilkan guru yang bisa mengajarkan kebudayaan dengan
baik dan benar.

Ada yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia punya rasa harga diri rendah.
Indonesia selalu memandang rendah kemampuan warganya sendiri. Tapi bila ada bule
yang memuji prestasi seorang Indonesia, maka barulah orang tersebut dipuja, walau
sebelumnya orang ini terlantar dalam ketakjelasan. Dan bidang yang dipuja tersebut
menjadi bidang “panas” dimana semua orang ingin memasukinya. Kebudayaan
kebangsaan yang baik dan benar bisa membantu menaikkan rasa harga diri bangsa
Indonesia. Kebudayaan kebangsaan, karena itu, wajib dilestarikan di Indonesia. Selain
melalu segi informal (misalnya sinetron) juga melalu segi formal, yaitu melalui
pendidikan.

Dr. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan; kebudayaan merupakan dasar pendidikan. Juga, kebudayaan yang
menjadi dasar pendidikan tersebut harus bersifat kebangsaan. Dari pernyataan ini
sudah jelas bahwa pendidikan kebudayaan kebangsaan haurs tertanam dalam di DNA
pendidikan Indonesia.

3) Pengembangan pendidikan di Indonesia perlu dimulai dari pendidiknya. Jelaskan


hal ini dengan contoh yang sekarang sudah berlaku.

Pendidikan adalah proses bimbingang yang berujud pengaruh dari orang dewasa
kepada peserta didik supaya menjadi dewasa yang mempunyai kepribadian, berbudi
pekerti luhur, dan berakhlak mulia.13

12 Bonstead-Burns, Melissa, “Functions of Culture” Department of Sociology,


University of Wisconsin-Eau Claire. 2004.
<http://www.uwec.edu/bonstemj/Intro/Spring04/Culture.Structure_files/v3_document
.htm>
13 Fotokopi, Prof. Dr. Soegeng Santoso, M.Pd

-5-
Untuk menghasilkan peserta didik yang berakhlak tinggi ini tentu dibutuhkan guru
yang bisa mengangkat peserta didik tersebut. Guru ideal mempunyai profil antara
lain:
• Memiliki kepribadian dengan ciri-ciri kebangsaan tinggi, jujur, sabar, disiplin dan
kerja keras, dll.
• Memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan tentang peserta didik,
teori belaja, kurikulum, teknologi, moral, dll
• Memiliki pengetahuan dan pemahaman tnetang bidang spesialisasi teori, konsep,
prosedur disiplin ilmunya, cara mengembangkan materi dan bahan ajar, dll.
• Memiliki kemampuan dan ketrampilan profesi dalam mengembangkan dan
merencanakan pembelajaran, menerapkan berbagai teori dan prinsip pendidikan dll

Yang diatas hanyalanya cuplikan kecil dari profil panjang sebuah guru ideal.

Untuk memastikan bahwa pendidik memiliki profil yang mendekati profil ideal ini,
maka pemerintah membuat undang-undang, UU. No. 20 th. 2003; Sistim Pendidikan
Nasional, yang mengatur hak dan kewajiban guru dan dosen. Contoh kewajiban
misalnya untuk mengajar TK-SMA, maka pendidik haruslah sudah meraih tingkat
sarjana S1. Untuk mengajara peserta didik di bangku SMA-Universitas, maka
pendidik haruslah sudah menggapai S2. Sedang pendidik S3 cocok utnuk mengajar
mereka yang lulus dari kuliah/ paska sarjana. UU ini juga mengatur pendidikan anak
usia dini.

Sebelumnya UU No. 4/1950 yang disempurnakan menjadi UU no. 2 Th 1954 (karena


Indonesia berubah dari NKRI menjadi RIS dankembali lagi menjadi NKRI)
melampirkan tentang Dasar-Dasar Pengajaran dan Pendidikan tidak membicarakan
tentang fungsi pendidikan. UU ini hanya mengatur pendidikan dan pengajaran di
sekolah, bukan pendidikan tinggi.

UU no. 2/ 1989 menetapkan Sistim Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan


UUD45. UU ini mulai memberikan arah terwujudnya sistem pendidikan nasional.
Disini pula ditetapkan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

Dengan pelan-pelan sistem pendidikan nasional yang kokoh dan terintegrasi mulai
terbangun. Tentu saja, apa yang tertera di buku undang-undang dan pelaksanaannya di
lapangan belum tentu sesuai, dan masih ada yang bocor atau ketinggalan.

4) Pendidikan Anak Usia Dini sangat tepat untuk membentuk manusia Indonesia
yang berkepribadian, berkarakter, dan berakhlak mulia. Jelaskan pernyataan ini
dilihat dari tiga lingkungan pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara!

Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan (Tri Sentra); lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda.14

14 Ibid.

-6-
Lingkungan Keluarga merupakan pengalaman pertama sang anak. Disinilah sang
anak belajar tentang emosi, dasar dari pendidikan moral dan sosial, dan dasar
pendidikan agama.

Lingkungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal, bisa memberikan


pendidikan yang tidak didapat di lingkungan rumah, misalnya subjek seperti
membaca, menulis, behitung, menggambar, agama dan etika dan/ atau subjek lain
yang mungkin kurang dipahami oleh anggota lingkungan keluarga. Selain itu sekolah
juga memberikan ruang dan waktu untuk sang anak belajar dan mulai mempraktekan
pendidikan sosialnya. Misalnya dalam interaksinya dengan murid-murid lain, sang
anak belara tentang tata-krama praktis. Sekolah juga bisa memberikan pelajaran
kebudayaan pada sang anak, yang membantu memelihara kebudayaan kebangsaan
negara.

Lingkungan organisasi pemuda mengembangkan lebih jaug kehidupan sosial sang


murid. Dimana hidup sosial di sekolah masih terbatas, dan terlindungi, oleh peraturan
sekolah, lingkungan organisasi pemuda memberikan pelajaran lebih lanjutan tentang
social skill dan social attitude sang murid.

Ketiga lingkungan ini saling tergantung satu sama lain. Murid yang datang dari
lingkungan keluarga yang kacau, tentu akan mempengaruhi prestasinya di lingkungan
sekolah, dan mungkin menyebabkan ia memiliki lingkungan organisasi pemuda yang
kecil. Pendidikan yang optimal akan terjadi bila ketiga lingkungan tersebut bisa
berkoordinasi dalam membangun pendidikan sang anak.

Misalnya di lingkungan keluarga sang anak diajar utk bertindak dengan sopan santun,
dan tak perlu terlalu cepat takut pada hal-hal baru. Tentu ini bisa melicinkan jalannya
membentuk ikatan sosial di lingkungan organisasi pemuda; ia tidak mudah merengek
mencari ibunya, misalnya. Atau ia mudah membagi mainan dengan teman mainnya.
Atau istilahnya, bila dirumah diajar manis, dengan temannya ia akan bermain manis.

Bila disekolah diajar tentang tradisi adat, misalnya, akan tetapi di lingkungan rumah
tak ada yang tertarik berbicara tentang tradisi adat, maka pendidikan tradisi adat ini
akan tertera secara dangkal saja pada si anak, sekedar tingkat hafalan saja,
umpamanya.

Jika ketiga lingkungan ini dapat saling melengkapi dan bahu membahu, maka mereka
bisa menjadi fondasi untuk mengangkat sang anak menjadi manusia modern
berakhlak tinggi.

-7-

Anda mungkin juga menyukai