Anda di halaman 1dari 3

Lampu panggung menyala,musik Lagu-lagu

Natal Elvis Prisley Seorang bapak dengan mengenakan piama duduk mendengarkan lagu-lagu
Elvis.

Seorang ibu masuk dengan pakaian bagus habis pergi. 

Ibu       :  Alah…alah…bapak ini lho…Lha wong temannya pada sibuk, lha kok malah nglaras…
Itu Pak Anton latihan koor, Pak Ngatari jadi panitia natal, lha bapak…nyantai…mbok
yo ikut kegiatan apa gitu…
Bapak  :  (berdiri) Eh…bu…bu…sadar (memegang dahi istrinya) Natal itu yang penting disini
nih…(memegang dadanya sendiri) Ndak usah rame-rame, pokoke Yesus lahir di
hatiku…kalau sudah, aku harus hidup dengan teladan Yesus wis cukup… (duduk lagi
dengan memilih CD)
Ibu       :  Memang aneh kok bapak iki…orang yang aneh. Orang lain bersuka cita menyatakan
kegembiraan dengan segala daya, bapak… ompong… pong… pong… bengong.
Bapak  :  Lho…kok ngajak tawuran?? Masing-masing orang itu ya punya gaya sendiri-sendiri,
style…gitu lho…aku kok disamakan dengan pak Anton, ya jelas beda apalagi Pak
Narso, beda banget…bodinya saja lain…nuwun sewu Pak Narso ben rak kuwalat.
Ibu       :  Wis…ben …terserah…susah men dikasih tau.
(Ibu masuk, Bapak meneruskan kegiatan mendengarkan CD)
Bapak  :  Begini kan nyaman, tenteram, di hati enak. Suara Elvis merdu, lagunya sesuai suasana
hati yang mau natalan. Ini berkat…ndak usah ditonjol-tonjolken. Wong kalau di gereja
khotbah natal juga paling disuruh menolong yang kekurangan… natal itu kok kadang-
kadang ngucek-ngucek orang kaya…yang beruntung yang miskin, yang kaya itu salah
aja…

(asyik mendengarkan lagu, Seorang nenek tua datang mengetuk pintu). 

Nenek  :  permisi anak..


Bapak  :  (menoleh) sebentar, nek, bu…bune…ada yang minta-minta tuh… (kembali sibuk, Ibu
keluar)
Ibu       :  Oh, ada tamu.
Bapak  :  Peminta-minta kok tamu.
Nenek  :  Maaf, saya bukan peminta-minta. Tadi saya lewat dengar lagu-lagu natalnya Elvis,
saya jadi mampir mau ikut dengar.
Ibu       :  oh…boleh. Silahkan, ibu, silahkan.
Nenek  :  Tidak, disini saja.
Ibu       :  Jangan, silahkan duduk.

(Sambil memelototi bapak yang menatap bengong)

Nenek  :  Tidak usah, anak…


Ibu       :  Tidak apa-apa, tunggu sebentar. (masuk ke dalam)Nenek mencoba ramah pada bapak,
tapi bapak pura-pura cuek.
Nenek  :  Saya paling suka lagu White Chistmasnya Elvis, sebenarnya anak saya yang suka.
Bapak  :  (masa bodoh) ooohh…
Ibu keluar membawa minuman.

Ibu       :  monggo, silahkan diminum…


Nenek  :  aden dari tanah jawa ya?
Ibu       :  Iya nek…jangan panggil itu, Sri nama saya.
Nenek  :  Saya dari Sulawesi, nak… Kita orang lari dari tanah kelahiran karena di
sana ada kerusuhan. Dorang
baku bunuh. Jadilah nenek mencari anak nenek yang merantau ke
Bogor, tapi tidak ketemu.
Ibu       :  Puteranya tinggal di mana, Nek?
Nenek  :  Katanya di babakan. Di sini banyak babakan, ada babakan gunung gede, babakan
fakultas, pokoknya nenek bingung. Tadi waktu dengar, e…itu lagu Elvis…hati nenek
bergetar, ingat natal di kampong. Kita suka manari rock ‘n Roll. (tersenyum sambil
menutup mulutnya)

Ibu ikut tersenyum, bapak kelihatan mulai tertarik.

Ibu       : Rock ‘n Roll, nek?

Nenek  : Betul…yang begini (memperagakan) Waktu muda nenek suka sekali.

Bapak  : Ya jelas waktu muda, masa nenek sekarang mau menari rock ‘n roll?

Nenek  : Betul, nak…bisa-bisa patah kaki nenek. Tapi di kampong nenek, meskipun sederhana,
kitorang suka badansa, jo…jadi segala musik kita suka.
Ibu       : ceritakan tentang natal di kampung nenek.
Nenek  :  Iyo.. disana semua orang berebut menjadi panitia, kalau tidak paduan suara atau vocal
grup.
Ibu       :  Wah beda dong dengan di sini ya.. semua orang berebut menolak menjadi panitia.  Ya
to pak?  Apa lagi bapak-bapak, kalau diminta paduan suara, susah…  banget.
Nenek  :  Mungkin kalian belum tahu hakikat Natal….
Bapak  :  Maksud nenek?
Nenek  :  Ya.. natal, itu harus lahir di hati kita, karena Yesus Juru selamat memeberikan tiket
gratis untuk kita nonton konser malaikat di Sorga ya
kan?
Ibu       :  Ah, masa menonton konser …
Nenek  :  Betul itu!  Malaikat tiap hari memuji Allah…. Jadi, siapa menjadi anggota paduan
suara itu temannya malaikat
kan?  Saat Allah menjadi manusia dan menjadi jembatan bagi kita kembali ke
kebenaran Allah….  Hati kita senang.
Bapak  :  Wah ya… yang paling penting hati kita terima Yesus to nek?  Memperbarui komitmen
kesetiaan pada Yesus.
Nenek  :  Pintar..  tapi setalah itu apa?
Bapak  :  Yo… mengubah perilaku agar sesuai kehendak Kristus, mengikuti teladan Kristus.
Nenek  :  Bagus, lalu…
Bapak  :  (garuk-garuk kepala)  opo .. yo!
Nenek  :  Coba kalian bayangkan, tempat penampungan air.  Kalau kita isi terus, bagaimana?
Bapak  :  Luber… tumpah.
Nenek  :  Sia-sia
kan? Malah merusak kayu-kayu dan barang-barang disekitarnya, tetapi kalau dari
tempat penampungan air itu kita alirkan ke tempat lain, meski kita isi, dia tidak akan
tumpah.  Bisa untuk mandi di bak, menyiram tanaman dan lain-lain.
Ibu       :  Aku mengerti …  jadi berkat Tuhan yang harus disalurkan ya nek.
Nenek  :  Iyo… Yesus akhirnya tidak hanya lahir di hatiku, tapi dihatimu, dan di hati semua
orang.  Karena tiap orang mau berbagi.  Tidak hanya si kaya memberi si miskin, tapi si
miskinpun memberi si kaya dan yang lain-lain.
Ibu       :  Tuh pak… Sukacita natal, harus dibagikan juga. 
Nenek  :  Betul, apa yang kalian perbuat untuk Tuhan menjadi panitia, tukang ketik, paduan
suara, bahkan hadir di perayaan sudah menjadi berkat, asal kalian tulus melakukan
untuk Tuhan.
Ibu       :  Wah kita dapat pelajaran berharga hari ini.  Nenek tinggal di sini aja, sambil mencari
anak nenek.  Jadi orang tua buat kami.
Nenek  :  Puji Tuhan …. Tapi apakah tidak  merepotkan?
Ibu       :  Tidak .. yo to pak?  (Bapak tersenyum masam).
Nenek  :  Baiklah Tuhan memberkati kalian.

Ibu       :  Ayo nek… mana tasnya tadi, mbok dibawakan to pak?  Sini saya tunjukkan kamar
nenek. 
Pemain meninggalkan panggung. 

Narator:          
Natal!  Biarlah selalu harir di hatiku, di hatimu, di hati setiap orang percaya.  Gloria in exelcis
Deo

Anda mungkin juga menyukai