Tabel 1.1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
L/ Umur
No Nama Kedudukan Pendidikan Pekerjaan Keterangan
P (th)
1 Kasno Kepala L 58 Tidak Pensiunan TB Paru,
keluarga tamat SD DPU Penyakit
Jantung
2 Sati Istri P 55 SD IRT Hipertensi
3 Warso Anak ke-3 L 24 Tidak - -
tamat SD
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny.S adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Didapatkan Ny.S berumur 55 tahun, menderita penyakit
hipertensi dan hingga sekarang rutin menjalani pengobatan.
STATUS PENDERITA
2
A. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia pada tahun
2010 mengalami kenaikan sebesar 400%, sehingga jumlahnya lebih di bawah
lima tahun (balita). Usia lanjut membawa konsekuensi meningkaNyya
berbagai penyakit kardiovaskuler, infeksi, dan gagal jantung. Laporan ini
disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 55
tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Kebasen. Ibu tersebut
menderita hipertensi grade II dan hingga saat ini masih rutin menjalani
pengobatan serta kontrol ke Puskesmas Kebasen.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SD
Penghasilan/bulan : Rp. 1.000.000
Alamat : Gambarsari RT 04 RW 02 Kec. Kebasen,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Kebasen dengan keluhan nyeri kepala.
Keluhan ini dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala
dirasakan terus-terusan sepanjang hari. Keluhan ini membuat kepala
pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Jika dinilai dengan
tafsiran angka antara 1-10, nyeri kepala pasien dirasa pada angka 7.
Keluhan ini sering dirasakan pasien sejak 2 tahun terakhir dan bersifat
3
hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan lebih berat jika pasien kecapaian
atau stress. Nyeri kepala berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Jika
nyeri kepala dirasakan memberat, pasien biasanya langsung berobat ke
Puskesmas dan nyeri kepala berkurang dengan obat yang diberikan dari
Puskesmas. Selain nyeri kepala, selama 2 hari ini pasien merasa lehernya
tegang atau kaku dan sulit tidur. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri
dada, sesak atau bengkak pada kaki.
Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2008. Setelah
berobat ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi. Keluhan ini
dirasakan setelah suami pasien sering sakit-sakitan dan membuat pasien
sering merasa cemas dengan kondisi suaminya. Suami pasien bahkan
pernah hingga dirawat di ICU dengan penyakit Jantung dan TB Paru.
Hingga saat ini, suami pasien masih sering mengeluh sesak dan berdebar-
debar. Suami pasien juga rutin control ke Puskesmas untuk berobat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit : Hipertensi
sejak thun 2008
asam urat disangkal
diabetes disangkal
penyakit paru disangkal
penyakit jantung disangkal
maag disangkal
b. Riwayat mondok : 1x di Puskesmas Kebasen dengan keluhan
utama sulit tidur selama 4 hari
c. Riwayat kecelakaan : disangkal
d. Riwayat pengobatan : obat-obatan
antihipertensi
e. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluarga dengan
penyakit serupa : Ada, yaitu ibu dan adik
pasien
4
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
1. Tanda Vital
a. Tekanan darah: 180/110 mmHg
b. Nadi : 88 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,6O C
2. Status gizi
a. BB : 55 kg
b. TB : 155 cm
c. IMT : 55/(1.55)2 = 22.9 (normal)
Kesan status gizi baik
3. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali <1 detik, ikterus (-)
4. Kepala : mesocephal
5. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
6. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
7. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
8. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
9. Tenggorokan : Radang (-)
10. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
11. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
7
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Auskultasi : suara normal jantung S1>S2, regular, bising (-)
Palpasi : nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8
F. RESUME
Ny.S berusia 55 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear
family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade II. Penderita memiliki
stressor yang dihadapinya setiap waktu yaitu kondisi kesehatan suami yang
tidak bagus. Penderita tinggal bersama suami dan anak ketiganya. Status
ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah. Pendidikan pasien juga
rendah. Penderita tinggal di lingkungan pemukiman tidak padat penduduk,
dengan kondisi rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan
yang kurang, serta kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. S dengan
masyarakat sekitar baik.
G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade II
2. Diagnosis Psikologis : Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang
suami yang memburuk
3. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah
4. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik
5. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
baik.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
9
I. PENATALAKSANAAN
1. Patient Centered
a. Medikamentosa
1) ACE inhibitor : Captopril 12.5 mg 2 x1
2) Diuretik : Hidrochlorotiazide (HCT) 25 mg 1x1
b. Non Medikamentosa
1) Bed rest tidak total
2) Edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
dengan latihan fisik secara teratur
- Istirahat cukup
- Manajemen stress
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, serta
menurunkan asupan lemak
- Hindari makanan tinggi kolesterol
- Hindari stressor pikiran
- Kontrol tekanan darah secara rutin
- Hindari makanan yang asin (menurunkan asupan
garam), berlemak, bersantan, gorengan dan minum kopi
Pengobatan Focus Family
a. Keluarga hendaknya bisa memilihkan makanan Ny.S, makanan yang asin
sebaiknya jangan dimakan oleh Ny.S karena akan meningkatkan tekanan
darah.
b. Karena Ny.S memiliki riwayat hipertensi, maka sebaiknya suami Ny.S
sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu penyakit
hipertensi.
Pengobatan Focus Community
11
J. FOLLOW UP
Selasa, 28 September 2010
S : nyeri kepala, leher terasa kaku
O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru
vesikuler normal
K. FLOW SHEET
Nama : Ny. S
Diagnosis : Hipertensi grade 2
Tabel 2.1. Flow Sheet
N Tgl Problem TD N BB TB Planning Target
o
1 28/9/ nyeri 180/ 88 55 155 Obat anti Menurunkan
2010 kepala, 110 hipertensi, tensi
leher diuretik, diet
terasa rendah garam,
kaku istirahat cukup
2 29/9/ nyeri 160/ 80 55 155 Obat anti Tekanan
2010 kepala 100 hipertensi, darah
berkurang diuretik, diet menjadi
, leher rendah garam, 140/80
masih istirahat cukup
terasa
kaku
3 1/10/ Sudah 140/ 80 55 155 Modifikasi Pertahankan
2010 tidak 80 gaya hidup, tekanan
pusing, istirahat cukup darah
13
leher
masih
terasa
sedikit
kaku
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Ny. S dan Tn.K memiliki 3 orang anak, 2 anak telah
berkeluarga dan 1 anak belum berkeluarga. Anak ke-3 tinggal bersama
Ny.S dan Tn.K. Ny.S memiliki 1 orang anak dari pernikahan
sebelumnya dan telah berkeluarga. Ny. S memiliki 3 orang cucu dari
kedua anaknya. Tidak ada anak pasien yang menderita hipertensi.
Riwayat penyakit maag, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan
penyakit paru disangkal. Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua
dan keluarga diterima yaitu ibu dan adik dari Ny.S.
2. Fungsi Psikologis
Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga
dapat dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling
menyayangi dan melindungi. Tn.K sebagai suami telah pensiun dan
sakit-sakitan. Selama dua tahun terakhir, Tn.K terhitung opname di RS
Banyumas sebanyak 5 kali dan di Puskesmas Kebasen sebanyak 3 kali,
bahkan di RS Banyumas pernah hingga dirawat di ICU selama kurang
lebih dua minggu. Riwayat penyakit Tn.K adalah TB Paru dan
Penyakit Jantung. Tn.K hingga saat ini masih sering mengeluhkan
sesak nafas dan berdebar-debar, terutama setelah berjalan agak jauh.
Kondisi Tn.K ini dipandang Ny.S sebagai beban sehingga pasien
sering cemas memikirkan kondisi kesehatan Tn.K. Bila Tn.K
mengalami sedikit keluhan tentang penyakitnya, Ny.S langsung
merasa pusing dan sulit tidur.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin komunikasi yang
cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota keluarga lainnya siap
untuk mendengarkan dan membantu apabila mampu. Anak ke-3 pasien
tidak bekerja dan selalu memperhatikan kondisi kesehatan kedua
orangtuanya.
3. Fungsi Sosial
16
PARTNERSHIP
Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian
suatu masalah, dapat dikatakan baik. Ny. S selalu menceritakan
perasaannya kepada suami dan anaknya. Sedangkan anak-anak Ny. S yang
tinggal di luar kota masih dapat berkomunikasi melalui telepon, selain itu
anak-anak Ny.S juga selalu mengusahakan untuk berkunjung ke rumah
Ny. S beberapa bulan sekali, walaupun secara bergantian.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan
petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota
keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan Ny. S.
Namun kesadaran akan kesehatan kadang ditentang Ny. S dengan suka
minum kopi, teh dan makanan asin.
AFFECTION
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan
di hati, maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain
sehingga permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.
Rasa sayang antar anggota keluarga juga dapat dilihat dari sikap Ny. S
yang selalu merawat Tn.K dengan sukarela.
RESOLVE
Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga memang
tidak mempunyai jadwal yang tetap. Dalam keluarga tidak mempunyai
kebiasaan makan malam bersama, nonton televisi bersama, karena Ny. S
sibuk dengan kegiatannya. Apabila anggota keluarga sedang berada dalam
rumah, akan diusahakan untuk berkumpul dengan anggota keluarga
lainnya.
18
merupakan tipe orang yang suka bercerita apa yang dirasakannya kepada
istrinya.
Tabel 3.3. A.P.G.A.R. Score Keluarga An.W
A.P.G.A.R. An.W Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang/tidak
selalu kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga √
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas √
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima √
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya √
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya √
membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6
An. W sebagai anak dari Ny. S tidak bekerja agar kedua
orangtuanya yang sakit bisa diperhatikan olehnya bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu. An. W tidak selalu berbagi masalah kepada orangtuanya.
Dia lebih sering bercerita kepada teman-temannya..
A.P.G.A.R. SCORE : (10+9+6) / 3 = 8.3
Kesimpulan : keluarganya dinilai baik.
Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Walaupun
waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan
tetapi komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap
membantu apabila salah satu anggota keluarga mengalami masalah.
D. GENOGRAM
Tn. W
Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny.S
2000
(Sumber; Data Primer, 2010)
Keterangan:
= hubungan baik
Ekonomi :tergolong
ekonomi menengah ke
bawah
Keterangan :
: Faktor Perilaku
D
a
p Dapur
u
r
Kamar Ruang
U
tidur makan
Kamar Ruang
tidur
Kamar Ruang
tidur tamu
Teras
A. MASALAH MEDIS
Hipertensi grade II
3. Riwayat
Ny. S 2. Konsumsi teh dan
keluarga
makanan yang asin
hipertensi. Hipertensi
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
Tabel 5.1. Matriks Prioritas Masalah
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
30
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
(Azwar, 1996)
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Ny. S adalah sebagai berikut :
1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang
menurun
2. Riwayat keluarga hipertensi
3. Konsumsi teh dan makanan yang asin
4. Pra usia lansia
5. Latar belakang pendidikan rendah
6. Ekonomi menengah ke bawah
Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah stress psikis karena
keadaan kesehatan suami yang menurun
a. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan apa
penyakit hipertensi, apa saja yang dapat memacu timbulnya hipertensi,
dan bagaimana cara penatalaksanaan hipertensi. Lebih khususnya lagi,
pembinaan keluarga ini bertujuan agar pasien dapat lebih bisa
mengontrol stress psikis yang dihadapinya.
32
b. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen stress,
misalnya:
a.Membantu pasien untuk mengendalikan emosi, melatih
kesabaran, hal ini dapat dilakukan dengan cara mendekatkan diri
pada Allah SWT.
b. Bantu pasien untuk melaksanakan terapi meditasi
dan relaksasi, dan melakukan olahraga ringan misalnya seperti
senam lansia.
c.Meningkatkan harga diri pasien, meyakinkan pada pasien
bahwa sakit yang dialami pasien dapat diatasi jika pasien mau
mengikuti saran dokter dan petugas kesehatan untuk melaksanakan
pola hidup sehat
d. Tetap melibatkan pasien dalam aktivitas sosial
sesuai kemampuan
e.Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat
berpengaruh terhadap pasien dalam menghadapi penyakitnya
f. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga
suasana hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis
dan mengurangi timbulnya konflik dengan pasien yang memacu
emosi pasien hipertensi
g. Ajarkan pada keluarga agar tetap memperhatikan
pasien dan membuat pasien tetap merasa dihargai dengan cara tetap
melibatkan pasien dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan
kemampuan
h. Membina hubungan kasih sayang dan keharmonisan
dalam keluarga, sering mengajak pasien ngobrol dan bersenda gurau
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan
hipertensi, misalnya:
a.Kurangi konsumsi garam.
b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium,
magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu
33
A. STRESS PSIKIS
Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah
deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon
berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka
secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf
simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk
menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).
Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang ’General Adaptation
Syndrome (GAS)’, (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990;
Taylor, 1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan
mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh
kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa
memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola
reaksi fisiologis yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan
mengulangi atau memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem
(wear and tear of the system) (Taylor, 1991).
Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan
manusia tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang
kehidupan. Kadang-kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang.
Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung
pada keadaan rasa sakit dan umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan
muncul dalam seseoang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang
melawan, bila seseorang mengalami konflik.
35
B. HIPERTENSI
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya
gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung
jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya
angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan
obat jangka panjang.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alas an penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent
killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ
vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi,
seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada
saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka
tertentu yang bermakna..
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada
dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4
kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg
dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap
sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan
darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini
harus diberi terapi obat.
36
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi
kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:
1. Hipertensi primer (Essensial)
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Kira-kira 90% hipertensi adalah jenis ini. Nama lain dari
hipertensi ini adalah hipertensi esensial atau idiopatik. Hipertensi esensial
adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi
39
D. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan dan
mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Hipertensi juga dapat
menyebabkan komplikasi pada organ lain. Komplikasi yang paling sering
adalah stroke, penyakit jantung koroner, dan akhirnya menjadi gagal jantung
41
dan gagal ginjal. Penyakit stroke dan jantung koroner merupakan penyebab
kematian tertinggi.
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi nonmedika
mentosa (nonfarmakologi) dan medika mentosa (farmakologi). Pengobatan
nonmedika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan antihipertensi.
Misalnya edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup dengan
olahraga secara teratur; diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah
kolesterol, dan tinggi serat; hindari minum alkohol, rokok, dan kopi; hindari
stressor pikiran; istirahat cukup.
Sedangkan terapi farmakologi, dengan menggunakan obat-obat
antihipertensi. Terdapat berbagai macam obat antihipertensi:
1. β Blocker, seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut
jantung dan tekanan darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal
adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tidak diragukan
lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping yang ditimbulkan
antara lain letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan
hiperlipidemia. Kontraindikasi pada penderita asma, hati-hati bila
digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.
2. Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan
efektif.
3. Antagonis kanal kalsium: vasodilator yang menurunkan
tekanan darah. Nifedipine (kemungkinan amlodipin) menyebabkan
takikardia refleks kecuali bila diberikan juga β Blocker. Efek sampingnya
muka merah, edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali
amlodipin)
4. ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan
ramipril, memberikan efek antihipertensi dengan menghambat
pembentukan angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal
jantung, gangguan fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit
jantung koroner (PJK) bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal
akut pada penderita hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita
42
VIII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik Ny.S adalah:
a. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade II
b. Diagnosis Psikologis : Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang
suami yang memburuk
c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah
d. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik
e. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
baik.
B. SARAN
Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai manajemen stress
dan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi.
Promotif :
1. Kontrol secara teratur tekanan darah
2. Kontrol berat badan
Preventif :
1. Olahraga secara teratur
2. Diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi
serat
3. Hindari minum alkohol, rokok, teh dan kopi
4. Hindari stressor pikiran
5. Istirahat cukup
44
Kuratif
Obat antihipertensi
Rehabilitatif
Tetap rutin untuk konsumsi obat hipertensi, dan secara teratur control
tekanan darah ke pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal: 197-
205.
Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. PT. Gasindo. Jakarta. Hal: 107-8.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI. Jakarta.
Hal: 1654-5.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
45
LAMPIRAN
FOTO 1
FOTO 4
47
FOTO 5
FOTO 6
48