PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2
2.2. Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara Heteroanamnesis dilakukan kepada Ibu pasien (Ny.S)
1. Keluhan Utama : Muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 6 hari yang lalu An.K mengalami muntah ± 2 kali/hari. Muntahan berupa susu
formula berwarna coklat (susu yang diminum susu coklat), sebanyak ½ dot (kira-kira ±120
ml). Menurut ibu penderita (Ny.S), muntah terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui
penyebab sebelumnya. Ny.S mengatakan An.K juga mengalami penurunan nafsu makan.
Oleh sebab itu, An.K hanya diberi susu formula. Ny.S menyangkal adanya keluahan diare
dan demam. Pada hari ke-5 terjadinya muntah, An.K dibawa berobat ke Poli Umum dan
diberi resep domperidon. Namun keluhan tidak mereda. Keluhan lain seperti : sakit kepala
(-), batuk pilek (-), luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-), hidung tersumbat (-),
mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), mulut kering (+), suara serak (-), sesak nafas (-),
muntah (+), diare (-), nafsu makan meningkat (-), nafsu makan menurun (+), nyeri perut
(-), rewel (+), BAK frekuensi menurun 1 hari ganti pempers 2 kali, kejang (-), ekstremitas
luka, nyeri dan bengkak disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Dengue Fever, Cacar air
4. Riwayat sakit serupa : Disangkal
Riwayat mondok : Pernah masuk rumah sakit (MRS) dengan diagnosa sakit
yang sama (-), Dengue Fever (-).
Riwayat penyakit jantung: Disangkal
Riwayat sakit kejang : Disangkal
Riwayat alergi obat : Disangkal
Riwayat alergi makanan : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :Kakak An.G pernah MRS karena mengalami keracunan
makanan akibat meminum susu basi.
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat sakit gula : Disangkal
Riwayat jantung : Disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
3
An.K adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Ayah An.K, Tn.I berkerja sebagai wiraswasta
pedagang dipasar begitu pula ibu An.K, Ny.S juga bekerja sebagai wiraswasta pedagang
dipasar membantu Tn.I. Orang tua An.K bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Selagi
ditinggal bekerja, An.K ditinggal di rumah bersama dengan pembantu rumah tangga.
Kakak An.K, saat ini berumur 7 tahun dan sedang menempuh pendidikan sekolah dasar.
Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari, dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua
dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
7. Riwayat Gizi
Frekuensi makan sehari-hari biasanya 2 kali sehari dengan variasi lauk pauk. Diberi
minum susu formula. ASI hanya diberikan selama An.K berusia 0-1 bulan.
8. Riwayat Pranatal
Kenaikan berat badan ibu : Ny.S mengalami peningkatan berat badan sebanyak ±7 kg dari
sebelum kehamilan hingga hamil usia 9 bulan
Jumlah kehamilan :3
Lama Kehamilan : ± 36 minggu
Komplikasi : disangkal
Perdarahan abnormal : disangkal
Obat yang pernah digunakan : disangkal
9. Riwayat Kelahiran
Jumlah kelahiran :2
Berat lahir : An.K 3.300 gram
10. Riwayat Neonatal
Ikterus : disangkal
Sianosis : disangkal
Masalah respirasi : disangkal
Kondisi saat lahir : Normal
11. Riwayat Perkembangan
Mulai bisa berjalan pada usia 14 bulan. Saat ini usia An.K 3 tahun, bisa menyebutkan nama
lengkap, bisa menggunakan celana dan melepas celana sendiri.
12. Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengakap mulai dari hepatitis B, BCG, DPT, polio, dan campak.
4
2.2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Kesan : Tampak lemas (lethargi), tampak sakit sedang,
kesadaran composmentis (GCS E4 V5 M6 )
Vital sign : 12 Kg Pernafasan : -
:- Suhu : 36,4 C
Tensi : - Sp02 : 97 %
: 110 x/menit
Kulit : Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit menurun (+)
Bentuk normocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut (-),
Kepala makula (-), papula (-), nodula (-).
Mata Mata cowong (+/+), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), pupil
isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+), warna kelopak (coklat
kehitaman), katarak (-/-), arcus senilis (-/-), radang/conjunctivitis/ uveitis
(-/-).
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung
(-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-),
tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
Telinga : Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),
cuping telinga bentuk
Tenggorokan Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
: JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
Leher pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
:
1. Gastroenteritis akut
2. Ulkus peptikum
6
3. Pankreatitis
4. Keracunan makanan
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Planning : Darah Lengkap, C-Reactive Protein (CRP), Urin Lengkap.
Darah Lengkap – Spesimen darah (Tanggal 08 Oktober 2014) Jumlah Sel
Darah
Hemoglobin : 12,1 g/dL MCHC
Hematokrit MCH
Leukosit
Trombosit
Eritrosit Differential
PDW
Basofil
RDW-CV
Eosinofil
MPV
Limfosit
PCT
Monosit
Index Netrofil
Large Imm. Cell
MCV
Atyph
2.6. Resume
Berdasarkan heteroanamnesis yang dilakukan pada ibu An.K (Ny.S), An.K usia 3 tahun muntah
sejak 6 hari yang lalu dengan frekuensi ± 2 kali/hari. Selain muntah, An.K juga mengalami penurunan
nafsu makan. Keluhan diare dan demam disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak lemah dan sakit sedang, kesadaran composmentis, mata cowong (+), mulut kering (+),
penurunan frekuensi buang air kecil (+), status gizi nampak baik. Hasil laboratorium pemeriksaan
darah lengkap yang menunjukkan adanya kelainan adalah penurunan limfosit (limfopenia) dan
peningkatan monosit (monositosis).
2.7. Diagnosis Holistik
An.K merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Tn.I dan Ny.S dan merupakan
penderita gastroenteritis akut dengan observasi vomiting dan dehidrasi derajat ringan/sedang.
An.K tinggal bersama kedua orangtuanya dan kakaknya yang dapat digolongkan dalam
nuclear family.
1. Diagnosis Klinis
7
An.K menderita suspect gastroenteritis akut dengan observasi vomiting dan dehidrasi
berat.
2. Diagnosis Resiko Internal
Pasien merupakan seorang anak usia 3 tahun yang masih belum mengetahui tentang
pembelajaran personal hygiene.
3. Diagnosis Resiko Eksternal
Setiap hari (pagi hingga sore hari) An.K dititipkan kepada pembantu rumah tangga
sehingga kurang pemantauan dan perhatian langsung dari orang tua. Pasien aktif
berhubungan dan bermain dengan teman sebayanya. Kemungkinan pasien tertular melalui
kontak langsung dengan penderita infeksi saluran cerna.
2.8. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Menjelaskan kepada orangtua/wali An.K mengenai keadaan dan kondisi An.K
Memberikan diit TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Medikamentosa
Tanggal 08 Oktober 2014
Resusitasi cairan dengan pemberian infus KAEN-3B intravena dengan jumlah cairan
840cc/5 jam (50 tetes/menit) dilanjutkan dengan terapi rumatan KAEN-3B dengan
jumlah cairan 1100cc/24 jam (15 tetes/menit).
Injeksi Cefotaxim 3x400 mg
Injeksi Ondansentron 3x1,5 mg
Injeksi Ranitidin 2x15 mg
Injeksi Omeperazol 1x20 mg
Injeksi Antrain 150 B Kp
2.9. Follow Up
Nama : An.G
Diagnosis : Susp. Gastroenteritis Akut
11
12
BAB III
DAFTAR MASALAH
4. Kurangnya perhatian
dari orang tua
3. Kurangnya pengetahuan
5. Hunian padat An.K mengenai kebersihan
penduduk diri
An.K, 3 tahun
Diagnosa :
observasi vomiting dan
dehidrasi ringan/sedang
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
14
Gambar 2.2 Anatomi Lambung. Bagian abdominal, oesofagus, dan lambung.1
Faktor kimiawi, saraf (neural), dan hormonal yang multipel berpartisipasi dalam
pengaturan sekresi asam lambung. Sekresi asam dirangsang oleh gastrin dan oleh serabut
vagal paskaganglion melalui reseptor kolinergik muskarinik pada sel parietal. Gastrin,
stimulan sekresi asam lambung yang dikenal paling kuat, dikandung dalam dan dilepaskan ke
15
dalam sirkulasi dari granula sekretorius sitoplasmik sel gastrin (sel G) yang tersebar satu-satu
atau dalam kelompok kecil diantara sel pelapis epitelial bagian tengah dan lebih dalam dari
kelenjar pilorik antral. Efek gastrin dan perangsangan vagal pada sekresi asam lambung
saling berhubungan dengan erat. Perangsangan vagal meningkatkan sekresi asam lambung
melalui perangsangan kolinergik sekresi sel parietal, dengan dirangsangnya pelepasan gastrin
ke dalam sirkulasi, dan dengan menurunkan ambang sel parietal untuk berespon terhadap
konsentrasi gastrin yang beredar. Cabang atau serabut tertentu juga mencegah pelepasan
gastrin.3
Pengaturan sekresi pepsinogen oleh sel peptik di dalam kelenjar oksintik terjadi sebagai
respons terhadap dua jenis sinyal: (1) perangsangan sel-sel peptik oleh asetilkolin yang
dilepaskan oleh nervus vagus atau oleh pleksus saraf enterik gastrik dan (2) perangsangan
sekresi sel peptik sebagai respon terhadap adanya asam di lambung. asam kemungkinan tidak
merangsang sel peptik secara langsung tetapi justru menimbulkan refleks saraf enterik
tambahan yang mendukung saraf asli pemberi sinyal ke sel-sel peptik. Karena itu, kecepatan
16
sekresi pepsinogen, prekursor enzim pepsin yang menyebabkan pencernaan protein,
dipengaruhi kuat oleh jumlah asam di dalam lambung.4
Rangsang fisiologik utama untuk sekresi asam lambung ialah menyantap makanan.
Secara tradisional, pengaturan sekresi asam lambung telah diklasifikasikan dalam tiga tahap
yakni, sefalik, gastrik, dan intestinal. Tahap sefalik yang mencakup respon sekresi asam
lambung pada pandangan, bau, rasa, dan menantikan makanan. Tahap lambung disebabkan
oleh makanan dalam lambung. Tahap usus disebabkan karena masuk atau terdapatnya
makanan di dalam lumen usus halus.3
17
Diadaptasi dari dr. Deddy Satya Putra, Sp.A yang diadaptasi dari buku Nelson WE, Behrman
RE, Kliegman RM, Arfin AM, editor. Nelson Text Book of Pediatrics 15th ed Philadelphia
Edition, Saunders; 1996; 1033
Etiologi
Penyebab terjadinya muntah dibedakan menjadi 2 kategori, yakni bilious dan non bilious.8
Diadaptasi dari Review Article oleh Karen F Muray dan Dennis L. Christie dalam Pediatrics
in Review. © Copyright by American Academy of Pediatrics. Print ISSN: 0191-9601.8
6. Ulkus Lambung
Ulkus lambung adalah kerusakan lokal permukaan jaringan yang meluas melalui mukosa
muskularis hingga submukosa yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang
pada lambung yang terpajan getah asam-peptik sehingga sel mengalami kematian dan tidak
18
mampu memproduksi getah lambung sebagaimana mestinya. Ulkus lambung paling sering
didiagnosis pada laki-laki dewasa usia pertengahan sampai lanjut, tetapi lesi ini mungkin
sudah muncul pada usia muda. Khususnya diantara para pemakai kronis obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), alkoholik, dan perokok.9
Faktor Asam Lambung; Pengaturan Sekresi Asam Lambung Pada Sel Parietal
(Schwarst 1910)
Timbulnya ulkus peptikum akibat infeksi H.pylori adalah karena bakteri ini mampu
bertahan dalam kondisi asam, hidup pada permukan epitel di antrum, mengandung enzim
urease dan alfa-karbonil anhidrase. Enzim urease mampu mengubah urea menjadi amonia
dan karbon dioksida, sedangkan alfa-karbonil anhidrase akan mengubah karbon dioksida
menjadi bikarbonat. Amonia dan bikarbonat ini yang nantinya akan mentralkan kondisi asam
dan melindungi kuman terhadap HCl, kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa lambung,
dan pada akhirnya H.pylori berkolonisasi di lambung tersebut. Sebagai akibatnya H.pylori
berproliferasi dan muncul respon inflamasi sebagai sistem pertahanan lambung.10
Proses ini juga dipengaruhi oleh faktor host, lamanya infeksi (lokasi, respon
inflamasi, genetik), bakteri (virulensi, struktur, adhesin, porins, enzim urease dan alfa-
karbonil anhidrase), dan lingkungan (asam lambung, NSAIDs, empedu, dan faktor iritan
19
lainnya) sehingga terbentuklah ulkus peptikum mukosa lambung, Mucosal Associated
Lymphoid Tissue (MALT) limfoma, dan kanker lambung.10
Penggunaan OAINS
Sel mast dapat diaktivasi oleh iskemia dan antigen yang kemudian mengeluarkan
mediator, seperti histamin dan platelet activating factor yang dapat meningkatkan
permeabilitas epitelium. Mediator tersebut juga dapat mempengaruhi permeabilitas
20
endotelium pembuluh darah serta meningkatkan molekul adesi pada endotelium dan pada
leukosit. TNF juga dikeluarkan oleh sel mast dan dapat meningkatkan interaksi adesi leukosit
dan endotel. Prostaglandin dan nitric oxide mempunyai kemampuan untuk menghambat
reaktivitas dari sel mast, karenanya dapat menghambat efek yang muncul akibat aktivasi sel
mast.14,15,16
Jenis
obat/mekanisme
Contoh Dosis
penghambatan
asam lambung
21
Pantoprazole 20 g/d
Esomeprazole 1 g qid
Obat pelindung Sucralfate
mukosa sukralfat 200 μg/ qid
Analog Misoprostol
prostaglandin Bismuth Sub Salicylate
Obat yang (BSS)
mengandung
bismut
7. Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang paling sering menyerang bayi maupun
anak-anak. Trias gastroenteritis adalah muntah/vomiting, diare, dan demam. Waspada dalam
mengevaluasi anak dengan gejala muntah. Anak dengan nutrisi yang kurang dapat
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi.17
Etiologi
Penyebab paling sering terjadinya gastroenteritis akut adalah 70% diakibatkan oleh
virus (rotavirus, norovirus, enteric adenovirus, calicivirus, astrovirus, dan enterovirus), kedua
adalah infeksi bakteri dengan persentase 10-20% (Compylobacter jejuni, Non-typhoid
salmonella spp, Enteropathogenic Escherichia coli, Shigella spp, Yersinia enterocolitica, S.
typhii dan S. paratyphii, dan Vibrio cholera). Ketiga adalah parasit protozoa dengan
presentase <10% (Cryptosporidium, Giardia lamblia, Entamoeba histolytica), dan helminthes
(Strongyloides stercoralis).17
Manifestasi Klinik17
Gejala:
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri Abdomen
5. Riwayat bepergian menuju daerah endemik kolera atau parasit
6. Riwayat penggunaan obat antibiotik
7. Adanya tanda-tanda infeksi: demam, menggigil, myalgia, batuk
Tanda:
1. Kesan umum: tampak sakit, letargi, irritable (tanda dehidrasi)
22
2. Kepala, mata, telinga, hidung, bibir - membran mukosa kering, air mata kering, mata cekung
(tanda dehidrasi)
3. Kulit: Abdominal rash: mengindikasikan typhoid fever (infeksi Salmonella typhii), penurunan
turgor kulit.
4. Adanya tanda-tanda dehidrasi.
Diagnosa Banding17
1. Ulkus lambung
2. Pankreatitis
3. Hepatitis
4. Appendicitis
5. Pertusis
6. Infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Penunjang17
1. Darah lengkap
2. Elektrolit
3. Urinalisis
4. Kultur urin
5. Faeces lengkap
6. Kultur faeces
7. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP)
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Tujuan farmakoterapi pada pasien dengan gastroenteritis akut adalah untuk mengurangi
angka morbiditas, mencegah terjadinya komplikasi, dan untuk terapi profilaksis. Antidiare
(contoh: Kaolin pectin) dan anti-emetik (contoh: loperamid) menjadi kontraindikasi pada
pasien dengan gastroenteritis akut, karena penggunaan terapi tersebut tidak menguntungkan
sebagai terapi dan juga meningkatkan resiko terjadinya efek samping, yakni ileus, nausea.17
23
8. Dehidrasi
Tabel 5.1 Klasifikasi dehidrasi berdasarkan World Health organization (WHO)18
Diadaptasi dari Buku Saku Pelayanan Anak Di RS yang diadaptasi dari Department of Child
and Adolescent Helath and Development (CAH World Organization, Switzerland 2011.
Diadaptasi dari Prof. Elliot Elizabeth Jane. clinical review Acute Gastroenterology in
Children. Pediatric and Child Health Sydney university. Yang diadaptasi dari World Health
24
Organization. The treatment of diarrhoea—a manual for physicians and other senior health
workers. 4th rev. Geneva: WHO, 2005.
Rencana Terapi
1. Tatalaksana anak dengan dehidrasi ringan dapat terlihat pada tabel 5.3
2. Tatalaksana anak dengan dehidrasi ringan dapat terlihat pada tabel 5.4
3. Tatalaksana anak dengan dehidrasi ringan dapat terlihat pada tabel 5.5
25
Tabel 5.5 Rencana Terapi A
Tanpa Dehidrasi18
26
27
Tabel 5.7 Rencana Terapi C
(Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat)18
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Dasar Penegakan Diagnosis dan Rencana Penatalaksanaan
28
Faktor Resiko An.K
Internal Usia 3 tahun
1. Infeksi (bakteri, virus,
parasit)
2. Ketidakseimbangan antara Anamnesa:
faktor pertahanan dan faktor 1. Keluahan utama muntah
agresif lambung 2. Muntah selama 6 hari
Eksternal 3. Penurunan nafsu makan
1. Pengetahuan orang tua 4. Penurunan frekuensi buang air kecil
2. Personal Hygiene Pemeriksaan Fisik:
3. Daerah padat penduduk KU: tampak sakit sedang, letargi, composmentis (E4 V5 M6)
4. Kurangnya intake makanan TTV: N: 110x/menit, Suhu: 36,4o C, BB:12 Kg
Mata cowong (+), Mukosa kering (+), Akral dingin (+)
Differential Diagnosa
1. Darah Lengkap 1. Gastroenteritis
Hemoglobin:12,1 g/dL Hematokrit: 36,8 % 2. Cholecystitis
Leukosit: 7,34 ribu/uL Trombosit: 210 ribu/uL 3. Ulkus lambung
Eritrosit: 4,37 juta/uL PDW: 12,0 fL 4. Keracunan makanan
RDW-CV: 11,4 % MPV: 7,81 fL 5. Dehidrasi
PCT: 0,2 % ringan/sedang
Index 6. Dehidrasi berat
MCV: 84,2 fL
MCH: 27,6 pg
MCHC : 32,9 % Planning Diagnosa
Differential 1. Darah Lengkap
Basofil: 0,2 % Eosinofil: 2,7 % 2. Elektrolit
Limfosit: 28,0 % Monosit: 10,8 % 3. C-Reactive Protein
Netrofil: 58,3 % 4. Endoscopy
2. Serologi-Spesimen darah
CRP: +6
Working Diagnosa
Susp. Gastroenterologi akut dengan
vomiting dan dehidrasi berat
Tatalaksana
Farmakoterapi:
1. Terapi Untuk Rehidrasi
Sesuai Tabel 5.7 Rencana Terapi C
2. Terapi Simptomatik
Sebagai antiemetik injeksi ondansentron 3x1,5 mg
Penghambat pengeluaran asam injeksi Ranitidine 2x15 mg dan omeprazol 1x20 mg
Sebagai analgesik dan antipiretik injeksi antrain (metamizol) 150 B Kp (jika anak
demam)
Curiga adanya bakteri pada saluran cerna injeksi Cefotaxime 3x400 mg
29
Gambar 6.1 Differential Diagnosis of Nausea and Vomiting20
30
31
Gambar 6.2 Algoritma Vomiting20
32
Gambar 6.3 Tes Diagnostik 20
33
Gambar 6.3 Pemilihan Antiemetik 20
BAB VII
PENUTUP
34
7.1 Kesimpulan
1. Diagnosis Klinis
An.K menderita susp. Gastroenteritis akut dengan vomiting dan dehidrasi berat.
2. Diagnosis personal
15. An.K datang diantar ibunya Ny.S dengan keluhan muntah yang tidak mereda selama 6
hari disertai keluhan penurunan nafsu makan serta penurunan frekuensi buang air kecil.
Sebelum di mondok, Ny.S membawa An.K ke poli umum dan sudah minum obat yang telah
diresepkan dokter poli umum.
16. Harapan keluarga An.K ingin sembuh dan bisa kembali aktif.
3. Diagnosis Resiko Internal
Pasien merupakan seorang anak usia 3 tahun yang masih belum mengetahui tentang
pembelajaran personal hygiene.
4. Diagnosis Resiko Eksternal
Setiap hari (pagi hingga sore hari) An.K dititipkan kepada pembantu rumah tangga sehingga
kurang pemantauan dan perhatian langsung dari orang tua. Pasien aktif berhubungan dan
bermain dengan teman sebayanya. Kemungkinan pasien tertular melalui kontak langsung
dengan penderita infeksi saluran cerna.
5. Derajat Fungsional
Derajat fungsional An.K memiliki score 5 karena An.K hanya mampu berbaring pasif dan
perawatan diri dilakukan oleh orang lain dalam hal ini ibu An.K.
7.2 Saran
Promotif
1. Memberikan penjelasan mengenai gizi seimbang.
2. Meberikan penjelasan mengenai personal hygiene.
Preventif
1. Mengatur pola makan dengan gizi seimbang.
2. Memberikan anak multivitamin penambah nafsu makan.
3. Meningkatkan kualitas personal hygiene dengan memberi pengetahuan kepada anak tentang
cara cuci tangan dan membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum makan dan setelah
beraktivitas di luar.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Edisi
Kelima Jilid 1 Hal: 248-259. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Fitrie AA. 2004. Histologi Lambung. Sumatera Utara: e-USU Repository ©2004 Universitas
Sumatera Utara.
3. McGuigan, James E. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam volume 4; Ulkus
Peptikum dan Gastritis hal.1532. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 Bab 64 Fungsi Sekresi
Saluran Pencernaan Hal: 832; Alih bahasa, Irawati. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
36
5. Kargman S, Charleson S, Cartwright M, Frank J, Riendeau D, Mancini J, Evans J, O’Neill G.
1996. Characterization of Prostaglandin G/H Synthase 1 and 2 in Rat, Dog, Monkey, and
Human Gastrointestinal Tracts [Online]. By The American Gastroenterological Association.
6. Hasler WL, Chey WD. Nausea and vomiting. Gastroenterology 2003;125:1860-7.
7. dr. Deddy Satya Putra, Sp.A yang diadaptasi dari buku Nelson WE, Behrman RE, Kliegman
RM, Arfin AM, editor. Nelson Text Book of Pediatrics 15th ed Philadelphia Edition,
Saunders; 1996; 1033.
8. Karen F Muray dan Dennis L. Christie dalam Pediatrics in Review. © Copyright by
American Academy of Pediatrics. Print ISSN: 0191-9601.
9. Crawford JM, Kumar V. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2; Rongga Mulut
dan Saluran Gastrointestinal Hal: 625. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
10. Tarigan, Pengarapen. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V; Tukak Gaster Hal:
338. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
11. Wallace JL. 2001. Pathogenesis of NSAID-induced Gastroduodenal Mucosal Injury Best
Practice & Research Clinical Gastroenterology Vol.15, No.5, pp.691-703 [Online]. Available
at: URL:http://www.idealibrary.com.
12. Wallace JL, Granger DN. The Cellular and Molucular Basis of Gastric Mucosal Defense
[online]. Available at: The Faseb Journal URL: http://www.fasebj.org/content/10/7/731.
13. Hogaboam CM, Bissonnette EV, Chin BC, Befus AD, and Wallace JL. 1993. Prostaglandins
inhibit inflammatory mediator release from rat mast cells. Gostroentenology 104, 122-129
14. Kanwar S, Wallace JL, Befus D, and Kubes, P. 1994. Nitric oxide synthesis inhibition
increases epithelial permeability via mast cells. Am.). Physiol. 266, C222-G229.
15. Kubes P, Kanwar S, Niu XF, Gaboury JP. 1993. Nitric oxide synthesis inhibition induces
leukocyte adhesion via superoxide and mast cells. FASEB J. 7, 1293-1299.
16. Kubes P. 1992. Nitric oxide modulates epithehial permeability in the feline small intestine.
Am.). Physiol. 262, Cl 138-C 1142.
17. Santuci, KA., Li, J., Windle, ML., Wolfram, W., Halamka, JD., Bechtel, KA. 2014.
Pediatrics Gastroebteritis Treatment and Management. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/801948.
18. Buku Saku Pelayanan Anak Di RS yang diadaptasi dari Department of Child and Adolescent
Helath and Development (CAH World Organization, Switzerland 2011.
19. Elliot Elizabeth Jane. 2005. clinical review Acute Gastroenterology in Children. Pediatric and
Child Health Sydney university diadaptasi dari World Health Organization. The treatment of
37
diarrhoea—a manual for physicians and other senior health workers. 4th rev. Geneva:
WHO, 2005
20. Scorza, K., Williams, A., Phillips, JD., Shawl, J. 2007. Evaluation of Nausea and Vomiting.
American Family Physician Web site at www.aafp.org/afp. Copyright © 2007 American
Academy of Family Physicians
38