2008-2012
Januari 2008
Januari 2008
Penanggung Jawab:
Made Sukada
Tim Penyusun:
Wijoyo Santoso
Endy Dwi Tjahjono
Harmanta
Hidayah Dhini Ari
Haris Munandar
Ferry Kurniawan
Oki Hermansyah
Myrnawati Savitri
Tim penyusun mengucapkan terima kasih atas partisipasi, sumbang saran dan informasi dari beberapa pihak
dalam Focus Group Discussion, yaitu: Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, BAPPENAS, IPB,
LIPI, CSIS, KADIN, GAIKINDO, dan API.
Asesmen ini merupakan hasil analisis dan penelitian dari tim peneliti ekonomi di lingkungan Direktorat Riset
Ekonomi dan Kebijakan Moneter (DKM). Asesmen ini sepenuhnya merupakan pendapat dari tim dan tidak
harus menjadi atau mencerminkan pendapat resmi Bank Indonesia.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................................... iv
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................................................... v
BAB 1 - TINJAUAN UMUM ........................................................................................................ 1
1.1 Perkembangan Ekonomi Dunia dan Indonesia .......................................................... 2
1.2 Prospek Ekonomi Indonesia 2008-2012 ................................................................... 4
1.3 Implikasi Kebijakan Ekonomi Makro dan Sektoral ..................................................... 5
BAB 2 - TINJAUAN TERKINI PEREKONOMIAN DUNIA DAN INDONESIA ....................................... 7
2.1 Gambaran Perekonomian Dunia .............................................................................. 7
2.2 Gambaran Perekonomian Indonesia ......................................................................... 10
2.2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Indonesia .................................................. 10
2.2.2 Perkembangan Sektoral Ekonomi Nasional ..................................................... 14
2.2.3 Perkembangan Kebijakan Sektor Riil dan Ekonomi Makro .............................. 17
BAB 3 - MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015: IMPLIKASINYA TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA ............................................................................................ 19
3.1 Latar Belakang Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ...................................... 20
3.2 Dinamika Perekonomian ASEAN .............................................................................. 22
3.3 Tinjauan Konseptual Teoretis Integrasi Ekonomi ....................................................... 25
3.4 MEA dan Implikasi Kesejahteraan ............................................................................ 29
3.4.1 Dampak Terhadap Perdagangan Barang ......................................................... 29
3.4.2 Dampak Terhadap Investasi, Pertumbuhan dan Kemiskinan ............................ 30
3.4.3 Dampak Terhadap Kondisi Ketenagakerjaan ................................................... 31
3.5 MEA dan Distribusi Output Pasca-Integrasi ............................................................... 33
3.6 MEA 2015 dan Peran Otoritas Moneter ................................................................... 35
3.7 Implikasi Kebijakan .................................................................................................. 36
3.7.1 Perbaikan Iklim Investasi dan Penguatan Institusi ............................................ 37
3.7.2 Persiapan di Tingkat Sektoral ......................................................................... 37
Boks: Dampak Kesepakatan AFTA Bagi Kinerja Ekspor ASEAN-5: Suatu Pendekatan
Model Gravitasi ........................................................................................... 39
BAB 4 - PROSPEK EKONOMI JANGKA MENENGAH .................................................................... 43
4.1 Asumsi Perekonomian Global 2008-2012 ................................................................ 43
a. Pertumbuhan Ekonomi Dunia ........................................................................ 43
b. Harga Komoditas Dunia ................................................................................. 44
c. Suku Bunga Internasional .............................................................................. 45
d. Aliran FDI Global ............................................................................................ 45
4.2 Asumsi Perekonomian Indonesia 2008-2012 ............................................................ 46
a. Kondisi Keuangan Pemerintah ....................................................................... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Thailand ................................... 58
Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Indonesia .................................. 58
Tabel 5.3 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Kamboja ................................... 58
Tabel 5.4 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Singapura ................................. 58
Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Malaysia ................................... 58
Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Filipina ...................................... 58
Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan Kinerja Ekonomi Makro Vietnam ................................... 58
Tabel 5.8 Inward FDI dan Kinerja Ekonomi Makro - Tahun Referensi 2006 .............................. 59
Tabel 5.9 Inward FDI dan Kinerja Ekonomi Makro - Periode Referensi 2002-2006 ................... 59
Tabel 5.10 Kontribusi Provinsi Terhadap Ekspor Impor Nonmigas ............................................... 60
Tabel 5.11 Komoditas Ekspor Utama dan Beberapa Wilayah Pengekspornya ............................. 61
Tabel 5.12 Hasil Estimasi Model Gravitasi ................................................................................... 63
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4. 1 Reformasi Struktural, Penawaran Agregat dan Kinerja Ekonomi Indonesia ............ 47
SAMBUTAN
DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA BIDANG KEBIJAKAN MONETER
DALAM RANGKA PENERBITAN
BUKU OUTLOOK EKONOMI INDONESIA EDISI JANUARI 2008
Outlook Ekonomi Indonesia edisi Januari 2008 merupakan publikasi berkala (setiap enam bulan)
Bank Indonesia edisi ke-empat sejak diawali penerbitan perdana bulan Juli 2006. Setiap enam bulan,
yakni bulan Januari dan Juli, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia menyusun
Outlook Ekonomi Indonesia dengan tujuan untuk memberikan terawangan beberapa aspek perekonomian
Indonesia jangka menengah dan panjang (5 tahun kedepan). Aspek perekonomian Indonesia yang
diterawang adalah pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, tingkat pengangguran dan neraca
transaksi berjalan berdasarkan Model Makroekonomi Bank Indonesia (MODBI).
Outlook Ekonomi Indonesia edisi Januari 2008 menguraikan bagaimana suatu kebijakan moneter
yang prudent dengan tingkat inflasi yang rendah merupakan kebijakan moneter yang pro-investment.
Kebijakan peningkatan penawaran agregat secara signifikan merupakan prasyarat tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa mengorbankan stabilitas harga. Inflasi yang rendah dan stabil
akan mendorong membaiknya iklim investasi sehingga stok kapital meningkat secara signifikan. Dengan
demikian, kebijakan untuk memperbaiki iklim investasi menjadi sangat penting terlebih dalam menghadapi
perekonomian global yang dinamis dan tidak menentu. Peningkatan investasi terutama FDI, perbaikan
kualitas human capital bangsa, serta alih teknologi ekstensif dan intensif menuju produktivitas dan
efisiensi perekonomian yang tinggi harus terus diupayakan agar menjadi semangat dari tiap kebijakan
nasional, regional maupun sektoral. Outlook Ekonomi Indonesia edisi ini juga dilengkapi dengan tema
khusus yakni ≈Integrasi Perekonomian ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional.∆
Akhir kata, atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, saya mengharapkan agar Outlook
Ekonomi Indonesia ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan umpan balik dari pembaca sangat kami
harapkan demi penyempunaan Outlook Ekonomi Indonesia di masa mendatang serta semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhoi pekerjaan kita dan meringankan langkah kita dalam berusaha
menuju masa depan yang lebih baik.
Hartadi A. Sarwono
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dan atas perkenanNya,
maka buku Outlook Ekonomi Indonesia (OEI) 2008-2012 Edisi IV, Januari 2008 telah diselesaikan. Berbeda
dengan OEI sebelumnya, OEI kali ini mengkaji tentang peluang dan tantangan Indonesia menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, serta implikasinya terhadap perekonomian
Indonesia. Isu integrasi ekonomi dititikberatkan mengingat telah disepakatinya cetak biru (blue print)
pembentukan MEA 2015 November 2007 lalu oleh Indonesia, bersama-sama dengan sembilan negara
anggota ASEAN lainnya, sebagai komitmen dalam mewujudkan suatu kawasan yang stabil, makmur,
berdaya saing tinggi, dengan pertumbuhan ekonomi yang berimbang serta berkurangnya kemiskinan
dan kesenjangan sosial ekonomi. Kebutuhan akan asesmen faktor fundamental perekonomian Indonesia,
termasuk asesmen integrasi ekonomi ASEAN, semakin dibutuhkan untuk mendukung analisis dan proyeksi
arah perkekonomian jangka menengah panjang hingga lima tahun ke depan. Karena itu, buku Outlook
Ekonomi Indonesia ini disusun sebagai sebuah produk dari Biro Riset Ekonomi, Direktorat Riset Ekonomi
dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia secara rutin.
Hasil proyeksi perekonomian dalam OEI Edisi IV kali ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan sebagai
referensi internal bagi Satuan Kerja di lingkungan Bank Indonesia dalam kegiatan analisis dan proyeksi
jangka menengah, termasuk asesmen dan perumusan Destination Statement dalam Forum Strategis
(FORSTRA) yang dilakukan setiap tahun, serta sebagai sumber informasi bagi para stakeholder Bank
Indonesia, dengan terus melakukan penyesuaian data dan informasi terkini. Semoga dengan hadirnya
buku Outlook Ekonomi Indonesia ini dapat dinilai sebagai suatu perwujudan dari keinginan yang tulus
untuk dapat ikut serta mengantarkan perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik bagi kesejahteraan
semua anak negeri.
MADE SUKADA
Direktur
Dalam lima tahun terakhir, perkembangan kepastian usaha melalui kebijakan sektoral.
ekonomi dunia ditandai dengan pertumbuhan Stabilitas ekonomi makro yang terus terjaga dan
ekonomi yang lebih tinggi dari rata-rata potensi pasar yang besar menjadi daya tarik
historisnya (di atas 4%), aliran FDI global yang investor internasional untuk tetap melakukan
terus meningkat dan melambungnya harga investasi di Indonesia sehingga aliran masuk FDI
komoditas minyak serta non-minyak dunia, ke Indonesia akan meningkat dan investasi
sehingga menyebabkan tekanan inflasi dunia tumbuh tinggi. Seiring meningkatnya investasi
meningkat. Dalam periode yang sama tersebut, ekonomi diharapkan akan tumbuh lebih
perekonomian domestik juga ditandai dengan tinggi dan berkualitas, sedangkan inflasi akan
akselerasi pertumbuhan ekonomi namun dengan menurun. Daya beli riil masyarakat juga akan
tingkat yang moderat, rasio investasi terhadap meningkat, sehingga konsumsi diperkirakan
PDB yang masih lebih rendah dibandingkan tetap tumbuh tinggi. Sementara itu, kondisi
sebelum krisis walaupun aliran masuk FDI neto eksternal yang masih kondusif, yang tercermin
terus meningkat serta rata-rata inflasi yang dari masih tingginya volume perdagangan dunia,
sedikit lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis, menyebabkan kinerja ekspor Indonesia
terutama karena kenaikan BBM pada 2005. diprakirakan akan membaik. Kenaikan ekspor
Pertumbuhan perekonomian dunia dan dan maraknya kegiatan investasi akan diikuti
volume perdagangan dunia periode 2008-2012 dengan derasnya impor barang dan jasa sehingga
diprakirakan akan tetap tinggi sementara harga surplus pada transaksi berjalan akan terus
komoditas migas dan non-migas masih berada menurun. Namun demikian, adanya peningkatan
pada level di atas rata-rata historis. Dari sisi aliran FDI global akan menjadi katup pengaman
domestik, diperkirakan stabilitas ekonomi makro bagi kondisi neraca pembayaran sehingga nilai
tetap terkendali, kondisi fiskal Indonesia masih tukar akan relatif stabil.
terjaga, dan aliran FDI ke Indonesia terus Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
meningkat. Dengan asumsi perekonomian dunia Indonesia sebesar 7,4-8,0% pada 2012, kondisi
dan domestik seperti tersebut di atas, ekonomi makro yang stabil, perlu didukung
perekonomian Indonesia 2008-2012 diprakirakan kebijakan struktural yang kokoh seperti perbaikan
akan semakin baik, ditandai dengan iklim investasi (termasuk di dalamnya
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan pembangunan infrastruktur), upaya peningkatan
berkualitas serta inflasi yang menurun. Prospek daya saing dan produktivitas serta perbaikan
perekonomian tersebut didasarkan pada kualitas SDM. Kondisi-kondisi tersebut
optimisme terjadinya sinergi kebijakan merupakan kunci mengatasi keterbatasan sisi
Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga penawaran dan meningkatkan aliran masuk FDI
stabilitas ekonomi makro serta terus membaiknya global dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
iklim investasi, infrastruktur, ketenagakerjaan dan yang tinggi dan berkualitas.
1.1. Perkembangan Ekonomi Dunia dan Indonesia pada Januari 2008. Sebaliknya, bank sentral Uni
Dinamika perekonomian Indonesia tidak Eropa (ECB) dan Jepang (BOJ) tampaknya lebih
terlepas dari perkembangan ekonomi global dan memprioritaskan tekanan inflasi domestik sehingga
kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, memilih mempertahankan tingkat bunga.
iklim investasi, infrastruktur, produktivitas dan daya Dari sisi domestik, walaupun stabilitas
saing (sisi penawaran) dalam negeri. Ekonomi dunia ekonomi makro bisa dijaga, sejumlah masalah
telah mampu tumbuh diatas 4% dalam lima tahun struktural, iklim investasi, infrastruktur, produktivitas
terakhir, lebih tinggi dari rata-rata historisnya. 1 dan daya saing (sisi penawaran) masih membayangi
Perkembangan ini terutama didorong oleh pesatnya pencapaian pertumbuhan yang lebih cepat dan
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang berkualitas. Hal ini antara lain karena struktur
(China dan India) serta kawasan Eropa. Tingginya perekonomian pascakrisis lebih ditopang oleh
pertumbuhan ekonomi dunia tersebut diiringi konsumsi dan ekspor, sementara investasi belum
dengan volume perdagangan dunia yang juga menunjukkan peran yang signifikan. Belum pulihnya
tumbuh lebih tinggi dari tren jangka panjangnya.2 investasi ditunjukkan oleh menurunnya pangsa
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia investasi terhadap PDB, terutama dialami oleh sektor
tersebut, aliran Foreign Direct Investment (FDI) global terpenting dalam perekonomian Indonesia seperti
juga meningkat pesat. Namun perkembangan industri pengolahan, pertanian dan pertambangan.
ekonomi dunia yang impresif ini dibayangi dengan Dalam pada itu, pergerakan inflasi menunjukkan
melambungnya harga minyak dan non-minyak karakteristik yang berbeda antara periode sebelum
dunia. Terus naiknya harga komoditas dan tetap dan sesudah krisis, dimana volatilitas inflasi jauh
tingginya pertumbuhan ekonomi dunia lebih tinggi pascakrisis. Kondisi di mana
menyebabkan tekanan inflasi dunia meningkat. pertumbuhan ekonomi pascakrisis lebih rendah dan
Tekanan inflasi dunia yang meningkat seiring rata-rata inflasi yang sedikit lebih tinggi
dengan harga komoditas yang masih tinggi menunjukkan penawaran agregat yang
direspons secara bervariasi oleh bank sentral di mengindikasikan adanya permasalahan di sisi
beberapa negara. Disamping tekanan inflasi, penawaran ( supply side constraints ),3 sehingga
beberapa bank sentral tampaknya juga menyebabkan perekonomian Indonesia lebih sensitif
mempertimbangkan kondisi stabilitas pasar terhadap tekanan harga.
keuangan dan prospek pertumbuhan ekonomi Meskipun masih dibayangi berbagai
domestiknya. Bank sentral Amerika Serikat (The permasalahan di atas, secara umum investor
Fed) memberi bobot yang tinggi pada pemulihan internasional menilai bahwa prospek usaha di
krisis di pasar keuangan dan stimulus Indonesia tetap baik dan Indonesia masih dianggap
perekonomian domestik, yang terlihat dari sebagai lokasi yang menarik untuk penempatan
agresivitas penurunan Fed Fund Rate menjadi 3%
3 Analisis BI menggunakan pendekatan SVAR Blanchard-Quah
mengindikasikan bahwa kurva penawaran pasca krisis lebih
1 Pertumbuhan ekonomi dunia selama tahun 1970-2006 rata- curam dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Analisis
rata mencapai 3,7%. lebih lanjut lihat Nugroho (2007): Meninjau Kembali Kurva
2 Rata-rata pertumbuhan volume perdagangan dunia periode Penawaran Agregat Pra & Pasca Krisis, dalam Outlook
1970-2006 adalah 6,1%. Ekonomi Indonesia Edisi Juli 2007.
FDI
FDI. Berdasarkan survei UNCTAD pada 2007, berbagai industri di ASEAN, sehingga sangat
Indonesia ditempatkan dalam 15 besar negara mendukung proses integrasi ekonomi ASEAN.
paling menarik sebagai lokasi penempatan FDI. Studi dengan model gravitasi terhadap lima negara
Selain itu, peringkat Indonesia dalam indeks kinerja ASEAN periode 1989-2006 menunjukkan bahwa
dan potensi FDI juga terus menunjukkan perjanjian AFTA merupakan salah satu faktor yang
perbaikan.4 Hal ini sejalan dengan persepsi risiko berperan dalam perdagangan intra-ASEAN. 5
terhadap Indonesia yang dari tahun ke tahun Dalam pada itu, liberalisasi dalam perdagangan
semakin membaik, seperti terlihat dalam barang, jasa, investasi, dan mobilitas faktor
International Country Risk Guide (ICRG). Selain itu, produksi tenaga kerja akan berdampak pada
Indonesia dianggap memiliki potensi pasar yang kondisi ketenagakerjaan. Bagi Indonesia, peluang
besar dan kualitas lingkungan usaha yang baik. terjadinya migrasi tenaga kerja ini berpotensi
Mempertimbangkan konstelasi perekonomian menguntungkan mengingat relatif tingginya
dunia dan Indonesia selama 5 tahun terakhir, faktor tingkat pengangguran di Indonesia dibandingkan
eksternal menunjukkan kontribusi yang semakin negara ASEAN lainnya.6 Namun, perkembangan
signifikan terhadap perkembangan perekonomian FDI ke Indonesia selama lima tahun terakhir
Indonesia. Hal ini terkait dengan semakin terbukanya menunjukkan adanya pergeseran orientasi industri
perekonomian Indonesia, baik terhadap ekonomi FDI, yakni dari sektor sekunder ke sektor tersier.
dunia maupun ekonomi kawasan. Perkembangan Dari sisi penyerapan tenaga kerja, pergeseran
signifikan di tingkat kawasan yang perlu diamati orientasi ini perlu dicermati, mengingat sektor
adalah rencana percepatan pembentukan sekunder (industri pengolahan) selama ini adalah
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dari 2020 sektor penyerap tenaga kerja terbesar.
menjadi 2015, yang memiliki tujuan tercapainya Agar dapat menuai manfaat optimal dari
suatu kawasan yang stabil, makmur dan berdaya integrasi ekonomi, setiap negara dituntut untuk
saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Dalam
berimbang serta berkurangnya kemiskinan dan kaitan ini bank sentral memiliki peran yang
kesenjangan sosial ekonomi. Hal ini karena integrasi signifikan melalui kebijakan moneternya untuk
ekonomi menjanjikan peningkatan kesejahteraan mendorong investasi yang tinggi guna
bagi negara-negara di dalamnya melalui pembukaan meningkatkan stok kapital fisik (physical capital).
akses pasar yang lebih besar, dorongan mencapai Bukti empiris dengan menggunakan data Thailand,
efisiensi dan daya saing ekonomi yang lebih tinggi, Indonesia, Kamboja, Singapura, Malaysia, Filipina
serta terbukanya peluang penyerapan tenaga kerja dan Vietnam (ASEAN-7) periode 1992-2006
yang lebih luas. menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
Sebagai satu kesatuan wilayah, ASEAN
5 Hasil penelitian lebih lengkap dapat dilihat dalam Boks
menjanjikan potensi ekonomi yang sangat
∆Dampak Kesepakatan AFTA Bagi Kinerja Ekspor ASEAN-
potensial. Dilihat dari sisi perdagangan intra 5: Suatu Pendekatan Model Gravitasi∆pada Bab 3.
ASEAN, hasil penghitungan Indeks Intra-Industry 6 Data statistik tahun 2006 menunjukkan Indonesia bersama
Trade (IIT) menunjukkan adanya keterkaitan antar Myanmar merupakan negara pengirim tenaga kerja migran
terbesar, masing-masing mengirim 23% dan 27% dari total
4 World Investment Report 2007. tenaga kerja migran di ASEAN.
yang kuat antara inflasi dan pertumbuhan investasi akan berperan penting dalam mendukung prospek
di negara-negara tersebut.7 Hubungan positif juga perekonomian Indonesia dalam jangka menengah.
ditemukan antara stabilitas ekonomi makro dan Prakiraan pertumbuhan ekonomi di atas jelas
pertumbuhan investasi. Kedua temuan ini membutuhkan prasyarat kebijakan struktural yang
memberikan indikasi bahwa negara yang memiliki kokoh seperti perbaikan iklim investasi,
inflasi rendah dan ekonomi makro yang stabil pemberdayaan UMKM, reformasi sektor keuangan
cenderung mampu menarik investasi yang tinggi. dan perbaikan infrastruktur.
Kebijakan bank sentral yang bertujuan mencapai Berbagai kondisi eksternal dan domestik yang
dan mempertahankan inflasi yang rendah dan kondusif tersebut diprakirakan akan menghasilkan
ekonomi makro yang stabil dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan laju
merupakan kebijakan moneter yang pro-investasi. inflasi yang tetap terkendali. Stabilitas ekonomi
makro yang terus terjaga dan potensi pasar yang
1.2. Prospek Ekonomi Indonesia 2008-2012 besar menjadi daya tarik investor internasional
Secara umum, dengan asumsi pertumbuhan untuk tetap melakukan investasi di Indonesia.8
ekonomi dunia dan volume perdagangan dunia Aliran masuk FDI yang terus meningkat diikuti
yang tetap tinggi, harga komoditas migas dan non- dengan pesatnya pertumbuhan investasi yaitu dari
migas yang masih pada level tinggi, kebijakan kisaran 9,3% pada 2008 menjadi 13,0-15,0%
moneter dunia dan Indonesia yang relatif stabil, pada 2012. Investasi yang meningkat pesat
kondisi fiskal Indonesia yang masih mantap, serta selanjutnya akan menaikkan (baca: perbaikan
aliran FDI ke Indonesia yang meningkat, produksi dan distribusi) kapasitas perekonomian
perekonomian Indonesia 5 tahun ke depan dari sisi penawaran sehingga pertumbuhan
diprakirakan akan semakin membaik dan berada ekonomi yang tinggi dapat tercapai dari 6,2% pada
dalam kisaran 7,4-8,0%. Sumber pertumbuhan 2008 menjadi 7,4-8,0% pada 2012, diiringi
ekonomi ini terutama adalah perbaikan iklim dengan menurunnya inflasi. Inflasi yang rendah
investasi yang akan mendorong masuknya aliran yang dibarengi rencana kenaikan upah minimum
FDI secara signifikan hingga mencapai 1,5% PDB menyebabkan daya beli riil masyarakat akan
pada 2012, sehingga diharapkan pangsa investasi meningkat, sehingga konsumsi swasta
terus meningkat dan mencapai sekitar 30% PDB diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi mencapai
pada 2012. Selain itu, perdagangan intra-regional 5,6-6,0% pada 2012.
dalam kawasan ASEAN dan Asia Pasifik Kondisi eksternal yang masih kondusif
diperkirakan masih menjadi sumber pertumbuhan menyebabkan kinerja ekspor Indonesia
ekonomi yang signifikan dalam jangka menengah. diprakirakan akan membaik dan aliran FDI global
Dari sisi domestik, kebijakan moneter yang tetap ke Indonesia terus meningkat sehingga neraca
disiplin dalam menjaga stabilitas ekonomi makro pembayaran tetap mantap dan nilai tukar masih
serta kebijakan fiskal yang masih bersifat stimulasi
8 Hasil survei UNCTAD menyebutkan bahwa ukuran dan
7 Hasil penelitian lebih lengkap dapat dilihat pada Bab V, pertumbuhan pasar bersama dengan kualitas lingkungan
Topical Issue 2 berjudul: ≈Integrasi Ekonomi Kawasan, usaha menjadi determinan utama dalam menentukan lokasi
Investasi dan Peran Otoritas Moneter∆ penempatan FDI.
dapat cenderung stabil. Berbagai pembenahan diprediksi akan berkontribusi pada peningkatan
struktural yang dilaksanakan Pemerintah, seperti kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
perbaikan infrastruktur, perizinan, bea cukai dan yang diperkirakan tinggi yang didorong oleh
perpajakan diperkirakan memberikan dukungan meningkatnya kapasitas produksi akan mampu
yang cukup signifikan dalam meningkatkan daya menyerap tambahan tenaga kerja sehingga tingkat
saing produk ekspor Indonesia. Selain itu, pengangguran diproyeksikan turun menjadi 7,5-
maraknya aliran masuk FDI akan disertai 8,5% pada 2012. Meningkatnya penyerapan
perbaikan teknologi yang berdampak tenaga kerja yang dibarengi dengan inflasi yang
peningkatan produktivitas dan efisiensi. Namun, terus menurun akan berdampak pada
kenaikan ekspor dan maraknya kegiatan pengurangan tingkat kemiskinan. Berbagai capaian
investasi akan diikuti oleh kenaikan impor perbaikan propek perekonomian dalam jangka
barang dan jasa. Sebagai akibatnya surplus pada menengah tersebut pada gilirannya akan
transaksi berjalan akan terus menurun. Namun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana
demikian, adanya peningkatan aliran FDI global pendapatan per kapita masyarakat diharapkan
akan menjadi katup pengaman bagi kondisi meningkat dari USD 1.980 pada 2008 menjadi USD
neraca pembayaran yang mengalami tekanan 2.950√3.000 pada 2012.
tersebut. Relatif amannya neraca pembayaran
yang didukung oleh membaiknya fundamental 1.3. Implikasi Kebijakan Ekonomi Makro dan
perekonomian diprakirakan akan mampu Sektoral
menstabilkan nilai tukar.9 Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, laju sebesar 7,4-8,0% diperlukan dukungan kuat dari
inflasi yang tetap terkendali, nilai tukar yang kebijakan makro dan sektoral sebagai berikut:
cenderung stabil, serta perbaikan sisi penawaran a. Kebijakan moneter akan tetap dilakukan
9 Sejalan dengan hasil survei UNCTAD dan Intelligence
secara berhati-hati dengan mengarahkan
Economic Unit (IEU) dari The Economists yang menyatakan ekspektasi inflasi masyarakat menuju
bahwa aliran masuk FDI ke Indonesia diperkirakan masih sasaran inflasi dengan mempertimbangkan
positif, terutama didasarkan pada besarnya pasar domestik
secara saksama dinamika perekonomian
dan potensi perkembangannya yang dinilai cukup tinggi
untuk mengimbangi risiko yang ada. dunia dan domestik.
b. Kebijakan fiskal dalam lima tahun ke depan kebijakan menciptakan iklim kondusif bagi
diharapkan tetap memberikan stimulus bagi investasi, pembangunan infrastruktur,
perekonomian, baik di tingkat pusat maupun peningkatan daya saing dan perbaikan
daerah dengan tetap memperhatikan kualitas SDM (human capital) menjadi sangat
keberlanjutan fiskal dalam jangka panjang. penting untuk mendorong pertumbuhan
Upaya-upaya di sisi fiskal yang bersifat ekonomi yang berkualitas dan
stimulus diarahkan untuk memperbaiki berkesinambungan serta menyongsong
infrastruktur, mendorong industri yang pembentukan MEA 2015. Dalam kaitan ini,
berdaya serap tenaga kerja tinggi, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 tahun
mempertahankan daya beli masyarakat, 2007 tentang Kebijakan Percepatan
mengentaskan kemiskinan serta Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan
memperbaiki distribusi pendapatan. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Diperkirakan defisit fiskal terus menurun yang meliputi: 1) Perbaikan Iklim Investasi, 2)
mencapai 1,4% PDB pada akhir tahun 2012. Reformasi Sektor Keuangan, 3) Percepatan
c. Mengingat investasi fisik dan sumber daya Pembangunan Infrastruktur, dan 4)
manusia merupakan elemen penting dalam Pemberdayaan UMKM seyogyanya dipercepat
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, maka implementasinya secara optimal.
Perkembangan ekonomi dunia dalam (Didasarkan pada bobot PDB, persentase pertumbuhan dunia)
35
jangka panjang diharapkan tetap menunjukkan 2006
Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB Riil
20
gambaran yang positif walaupun akhir-akhir ini 2007
20
Namun perkembangan ekonomi dunia yang
15
impresif ini dibayangi oleh harga minyak yang terus
10 meningkat. Secara fundamental kenaikan ini
5
1 Pada 2006 secara bersama-sama, kontribusi pertumbuhan
0
China India United Euro area Russia Japan Brazil ekonomi Cina (11,5%), India (9%) dan Rusia (8%) adalah
States
setengah dari pertumbuhan ekonomi dunia.
Sumber: IMF: Survey Magazine-IMF Research
2 Rata-rata pertumbuhan volume perdagangan dunia periode
Grafik 2.1 Kontribusi Pertumbuhan Dunia 1970-2006 adalah 6,1%.
100 6
5,6
84 85 86 Harga komoditas primer non-migas juga
82
77 77 78 80 5
80 69 67 menunjukkan tren yang terus meningkat. Sebelum
57 4
60 3,1 4,1 2000, pergerakan harga komoditas ini relatif stabil
43 3
34 33
(lihat Grafik 2.4). Namun sejak 2003 harga
40 29 28
2
2,1
komoditas primer naik signifikan, bahkan tumbuh
20 1,9
1
1,3
1,0
1,5 sebesar 28% pada 2006. Kenaikan harga yang
0 0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
terus menerus ini terutama dipicu oleh tingginya
Permintaan Minyak - Juta Barrel per Hari (kiri) permintaan dunia serta terbatasnya pasokan. Pada
Harga Minyak WTI - $ per Barrel (kiri)
Spare Kapasitas Produksi - Juta Barrel per Hari (kanan Tabel 2.1 di bawah terlihat besarnya kontribusi
Sumber: Energy International Agency (EIA) China dalam konsumsi beberapa komoditas non
Grafik 2. 3 Harga Minyak, Permintaan dan migas, seperti aluminium dan tembaga. Sedangkan
Kapasitas Produksi
pasokan yang terbatas terjadi akibat rendahnya
disebabkan oleh tingginya permintaan dunia dan investasi pada produksi logam dasar dan minimnya
terbatasnya pasokan (lihat Grafik 2.3). Konsumsi penemuan sumber baru, dimana sejak 2004
minyak dunia yang terus meningkat, terutama dari inventori logam sudah berada di bawah rata-rata
emerging market seperti China -yang historisnya (lihat Grafik 2.5). Kenaikan harga
menyumbang lebih dari sepertiga pertumbuhan komoditas logam ini juga diikuti dengan kenaikan
konsumsi minyak dunia- tidak diimbangi dengan harga bahan makanan. Selain diakibatkan
pasokan yang memadai. Bahkan sejak 2003 spare terbatasnya pasokan, misalnya akibat panen yang
kapasitas produksi minyak dunia cenderung terganggu, kenaikan harga makanan tersebut juga
berkurang. Kondisi ini mengakibatkan harga didorong meningkatnya permintaan komoditas
minyak meningkat secara tajam sejak 2003, dan bahan makanan yang digunakan sebagai bahan
sempat menyentuh level tertingginya, USD100/ pembuatan biofuel. Terus naiknya harga komoditas
barel pada awal Januari 2008. Lebih lanjut, faktor bersama-sama dengan tetap tingginya
non-fundamental, seperti kondisi geopolitik pertumbuhan ekonomi dunia menyebabkan
negara-negara penghasil minyak, kondisi cuaca abel 2.1 Konsumsi Komoditas Dunia
Tabel
dan faktor ekspektasi, juga turut berpengaruh (% Pertumbuhan)
terhadap pergerakan harga minyak. 2000 - 04 2005 - 07 (a)
% % Contribution of (b) Contribution of (b)
30 160
Proyeksi
2008-2012 United United
25 140
20
World States China World States China
120 Oil 1.7 0.3 0.6 1.4 0.1 0.5
15
10 100 Alumunium 5.2 -0.4 2.8 6.6 0.2 5.5
5 80 Metals
0 60 Copper 3.4 -0.9 2.5 2.7 -0.8 3.1
-5 Zinc 4.4 -0.5 3.3 2.4 -0.4 2.4
40
-10 Agriculture food (c)
-15 20
Wheat 0.5 -0.1 -0.2 1.2 -0.1 -0.1
-20 0
1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Maize 2.5 1.0 0.5 3.5 1.4 0.8
Non Fuel Primary Commodity Growth Non-Fuel Primary Commodity Price Index - RHS Soya beans 4.4 0.0 1.9 5.0 0.9 1.6
Sumber: Database IMF Memo:
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Komoditas Share of wprld GDP (percent) (d) - 20.8 12.3 - 19.6 15.1
Primer Nonmigas Sumber : Bank of England, Inflation Report November 2007
0,5 1.000
+
0,0 800
√
0,5 600
2,0 0
1997 1999 2001 2003 2005 2007 1992 93 94 95 96 97 98 99 2000 01 02 03 04 05
Sumber: BoE, Energy Infromation Agency, London Metal Exchange, The Economist, Thompson Sumber: National Statistics, Economist Intelligence Unit, IMF, UNCTAD
Data Stream and US Department of Agriculture
Grafik 2.5 Suplai Komoditas Dunia Grafik 2.6 Aliran FDI Global dan Mergers &
Acquisitions
tekanan inflasi meningkat. Pada semester dua berturut-turut pada 2004, 2005 dan 2006. Bahkan
2007, inflasi negara-negara industri dan negara pada 2006 aliran masuk FDI hampir menyamai level
sedang berkembang cenderung meningkat. tertinggi yang terjadi pada 2000, yaitu sekitar 1,3
Sejalan dengan perkembangan ekonomi miliar USD (seperti terlihat pada Tabel 2.2 di
dunia yang impresif dalam 4 tahun terakhir, aliran bawah). Pada 2007, pertumbuhan aliran masuk
Foreign Direct Investment (FDI) global meningkat FDI masih tetap tinggi, meskipun tidak sebesar
pesat. Setelah sempat mengalami pertumbuhan periode 2004-2006.
negatif yang cukup besar, pada periode 2004-2006 Kenaikan aliran FDI global yang tinggi antara
FDI global meningkat cukup signifikan. lain diakibatkan oleh meningkatnya keuntungan
Pertumbuhan negatif pada periode 2001-2003 perusahaan di dunia sehingga harga saham juga
terutama disebabkan oleh melambatnya ikut meningkat, yang selanjutnya diikuti dengan
pertumbuhan ekonomi dunia dan berakhirnya era pesatnya pertumbuhan crossborder Mergers &
booming Mergers & Acquisitions (M&A) pada Acquisitions. Hubungan yang sangat erat antara
periode sebelumnya. Namun seiring membaiknya aliran FDI global dan crossborder M&A dapat dilihat
kondisi perekonomian dunia, aliran masuk FDI pada Grafik 2.6. Kenaikan keuntungan perusahaan
meningkat pesat, yang ditandai dengan ini selanjutnya juga mengakibatkan reinvested
pertumbuhan sebesar 29,6; 33,1 dan 37,4% earnings menjadi komponen penting dari aliran
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Word total 491,8 712,9 1.113,8 1.408,3 851,1 618,1 563,4 730,2 971,7 1.335,1
Developed countries 279,0 493,8 853,0 1.125,0 563,4 421,1 354,6 379,5 546,8 824,4
% of world total 56,7 69,3 76,6 79,9 66,2 68,1 62,9 52,0 56,3 61,7
Emerging markets 212,8 219,1 260,9 283,3 287,8 197,0 208,9 350,7 424,9 510,7
% of world total 43,3 20,7 23,4 20,1 33,8 31,9 37,1 48,0 43,7 38,8
Item 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
masuk FDI, dimana pada 2006 pangsanya Stabilitas makro, yang menjadi prasyarat
mencapai 30% dari aliran FDI global. Bahkan di pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
negara-negara berkembang rasionya bisa masih bisa dijaga melalui kolaborasi berbagai
mencapai 50% dari aliran FDI di negara-negara kebijakan Pemerintah dan otoritas moneter.
tersebut. Kebijakan pemerintah di negara-negara Namun untuk memacu pertumbuhan lebih cepat
tujuan FDI ikut berperan dalam peningkatan aliran dan mencapai pertumbuhan yang berkualitas,
masuk FDI global ini. Pada 2006 ada 147 kebijakan Indonesia masih menghadapi berbagai masalah
yang mengakibatkan negara penerima FDI menjadi yang bersifat struktural.
lebih menarik dan kondusif, seperti penurunan Sejak 2002 pertumbuhan ekonomi Indonesia
pajak pendapatan perusahaan yang dilakukan sudah menunjukkan akselerasi namun masih
Brasil dan India. rendah, dengan tingkat pertumbuhan di bawah
sebelum krisis (lihat Grafik 2.7).3 Secara umum,
2.2. Gambaran Perekonomian Indonesia rata-rata pertumbuhan ekonomi pada periode
Dengan melihat perkembangan konstelasi setelah krisis hanya berkisar 5% per tahun, jauh di
perekonomian dunia dalam perspektif jangka bawah periode sebelum krisis, sehingga dapat
panjang, seperti pertumbuhan ekonomi dan 9
aliran FDI global yang cukup besar, dan harga 5 Rata2 1989 - 1996 7,3%
Rata2 2000 - 2007 5,0%
komoditas yang tetap tinggi, dinamika 3
1
perekonomian Indonesia tetap akan dipengaruhi
-1
faktor-faktor dunia tersebut.
-3
-5
2.2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007*)
%
dikatakan bahwa permintaan agregat melemah.4 20
krisis, dimana walaupun tingkat inflasi kedua Berbagai indikator dan hasil survei
periode tidak jauh berbeda, volatilitas inflasi menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia
pascakrisis jauh lebih tinggi (lihat Grafik 2.8). ini masih lambat. Dalam publikasi Global
Meskipun pertumbuhan ekonomi pascakrisis lebih Competitiveness Report 2007-2008, disebutkan
rendah dari periode sebelumnya, namun rata-rata bahwa daya saing ekonomi Indonesia 2007 tetap
inflasi periode setelah krisis sedikit lebih tinggi dari berada pada posisi 54 dari 131 negara, setelah pada
periode sebelumnya. Secara teoritis, kondisi ini 2006 sempat mengalami perbaikan yang cukup
hanya akan terjadi apabila perlambatan signifikan dibandingkan 2005 (lihat Tabel 2.4).6
permintaan agregat juga dibarengi dengan Situasi yang sama juga terungkap dari hasil survei
perlambatan penawaran agregat. Interaksi antara International Institute for Management
permintaan dan penawaran ini mengindikasikan Development (IMD), dalam publikasinya World
adanya permasalahan di sisi penawaran (supply Competitiveness Yearbook tahun 2007, yang
constraints ). 5 Sehingga perbaikan berbagai menunjukkan bahwa daya saing ekonomi Indonesia
masalah struktural yang akan bermuara pada tidak mengalami perbaikan (Tabel 2.5). Indonesia
perbaikan iklim investasi dan sisi penawaran mengalami penurunan peringkat daya saing dari
bersama dengan usaha untuk mendorong peringkat 52 pada tahun 2006 menjadi peringkat
permintaan menjadi kunci untuk menciptakan 54 dari 55 negara pada 2007. 7 Posisi Indonesia
pertumbuhan yang berkesinambungan dan hanya unggul satu tingkat di atas Venezuela, dan
berkualitas. berada tepat di bawah Argentina, Polandia, dan
Kroasia. Terlebih lagi apabila dibandingkan dengan
4 Berdasarkan riset BI, long-term trend pertumbuhan ekonomi
negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura,
Indonesia dalam periode 1981-2007 adalah 4,9%. Angka Malaysia, Thailand dan Filipina posisi Indonesia
long-term trend merupakan angka konstanta dalam masih jauh tertinggal di bawahnya.
persamaan PDB yang diperoleh dari model makro.
5 Analisis BI menggunakan pendekatan SVAR Blanchard-Quah 6 Publikasi yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF)
mengindikasikan bahwa kurva penawaran pasca krisis lebih berdasarkan hasil survei.
curam dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Analisis 7 Kriteria IMD dalam menilai tingkat daya saing suatu negara
lebih lanjut lihat Nugroho (2007): Meninjau Kembali Kurva terdiri dari indikator seperti kinerja perekonomian, tingkat
Penawaran Agregat Pra & Pasca Krisis, dalam Outlook efisiensi pemerintah, legistimasi dunia usaha, tingkat efisiensi
Ekonomi Indonesia Edisi Juli 2007. dunia usaha, dan infrastruktur.
Tabel 2.4 Peringkat Daya Saing oleh WEF International mengenai persepsi korupsi yang
Peringkat menempatkan Indonesia berada pada peringkat
Negara
2005 2006 2007 134 terkorup di dunia (dari 163 negara).
Indonesia 69 54 54 Sementara itu menurut hasil survei Bank
Singapura 5 8 7
Malaysia 25 19 21
Dunia, ditemukan sejumlah hambatan dalam proses
Thailand 33 28 28 memulai usaha di Indonesia, yang mencakup jumlah
Filipina 73 75 71
Vietnam 74 64 68
prosedur serta waktu dan biaya yang dibutuhkan
Kamboja 111 106 110 untuk memulai usaha. Secara umum pada 2007
Timor-Leste 113 120 127
peringkat kemudahan melakukan usaha di
Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report 2006 & 2007
Indonesia membaik, dari peringkat 133 pada 2006
menjadi 123 (lihat Tabel 2.7). Namun apabila
Kondisi infrastruktur, institusi dan pendidikan dibandingkan dengan negara lain di kawasan
dasar yang buruk berkontribusi pada tidak ASEAN, peringkat Indonesia jauh lebih buruk. Posisi
membaiknya daya saing ekonomi Indonesia. Dalam Indonesia di urutan 123 ini unggul hanya jika
survei WEF (World Economic Forum) 2007 seperti dibandingkan dengan negara-negara seperti
terlihat pada Tabel 2.6. dan Grafik 2.9. juga Lesotho, Algeria, dan Mesir. Hambatan paling utama
disebutkan bahwa faktor utama yang menghambat untuk melakukan usaha di Indonesia adalah proses
bisnis di Indonesia adalah infrastruktur yang buruk, memulai usaha yang rata-rata membutuhkan 105
dan diikuti dengan birokrasi pemerintah yang dinilai hari, jauh lebih lama jika dibandingkan dengan
belum efisien. Kualitas institusi di Indonesia juga proses memulai usaha di negara tetangga di
dinilai rendah berdasarkan hasil survei Transparency kawasan ASEAN seperti Singapura (5 hari), Malaysia
(24), Thailand (33), Vietnam (50) dan bahkan Filipina
Tabel 2.5 Peringkat Daya Saing oleh IMD (58) (lihat Grafik 2.10). Dalam kategori ini Indonesia
berada di peringkat 168 dari 178 negara.
Negara 2007 2006 2005 2004 2003
USA 1 1 1 1 1
Tabel 2.6 Peringkat Komponen Daya Saing
Singapore 2 3 3 2 4
Hongkong 3 2 2 6 40 Indonesia 2006 2007
China 15 18 31 24 29
Indonesia 69 54
Taiwan 18 17 11 12 17
Overall index 54 54
Malaysia 23 22 28 16 21 Basic requirements 75 82
India 27 27 39 34 50 Institutions 60 63
Korea 29 32 29 35 37 Infrastructures 78 91
Thailand 33 29 27 29 30 Macroeconomic stability 73 89
Philippines 45 42 49 52 49 Health & primary education 93 78
Efficiency enhancers 44 37
Brazil 49 44 51 53 52 Higher education and training 70 65
South Africa 50 44 46 49 47 Goods market & efficiency 33 23
Argentina 51 47 58 59 58 Labor market efficiency 51 31
Poland 52 58 57 57 55 Financial market sophistication 58 50
Croatia 53 59 - - - Technological readiness 75 75
Market size 15 15
Indonesia 54 52 59 58 57
Innovation & sophistication factors 41 34
Venezuela 55 53 60 60 59 Business sophistication 41 33
Jumlah Negara 55 55 60 60 59 Innovation 39 41
Sumber: International for Management Development (IMD) Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report 2006 & 2007
Grafik 2.9 Faktor Paling Bermasalah dalam Grafik 2.10 Lama Perizinan Melakukan Usaha
Menjalankan Usaha (hari)
%
110 25
100
90
80 20
70
60 15
50
40
10
30
20
10 5
0
China
India
United States
Russian Federation
Brazil
Viet Nam
United Kingdom
Australia
Mexico
Poland
Germany
Thailand
France
Malaysia
Indonesia
Singapore
Italy
Ukraine
Japan
Canada
Republic of Korea
Turkey
South Africa
Serbia
Egypt
United Arab Emirates
Czech Republic
Phillipines
Argentina
Marocco
Venezuela
Hungary
Taiwan Province of China
Bulgaria
Greece
Saudi Arabia
Chile
Belgium
Romania
Peru
Nigeria
0
Size of local
local market
Skilled labour
Access to
capital market
Cheap labour
environment
Follow the
Others
resources
effectiveness
Access of
Government
investment
Growth of
regional
market
natural
incentives
leader
market
Access to
Stable
Market-related factors Resources-related factors Efficiency- Quality of business Other motivations
Sumber: UNCTAD, World Investment Prospect Survey 2007-2009 seeking environment
Sumber: Hasil survey UNCTAD, World Investment Prospect Survey 2007-2009
Grafik 2.11 Lokasi Paling Menarik Penempatan Grafik 2.13 Kriteria Penentuan Lokasi
FDI (jumlah respon) Penempatan FDI (Persentase Respon)
0,25
0,20
ICRG
0 0,15
1996 1998 2000 2002 2004 2006
Sumber: International Country Risk Guide 0,10
Grafik 2.12 Indeks Risiko
0,05
emerging Asia adalah potensi pasar, masalah efisiensi terkait Pertanian Listrik, Gas dan Air Bersih Pengangkutan dan Komunikasi
Pertambangan & Penggalian Bangunan Keuangan, Persewaan dan Jasa
dengan tenaga kerja dan infrastruktur, dan stabilitas finansial Industri Pengolahan Perdaganan, Hotel & Restoran Jasa - Jasa
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2008
yang tercermin dari stabilitas nilai tukar serta adanya insentif
investasi yang dapat tercermin dari terlibatnya home dan
host countries dalam perjanjian bilateral atau regional. Grafik 2.14 Perkembangan Pangsa Sektoral PDB
100.000 40
30
80.000
20
60.000
10
40.000
0
20.000 -10
0 -20
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pertanian, Peternakan, Kehutanan Bangunan Pertanian, Peternakan, Kehutanan Bangunan
dan Perikanan Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Perikanan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertambangan dan Penggalian Pengangkutan dan Komunikasi Pertambangan dan Penggalian Pengangkutan dan Komunikasi
Industri Pengolahan Keuangan, Perumahan dan Jasa Bisnis Industri Pengolahan Keuangan, Perumahan dan Jasa Bisnis
Listrik, Gas dan Air Bersih Jasa Listrik, Gas dan Air Bersih Jasa
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Grafik 2.15 Perkembangan Investasi Sektoral Grafik 2.17 Pertumbuhan Stok Kapital Sektoral
perlambatan. Pergeseran sektoral telah terjadi akan tetapi dari sisi nilai, neraca komoditas
dimana penurunan pangsa sektor pertanian pertanian masih menunjukkan surplus dari waktu
dibarengi peningkatan pangsa industri ke waktu. Saat ini, volume ekspor karet Indonesia
pengolahan. Untuk negara maju seperti Jepang terus mengalami pertumbuhan dan menduduki
dan USA, pergeseran terjadi ke arah peningkatan peringkat ke-2 dunia setelah Thailand. Indonesia
pangsa sektor jasa bisnis. juga merupakan negara pengekspor CPO terbesar
Indonesia menempati peringkat 20 negara kedua setelah Malaysia, namun pertumbuhan
eksportir pertanian namun sayangnya justru kalah ekspornya saat ini lebih cepat dari Malaysia.
dari negara-negara dengan luas lahan pertanian Produksi padi mengalami perlambatan
yang lebih sempit. Data 2005 menunjukkan pertumbuhan dari waktu ke waktu, sehingga
terjadinya peningkatan volume ekspor pertanian menyebabkan swasembada beras yang diraih oleh
yang diikuti pula dengan kenaikan impor dengan Indonesia pada 1984 tidak dapat dipertahankan
jumlah lebih besar. Meski secara volume defisit secara berkelanjutan dan Indonesia saat ini harus
Miliar Rupiah melakukan impor beras. Perlambatan
700.000
pertumbuhan tersebut disebabkan oleh adanya
600.000
500.000
penurunan luas baku lahan sawah khususnya di
400.000 Pulau Jawa akibat konversi lahan yang
300.000 diperuntukkan di luar sektor pertanian. Penyebab
200.000 lain adalah stagnasi atau bahkan penurunan
100.000 produktivitas lahan akibat tidak adanya inovasi
0
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 baru dan memburuknya tingkat kesuburan tanah,
Pertanian, Peternakan, Kehutanan Bangunan rusaknya jaringan serta sumber irigasi.
dan Perikanan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertambangan dan Penggalian Pengangkutan dan Komunikasi Survei Pemetaan Sektor Ekonomi (SPSE)
Industri Pengolahan Keuangan, Perumahan dan Jasa Bisnis
Listrik, Gas dan Air Bersih Jasa 2005 menunjukkan terdapat 12 komoditas
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
pertanian unggulan yang menjadi penggerak
Grafik 2.16 Dinamika Stok Kapital Sektoral pertanian, memberikan sumbangan
utama sektor pertanian
lebih dari 80% output sektor pertanian primer dan yang disetujui cenderung mengalami tren
merupakan komoditas input yang dominan penurunan. Hasil survei dimaksud menyatakan
terhadap sektor agro industri. Sementara bahwa pengeluaran investasi pada perusahaan
berdasarkan kongres Ikatan Sarjana Ekonomi pertambangan mineral dan batubara mengalami
Indonesia 2006 telah ditetapkan 5 komoditas penurunan dan mulai menunjukkan perbaikan
unggulan pertanian yaitu kelapa sawit, kopi, karet, pada tahun 2002.
coklat, serta ikan dan udang. Terdapat 10 komoditas unggulan di sektor
Subsektor perkebunan kelapa sawit (CPO), pertambangan yaitu minyak dan gas bumi di
karet, kakao, dan gula memiliki prospek yang cerah subsektor migas dan batubara, tembaga, emas,
di pasar internasional dengan daya saing yang perak, timah, nikel, bauksit dan bijih besi di
semakin meningkat. Tiga faktor fundamental yang subsektor non migas. Selain karena memiliki
mendasarinya yaitu keberhasilan pertemuan WTO linkage yang tinggi, komoditas-komoditas
di Hong Kong yang menyepakati bahwa semua tersebut perlu didorong untuk meningkatkan
bentuk subsidi ekspor pada sektor pertanian sudah produksinya karena berdaya saing tinggi.
harus dihapuskan paling lambat tahun 2013, Subsektor pertambangan migas masih
negara-negara pesaing menghadapi tekanan untuk mendominasi proporsi sektor pertambangan
melakukan reformasi sektor pertanian dengan (53% pada 2007) meskipun memiliki tren
mengurangi dukungan harga, subsidi dan menurun. Penurunan produksi migas perlu
proteksinya secara substansial serta kecenderungan diwaspadai dengan jalan meningkatkan investasi
kenaikan BBM. di sektor pertambangan sembari mengurangi
Pertumbuhan tahunan sektor pertambangan tingkat konsumsi migas dalam negeri.
dan penggalian sangat berfluktuasi terutama Sumber daya dan cadangan sektor
dipengaruhi oleh pertumbuhan pada sub sektor pertambangan terutama batubara, gas, minyak
pertambangan migas. Peran sektor pertambangan bumi masih cukup potensial untuk dikembangkan.
walaupun relatif kecil dalam PDB (10,6% pada Perkembangan produksi minyak mentah
2006) dan cenderung tumbuh lebih rendah menunjukkan tren penurunan dalam beberapa
dibanding pertumbuhan ekonomi (5% pada 2006) tahun terakhir akibat sumur-sumur sudah banyak
namun berperan strategis dalam penyediaan energi yang tua sementara pengembangan dalam skala
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang yang luas sangat minim. Negara-negara non OPEC
berkesinambungan. Di samping itu subsektor seperti Rusia, Angola, Brazil, Azerbaijan, AS, dan
pertambangan migas masih berperan besar dalam Kanada diperkirakan akan terus meningkatkan
penerimaan APBN. kapasitas produksi mereka.
Investasi di sektor pertambangan relatif Pada subsektor migas masih dijumpai
rendah dibandingkan sektor lain (Rp 11 Triliun atau sejumlah hambatan yang terkait dengan kebijakan
2,6% pada 2007). Hal tersebut juga dikonfirmasi atau peraturan seperti pungutan pajak, ketentuan
dengan data pemberian persetujuan PMDN dan dalam kontrak kerjasama, ketenagakerjaan,
PMA (BKPM), data kredit investasi serta hasil survei masalah sosial dan lingkungan hidup. Pada
Price Waterhouse Cooper. Nilai PMDN dan PMA subsektor nonmigas masih terdapat tantangan
terkait dengan kebijakan lintas sektoral yang 2.2.3. Perkembangan Kebijakan Sektor Riil dan
tumpang tindih, implementasi otonomi daerah Ekonomi Makro
yang tidak mendukung, pungutan negara pajak Sinergi kebijakan Pemerintah dan otoritas
maupun non pajak, minimnya pembiayaan moneter berhasil menjaga stabilitas makro yang
perbankan serta masalah yang terkait dengan merupakan prasyarat bagi terciptanya
aspek sosial dan lingkungan hidup. pembangunan yang berkesinambungan dan
Secara sektoral, penyumbang PDB terbesar berkualitas.
adalah sektor industri pengolahan (28% pada Pemerintah telah melakukan berbagai
2007) namun stok kapital neto tertinggi justru kebijakan untuk mendorong pertumbuhan
dimiliki oleh sektor jasa (25,3%). Hal ini terkait ekonomi dan mengurangi pengangguran serta
dengan kebutuhan pemanfaatan teknologi kemiskinan. Melalui Menko Perekonomian,
informasi dan komunikasi di era globalisasi di Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden
segala bidang, misalnya untuk transaksi (Inpres) Nomor 6 tahun 2007 tentang Kebijakan
keuangan. Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
Secara umum peran sektor industri Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
nonmigas dalam perekonomian nasional masih (UMKM). Inpres ini meliputi: 1) Perbaikan Iklim
dominan walaupun sempat mengalami Investasi, 2) Reformasi Sektor Keuangan, 3)
penurunan selama periode krisis. Pada 2007, Percepatan Pembangunan Infrastruktur, dan 4)
pangsa sektor industri non migas ini mencapai Pemberdayaan UMKM. Namun realisasi Inpres ini
22,8% dari total PDB, dibandingkan pangsa belum menunjukkan hasil yang optimal. Kemajuan
industri migas yang hanya 5,2%. Namun sektor pelaksanaan Inpres ini sampai dengan pertengahan
ini tetap sensitif terhadap gejolak permintaan tahun lalu dapat dilihat pada Tabel 2.8.
eksternal, dan masih dilingkupi persoalan Dari sisi kebijakan fiskal, dalam rangka
rendahnya daya saing serta rendahnya tingkat memberi daya dukung pada pertumbuhan
investasi. Dilihat dari segi kontribusi terhadap ekonomi dan penanggulangan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja Pemerintah melalui Departemen Keuangan sejak
maupun pemerataan pembangunan, peran ini 2006 mengubah orientasi fiskalnya menjadi
masih lebih rendah dibandingkan pada periode bersifat stimulasi. Stimulus fiskal tersebut dilakukan
pra krisis. Hal ini disebabkan karakteristik industri
Tabel 2.8 Kemajuan Pelaksanaan Inpres No. 6
nonmigas yang dominan dalam melayani pasar Tahun 2007
domestik tetapi memiliki tingkat ketergantungan
Agenda Rencana Dapat
impor yang tinggi, sensitivitas sektor industri Tindak Diselesaikan
terhadap gejolak permintaan eksternal yang masih Perbaikan Iklim
Investasi 49 40
tinggi, rendahnya daya saing, serta minimnya Reformasi Sektor
Keuangan 36 28
tingkat investasi. Komoditas nonmigas yang
Percepatan
memiliki daya saing dan nilai tambah cukup tinggi Pembangunan
Infrastruktur 40 13
antara lain Minyak Kelapa Sawit (CPO) serta Pemberdayaan UMKM 34 28
beberapa komoditas tekstil dan TPT. Sumber: Kantor Menko
dalam bidang perpajakan, pengeluaran rutin serta dan BI ini tertuang dalam Nota Kesepakatan
belanja modal yang didorong agar dapat tentang Mekanisme Penetapan Sasaran,
meningkatkan infrastruktur dasar sebagai prasyarat Pemantauan dan Pengendalian Inflasi di Indonesia
percepatan pertumbuhan ekonomi. Terkait dengan tanggal 1 Juli 2004. Selanjutnya, dalam Keputusan
program pengentasan kemiskinan dan penciptaan Menteri Keuangan No.339/KMK.011/2004 tanggal
lapangan pekerjaan yang lebih luas, stimulasi juga 6 September 2004, disebutkan bahwa periode
dilakukan terhadap perekonomian daerah dalam sasaran inflasi yang ditetapkan adalah 3 tahun dan
bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK). jenis sasaran yang digunakan adalah inflasi IHK
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia tahunan (yoy). Penetapan target pertama kali
(BI) tetap secara konsisten mengarahkan adalah tahun 2005-2007, dimana target masing-
kebijakannya untuk mencapai stabilitas harga masing tahun adalah 6,5; 5,5; dan 4,5% dengan
melalui penerapan Inflation Targeting Framework toleransi deviasi sebesar ± 1%. Pada perjalanannya
(ITF). Kondisi ekonomi makro yang stabil dan target tersebut direvisi untuk periode 2005-2008
inflasi yang terkendali menjadi dasar menjadi 8,0%; 6,0% dan 5,0% dengan deviasi
dilaksanakannya penurunan BI Rate secara ±1% pada 17 Maret 2006. Pencapaian inflasi yang
bertahap oleh otoritas moneter. Penurunan rendah dipandang penting untuk membantu
tersebut dimaksudkan untuk memberi stimulasi mempertahankan daya beli masyarakat.
%
bagi sektor riil dan insentif yang lebih besar bagi 20
18
perbankan untuk dapat menurunkan suku bunga
16
kreditnya guna mendorong kenaikan permintaan 14
12
domestik lebih lanjut. 10
BI. Secara eksplisit, kerja sama antara Pemerintah Grafik 2.18 BI Rate dan Inflasi
pergerakan modal yang lebih bebas. Dampak dari menghasilkan Visi ASEAN 2020, yaitu: tercapainya
perubahan ini adalah terciptanya konfigurasi baru suatu kawasan yang stabil, makmur, berdaya saing
distribusi output produksi dan faktor produksi tinggi, dengan pertumbuhan ekonomi yang
perekonomian intra ASEAN. berimbang serta berkurangnya kemiskinan dan
Pertanyaan yang sangat krusial kemudian kesenjangan sosial ekonomi.
adalah sejauh mana perubahan ini akan Dalam ASEAN Summit di Bali tahun 2003,
berimplikasi pada perekonomian nasional. ditetapkan 3 (tiga) pilar guna merealisasikan visi
Pertanyaan ini akan coba dijawab dengan meninjau ASEAN tersebut yaitu: ASEAN Economic
dampak MEA terhadap beberapa aspek, yaitu Community (AEC)-MEA, ASEAN Security
dampak terhadap perdagangan, kondisi Community, ASEAN Socio-Cultural Community.
ketenagakerjaan, serta investasi, pertumbuhan, Pertemuan juga menyepakati MEA paling lambat
dan pengentasan kemiskinan. Ada kajian yang sudah terwujud pada 2020. Selain itu, pertemuan
mampu dilakukan secara empiris, namun sejumlah tersebut juga menyepakati 11 sektor yang
aspek, seperti dampak terhadap kondisi diprioritaskan (terdiri dari 7 barang dan 4 jasa-jasa)
ketenagakerjaan dan pengentasan kemiskinan yang ditargetkan mencapai integrasi pada 2010.
akan coba dijawab secara konseptual teoritis Kemudian pada tahun 2005 ditambah satu lagi
mengingat belum tersedianya data yang dapat sektor prioritas yaitu logistic services. Adapun
diinterpretasikan secara empiris. Selain itu, tinjauan sembilan di antara sektor-sektor tersebut
teoritis juga akan coba dilakukan untuk mengkaji menyumbang lebih dari 50 persen perdagangan
pembagian kue ekonomi antar-anggota ASEAN, barang di ASEAN. Selengkapnya daftar barang dan
pasca-integrasi. Terakhir, peran otoritas moneter jasa yang diprioritaskan adalah: 1) Agro-based
dalam implementasi MEA 2015 juga akan dibahas. products, 2) Automotive, 3) Electronics, 4) Fisheries,
Dalam hal ini akan dikaji apakah kebijakan moneter 5) Rubber-based products, 6) Textiles & apparels,
BI yang terfokus pada komitmen pencapaian inflasi 7) Wood-based products, 8) Air travel, 9) E-ASEAN,
yang rendah dan ekonomi makro yang stabil 10) Healthcare, 11) Tourism dan 12) Logistic
merupakan kebijakan moneter yang akan services.
membantu Indonesia memetik manfaat optimal Beberapa pertemuan setelah itu selanjutnya
dari terbentuknya MEA. mulai membahas draft cetak biru (blueprint) MEA
yang memuat karakteristik, elemen, rencana aksi
3.1. Latar Belakang Pembentukan Masyarakat prioritas, target dan jadwal pencapaian MEA
Ekonomi ASEAN dengan 4 (empat) pilar sebagai berikut:
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 1) Single market and production base, yang
dasarnya adalah perluasan dari integrasi ekonomi meliputi: free flow of goods, services,
regional yang telah dimulai beberapa tahun silam, investment, skilled labor and freer flow of
tepatnya pada saat pembentukan AFTA tahun capital, Priority Integration Sectors, and food,
1992. Kerangka besar dari integrasi ekonomi agriculture and forestry.
regional kemudian dirumuskan pada ASEAN 2) Competitive economic region, yang meliputi:
Summit tahun 1997 di Kuala Lumpur yang competition policy, consumer protection,
hambatan non-tarif, perbaikan sistem kepabeanan, (termasuk yang berada dalam daftar sektor yang
dan penyeragaman dalam standar produksi. diprioritaskan) ditargetkan akan selesai pada 2008.
Untuk perdagangan jasa, liberalisasi sektor Dalam Blueprint MEA 2015 skilled labor
jasa akan dilakukan dalam kerangka ASEAN didefinisikan sebagai berikut: 1) Pekerja yang
Framework Agreement on Services (AFAS) yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan,
sebenarnya telah dideklarasikan sejak tahun 1995. atau kemampuan di bidang pekerjaannya; 2)
Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah Lulusan Universitas, akademi, sekolah teknik, atau
mengkompilasi berbagai hambatan dalam keahlian yang diperoleh melalui pekerjaan sehari-
pergerakan jasa antar negara, penyusunan MRA hari. Adapun langkah-langkah terkait dengan
( Mutual Recognition Agreement ) untuk jasa mobilitas faktor produksi tenaga kerja dalam
arsitektur, akuntansi, kualifikasi surveyor, tenaga Blueprint MEA 2015 secara garis besar adalah
kerja medis termasuk di antaranya dokter gigi sebagai berikut:
(ditargetkan selesai 2008), dilanjutkan MRA untuk a. Pengaturan mobilitas atau fasilitas masuk
jasa-jasa profesional lainnya (selesai 2015), serta bagi tenaga kerja sesuai dengan peraturan
peningkatan partisipasi asing dalam 4 (empat) yang biasa digunakan oleh negara penerima.
sektor jasa (hingga 51%) serta jasa logistik (hingga ASEAN akan memfasilitasi penerbitan visa
49%) pada tahun 2008. 6 dan kartu pekerja bagi tenaga profesional
Dalam bidang investasi, langkah-langkah ASEAN dan tenaga kerja terampil.
yang dilakukan pada dasarnya memperkuat b. Untuk memudahkan arus bebas jasa-jasa
kerangka yang sudah ada yaitu Framework pada 2015, ASEAN melakukan upaya
Agreement on the ASEAN Investment Area (AIA) harmonisasi dan standardisasi melalui:
yang sudah ditetapkan pada 1998 menjadi suatu • Kerja sama diantara anggota ASEAN
kerangka yang lebih komprehensif, yaitu ASEAN University Network (AUN) untuk
Comprehensive Investment Agreement (ACIA). meningkatkan mobilitas pelajar dan
Termasuk di dalamnya adalah pencabutan semua staf jajarannya.
restriksi dalam bidang investasi (2008-2009), • Penyusunan indeks core competencies
peningkatan semua fasilitas penunjang kegiatan (sesuai dengan keahlian dan kualifikasi)
investasi seperti database FDI, jejaring antara untuk pekerjaan dan trainers skills di
ASEAN Investment Promotion Agencies, serta sektor jasa prioritas (2009) dan sektor
database untuk kluster-kluster industri. jasa lainnya (2010-2015).
Dalam hal tenaga kerja terlatih (skilled labor), • Memperkuat riset dalam rangka
penyusunan MRA untuk tenaga kerja profesional meningkatkan keterampilan,
penempatan kerja, dan pengembangan
6 Mutual recognition agreement (MRA) merupakan perjanjian
jejaring informasi pasar tenaga kerja.
internasional antara dua negara atau lebih yang
menyepakati untuk mengakui penilaian kecocokan satu
sama lain. Penilaian kecocokan merupakan kegiatan dalam 3.2. Dinamika Perekonomian ASEAN
menentukan, langsung atau tidak langsung, sebuah proses,
Sebagai satu kesatuan wilayah, ASEAN
produk, atau jasa memenuhi standar dan kebutuhan yang
relevan.
menjanjikan potensi ekonomi yang sangat besar.
Dengan total jumlah penduduk mencapai 567,6 terdapat variasi yang besar pada tingkat
juta orang (bandingkan dengan Uni Eropa yang pendapatan per kapita dari negara-negara
mendekati 500 juta orang), dan total GDP ASEAN. Di sisi ekstrem yang tinggi adalah Brunei
mencapai sekitar US$1,1 triliun, ASEAN Darussalam, dengan pendapatan per kapita
menjanjikan potensi pasar yang sangat besar. sebesar USD30.200 per tahun atau hampir 150
Selain itu, pangsa total perdagangan terhadap kali Myanmar yang hanya sebesar USD200 per
GDP dari masing-masing negara ASEAN juga tahun. Peringkat pendapatan di antara negara-
cukup tinggi, yang menunjukkan aktifnya kawasan negara ASEAN secara praktis juga tidak berubah
ini dalam perdagangan internasional. Dari sisi sejak pertengahan 1970-an. Dari sisi inflasi, ada
aliran modal internasional, kawasan ASEAN juga negara yang hanya mencatat inflasi sekitar 1%,
dipandang sangat menarik, seperti terlihat dari bahkan ada yang mencatat deflasi, sementara
aliran masuk FDI yang terus meningkat dari tahun beberapa negara masih berkutat di sekitar 6-7%.
ke tahun. Hal ini sekaligus menunjukkan besarnya Profil ketenagakerjaan juga menunjukkan
potensi ASEAN sebagai production base. Kondisi gambaran serupa, dimana Indonesia dengan
ini didukung pula dengan melimpahnya jumlah jumlah penduduk terbesar memiliki angka
tenaga kerja. Potensi ASEAN tersebut dapat dilihat pengangguran sekitar 10%, jauh di atas negara-
pada Tabel 3.1. negara lainnya. Sejalan dengan profil tingkat
Meskipun menyimpan potensi yang sangat pengangguran, kesenjangan kualitas tenaga
besar sebagai satu kawasan, kondisi ASEAN kerja juga tergambar dari disparitas angka
sayangnya juga diwarnai oleh kesenjangan yang produktivitas tenaga kerja yang cukup besar.
sangat besar. Dari sisi pendapatan per kapita, Sebagai contoh, tingkat produktivitas Singapura
Perdagangan Barang
Populasi Inflasi (yoy) GDP per kapita Tingkat Pengangguran Rasio Ekspor Rasio Impor FDI Net Inflow (yoy)
Negara terhadap GDP terhadap GDP
Juta persen US$ US$ PPP persen persen persen juta US$ persen
2006 2006 2006 2006 2005/2006 2006 2006 2005-2006 2005-2006
Brunei Darussalam 0,38 -0,7 30,213,6 25,094,1 4,0 65,8 12,9 145,0 50,2
Kamboja 14,16 2,8 512,3 3,226,0 0,8 48,4 40,3 102,0 26,8
Indonesia 222,05 6,6 1,640,4 4,321,3 10,5 27,7 16,8 (2,779,8) (33,4)
Laos 6,14 4,7 574,0 2,332,1 - 11,4 16,7 159,7 575,8
Malaysia 26,69 3,1 5,880,4 12,184,9 3,0 100,2 81,8 2,094,9 52,8
Myanmar 57,29 - 208,6 1,958,8 - 29,4 17,7 (92,9) (39,4)
Filipina 86,91 4,3 1,351,5 5,332,7 8,1 40,4 44,1 491,0 26,5
Singapura 4,48 0,8 29,499,6 32,379,6 2,7 205,3 180,3 9,053,5 60,4
Thailand 65,23 3,5 3,167,8 9,163,5 1,3 58,8 61,5 1,799,1 20,1
Vietnam 84,22 6,6 723,9 3,373,3 5,3 60,8 66,0 339,2 16,8
ASEAN 567,60 - 1,890,3 5,210,2 n,a, 70,0 61,0 11,311,7 27,5
* as of 15 September 2007
Sumber: ASEAN Secretariat
Tabel 3.2 Produktivitas Tenaga Kerja ASEAN pangsa perdagangan intra ASEAN terus
(Output per TK Beberapa Negara ASEAN)
mengalami peningkatan. Pada 2006 pangsa
Negara 1990 1995 2000 2003 2004 2005
perdagangan intra ASEAN mencapai 24,9%, jauh
Kamboja 2296 2297 3037 2732 2714 2845
Indonesia 5945 8205 7588 8321 8656 922 melampaui pangsa ekspor ASEAN ke AS dan
Malaysia 13434 18473 19254 19953 21128 22112
Eropa, masing-masing sebesar 14,1% dan 13,0%
Myanmar 1959 2328 3017 3819 4172 4541
Filipina 6348 6195 6952 6797 7164 7271 (Tabel 3.3 dan 3.4). Dari segi jenis barang yang
Singapura 28191 38888 42888 46235 49457 47975
diperdagangkan, perdagangan intra ASEAN
Thailand 8291 11871 11984 13135 13541 13915
Vietnam 2346 3094 3803 4328 4553 4809 didominasi oleh intermediate goods, yaitu
Sumber: ILO
sebanyak 65% dari total ekspor intra ASEAN, jauh
di atas pangsa capital goods (12%) dan
mencapai hampir 17 kali Kamboja, 10,6 kali consumption goods (9%), lihat Tabel 3.5.
Myanmar, dan 10 kalinya Vietnam (lihat Tabel Perdagangan antar negara ASEAN
3.2). Dari sisi aliran modal internasional, aliran berdasarkan hasil penghitungan Indeks Intra
FDI terbesar didominasi oleh Singapura, jauh Industry Trade (IIT) menunjukkan keterkaitan yang
melebihi angka yang mampu dicatat negara- cukup tinggi.7 Hasil pengolahan data
negara lainnya. Hal ini sejalan dengan variasi perdagangan lima negara ASEAN, yakni
pada kondisi iklim bisnis, dimana Singapura Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
hanya membutuhkan 5 hari untuk memulai Thailand, dari UN COMTRADE selama 2002-2006
bisnis, sementara Indonesia dan Laos masing- memperlihatkan bahwa tingkat IIT sektor-sektor
masing membutuhkan 105 dan 103 hari. yang menjadi prioritas dalam integrasi ASEAN
Dilihat dari sisi perdagangan antar ASEAN,
prospek perdagangan dalam kawasan ini sangat
7 Perdagangan Intra Industri merupakan perdagangan antara
menjanjikan. Pangsa total perdagangan intra komoditas yang berbeda namun masih dalam jenis industri
ASEAN memang masih terbilang kecil bila yang sama. Untuk mengukur hal tersebut, dilakukan
dibandingkan dengan pangsa ekstra ASEAN. perhitungan Indeks Intra Industry Trade (IIT) yang
dirumuskan sbb : IIT = 1 − X −M x100
j j
4,5 7,1 10,1 Neg. Berkembang Asia 53,1 50,0 41,6 33,1 37,9 43,6 43,8 44,8 48,5 11,2 12,8 12,9
0,8 1,4 1,6 ASEAN 54,3 49,0 37,7 34,9 41,2 50,3 48,8 47,7 56,4 18,9 21,7 24,9
7,2 9,5 12,1 ASEAN+4 51,7 49,5 41,1 33,3 38,1 43,7 36,6 40,3 46,1 11,6 13,2 12,8
n,a n,a n,a Indonesia 67,9 50,7 43,1 25,1 37,5 45,0 63,7 54,0 58,5 10,0 17,0 20,3
Sumber: IMF Direction of Trade Statistics, diolah.
Sebagai tujuan ekspor ASEAN+4, G3 tidak termasuk Jepang
cukup tinggi. Sektor yang mencatat IIT tertinggi 3.3. Tinjauan Konseptual Teoretis Integrasi
diantaranya adalah sektor Elektronika, Tekstil dan Ekonomi
Produk Tekstil (TPT), Teknologi Informasi dan Perdagangan internasional telah cukup lama
Komunikasi (Information and Communication menjadi salah satu subjek yang banyak menyita
Technology-ICT), Produk berbasis Kayu (Wood- perhatian dalam perkembangan teori ekonomi.
based Product), serta Otomotif (Tabel 3.6). Beberapa ekonom yang mendalami masalah ini
Tingginya tingkat IIT menunjukkan adanya diantaranya adalah David Ricardo, yang terkenal
keterkaitan antar industri di ASEAN, sehingga dengan teori keunggulan komparasi (Ricardian
sangat mendukung proses integrasi ekonomi Model) dan Heckscher-Ohlin dengan Heckscher-
ASEAN. Untuk Indonesia, tingkat IIT tertinggi Ohlin Model yang mengedepankan perbedaan
ditemukan pada Produk Kesehatan (Healthcare sumber daya sebagai faktor pendorong terciptanya
Products) dan Otomotif (Tabel 3.7) perdagangan antar-negara. Meskipun demikian,
Tabel 3.6 Indeks Intra-Industry Trade (IIT) Sesama lebih murah akibat adanya perlakuan khusus
ASEAN-5 per Sektor Dalam 5 Tahun
dalam penetapan tarif.
Sector Total
ICT 92,86
Bentuk kerjasama regional bervariasi
Electronics 99,92 menurut perbedaan tingkat integrasi ekonomi yang
Healthcare Products 75,90
Textile and Garment 93,38
dilakukan. Free Trade Agreement (FTA) merupakan
Automotive 90,12 tahapan paling awal dari proses integrasi ekonomi.
Agro-based Products 84,22
Fisheries 78,33
Dalam FTA, negara peserta bersepakat untuk
Rubber-based Products 86,02 menurunkan atau menghilangkan hambatan
Wood-based Products 92,00
dalam perdagangan, baik tarif maupun non-tarif,
sumber: UN Comtrade, diolah
namun tetap dibebaskan menetapkan tarif
kajian tentang integrasi ekonomi secara khusus perdagangannya sendiri terhadap negara bukan
dipelopori oleh Viner (1950).8 Oleh Viner, dampak peserta FTA. Tahapan berikutnya dalam proses
dari suatu integrasi ekonomi terhadap tingkat integrasi ekonomi adalah Customs Union (CU).
kesejahteraan dijelaskan melalui konsep trade Dalam CU, selain penetapan tarif preferential bagi
creation dan trade diversion. Trade creation terjadi sesama peserta, semua peserta juga menetapkan
apabila suatu negara dapat mengimpor barang tarif impor yang sama terhadap negara non-
dengan harga yang lebih murah dari negara lain anggota. Tahapan integrasi berikutnya adalah
dalam suatu kawasan integrasi ekonomi, sehingga Common Markets (CM) atau pasar bersama. Dalam
secara keseluruhan kesejahteraan akan CM, negara peserta bersepakat mencabut semua
meningkat. Sementara itu, trade diversion terjadi penghalang dalam mobilitas kapital dan tenaga
apabila impor dari suatu negara yang berada di kerja serta melakukan harmonisasi dalam peraturan
luar kawasan digantikan oleh negara lain yang dan hukum. Contoh CM yang cukup signifikan
berada dalam kawasan integrasi, karena produk adalah Mercosur di Amerika Latin, yang antara lain
dari negara lain dalam kawasan tersebut menjadi melibatkan Brasil dan Argentina. Kerjasama
regional yang paling komprehensif adalah
8 Viner, J. 1950, The Custom Union Issue, New York, Carnegie Economic Union (EU), dimana negara peserta tidak
Endowment for International Peace saja bersepakat dalam menghilangkan semua
Tabel 3.7 Indeks Intra-Industry Trade (IIT) Indonesia per Sektor Dalam 5 Tahun
2002 - 2006
Sector Total
Malaysia Filipina Singapura Thailand
ICT 24.67 31.73 5.43 90.94 10.18
Electronics 78.33 31.14 48.31 86.70 74.71
Healthcare Products 49.45 49.74 42.85 51.59 80.80
Textile and Garment 9.23 5.16 26.18 78.99 32.95
Automotive 36.79 58.16 88.72 43.13 79.89
Agro-based Products 31.40 68.93 9.62 21.52 65.80
Fisheries 14.42 20.95 5.82 14.35 10.42
Rubber-based Products 49.56 8.01 39.22 86.89 47.84
Wood-based Products 18.73 19.12 78.15 92.85 52.87
ekonomi terintegrasi akan meningkatkan baik seperti yang dilakukan oleh Imada et al.
pangsa dari total output maupun pangsa dari total (1991), Adams and Par (1995), dan
physical capital (melalui arus masuk physical capital DeRosa (1995)
asing maupun akumulasi modal domestik). (2) Pendekatan ex-post, dengan menggunakan
Metode Gravitasi, seperti yang dilakukan
3.4. MEA dan Implikasi Kesejahteraan oleh Hamilton and Winters (1992), Frankel
Tantangan paling sulit dalam menyongsong (1993), Sharma and Chua (2000), dan
MEA adalah memperkirakan bagaimana MEA akan Endoh (1999, 2000).
mempengaruhi perekonomian negara-negara di Penggunaan Model Gravitasi pertama kali
dalamnya. Kajian tentang hal ini sangat perlu dipelopori oleh Tinbergen (1962) dan Pöyhönen
dilakukan, karena dengan mengetahui perkiraan (1963), untuk menganalisis arus perdagangan
dampak yang akan terjadi, Pemerintah dan semua bilateral antara dua kesatuan geografis yang berbeda.
unsur bangsa dapat merumuskan langkah-langkah Selanjutnya Frankel (1997) berusaha mengungkap
strategis yang harus diambil agar dapat menuai dampak integrasi regional dengan memasukkan
manfaat optimal dari integrasi yang akan terjadi. variabel dummy perjanjian internasional dalam
Ada aspek dalam kajian dampak integrasi yang persamaan umum model gravitasi.
mampu dijawab dengan menggunakan kajian Studi yang dilakukan menggunakan data
empiris, namun sejumlah aspek, seperti mobilitas lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia,
faktor produksi intra ASEAN dan dampaknya pada Singapura, Filipina, dan Thailand) periode 1989-
pembagian kue ekonomi antar anggota ASEAN, 2006 menunjukkan bahwa selain GDP per kapita
akan coba dijawab secara konseptual teoritis. dari negara-negara, perjanjian AFTA (sebagai cikal
bakal MEA 2015) merupakan salah satu faktor
3.4.1. Dampak terhadap Perdagangan Barang yang berperan dalam perdagangan intra ASEAN.11
Pengukuran dampak ekonomi dari suatu Hasil studi di atas sejalan dengan data pangsa
integrasi ekonomi merupakan topik yang banyak ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN (Tabel
menyita perhatian dan sejauh ini telah cukup 3.3), yang meningkat cukup pesat dalam tujuh
banyak dilakukan. Terkait dengan MEA, meskipun tahun terakhir (1999-2006). Meskipun demikian,
perwujudannya direncanakan baru akan tercapai ke depan tantangan peningkatan ekspor ke sesama
sepenuhnya pada 2015, pengukuran dampaknya negara ASEAN akan semakin berat. Hal ini
telah dapat dilakukan mengingat kesepakatan terutama terkait dengan homogenitas dari
penurunan tarif telah mulai dilakukan komoditas yang diperdagangkan, contohnya di
pascapenandatanganan AFTA 1992 (yang termuat sektor pertanian, produk karet dan kayu, tekstil,
dalam Common Effective Preferential Tariff - CEPT). serta elektronik. Selain itu, dengan telah cukup
Sejauh ini, terdapat dua pendekatan utama dalam efektifnya penghapusan tarif selama ini (tinggal
melakukan kajian empiris terhadap dampak 1,74% pada 2006 untuk ASEAN-6), maka tahapan
ekonomi tersebut, yaitu:
11 Hasil penelitian lebih lengkap dapat dilihat dalam Boks
(1) Pendekatan ex-ante, yang menggunakan
∆Dampak Kesepakatan AFTA Bagi Kinerja Ekspor ASEAN-5:
parsial atau general equilibrium model, Suatu Pendekatan Model Gravitasi∆
integrasi perdagangan dalam blueprint MEA akan dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Integrasi
difokuskan pada penghapusan hambatan nontarif. mau tidak mau akan memaksa setiap pelaku usaha
Hal ini menciptakan tantangan tersendiri untuk untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing
Indonesia mengingat Indonesia merupakan negara apabila masih ingin bertahan di pasar.
yang paling banyak memiliki hambatan nontarif12 . Restrukturisasi industri akan terjadi, sehingga pada
Hambatan nontarif yang diterapkan Indonesia akhirnya akan tercipta struktur industri yang lebih
diantaranya berupa penerapan pajak barang sehat. Bukti empiris dari hal ini dapat ditemukan di
mewah untuk komoditas seperti produk kesehatan kawasan Uni Eropa, dimana struktur industri
dan otomotif, ketentuan agen tunggal importir, kawasan tersebut periode pascaintegrasi ditandai
serta ketentuan pemasangan label dalam bahasa dengan jumlah perusahaan yang lebih sedikit,
lokal untuk komoditas tertentu. namun lebih besar dan lebih efisien. Kondisi ini pada
Berbagai tantangan dalam perdagangan ini akhirnya akan menciptakan atmosfer yang memacu
menyebabkan tujuan dari liberalisasi masuknya FDI yang selanjutnya akan membantu
perdagangan di kawasan ASEAN perlu dipahami menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui
secara lebih luas, tidak hanya semata untuk perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja,
meningkatkan perdagangan dalam kawasan. pembangunan sumber daya manusia ( human
Penghilangan berbagai hambatan dalam capital) dan akses yang lebih luas ke pasar dunia.
perdagangan diharapkan dapat memicu setiap Melalui efek terhadap pertumbuhan ekonomi ini
pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing FDI selanjutnya dapat berkontribusi pada
masing-masing (dampak alokasi). Hal ini pada pengentasan kemiskinan. FDI dapat juga
akhirnya akan meningkatkan keunggulan ASEAN membantu meningkatkan pendapatan pemerintah,
sebagai satu kawasan, sehingga akan menarik yang dapat digunakan untuk membiayai jaring
masuknya investasi asing. Hal ini akan pengaman sosial untuk kaum miskin, melalui
menjadikan ASEAN sebagai salah satu production kontribusi pajak dan secara tidak langsung dengan
platform di dunia, yang pada akhir nya menstimulasi pertumbuhan dan memperluas wajib
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan pajak (tax base). Sebagai tambahan, FDI dapat
negara-negara di dalamnya. secara instrumental mendekatkan jasa-jasa
infrastruktur ke golongan miskin. Sebagai contoh,
3.4.2. Dampak Terhadap Investasi, Pertum- investor-investor asing di telekomunikasi, listrik dan
buhan dan Kemiskinan sumber daya air, melalui kemitraan build-operate-
Integrasi ekonomi akan mendorong transfer (BOT) atau skema public-private, telah
masuknya investasi, yang selanjutnya akan memberikan jasa-jasa yang lebih baik ke jutaan
mendorong pertumbuhan, dan pada akhirnya rumah tangga, termasuk golongan miskin. FDI
dapat berpengaruh pertumbuhan dan pengentasan
12 De dios, C. Loreli : ≈An Investigation into the Measures kemiskinan pada suatu lingkungan yang sehat, yaitu
Affecting the Integration of ASEAN»s Priority Sectors (Phase terdapat kesamaan aturan main antara investor
2): Overview: Non-Tariff Barriers to Trade in the ASEAN
asing dan domestik, dan kecukupan infrastruktur
Priority Goods Sectors∆, REPSF Project 06/001a Final Report,
October 2006 fisik dan sosial (Klein, et al. 2001, Mirza 2002).
Untuk negara-negara ASEAN, Jalilian dan produktivitas tenaga kerja, karena akan
Weiss (2002) menemukan baik hubungan menciptakan kondisi yang mendorong perusahaan
langsung maupun tak langsung antara FDI dan untuk mengalokasikan sumber-sumber daya secara
kemiskinan. Peningkatan 10% FDI berasosiasi lebih efisien (dampak alokasi). Dihapusnya
dengan peningkatan pendapatan per kapita hambatan dalam mobilitas tenaga kerja akan
sebesar 0,17% dari kaum miskin di ASEAN. Sekitar membuka kesempatan pada para pekerja untuk
40% dari efek pengentasan kemiskinan dari FDI mencari pekerjaan yang dianggap paling sesuai
diperoleh melalui pertumbuhan ekonomi, dengan keahlian yang dimiliki. Di sisi lain,
sementara 60% berasal dari akibat langsung pengusaha juga memperoleh kesempatan untuk
melalui adanya pelatihan tenaga kerja dan mempekerjakan tenaga kerja yang dianggap paling
pembukaan lapangan kerja bagi kaum miskin. cocok. Peningkatan produktivitas tenaga kerja ini
Meskipun demikian, integrasi suatu kawasan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan
dapat pula menghasilkan efek negatif terhadap terhadap tenaga kerja dan selanjutnya juga
upaya pengentasan kemiskinan.. Integrasi dapat menaikkan upah tenaga kerja.
menghasilkan pembalikan pengentasan Meskipun demikian, bukti empiris terkait
kemiskinan (poverty reduction reversal) melalui dengan dampak integrasi ekonomi terhadap
dampaknya pada kenaikan harga-harga barang- konklusif.
kondisi ketenagakerjaan cenderung tidak konklusif
barang tradables, menyusutnya lapangan kerja dan Beberapa isu ketenagakerjaan yang sering muncul
upah bagi kaum miskin, serta menurunnya terkait dengan integrasi ekonomi suatu kawasan
pendapatan pemerintah. Integrasi ekonomi yang di antaranya adalah :
lebih luas juga dapat meningkatkan kerentanan • Apakah liberalisasi dalam mobilitas tenaga
kaum miskin, yang utamanya paling sulit untuk kerja akan memicu migrasi pekerja dari satu
melindungi diri dari kejutan-kejutan pendapatan negara ke negara lainnya? Terkait dengan ini,
(income shocks), yang disebabkan oleh terbatasnya apakah Indonesia akan dapat memetik
kepemilikan aset finansial, rendahnya pendidikan manfaat optimal dari kondisi ini atau justru
dan keterampilan dan ketiadaan akses ke jaring sebaliknya menjadi pihak yang dirugikan.
pengaman sosial. • Apakah liberalisasi dalam mobilitas tenaga
kerja akan mendorong perbaikan tingkat
3.4.3. Dampak terhadap Kondisi Ketenagakerjaan upah atau malah sebaliknya?
Liberalisasi dalam perdagangan barang, • Apakah liberalisasi dalam mobilitas tenaga
jasa, investasi, dan mobilitas faktor produksi tenaga kerja akan lebih mendorong penyerapan
kerja akan berdampak pada kondisi tenaga kerja terampil (skilled labor) atau yang
ketenagakerjaan. Dampak pada kondisi
ketenagakerjaan tidak terampil (unskilled labor)?
ketenagakerjaan ini biasanya menjadi isu yang Pekerja (pada sektor tertentu) dalam suatu
paling sensitif dalam pembentukan suatu kawasan negara mendapatkan upah yang lebih tinggi dari
integrasi ekonomi, seperti yang misalnya dialami upah untuk pekerja pada sektor yang sama di
oleh Uni Eropa. Secara teoritis, liberalisasi dalam negara lain. Adanya liberalisasi dalam mobilitas
keempat faktor di atas akan meningkatkan tenaga kerja memicu terjadinya migrasi pekerja dari
luar ke negara tersebut. Akibat bertambahnya Indonesia bersama Myanmar merupakan negara
suplai pekerja, terjadi penurunan upah pekerja di pengirim tenaga kerja migran terbesar, masing-
sektor tersebut. Hal ini tentu saja merugikan pekerja masing mengirim 23% dan 27% dari total tenaga
dari negara tersebut yang sebelumnya menikmati kerja migran di ASEAN (lihat Tabel 3.8).
upah yang lebih tinggi. Namun sebaliknya Meskipun demikian, kemampuan
pengusaha di sektor tersebut menjadi diuntungkan. memanfaatkan peluang migrasi tenaga kerja ini
Keadaan yang sebaliknya terjadi di negara lain. tentu akan sangat terkait dengan kualifikasi yang
Dengan berpindahnya sebagian pekerja ke negara dimiliki oleh para pekerja Indonesia. Sejauh ini,
lain, upah di negara tersebut cenderung akan naik, jumlah pekerja migran yang besar dari Indonesia
sehingga menguntungkan pekerja di negara itu, cenderung didominasi oleh pekerja dengan
namun merugikan pengusaha. Dengan demikian, keahlian rendah (low-skilled atau unskilled labor).
migrasi akan selalu memunculkan adanya pihak Dimasukkannya liberalisasi tenaga kerja dalam
yang dirugikan dan diuntungkan, namun secara MEA 2015 diharapkan lebih membuka kesempatan
umum kedua negara akan meraih keuntungan. kepada skilled labor untuk mendapatkan pekerjaan
Penelitian empiris menunjukkan bahwa dengan kondisi yang dianggap lebih baik.
integrasi ekonomi bukan merupakan faktor Sementara itu, penelitian empiris mengenai
dominan dalam menentukan pola migrasi yang dampak integrasi ekonomi terhadap tingkat upah
terjadi. Penelitian yang dilakukan terhadap Uni menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian
Eropa menunjukkan bahwa kondisi siklus bisnis terhadap Uni Eropa (EU) menunjukkan bahwa
(business cycle) tetap merupakan faktor utama integrasi ekonomi tidak akan membawa perubahan
yang memicu terjadinya migrasi pekerja. yang signifikan dalam tingkat upah pekerja. Kondisi
Bagi Indonesia, peluang terjadinya migrasi upah pekerja domestik pascaintegrasi EU hanya
tenaga kerja ini berpotensi menguntungkan berubah dalam kisaran ± 0,3% setiap tambahan
mengingat tingkat pengangguran di Indonesia yang 1% jumlah pekerja akibat migrasi. Hal ini menjawab
relatif paling tinggi dibandingkan negara ASEAN kekhawatiran sebagian negara bahwa liberalisasi
lainnya. Data statistik tahun 2006 menunjukkan dalam mobilitas tenaga kerja akan menyebabkan
Sektor Primer Nilai (juta USD) 102,5 253,4 308,5 407,8 533,0 502,4
Tenaga Kerja (orang) 2.465 18.273 9.677 23.190 26.416 16.741
Sektor Sekunder Nilai (juta USD) 1553,3 1880,6 2804,5 3502,1 3604,5 3622,9
Tenaga Kerja (orang) 73.839 69.196 91.728 97.326 152.815 105.141
Sektor Tersier Nilai (juta USD) 1435,4 3316,6 1489,3 5004,7 1839,5 4419,1
Tenaga Kerja (orang) 12.082 29.755 46.996 35.593 27.714 16.910
Sumber : BKPM
akhirnya akan memperoleh distribusi output menempati urutan 25 dari 177 negara,
ekonomi yang besar pula. Negara yang unggul dari sedangkan Myanmar menempati urutan 132
segi human capital, dan oleh karenanya memiliki (lihat Tabel 3.10). Posisi Indonesia sendiri tidak
proporsi total human capital yang tinggi, akan juga terlalu menggembirakan, hanya lebih baik
mempunyai bagian stok physical capital dan irisan dibandingkan Laos, Kamboja, dan Myanmar.
kue output ekonomi regional yang paling besar. Kondisi ini sejalan dengan beberapa data SDM
Ini mudah dimengerti karena sumber daya manusia lainnya seperti tingkat melek huruf dan tingkat
yang unggul merupakan magnet sekaligus partisipasi sekolah yang relatif rendah, serta
komplemen dari kapital fisik yang padat dengan rendahnya pengeluaran porsi belanja negara
teknologi canggih dan mutakhir sementara untuk pendidikan dan kesehatan (Tabel 3.10).
teknologi merupakan komponen yang mampu Dari sisi faktor produksi stok kapital, juga
melipatgandakan produktivitas ekonomi dalam terdapat kesenjangan yang cukup lebar di
takaran eksponensial. ASEAN. Hal ini antara lain dapat terlihat antara
Meramal gambaran posisi Indonesia lain dari tabel peringkat daya saing negara yang
memang belum dapat dilakukan secara empiris, dikeluarkan oleh WEF (lihat Tabel 3.11). Dari
mengingat liberalisasi belum sepenuhnya terjadi. tabel tersebut terlihat betapa Indonesia
Meskipun demikian, dengan menggunakan nampaknya masih memiliki masalah dalam hal
konsep kesamaan proporsi di atas, deteksi dini pemenuhan beberapa persyaratan mendasar
posisi Indonesia pascaintegrasi dapat dilakukan bagi terciptanya pemupukan stok kapital yang
dengan mengkaji perkembangan faktor-faktor tinggi, seperti kondisi infrastruktur,
produksi, yaitu stok kapital dan kondisi human kelembagaan, dan SDM. Posisi Indonesia relatif
capital, untuk kemudian dibandingkan dengan tidak begitu baik dibandingkan beberapa
negara-negara lain di kawasan integrasi. negara ASEAN lainnya (Singapura, Malaysia,
Dari sisi faktor produksi human capital, dan Thailand). Tingkat penguasaan teknologi
dalam kawasan ASEAN terdapat ketimpangan Indonesia nampaknya juga cukup tertinggal
yang cukup lebar. Hal ini terlihat dari Human dibandingkan beberapa negara ASEAN lainnya
Development Index (HDI), dimana Singapura seperti terlihat dari tingkat penggunaan telpon,
mengungguli 9 anggota ASEAN lainnya dengan internet, maupun konsumsi listrik (Tabel 3.13).
Negara Literacy rate Gross enrolment ratio Expenditure on education Expenditure on health
(% of age 15+) (primary-tertiary school) 2002-05 (% of GDP) 2004 (% of GDP)
Singapura 92,5 87,3 3,7 1,3
Brunei Darussalam 92,7 77,7 ,, 2,6
Malaysia 88,7 74,3 6,2 2,2
Thailand 92,6 71,2 4,2 2,3
Filipina 92,6 81,1 2,7 1,4
Vietnam 90,3 63,9 ,, 1,5
Indonesia 90,4 68,2 0,9 1
Laos 68,7 61,5 2,3 0,8
Kamboja 73,6 60 1,9 1,7
Myanmar 89,9 49,5 1,3 0,3
Sumber: UNDP, Human Development Report 2007
Mengacu pada konsep kesamaan proporsi di dapat meningkatkan kapasitas faktor produksinya,
atas, maka apabila menggunakan patokan kondisi baik berupa kapital fisik (physical capital) maupun
relatif faktor-faktor produksi, nampaknya manfaat sumber daya manusia (human capital). Hal ini
terbesar dari integrasi ASEAN hanya akan dinikmati terkait dengan konsep kesamaan proporsi (equal-
oleh beberapa negara tertentu, dalam hal ini adalah share relationship) yang diuraikan dalam sub-bab
Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sementara itu, 3.3 di atas, yang menyatakan bahwa integrasi
peluang Indonesia untuk turut menikmati kue ekonomi kawasan akan menghasilkan distribusi output
pascaintegrasi tentu saja masih sangat terbuka, yaitu ekonomi yang bergantung pada distribusi faktor
apabila dalam periode 7-8 tahun ini Indonesia mampu produksi, baik kapital fisik (physical capital) maupun
melakukan perubahan substansial dalam hal perbaikan sumber daya manusia (human capital) tiap negara
SDM maupun fisik (human and physical capital). yang terlibat. Dengan kata lain, suatu negara yang
memiliki porsi besar dalam distribusi faktor produksi
3.6. MEA 2015 dan Peran Otoritas Moneter di kawasan, pada akhirnya akan memperoleh
Agar dapat menuai manfaat optimal dari distribusi output ekonomi yang besar pula.
integrasi ekonomi, setiap negara dituntut untuk Bank sentral memiliki peran yang
signifikan melalui kebijakan moneternya untuk
Tabel 3.12 Komponen Daya Saing Beberapa
Negara Anggota ASEAN mendorong investasi yang tinggi guna
Category Indonesia Malaysia Singapura Thailand meningkatkan stok kapital fisik (physical
Overall index 54 21 7 28 capital). Bukti empiris dengan menggunakan
Basic requirements 82 21 3 40
Institutions 63 20 3 47 data Thailand, Indonesia, Kamboja, Singapura,
Infrastructures 91 23 3 27
Macroeconomic stability 89 45 24 30 Malaysia, Filipina dan Vietnam (ASEAN-7) dalam
Health & primary education 78 26 19 63 periode 1992-2006 menunjukkan bahwa
Efficiency enhancers 37 24 6 29
Higher education and training 65 27 16 44 terdapat hubungan positif yang kuat antara
Goods market & efficiency 23 20 2 34
Labor market efficiency 31 16 2 11 inflasi dan investasi (dalam hal ini aliran masuk
Financial market sophistication 50 19 3 52 FDI) di negara-negara tersebut.13 Hubungan
Technological readiness 75 30 12 45
Market size 15 29 50 17
Innovation & sophistication factors 34 19 13 39 13 Hasil penelitian lebih lengkap dapat dilihat pada Bab V,
Business sophistication 33 18 16 40
Innovation 41 21 11 36 Topical Issue 1 berjudul: ≈Apakah Peran Bank Sentral Pasca
Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report 2007 Integrasi Ekonomi ASEAN 2015 Semakin Signifikan?∆
menyebabkan Indonesia tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Pihak pemerintah juga harus
lain selain mempersiapan sektor-sektor tersebut. menunjukkan pada sektor-sektor yang terkena
Efek negatif yang mungkin dalam jangka pendek dampaknya tersebut, efek positif dari liberalisasi
dari liberalisasi harus secara jelas yang lebih dalam sehingga mereka dapat
dikomunikasikan pada sektor-sektor yang memberi apresiasi terhadap kebijakan tersebut.
terpengaruh untuk membantu persiapan mereka Adanya konsultasi yang intensif dengan
melalui pelatihan ulang, peningkatan kelompok yang terpengaruh dapat menghindari
keterampilan, atau peralihan perlahan-lahan ke reaksi yang tidak diinginkan.
estimasi ini mendukung hipotesis yang peningkatan ekspor. Secara statistik, dengan
menyatakan bahwa perdagangan meningkat adanya kesepakatan AFTA, kinerja ekspor
seiring dengan peningkatan GDP per kapita, negara-negara anggota meningkat
sedangkan faktor jarak sebagai proxy biaya dibandingkan sebelum menjalani
transportasi menunjukkan hubungan yang kesepakatan, namun dalam kenyataan
berlawanan. hasilnya belum optimal. Hal ini terbukti dari
pangsa ekspor intra-ASEAN yang pada 2006
IV. Penutup hanya sebesar 24.9%, tidak berbeda jauh
Berdasarkan hasil pengolahan data pada 1999 dengan pangsa 21.7%. 4
dan analisis, secara umum dapat Kemungkinan ini terjadi akibat ekonomi
disimpulkan bahwa GDP per kapita ASEAN yang cenderung lebih kompetitif
berpengaruh secara positif dan signifikan ketimbang komplementer. Persaingan yang
pada peningkatan kinerja ekspor. Adanya terjadi semakin tajam melalui hambatan
kesepakatan pembentukan kawasan non-tarif yang diterapkan untuk menjaga
perdagangan bebas AFTA yang tergambar produk lokal. Indonesia perlu
dari variabel dummy AFTA juga mengupayakan berbagai langkah agar hasil
menunjukkan hal serupa. Jarak sebagai yang dipetik dari integrasi ekonomi kawasan
perwakilan biaya yang timbul dalam benar-benar maksimal.
transportasi berpengaruh negatif terhadap
% % USD
8 14
160 History Projections
7 12
10 High Price 157
6 120
8
5 Reference
6 80
4 95
4
3 60
2
58
2 0 Low Price
30
1 -2
0 -4 0
1970 19731976 19791982 19851988 19911994 1997 20002003 2006 2009 2012 1980 1990 2000 2010 2020 2030
World Real GDP Growth (LHS) World Trade Volume Growth (RHS) Sumber: International Energy Outlook dari EIA, November 2007
USD/ barrel
Sumber: IMF, World Economic Outlook Edisi Oktober 2007 80
70
Grafik 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan
60
Volume Perdagangan Dunia
50
40
akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia. 30
Indeks Indeks
Di samping tekanan inflasi, beberapa bank sentral
Manufactured exports tampaknya juga mempertimbangkan kondisi
100 100 stabilitas pasar keuangan dan prospek
US GDP
pertumbuhan ekonomi domestik negaranya
50 50 masing-masing, sehingga meskipun sejak semester
dua 2007 inflasi negara-negara industri dan negara
US CPI
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
World FDI Inflows 618,1 563,4 730,2 971,7 1335,1 1474,7 1406,4 1470,3 1536,8 1604,0
% change, year on year -27,4 -8,8 29,6 33,1 37,4 10,5 -4,6 4,5 4,5 4,4
% of GDP 1,9 1,5 1,8 2,2 2,8 2,8 2,5 2,5 2,4 2,4
FDI inflows to developed
countries 421,1 354,6 379,5 546,8 824,4 940,2 879,0 925,5 972,6 1017,3
% change, year on year -25,2 -15,8 7,0 44,1 50,7 14,0 -6,5 5,3 5,1 4,6
% of GDP 1,7 1,3 1,2 1,7 2,4 2,6 2,3 2,3 2,3 2,4
% of world total 68,1 62,9 52,0 56,3 61,7 63,8 62,5 62,9 63,3 63,4
FDI inflows to emerging
Sumber:
marketsNational Statistics, Economist Intelligence
197,0Unit, IMF, UNCTAD
208,9 350,7 424,9 510,7 534,6 527,4 544,8 564,2 586,7
% change, year on year -31,5 6,0 67,9 21,1 20,2 4,7 -1,3 3,3 3,6 4,0
% of GDP 2,5 2,4 3,4 3,5 3,6 3,3 2,9 2,7 2,6 2,4
% of world total 31,9 37,1 48,0 43,7 38,3 36,2 37,5 37,1 36,7 36,6
Sumber: National Statistics, IMF, OECD, UNCTAD, The Economist Intelligence Unit
teknologi, dan ketatnya persaingan global yang berlangsung meskipun dihadapkan pada
akan mendorong perusahaan terus mencari lokasi tantangan yang berat di sektor eksternal terutama
imbal hasil investasi yang lebih baik.9 Namun dari tingginya harga minyak dan melambatnya
kondisi ekonomi makro yang tidak stabil, pertumbuhan ekonomi dunia.
peraturan-peraturan yang tidak pro-investasi,
faktor geopolitik, global imbalances, harga minyak a. Kondisi Keuangan Pemerintah
dan kondisi pasar keuangan yang masih bergejolak Dalam jangka panjang otoritas fiskal
berpotensi menjadi penghambat perkembangan diperkirakan akan tetap menjaga kesinambungan
aliran FDI global ke depan. Pada 2008 aliran FDI fiskalnya. Dalam beberapa tahun terakhir,
ini diperkirakan akan sedikit turun seiring Pemerintah mengubah orientasi kebijakan fiskalnya
melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, dari konsolidasi menjadi stimulus. Perubahan
namun setelah 2009 akan kembali tumbuh sebesar orientasi ini terlihat pada defisit keuangan
4,5% sampai 2011. Pertumbuhan aliran masuk FDI Pemerintah yang semakin besar (seperti terlihat
global ini terutama bersumber dari negara-negara pada Grafik 4.4), dan pada 2008 diperkirakan akan
maju. meningkat menjadi 2% PDB. Namun ke depan,
% PDB
4.2. Asumsi Perekonomian Indonesia 2008-2012 0
dalam rangka menjaga kesinambungan fiskalnya, Tabel 4.2 Asumsi Dasar Domestik
defisit ini diperkirakan berangsur-angsur akan 2007 2008 2009 2010 2011 2012
berkurang. Pertumbuhan Volume
Perdagangan Dunia (%) 7,1 7,0 7,0 7,2 7,2 7,2
Harga Minyak (USD/brl) 71 80 78 77 75 73
b. Suku Bunga Domestik Pertumbuhan Harga Komoditas
Primer Non Migas (%) 15,4 -2,8 -2,8 -2,8 -2,8 -2,8
Bank Indonesia diperkirakan akan tetap Fed Fund Rate (%) 5,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
konsisten menerapkan Inflation Targeting BI Rate (%) 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Defisit Keuangan Pemerintah
Framework (ITF) dalam rangka mencapai inflasi (% PDB) -1,3 -2.0 -1,8 -1,6 -1,5 -1,4
yang rendah dan stabil, yang terintegrasi dalam Foreign Direct Investment Neto
(% PDB) 1,0 1,25 1,35 1,40 1,45 1,50
serangkaian kebijakan makro ekonomi dan
sektoral. Dalam hal ini, penetapan BI Rate aliran masuk FDI ke Indonesia diperkirakan masih
senantiasa konsisten dengan pencapaian target positif. Prediksi ini terutama didasarkan pada
inflasi, namun dengan tidak menghambat besarnya pasar domestik dan potensi
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan perkembangannya yang dinilai cukup tinggi untuk
berkualitas. mengimbangi risiko yang ada.
Berbagai asumsi eksternal dan domestik di
c. Aliran Masuk FDI atas dijadikan dasar dalam penyusunan proyeksi
Aliran masuk FDI ke Indonesia diperkirakan ekonomi Indonesia 2008-2012 sebagai berikut:
akan terus meningkat. Upaya Pemerintah dalam
menjaga stabilitas ekonomi makro melalui 4.3. Proyeksi Perekonomian Indonesia 2008-
koordinasi kebijakan fiskal dan moneter akan 2012
memberikan ruang bagi upaya Pemerintah dalam Secara garis besar, proyeksi ekonomi
menggerakkan sektor riil. 10 Disamping itu, Indonesia 2008-2012 sangat ditentukan oleh
Pemerintah juga terus melakukan perbaikan iklim tingkat keberhasilan Pemerintah dalam
investasi, pembangunan infrastruktur, reformasi implementasi reformasi struktural, seperti terlihat
sektor keuangan dan pemberdayaan UMKM. pada Diagram 4.1. Dalam lima tahun ke depan,
Berbagai upaya ini diperkirakan akan menciptakan pergerakan perekonomian Indonesia akan lebih
kondisi kondusif bagi masuknya FDI ke Indonesia. ditentukan oleh faktor-faktor yang menggerakkan
Hasil survei UNCTAD dan Economist Intelligence REFORMASI STRUKTURAL:
Perbaikan Iklim Investasi
Pemberdayaan UMKM, Reformasi
Unit (EIU) dari The Economists menyatakan bahwa Sektor Keuangan dan Perbaikan
Infrastruktur
Institusi
10 Pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan untuk Kesehatan Produksi
Pendidikan Human Capital
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi Ketrampilan
Physical Capital Penawaran Agregat
Presiden (Inpres) Nomor 6 tahun 2007 tentang Kebijakan FDI Investasi OUTPUT INFLASI
perekonomian dalam jangka panjang, seperti masuk FDI ke Indonesia yang diperkirakan terus
modal fisik, human capital dan produktivitas/ meningkat berkontribusi pada pertumbuhan
efisiensi. investasi dan mencapai 13-14% dan pangsanya
Implementasi reformasi struktural terhadap PDB mencapai sekitar 30% pada 2012.
diasumsikan berjalan baik sehingga faktor-faktor Dampak selanjutnya akan terjadi akumulasi kapital
produksi dan iklim investasi akan mengalami secara besar-besaran dan menjadi motor
perbaikan secara signifikan. Iklim investasi yang pendorong peningkatan kapasitas produksi.
membaik akan menyebabkan aliran masuk FDI Kemajuan yang signifikan di sisi penawaran ini
yang besar, hingga mencapai 1,5% PDB pada pada akhirnya akan menghasilkan lintasan
2012, yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sebesar
akumulasi kapital fisik secara signifikan. Selain itu 7,4-8,0% pada 2012.
masuknya FDI juga berimplikasi pada peningkatan Dengan peningkatan produksi dan perbaikan
produktivitas dan efisiensi (total factor productivity- distribusi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
TFP) proses produksi, sebagai dampak alih tercapai tanpa mengorbankan stabilitas harga.
teknologi dan manajemen. Peningkatan TFP ini Meningkatnya kapasitas perekonomian
merupakan faktor kunci dalam peningkatan menyebabkan tekanan terhadap inflasi akan
kapasitas produksi dalam jangka panjang. 11 berkurang, sehingga inflasi terus menurun. Inflasi
Disamping itu, kualitas tenaga kerja juga diprediksi yang rendah dan adanya rencana kenaikan upah
mengalami peningkatan akibat berhasilnya minimum menyebabkan daya beli riil masyarakat
implementasi kebijakan-kebijakan di bidang meningkat, sehingga konsumsi swasta
kesehatan, pendidikan dan keterampilan. diperkirakan akan tetap tumbuh lebih dari 5%,
Sinergi antara komitmen Pemerintah dan bahkan mencapai sekitar 6% pada 2012 dan masih
Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi memegang peranan penting dalam perekonomian.
makro dan inflasi serta terus membaiknya iklim Sementara itu, daya saing yang meningkat
investasi menghasilkan pertumbuhan ekonomi berdampak pada tetap tingginya kinerja ekspor.
yang terus meningkat. Stabilitas ekonomi makro Berbagai pembenahan struktural yang
yang terus terjaga dan potensi pasar yang besar dilaksanakan Pemerintah, seperti perbaikan
menjadi daya tarik investor internasional untuk infrastruktur, perizinan, bea cukai dan perpajakan
tetap melakukan investasi di Indonesia.12 Aliran diperkirakan memberikan dukungan yang cukup
signifikan dalam meningkatkan daya saing produk
11 Dalam World Development Report (2005) dinyatakan ekspor Indonesia. Selain itu, maraknya aliran masuk
bahwa berdasarkan hasil studi dari tahun 1960-2000, faktor FDI akan disertai perbaikan teknologi yang
dominan (45%-90%) yang menyebabkan perbedaan berdampak peningkatan produktivitas dan efisiensi.
pertumbuhan antar negara berasal dari perbedaan dalam
Meskipun prediksi melambatnya pertumbuhan
TFP, bukan dari perbedaan dalam akumulasi kapital maupun
tenaga kerja. ekonomi dunia akan berdampak kontraktif pada
12 Hasil survei UNCTAD menyebutkan bahwa ukuran dan kinerja ekspor Indonesia, harga komoditas yang
pertumbuhan pasar bersama dengan kualitas lingkungan
tetap tinggi dan negara tujuan ekspor yang lebih
usaha menjadi determinan utama dalam menentukan lokasi
penempatan FDI. terdiversifikasi diperkirakan masih akan
menghasilkan dampak positif bagi produk ekspor keras semua pihak mutlak diperlukan. Berikut
Indonesia, hingga tumbuh menjadi 12,5-13,5% sejumlah kebijakan yang mungkin dilakukan dalam
pada 2012. Impor diprediksi juga tumbuh tinggi mendukung tercapainya kondisi paling optimal.
(14,5-15,5%) sebagai akibat kuatnya permintaan
domestik. Kondisi diatas menyebabkan neraca 4.4.1. Kebijakan Ekonomi Makro (Moneter dan
transaksi berjalan akan tetap berada dalam kondisi Fiskal)
surplus, namun dengan nilai surplus yang terus Kebijakan moneter harus tetap berhati-hati
mengecil. Meskipun surplus neraca transaksi dengan melihat perkembangan dunia secara lebih
berjalan semakin kecil, namun tingginya aliran detail. Walaupun telah mengadopsi kerangka
masuk FDI diprediksi akan mampu membawa kebijakan moneter dengan target inflasi (Inflation
neraca pembayaran dalam kondisi mantap Targeting Framework ), penentuan kebijakan
sehingga nilai tukar akan cenderung stabil. moneter dengan tujuan inflasi rendah dan stabilitas
Pada akhirnya sinergi antara stabilitas ekonomi makro sebaiknya juga memberikan bobot
ekonomi makro dan perbaikan sisi penawaran yang lebih besar terhadap stabilitas pasar
diprediksi akan berkontribusi pada peningkatan keuangan, baik global maupun domestik, serta
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi terhadap konstelasi perekonomian eksternal terkini.
yang diperkirakan tinggi akan mampu menyerap Sebagai contoh, prediksi turunnya permintaan
tambahan tenaga kerja sehingga mengurangi dunia yang dapat berpengaruh tehadap ekspor dan
pengangguran yang ada. Tingkat pengangguran nilai tukar, serta sisa dampak bergejolaknya pasar
diproyeksikan turun menjadi sekitar 8% pada 2012. keuangan global, sebaiknya dijadikan masukan
Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang yang lebih penting saat kebijakan moneter
dibarengi dengan inflasi yang terus menurun akan diformulasikan.
berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan. Kebijakan fiskal yang diprediksi masih bersifat
Pendapatan per kapita masyarakat pun akan stimulus di tingkat pusat, sebaiknya disertai dengan
meningkat menjadi sekitar USD 3.000 pada 2012. kebijakan fiskal di daerah yang sejalan dan
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
4.4. Implikasi Kebijakan Upaya-upaya di sisi fiskal yang bersifat stimulus
Agar target pertumbuhan ekonomi yang sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki kondisi
berkualitas dapat tercapai, komitmen dan kerja infrastruktur, mendorong industri yang menjadi
daya saing daerah berdaya serap tenaga kerja
Tabel 4.3 Proyeksi
tinggi, mempertahankan daya beli masyarakat serta
Proyeksi 2007 2008 2009 2010 2011 2012
mengentaskan kemiskinan.
Produk Domestik Bruto 6,3 6,2 6,6,22-6,8 6,8-7,4 7,2-7,8 7,4-8,0
- Konsumsi Swasta 5.0 5,4 5,6-5,9 5,6-6,0 5,6-6,0 5,6-6,0 Koordinasi fiskal dan moneter perlu
- Konsumsi Pemerintah 3,9 3,8 4,0-5,0 7,0-9,0 8,0-10,0 8,0-10,0
- Investasi 9,2 9,3 10,5-10,8 11,0-13,0 12,0-13,0 13,0-15,0 diperkuat agar resultan yang dihasilkan semakin
- Ekspor Barang & Jasa 8,0 7,9 8,1-9,1 10,5-11,5 11,5-12,5 12,5-13,5
- Impor Barang & Jasa 8,9 9,4 10,4-10,7 12,5-13,5 13,5-14,5 14,5-15,5
bersifat komplementer (saling mendukung), tidak
Lain-lain bersifat substitusi (saling mengaburkan). Stimulasi
Pendapatan per Kapita (USD) 1947,1 1980 2145-2180 2375-2410 2650-2685 2950-3000
Pengangguran (%) 9,1 9 9,0-10,0 8,5-9,5 8,0-9,0 7,5-8,5 fiskal yang bermaksud memberikan efek ekspansif
Target Inflasi (%) 6,0±1% 5,0±1% 4,5±1% 4,0±1%
bagi perekonomian seyogyanya tidak disertai
*) Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No.1/2008
dengan pengetatan moneter yang berdampak gilirannya, kondisi ini akan membantu
sebaliknya. Sementara, penurunan tingkat bunga meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus
acuan oleh otoritas moneter sebaiknya juga menekan inflasi.
direspons dengan kebijakan fiskal yang tidak Di samping itu, perbaikan institusi
semakin ketat. pemerintah yang terkait fungsi-fungsi ekonomi
terutama dari sisi suplai, perlu diberi prioritas yang
4.4.2. Kebijakan Ekonomi Mikro (Struktural) tinggi. Hal ini mencakup perbaikan-perbaikan
Untuk mendorong sektor riil agar bergerak yang terkait investasi (baik perizinan, keamanan
lebih cepat, pembangunan infrastruktur dan kepastian usaha), human capital development
menempati posisi kunci. Di satu sisi, infrastruktur (keterampilan, pendidikan dan kesehatan),
yang baik akan menjamin kelancaran arus barang efisiensi dan produktivitas produksi, serta
modal dan input antara guna terciptanya proses distribusi barang dan jasa. Institusi yang
produksi yang lancar dan fleksibel dalam berkualitas lebih baik akan menurunkan overall
merespons permintaan pasar. Di sisi lain, cost dari ekonomi yang bermuara pada
infrastruktur yang handal juga menjamin meningkatnya volume serta daya saing produk.
kelancaran distribusi barang komoditas maupun Keduanya berimplikasi positif pada pertumbuhan,
hasil industri, yang berarti meningkatkan sisi stabilitas harga serta fundamental ekonomi
penawaran agregat perekonomian. Pada lainnya secara keseluruhan.
5.1.1 Latar Belakang dan Motivasi waktu implementasi berbagai inisiatif ekonomi
Pada pertemuan ASEAN bulan Januari 2007 menuju terwujudnya MEA.
di Cebu, Filipina, para pemimpin ASEAN setuju Membangun suatu pasar dan basis produksi
untuk mempercepat suatu inisiatif ambisius untuk tunggal ASEAN, sesuai cetak biru MEA,
mengintegrasikan perekonomian mereka dan mengharuskan terwujudnya terlebih dahulu aliran
membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN bebas dari barang, jasa, investasi, modal dan juga
Economic Community) menjadi pada tahun 2015. tenaga kerja terdidik. Untuk mencapai hal tersebut,
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini sebelumnya 12 sektor prioritas telah dipilih sebagai katalis
direncanakan untuk didirikan pada tahun 2020 dimana sektor-sektor ini akan menjalankan
sesuai keputusan para pemimpin ASEAN pada sejumlah agenda integrasi jalur cepat. 1 Dalam
pertemuan tahun 2003 di Bali. Motivasi utama konteks ini, Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN
pada awalnya adalah kebutuhan akan integrasi (ASEAN Free Trade Area √ AFTA) telah berperan
yang semakin dalam dari ekonomi regional agar sebagai elemen paling penting dari MEA karena
perekonomian negara-negara ASEAN mampu AFTA telah memfasilitasi sejumlah agenda menuju
berkompetisi dalam suatu dunia baru dimana Cina bebasnya perdagangan di kawasan. AFTA dibentuk
dan India sedang dan akan tetap tumbuh pesat. pada Januari 1992 sewaktu pertemuan ASEAN di
MEA diinspirasikan akan berwujud suatu pasar dan Singapura. Sekarang, penurunan tingkat tarif
basis produksi tunggal, suatu area perekonomian menjadi 0-5% dalam kerangka AFTA telah diadopsi
yang sangat kompetitif, suatu kawasan dengan oleh mayoritas anggota ASEAN dengan
pembangunan ekonomi yang sejajar dan suatu implementasi menyeluruh oleh semua anggota
klub perekonomian yang mampu berintegrasi pada 2010. Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina,
secara penuh dengan perekonomian global. Untuk Singapura dan Thailand (sering disebut sebagai
mencapai tujuan tersebut cetak biru (blue print) ASEAN-6) setuju untuk menyelesaikan program
MEA diluncurkan pada pertemuan pemimpin penurunan tarif secara komprehensif pada 2008
ASEAN di Singapura pada November 2007. Cetak
biru ini dimaksudkan sebagai peta jalan (roadmap) 1 Ke-12 sektor prioritas ini adalah: elektronika, teknologi
yang memang dibutuhkan untuk informasi dan komunikasi, kesehatan, produk-produk
mengimplementasikan MEA pada 2015. Risalah berbasis kayu, otomotif, produk-produk berbasis karet,
tekstil dan apparel, produk-produk berbasis pertanian,
cetak biru ini berisi rencana aksi, target dan kurun
perikanan, transportasi udara, pariwisata dan logistik.
Ht adalah tingkat dari stok kapital manusia (human tersebut. Namun, jika terdapat halangan dari
capital ), semuanya pada waktu t. Untuk pergerakan faktor produksi maka tingkat
memfasilitasi interpretasi kita asumsikan bahwa pengembalian hanya sebagian disamakan (partially
fungsi produksi berbentuk Constant Elasticity of equalized). 4 Unduk penyederhanaan, kita dapat
Substitution (CES): merepresentasikan halangan-halangan terebut
sebagai variabel proporsional yang berubah
(2) Yt = γ {δKt -ρ+ (1–δ) Ht-ρ} -1/ρ
menurut waktu, satu relatif terhadap tingkat
dimana γ adalah parameter efisiensi, δ adalah pengembalian dari kapital fisik, dan satu relatif
tingkat penggunaan modal fisik, dan ρ adalah terhadap tingkat pengembalian kapital manusia.
parameter substitusi sedemikian hingga elastisitas Dengan demikian, hubungan antara tingkat
substitusi antara dua input adalah σ = 1/(1+ρ). pengembalian antara kedua ekonomi dapat ditulis
Berdasarkan (2) produk marginal ( marginal sebagai: 1+ρ 1+ρ∗
[ * [
product) dari kapital fisik (physical capital) adalah: (7) γ− ρ δ [ KYt
t
= λt (k)(γ∗) − ρ∗
δ∗ [ KY
t
t
*
{[
ρ 1+ρ 1+ρ∗
{
(3) (FK )t = γδ δ+ (1–δ) [ HK t
t
− (1+ρ)/ρ
(8) γ− ρ δ (1–δ) + δ [ HY
t
t
[ = λt (h)(γ∗) − ρ∗ (1–δ∗) [ HK
t
t
*
*
[
Dengan menggabungkan (2) dan (3) dapat dimana «*» menyatakan variabel-variabel
kita peroleh: ekonomi kedua. Rasio dari (7) dan (8)
[ 1+ρ menunjukkan rasio dari kapital manusia dan kapital
(4) (FK )t = γ − ρ δ [ KY
t
t fisik: θ
H 1/(1+ρ) * [
Mirip dengan sebelumnya, ekspresi dari (9) Kt
t
η (λt ) [ KH
t
t
*
t
− (1+ρ)/ρ
t
λt (k) = λt (h)Dengan menggunakan definisi
Kita sekarang memperkenalkan ekonomi tersebut, kita dapat menuliskan (7) sebagai:
kedua dan menganalisis implikasi dari adanya Yt 1/(1+ρ) * [ θ
t
*
Kita sekarang telah siap untuk menggambarkan memiliki efek pada distribusi output melalu ω pada
implikasi dari model untuk distribusi output dan faktor (12). Perbedaan antara elastisitas substitusi
produksi antara dua ekonomi. Untuk menunjukkan menyebabkan munculnya pangkat θ sementara
peran dari kapital manusia, tulis kembali (8) sebagai: perbedaan antara parameter-parameter lainnya
[ θ menyebabkan penskalaan berganda dari sejumlah
ωη *
(11)
Yt
Ht = ν (λt (h))
1/(1+ρ)
[ HYt
t
*
variabel.
Secara tradisional, (11) merupakan suatu Persamaan (12) berisi sejumlah hubungan
dasar perhitungan produktivitas dan perbandingan proporsi yang bergantung dari asumsi-asumsi yang
antar negara. Namun berbeda dengan literatur- berbeda terkait teknologi dan mobilitas faktor
literatur lainnya dimana produktivitas diukur oleh produksi. Jika teknologi identik antara kedua ekonomi
output per tenaga kerja, persamaan (11) tersebut maka (12) disederhanakan menjadi:
mengekspresikan (seperti dalam literatur teori Ht Yt Kt
(13) = 1/(1+ρ)
=
pertumbuhan endogen) produktivitas dalam Ht + Ht * λt 1/(1+ρ) Yt + Yt * λt (k) Kt + Kt *
bentuk output per unit tenaga kerja efektif. Bukti Dalam bentuk baru dari hubungan kesamaan
empiris menunjukkan sensitivitas dari proporsi ini, sejumlah variabel dari ekonomi kedua
perbandingan produktivitas terhadap ukuran diskalakan oleh perbedaan proporsional dalam
kapital manusia yang digunakan. tingkat pengembalian. Sebagai contoh, dari (13),
Untuk memperoleh ekspresi pertama dari ketiadaan halangan pada mobilitas kapital fisik
hubungan kesamaan proporsi ( equal-share (λt (k)=1) menyebabkan kesamaan proporsi output
relationship), perhatikan bahwa (9) dan (10) dapat dan proporsi kapital fisik yang berbeda dengan
ditulis sebagai berikut: proporsi kapital manusia. Jika diasumsikan bahwa
* [ θ
Ht + (Ht * )θ η (λt ) 1/(1+ρ) λt (k)=1 dan λt (h)=1 maka hubungan kesamaan
Ht
Kt = η (λt )
1/(1+ρ)
[ YK t
t
* =
Kt + (Kt * )θ proporsi mempunyai bentuk yang sederhana, yaitu:
θ 1/(1+ρ) Ht Yt Kt
* [ Yt + (Yt * )θ νω (λt (k))
Yt
Kt = νω (λt (k))
1/(1+ρ)
[ KY t
t
* = * θ
Kt + (Kt )
(14)
Ht + Ht *
=
Yt + Yt *
=
Kt + Kt *
Dengan menggabungkan kedua ekspresi Hasil ini mengatakan bahwa saat tak lagi
diatas dihasilkan: terdapat halangan terhadap mobilitas faktor
(12)
Ht
=
Yt
=
Kt produksi serta teknologi adalah seragam, proporsi
1/(1+ρ) 1/(1+ρ) Kt + (Kt * )θ
Ht + (Ht )* θ
η λt Yt + (Yt * )θ νω λt (k) dari output total, kapital fisik total dan kapital
Persamaan (12) menunjukkan suatu hubungan manusia total dari tiap ekonomi akan identik.
antara proporsi dari output total, kapital fisik, dan
kapital manusia dari ekonomi pertama terhadap 5.1.3 Implikasi Kebijakan
kedua ekonomi. Perbedaan dalam teknologi antara Hubungan kesamaan proporsi (14) memiliki
kedua ekonomi hanya menyebabkan penskalaan dari tiga implikasi. Pertama, suatu realokasi dari kapital
variabel-variabel awal. Suatu perbedaan antara γ* dan fisik antara ekonomi-ekonomi yang terintegrasi
γ menunjukkan suatu perbedaan yang netral dari (investasi!), yaitu, pastilah akan disertai oleh
teknologi yang tidak mengandung efek pada seleksi peningkatan output dan peningkatan kapital
optimal dari kapital fisik dan kapital manusia, namun manusia (baik melalui aliran masuk kapital manusia
5.2.1 Latar Belakang dan Motivasi (human capital) adalah vital sifatnya, bukan hanya
Dalam kancah perekonomian global, agar negara dapat bersaing, namun juga agar
sejumlah negara sering menggabungkan diri negara tersebut dapat bertahan hidup, mengingat
membentuk suatu kelompok ekonomi yang penurunan pangsa human capital akan berakibat
terintegrasi. Sebagai contoh adalah ke-10 negara menurunnya output ekonomi yang berarti
ASEAN yang membentuk Masyarakat Ekonomi merosotnya taraf hidup masyarakat negara tersebut.
ASEAN pada 2015. Pendirian suatu klub ekonomi Apabila direnungkan lebih lanjut, strategi
yang terintegrasi secara penuh (fully integrated peningkatan human capital menuntut implementasi
economy ) dapat mengubah distribusi output jangka menengah-panjang yang melibatkan
ekonomi negara-negara yang terlibat. Artinya, komitmen dan implementasi anggaran yang besar
dalam suatu gabungan perekonomian yang serta kerja keras yang terus menerus, terutama dari
terintegrasi dimana mobilitas faktor produksi sudah dunia pendidikan, sehingga dapat dikatakan peran
tidak menemui hambatan lagi dan penggunaan bank sentral pada area ini sangat terbatas. Namun
teknologi untuk keperluan produksi boleh di sisi lain, bank sentral kemungkinan dapat berbuat
dikatakan semakin seragam, maka pangsa dari sesuatu terkait strategi peningkatan stok kapital
total output, total modal fisik (physical capital) dan fisik. Peningkatan physical capital secara signifikan
total sumber daya manusia (human capital) suatu membutuhkan investasi yang tinggi, baik dari
negara diprediksikan akan identik. Negara yang sumber domestik (akumulasi tabungan masyarakat)
pangsa outputnya kecil akan memiliki proporsi stok maupun dari luar negeri (melalui aliran masuk FDI).
kapital (baik fisik maupun SDM) yang juga kecil.2 Sejumlah penelitian telah berusaha menyelidiki
Implikasi dari adanya hubungan tersebut kemungkinan hubungan antara kinerja kebijakan
adalah bahwa realokasi modal fisik (investasi) ke moneter (yang merupakan domain bank sentral)
suatu negara akan menyebabkan peningkatan dengan tingkat investasi. Dalam tataran teori, Barro
output negara tersebut dan adanya aliran masuk (1996) menemukan secara konseptual bahwa efek
human capital asing atau akumulasi human capital inflasi terhadap pertumbuhan dan investasi adalah
domestik. Akibatnya, kebijakan-kebijakan untuk negatif dan signifikan, sementara Agenor (2004)
menciptakan iklim investasi kondusif serta menyatakan bahwa membaiknya stabilitas ekonomi
meningkatkan kualitas sumber daya manusia makro akibat kebijakan yang tepat menyebabkan
peningkatan tabungan dan investasi. Dalam kaitan
1 Tulisan ini merupakan rangkuman Working Paper DKM No. ini menjadi penting dan menarik untuk mengkaji
WP/17/2007 berjudul ≈Integrasi Ekonomi Kawasan, apakah terdapat bukti empiris dari hasil kajian
Mobilitas Faktor Produksi dan Peran Bank Sentral.∆
2 Seperti pada topical issue 1, kondisi ini disebut sebagai
konseptual tersebut. Pencarian bukti tersebut sangat
hubungan kesamaan-proporsi (equal-share). penting bila dikaitkan dengan akan segera
terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada pola hubungan antara inflasi dan pertumbuhan
2015. Oleh karena itu, menarik untuk meneliti ekonomi di suatu periode terhadap pertumbuhan
apakah terdapat hubungan yang signifikan antara investasi di periode berikutnya. Nilai koefisien b1
kinerja kebijakan moneter (terutama inflasi) dengan atau b 2 yang signifikan akan mengkonfirmasi
kinerja investasi di negara-negara ASEAN (utamanya keberadaan hubungan yang dimaksud. Secara
aliran masuk FDI). Bila memang hubungan tersebut teoretis nilai b1 negatif (inflasi tinggi mengurangi
ditemukan, maka otoritas moneter memang dapat investasi) dan nilai b2 positif (pertumbuhan ekonomi
berperan untuk meningkatkan stok kapital fisik akan lebih mendorong pertumbuhan investasi).
(physical capital) suatu negara yang bermuara pada Analisis jangka panjang menggunakan cross-
pengingkatan pangsa output ekonomi (baca: section data aliran masuk FDI (inward FDI) negara
kemakmuran) negara tersebut. Dengan kata lain, tahun 2006 serta cross-section data rata-rata
otoritas moneter dapat berperan secara positif dalam inward FDI periode 2002-2006 dari ke-7 negara
menyongsong pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN diatas. Penggunaan rata-rata tersebut
ASEAN (MEA). bertujuan untuk meminimumkan volatilitas yang
tinggi dari data FDI. Terlihat di sini bahwa tahun
5.2.2 Data dan Metode Analisis 2006 dipakai sebagai tahun referensi. Untuk
Untuk meneliti keberadaan hubungan masing-masing data cross-section, dihitung inflasi
tersebut di atas, Bank Indonesia telah melakukan jangka panjang menggunakan rata-rata inflasi
suatu studi empiris yang melibatkan data ekonomi tahunan (CPI) periode 1991-2005 sedangkan
makro negara-negara ASEAN-7 (Filipina, Indonesia, instabilitas ekonomi makro didekati dengan standar
Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, dan deviasi pertumbuhan PDB nominal juga pada
Vietnam) pada periode 1991-2006. Tahap pertama periode 1991-2005. Tingkat investasi dalam analisis
dalam studi tersebut adalah dilakukannya analisis jangka panjang menggunakan data aliran masuk
jangka pendek menggunakan data investasi, inflasi FDI dari International Monetary Fund. Model regresi
dan GDP riil tahunan tiap negara, dimana data jangka panjang tersebut dibuat sebagai berikut:
diperoleh dari International Monetary Fund (IMF) Model 4: yi = c1 + d1 x1,i + e3,
dan Asian Development Bank (ADB).3 Dalam Model 5: yi = c2 + d2 x2,i + e4,
jangka pendek, spesifikasi model yang digunakan dimana yi adalah aliran masuk FDI ke negara
adalah sebagai berikut: i, x1,i inflasi jangka panjang negara i, x2,i tingkat
Model 1: yt = a1 + b1 x1,t-1 + e1, instabilitas ekonomi makro negara i, dimana e3 dan
Model 2: yt = a2 + b2 x2,t-1 + e2, e4 diasumsikan memiliki properti IID. Spesifikasi
dimana yt adalah pertumbuhan investasi diatas berusaha menangkap pola hubungan antara
pada tahun t, x1,t-1 adalah inflasi pada tahun inflasi jangka panjang dan stabilitas ekonomi makro
sebelumnya dan x2,t-1 adalah pertumbuhan GDP Riil terhadap besarnya aliran masuk FDI di negara-
pada tahun sebelumnya. e1,t diasumsikan memiliki negara ASEAN. Nilai koefisien d1 atau d2 yang
properti IID. Spesifikasi di atas berusaha menangkap signifikan akan mengkonfirmasi keberadaan
hubungan yang dimaksud. Secara teoretis, inflasi
3 Data IMF yang digunakan adalah International Financial
Statistics (IFS) berbagai tahun. jangka panjang yang rendah akan mendorong
inward FDI sedangkan instabilitas ekonomi makro Tabel 5.4 Pertumbuhan Investasi dan
Kinerja Ekonomi Makro Singapura
yang tinggi akan menghambat inward FDI.
Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006
Model 1 Model 2 Model 1 Model 2
5.2.3 Analisis Jangka Pendek -0.017 Ω 0.038 Ω
Inflasi Tahunan (-1)
(0.8380) Ω (0.1042) Ω
Hasil analisis regresi untuk jangka pendek
Ω 0.014 Ω 0.012
Pertumbuhan PDB Riil (-1)
(tahunan) ditampilkan pada Tabel 5.1 sampai (0.2882) Ω (0.0638)
Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value
5.7. Di beberapa negara (termasuk Indonesia
dan Thailand), terlihat bahwa inflasi tahunan Tabel 5.5 Pertumbuhan Investasi dan
yang rendah dan peningkatan GDP riil Kinerja Ekonomi Makro Malaysia
berasosiasi dengan tumbuhnya investasi.
Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006
Namun ternyata hubungan tersebut kurang Model 1 Model 2 Model 1 Model 2
meyakinkan di beberapa negara ASEAN lain Inflasi Tahunan (-1)
0.036 Ω 0.019 Ω
(0.2049) Ω (0.6281) Ω
yang diteliti (Kamboja, Malaysia, Filipina, Ω 0.011 Ω 0.013
Pertumbuhan PDB Riil (-1)
Singapura, Vietnam) sehingga tidak dapat Ω (0.1636) Ω (0.2173)
Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value
diperoleh suatu hasil yang konklusif.
Tabel 5.1 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.6 Pertumbuhan Investasi dan
Kinerja Ekonomi Makro Thailand Kinerja Ekonomi Makro Filipina
Tabel 5.2 Pertumbuhan Investasi dan Tabel 5.7 Pertumbuhan Investasi dan
Kinerja Ekonomi Makro Indonesia Kinerja Ekonomi Makro Vietnam
Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006 Sampel: 2002-2006 Sampel: 1992-2006
Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Model 1 Model 2
-0.028 Ω -0.005 Ω -0.003 Ω 0.007 Ω
Inflasi Tahunan (-1) Inflasi Tahunan (-1)
(0.0250) Ω (0.0023) Ω (0.4570) Ω (0.0000) Ω
Ω 0.070 Ω 0.012 Ω -0.024 Ω 0.007
Pertumbuhan PDB Riil (-1) Pertumbuhan PDB Riil (-1)
(0.2783) Ω (0.0124) (0.2468) Ω (0.8188)
Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value Note: Variabel dependen adalah Pertumbuhan Investasi; nilai dalam kurung adalah p-value
pendek. Di samping itu, fokus dari kebijakan tingkat inward FDI yang tinggi. Negara-negara yang
investasi negara umumnya adalah pada aliran berhasil mencapai tingkat inflasi yang rendah
masuk dari luar negeri mengingat investasi dalam secara konsisten akan memperoleh aliran masuk
negeri yang cenderung sudah stabil. Dari segenap FDI yang tinggi. Disamping itu terlihat bahwa
investasi luar negeri, FDI merupakan yang paling terdapat hubungan yang kuat antara stabilitas
diminati karena efek dari FDI yang lebih langsung ekonomi makro dan aliran masuk FDI. Negara-
terasa ke sektor riil (dibandingkan dengan efek negara dengan ekonomi makro yang stabil
dari investasi portofolio yang cenderung tinggal memiliki aliran masuk FDI yang tinggi, demikian
di pasar keuangan saja). Jadi, bagaimana menarik pula sebaliknya. Kedua hasil tersebut berlaku untuk
FDI sebanyak-banyaknya merupakan tujuan dari seluruh negara-negara ASEAN.
banyak negara berkembang, termasuk negara- Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa
negara ASEAN. Analisis jangka panjang berikut kebijakan bank sentral yang bertujuan mencapai
diharapkan dapat memberi penjelasan atas dan mempertahankan inflasi yang rendah serta
sejumlah issue tersebut. ekonomi makro yang stabil adalah kebijakan
moneter yang pro-investasi!
5.2.4 Analisis Jangka Panjang
Hasil analisis jangka panjang ditampilkan 5.2.5 Kesimpulan
pada Tabel 5.8 dan 5.9 di bawah. Kedua tabel Integrasi ekonomi kawasan akan
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan menghasilkan distribusi ekonomi yang bergantung
yang kuat antara inflasi yang rendah dengan dari distribusi faktor produksi baik kapital fisik
maupun sumber daya manusia (human capital) tiap
Tabel 5.8 Inward FDI dan Kinerja Ekonomi Makro
- Tahun Referensi 2006 negara. Peran investasi menjadi semakin sentral
Model 3 Model 4
dan langsung menentukan posisi kesejahteraan
Inflasi Jangka Panjang -0.141 Ω suatu negara relatif terhadap peer-nya di kawasan.
(1991-2005) (0.0112) Ω
Bank sentral melalui kebijakan moneternya dapat
Instabilitas Ekonomi Makro Ω -0.061
(1991-2005) Ω (0.052) berperan mempengaruhi kinerja investasi: inflasi
2006; nilai dalam kurung adalah p-value
Note: Variabel dependen adalah Inward FDI 2006
yang rendah dan ekonomi makro yang stabil
mendorong investasi secara signifikan. Dengan
Tabel 5.9 Inward FDI dan Kinerja Ekonomi Makro kata lain kebijakan moneter menuju inflasi rendah
- Periode Referensi 2002-2006
dan ekonomi makro yang stabil merupakan
Model 3 Model 4
Inflasi Jangka Panjang -0.148 Ω
kebijakan monter yang pro-investasi. Adanya
(1991-2005) (0.0031) Ω integrasi ekonomi kawasan menjadikan peran bank
Instabilitas Ekonomi Makro Ω -0.064
(1991-2005) Ω (0.0325) sentral dalam meningkatkan investasi menjadi
Note: Variabel dependen adalah Rata-Rata Inward FDI 2002-2006; nilai dalam kurung adalah p-value semakin esensial.
5.3 Dampak Kedekatan Lokasi Terhadap Ekspor Komoditas Provinsi: Pendekatan Model
Gravitasi
Dipersiapkan oleh Yayat Cadarajat dan Yanfitri (Biro Riset Ekonomi √ Bank Indonesia)
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah regresi panel atas model gravitasi dengan
2015 membuka peluang sekaligus tantangan bagi random effect dengan periode estimasi 1999-
Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan 2006. Sebelum menguji model gravitasi, kajian
bangsa melalui integrasi ekonomi dan keuangan ini diawali dengan analisis pola ekspor dari setiap
di kawasan. Dari sisi perdagangan internasional, propinsi di Indonesia.
upaya Indonesia dalam menarik manfaat optimal
dari pembentukan pasar tunggal ASEAN akan 5.3.1 Gambaran Singkat Ekspor Provinsi-Provinsi
tergantung dari kemampuan meningkatkan daya di Indonesia
saing dan produktivitas. Luasnya wilayah Indonesia Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
dengan komoditas unggulan ekspor yang relatif bahwa perdagangan internasional di suatu negara
bervariasi antar provinsi membuka peluang dapat dibangun oleh perdagangan dari setiap
peningkatan diversifikasi ekspor Indonesia baik propinsi. Luasnya wilayah Indonesia dengan
dalam rangka meningkatkan ekspor ke kawasan komoditas unggulan ekspor yang relatif bervariasi
ASEAN, Asia lainnya maupun dunia. Dengan antar propinsi dapat didayagunakan untuk
demikian, Indonesia tidak hanya menjadi pasar memacu pertumbuhan ekspor propinsi tersebut.
yang luas bagi ekspor negara ASEAN lainnya, Hingga saat ini propinsi yang paling dominan
namun juga dapat memanfaatkan negara tetangga melakukan kegiatan ekspor adalah Jawa Barat
untuk menjadi pasar bagi ekspor Indonesia. Secara diikuti Riau, Jawa Timur dan Jakarta (Tabel 5.1).
spesifik, kinerja ekspor Indonesia ditentukan oleh 26,2% ekspor Jabar ditujukan ke ASEAN dengan
kinerja ekonomi dan perdagangan masing-masing negara tujuan utama Malaysia, Filipina, Thailand,
propinsi. Oleh karena itu pola perdagangan setiap
propinsi menjadi penting untuk diperhatikan. Tabel 5.10 Kontribusi Provinsi Terhadap
Ekspor Impor Nonmigas
Melengkapi penelitian mengenai permintaan
ekspor Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk EKSPOR
PROVINSI 2005 2006 2007 Rata-Rata
mengkaji apakah jarak antara lokasi produksi 2001-2007
(lokasi eksportir) dengan pasar (lokasi importir) juga JAWA BARAT 23,2 21,4 19,4 26,2
RIAU 13,6 13,0 13,5 14,0
menjadi faktor yang mempengaruhi permintaan JAWA TIMUR 9,9 10,4 11,5 10,3
ekspor. Kajian ini menggunakan data panel 15 JAKARTA 8,1 7,9 7,8 9,1
SUMUT 6,6 6,4 6,5 6,0
komoditas utama dari 24 propinsi di Indonesia
KALTIM 5,9 6,2 5,9 5,5
dengan partner dagang meliputi negara ASEAN BANTEN 7,7 7,6 6,6 5,4
ditambah Australia, New Zealand, Papua New JAWA TENGAH 4,2 3,9 3,8 4,1
IRIAN 3,8 3,9 4,8 3,2
Guinea, Bangladesh, India, Srilanka, Jepang, Korea KALSEL 3,1 3,7 3,8 3,0
Selatan, dan China. Metodologi yang digunakan SUMBER : BI, DSM
dan Vietnam. Propinsi Riau melakukan kegiatan dan Bali : komoditas industri
ekspor terutama ke kawasan Singapura. seperti tekstil &
Jika dilihat secara lebih detail, maka setiap garmen, kertas,
wilayah di Indonesia memiliki kekhususan furniture & produk kayu
komoditas utama yang diekspor, misalnya: - Propinsi di Nusa Tenggara: metalliferous
- Propinsi di Sumatera : minyak sawit, karet - Irian Jaya : metalliferous
mentah, Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sebagian
- Propinsi di Kalimantan : barang-barang besar propinsi di Indonesia hanya memiliki
tambang (batu bara) komoditas ekspor utama yang terbatas pada satu
- Propinsi di Sulawesi : coklat, minyak sawit, hingga dua komoditas. Hanya beberapa propinsi
metalliferous di Pulau Jawa yang memiliki komoditas ekspor
- Propinsi di Pulau Jawa unggulan yang lebih terdiversifikasi.
FISH,CRUST.,MOLLUSCS AND THEIR PREP COAL, COKE AND BRIQUETTES OFFICE MACH.& AUT.DATA PROC.
COFFEE, TEA, COCOA, SPICES FIXED VEGETABLE OILS & FATS TELECOMMUNICATION & REPRO. APP
Tabel 5.12 Hasil Estimasi Model Gravitasi inflasi domestik dengan negara partner dagang)
Commodities Jarakij Imporj PDRBi RER diprediksi berpengaruh negatif terhadap ekspor
Fish, Crust., Mollusc -0.68*** 0.80*** 0.73*** 0.00
komoditas unggulan. Hasil estimasi menunjukkan
Coffee, Tea, Cocoa, Spices -0.38* 0.56*** 0.62*** -0.03* nilai tukar riil tidak signifikan pengaruhnya
Crude Rubber 0.21 1.25*** 1.39*** -0.04
Wood, Lumber&Cork -0.03 0.47*** 0.140 -0.02 terhadap ekspor ke kawasan Asia, kecuali ekspor
Metalliferous ores &scraps -0.95* 1.27*** 1.47*** -0.07 komoditas kopi-teh-coklat.
Coal -1.96*** 0.80*** -0.75* -0.09
CPO -1.19*** 0.94*** 0.140 0.01
Wood&Cork Manufactured -0.12 0.80** 0.75*** -0.01
Paper, Paperboard -0.10 0.21** 1.74*** -0.01 5.3.4 Kesimpulan
Textile yarns, fabrics&prod. -0.04 0.26*** 1.65*** -0.03 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Office machinery 0.50 1.25*** 0.68*** 0.04
Telecommunication app -0.41*** 0.94*** 3.00*** 0.05 sebagian besar tingkat perdagangan komoditas
Electrical machinery -0.28* 0.45*** 1.82*** -0.02
utama ekspor propinsi mempunyai hubungan
Furniture 0.21 0.36*** 0.95*** -0.02
Clothing 0.43 0.39*** 2.05*** 0.01 negatif dengan jarak lokasi antara propinsi di
Catatan : *) 10%, **) 5% dan ***) 1% significance level.
Indonesia dengan negara partner dagangnya, dan
memiliki hubungan positif dengan tingkat
produk industri (kertas, tekstil & clothing, dan pertumbuhan daerah dan tingkat permintaan riil
furniture). negara partner dagang. Namun demikian, nilai
Selain jarak dan impor negara partner, model tukar kurang berpengaruh terhadap sebagian besar
gravitasi juga memprediksikan bahwa besarnya ekspor komoditas unggulan. Sehubungan dengan
ekspor dipengaruhi oleh pendapatan eksportir. hal tersebut dapat direkomendasikan hal-hal
Pendapatan propinsi eksportir menunjukkan sisi berikut:
penawaran dari komoditas ekspor. Di antara 15 • Perlu dikembangkan komoditas manufaktur
komoditas tersebut, hanya ikan, kopi-teh-coklat, (industri hilir) yang dapat menjadi produk
dan peralatan kantor yang elastisitas ekspornya ekspor unggulan dengan menggunakan
terhadap PDRB relatif tinggi (lebih besar dari 1). bahan baku komoditas berbasis sumber daya
Pada tabel 5.3 terlihat bahwa semua komoditas alam yang selama ini menjadi andalan ekspor
utama ekspor dipengaruhi secara positif oleh Indonesia sehingga dapat mengurangi
pendapatan eksportir kecuali kayu dan batu bara. dampak elastisitas negatif dari jarak terhadap
Ekspor batubara memiliki hubungan yang negatif ekspor.
dengan PDRB propinsi diduga antara lain karena • Komoditas ekspor yang berupa barang
pasar domestik dari batubara relatif cukup besar manufaktur dapat dikembangkan di semua
sehingga pertumbuhan PDRB akan meningkatkan daerah karena faktor jarak terhadap pasar
permintaan domestik terhadap batubara. negara tujuan ekspor Asia kurang
Selain ketiga faktor di atas, apresiasi nilai berpengaruh terhadap ekspor barang
tukar riil (setelah memperhitungkan perbedaan manufaktur.
5.4 Formasi Sumber Daya Manusia, Ketimpangan Pendapatan dan Integrasi Ekonomi:
Kajian Meta-Analisis
Dipersiapkan oleh Haris Munandar, Oki Hermansyah dan Myrnawati Savitri (Biro Riset Ekonomi √ Bank Indonesia)
5.4.1 Latar Belakang dan Motivasi dapat sangat besar. Jika kita sepakat bahwa
Mobilitas sosial dan ketimpangan pendapatan proses yang menjelaskan pembentukan sumber
yang persisten merupakan dua hal yang penting baik daya manusia (human capital) mempengaruhi
dalam perspektif teoretis maupun dalam tataran output perekonomian dan distribusi
pembuatan kebijakan. Pertanyaan mengenai pendapatan, maka kita perlu untuk
bagaimana suatu keluarga dapat menanjak status memformalkan proses tersebut untuk mencari
ekonominya dan apa yang menentukan tingkat tahu bagaimana signifikansi faktor tersebut.
pendapatan keluarga tersebut merupakan hal yang
menarik dan penting. Penelitian mengenai apa yang 5.4.2 Pendidikan, Keterbukaan dan Ketimpangan
menjadi pembentuk kondisi ketimpangan Pendapatan
pendapatan dalam jangka panjang dan mengapa Tulisan ini merupakan kajian meta-analisis
ketimpangan pendapatan berbeda pada tiap negara dari topik di atas. Kajian meta analisis merupakan
merupakan topik kajian yang menarik. Penjelasan studi penggabungan berbagai tesis yang diperoleh
dari berbagai penelitian sebelumnya adalah bahwa dari berbagai riset yang berhubungan. Sejumlah
fenomena ketimpangan pendapatan disebabkan literatur memberikan pemahaman yang begitu
oleh perbedaan kemajuan teknologi antarnegara mendalam mengenai pembentukan ketimpangan
serta merupakan dampak globalisasi perdagangan pendapatan. Atkinson (1999), Corneo dan Jeanne
dunia dan pasar finansial yang tidak simetris. Namun (2001) menunjukkan bahwa norma-norma sosial
kebijakan konvensional serta intuisi mengatakan merupakan penentu distribusi pendapatan.
bahwa penjelasan kedua masalah tersebut juga Beragam studi telah dilakukan untuk menganalisis
harus melibatkan pendidikan sebagai faktor utama. peran akumulasi human capital pada distribusi
Berbagai organisasi internasional telah pendapatan dalam beragam konteks.
berhasil menyusun daftar indikator sehingga kita Terdapat banyak literatur yang berkaitan
mampu membandingkan pencapaian tingkat dengan komponen-komponen pendidikan dan
kelulusan sekolah di sejumlah negara. hubungannya dengan perbedaan distribusi
Karakteristik utama dari indikator-indikator pendapatan. Becker dan Chiswick (1966)
tersebut adalah bahwa pendidikan formal, menunjukkan bagaimana ketimpangan
bimbingan orang tua, dan metode akuisisi pendapatan secara positif berkorelasi dengan
pengetahuan lainnya memiliki posisi yang ketimpangan dalam jenjang sekolah dan secara
berbeda di berbagai belahan dunia. Tingkat dan negatif berkorelasi dengan tingkat pendidikan.
efisiensi pendidikan umum, kontribusi orang Berdasarkan data dari sembilan negara, Chiswick
tua, dan utilisasi teknologi terbaru berbeda-beda (1971) mengklaim bahwa perbedaan tingkat
di berbagai perekonomian dimana variasinya pendapatan sejalan dengan perbedaan tingkat
pendidikan. Dengan menggunakan sampel negara- mengungkapkan bahwa pada kebanyakan negara
negara yang lebih besar, Adelman dan Morris OECD, pendapatan tenaga kerja full-time tidak
(1973) dan Chenery dan Syrquin (1975) semakin tidak merata. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih mengindikasikan bahwa banyak negara menderita
tinggi mengurangi ketimpangan pendapatan. ketimpangan pendapatan dalam bentuk
Namun kemajuan teknologi terkini ternyata tidak pengangguran yang lebih tinggi dan pengurangan
mempengaruhi formasi sumber daya manusia waktu kerja. Penemuan yang terakhir ini
(human capital formation) di berbagai negara mendorong seseorang untuk memasukkan
sesuai pola-pola tadi. penawaran tenaga kerja yang bersifat elastis (tidak
Pengalaman berbagai negara memberikan tetap) dalam setiap model yang mencoba untuk
penjelasan yang saling bertentangan tentang menjelaskan ketimpangan pendapatan.
hubungan antara keterbukaan (openness) dan Meskipun ada keterbatasan literatur pada
ketimpangan pendapatan (income inequality). hubungan antara liberalisasi perekonomian dan
Wood (1998) menyatakan bahwa perdagangan ketimpangan pendapatan di negara-negara
dipersalahkan atas terjadinya ketimpangan berkembang, hasil kajian yang dapat dilakukan
pendapatan yang melanda Amerika pada akhir menunjukkan hasil yang berbeda di antara negara-
abad ke-20. Namun Feenstra dan Hanson (1999) negara tersebut. Ketimpangan pendapatan
memperkirakan bahwa sebenarnya hanya 15 tampak menurun ketika Jepang, Korea, dan
sampai 33 persen dari peningkatan ketimpangan Taiwan melakukan liberalisasi pada akhir 1960-an.
tersebut yang merupakan hasil dari kompetisi Akan tetapi ketimpangan upah secara umum
perdagangan. Sejumlah riset lain mengklaim melebar ketika enam negara Amerika Latin
bahwa ketimpangan pendapatan tidak memiliki melakukan liberalisasi setelah akhir 1970-an
kaitan dengan globalisasi dan integrasi ekonomi, (Hanson dan Harrison, 1999; Robbins, 1997). Hal
tetapi justru akibat faktor lain seperti turunnya ini lagi-lagi mengindikasikan pentingnya
pertumbuhan penawaran (supply) per tenaga kerja menjawab pertanyaan apakah integrasi ekonomi
dan adanya perubahan teknologi yang berasosiasi dengan penurunan atau peningkatan
menghentikan permintaan tenaga kerja tidak ketimpangan pendapatan.
terlatih (unskilled) relatif terhadap tenaga kerja Seperti yang ditekankan oleh Wood (1998),
terlatih (Williamson, 2006). Hasil yang tampak tampaknya masuk akal bahwa konteks historis
kontradiktif ini memberi petunjuk bahwa integrasi adalah penting, karena sejumlah hal tidaklah sama
ekonomi bisa jadi tidak memiliki dampak yang saat terjadinya berbagai proses liberalisasi tersebut.
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Sebagai contoh, melebarnya upah di Amerika Latin,
Sampai pertengahan tahun 1980, hanya yang tampaknya berlawanan dengan prediksi
Amerika dan Inggris yang mengalami peningkatan Stolper-Samuelson seperti pada liberalisasi Meksiko
ketimpangan pendapatan, sedangkan sejak pada periode 1985-1990. Kebijakan yang pro-
pertengahan 1980-an 20 dari 21 negara OECD globalisasi ini sayangnya bertepatan dengan
mengalami peningkatan ketimpangan pendapatan kemunculan Cina dan eksportir Asia lainnya ke
secara signifikan (Burniaux et al., 1998). Studi ini dalam pasar dunia, sehingga memaksa Meksiko
untuk berhadapan dengan kompetisi baru di 5.4.3 Model Ekonomi Overlapping Generation,
semua pasar ekspor. Kompetisi dari negara-negara Heterogenitas dan Integrasi Ekonomi
berupah rendah semacam ini justru tidak terlalu Berikut akan dibahas suatu model ekonomi
ekstrem ketika tiga negara macan Asia (Jepang, overlapping generation yang terdiri dari agen-agen
Korea dan Taiwan) membuka dirinya pada akhir heterogen yang menghasilkan barang tunggal
1960-an dibandingkan dengan pada akhir 1970- dengan menggunakan dua tipe faktor produksi:
an ketika Amerika Latin menurunkan tarif dan kapital fisik (physical capital) dan kapital manusia
hambatan perdagangan mereka lainnya. (human capital ).1 Human capital diwakili oleh
Meskipun peningkatan ketimpangan interaksi antara jumlah tenaga kerja dan keahlian.
pendapatan di Cina, India, dan Rusia tampak Setiap individu hidup dalam tiga periode, dimana
mendominasi tren ketimpangan pendapatan secara selama masa «kanak-kanak» (tidak ada keputusan
global pada generasi saat ini, fenomena ini sangat ekonomi yang diambil) pendidikan diperoleh.
mungkin tidak banyak berhubungan dengan Transfer antargenerasi dalam perekonomian terjadi
kebijakan integrasi ekonomi (Williamson, 2006). melalui dua saluran: (1) pendidikan publik yang
Kebanyakan dari situasi melebarnya ketimpangan dibiayai pajak pendapatan dari tenaga kerja dan (2)
selama fase liberalisasi negara-negara tersebut investasi yang dilakukan oleh orang tua dalam
terkait dengan fakta bahwa proses pembukaan membimbing anak-anaknya di rumah. Setiap anak
perekonomian mereka tidak lengkap serta selektif. juga diberkati dengan kemampuan bawaan tertentu
Peningkatan ketimpangan tampaknya tidak sejak lahir. Masa kedua adalah masa «bekerja»
mengikutsertakan bagian terbesar dari populasi sedang masa ketiga adalah masa «pensiun.»
untuk menikmati keuntungan globalisasi. Sebagai Pemerintah memiliki dua peran dalam
contoh, hasil liberalisasi di Cina tampaknya hanya perekonomian: pertama menyediakan dana
dinikmati oleh mereka yang tinggal di sepanjang pendidikan publik melalui penarikan pajak dari
area pantai dari Cina. Contoh lainnya adalah upah, dan kedua mengadakan pendidikan publik
Meksiko. Setelah liberalisasi yang terkait GATT pada itu sendiri sambil juga menentukan kualitasnya.
1986 dan liberalisasi yang terkait NAFTA pada 1994, Pendidikan publik terdiri dari pendidikan formal
Meksiko justru mengalami peningkatan di sekolah serta segala pengeluaran yang berkaitan
ketimpangan, bukannya penurunan ketimpangan dengan kegiatan pendidikan (seperti perpustakaan
seperti yang diramalkan para pakar. Hanson (2002) umum dan media).
mengungkapkan bahwa ini disebabkan oleh Pendidikan di rumah disediakan oleh
stimulus regional yang tidak rata dan pembangunan keluarga terdekat dan diselenggarakan oleh orang
mendadak di sepanjang perbatasan dengan tua, interaksi sosial, dan teknologi pembelajaran
Amerika Serikat. Robertson (2001) menunjukkan yang terdapat di rumah (seperti buku dan internet).
bahwa peningkatan ketimpangan upah akan mulai Dalam kasus ini, tingkat human capital orang tua
hilang setelah tiga sampai lima tahun. dan waktu yang mereka sediakan untuk mengajar
Memang tampak jelas bahwa pengaruh anak-anaknya merupakan faktor yang esensial.
integrasi ekonomi pada ketimpangan pendapatan
sering diperdebatkan. 1 Lihat Munandar (2008).
Banyak model ekonomi yang membentuk antarnegara, misalnya Lucas (1990) serta
mekanisme yang serupa untuk menjelaskan Leidierman dan Razin (1994).
pembentukan human capital. Proses semacam itu Dengan menggunakan model overlapping
umumnya terfokus pada sedikit parameter untuk generation di atas, faktor penjelas ketimpangan
menjamin kemudahan penelusuran (tractability). pendapatan yang umum seperti mobilitas physical
Dalam model yang dibahas saat ini, proses capital dan kemajuan teknologi dalam produksi
pembentukan human capital menunjukkan ternyata tidak memainkan peran apapun dalam
beberapa sifat penting. Pertama, individu dari menentukan distribusi pendapatan dalam jangka
keluarga yang memiliki human capital di atas rata- panjang. Kondisi awal pada stok human capital
rata memiliki return on investment yang lebih ternyata merupakan faktor yang relevan, dalam
rendah dalam pendidikan publik ketimbang yang arti bahwa sebuah negara yang dimulai dari
diperoleh oleh mereka yang berasal dari keluarga tingkat human capital yang lebih tinggi memiliki
dengan human capital di bawah rata-rata. peluang yang lebih besar dalam menghilangkan
Demikian pula biaya pencapaian suatu tingkat ketimpangan pendapatan seiring berjalannya
human capital tertentu untuk generasi yang lebih waktu. Namun mobilitas physical capital yang
muda lebih kecil untuk keluarga yang memiliki dihasilkan dari ketimpangan pendapatan tidak
tingkat human capital yang relatif lebih tinggi. mempengaruhi ketimpangan pendapatan setelah
Model lainnya yang memiliki sifat-sifat tersebut terjadinya integrasi ekonomi, meskipun efek pada
misalnya Tamura (1991) dan Fischer dan Serra kesejahteraan bisa saja substansial. Temuan ini
(1996). Kedua, model ini menunjukkan pentingnya mengisolasi proses pembentukan human capital
human capital orang tua dalam membentuk sebagai sumber utama perbedaan ketimpangan
human capital keturunan mereka. Burnhill et al. pendapatan. Hasil ini bertolak belakang dengan
(1990) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan hasil dalam Viaene dan Zilcha (2002) yang
orang tua berpengaruh terhadap kemampuan mengatakan bahwa setelah integrasi pasar modal,
anak-anak mereka memperoleh pendidikan tiggi. ketimpangan dalam distribusi pendapatan
Barro dan Lee (2001) serta Brunello dan Checchi antargenerasi berubah setiap saat. Perbedaan ini
(2005) menemukan bahwa karakteristik keluarga, ada karena mereka mengasumsikan keberadaan
termasuk pendidikan orang tua, meningkatkan transfer physical capital antargenerasi (warisan).
prestasi anak. Alasannya adalah bahwa tingkat Namun bukti empiris memperlihatkan bahwa di
pendidikan orang tua mempengaruhi kualitas antara berbagai keluarga, warisan bukanlah
pendidikan anak di rumah. sesuatu yang umum (Laitner, 1997).
Ketika analisis efek integrasi ekonomi,
dilibatkan dua perekonomian dimana satu 5.4.4 Peran Human Capital dalam Kondisi
mengekspor kapital sedangkan lainnya Ekuilibrium
mengimpor kapital. Kondisi ini akan mengarah Konsekuensi dari berbagai proses
pada penyamaan return on capital pembentukan human capital pada ketimpangan
pascaintegrasi. Ada beberapa literatur yang pendapatan dalam suatu perekonomian
membahas perbedaan return on capital overlapping generation dengan agen-agen yang
heterogen telah diamati. Heterogenitas dalam pendapatan antargenerasi yang tidak berubah.
model berasal dari distribusi awal human capital Sifat ini menyatakan bahwa meskipun tingkat
antarindividu dan dari kemampuan bawaan upah disamakan setelah integrasi ekonomi,
individu sejak lahir. Hasil pengembangan model ketimpangan tetap tidak berubah karena semua
tersebut memberikan pandangan mengenai pendapatan individu terpengaruh dengan
hubungan antara ketimpangan pendapatan dan proporsi yang sama. Namun demikian,
berbagai sifat dari proses pembentukan human antarnegara, distribusi pendapatan antargenerasi
capital yang meliputi: a) lingkungan internasional, setelah terbukanya perekonomian menjadi lebih
seperti mobilitas physical capital, b) kondisi awal setara. Namun demikian terjadinya jebakan
stok human capital, c) tingkat dan eksternalitas kemiskinan maupun pertumbuhan positif human
pendidikan publik, d) efisiensi yang berasal dari capital dapat terjadi, dan keduanya tergantung
teknologi pendidikan. Model tersebut juga pada tingkat human capital awal dalam
menunjukkan bahwa sifat ketimpangan perekonomian.
Daftar Pustaka
Adelman, M., dan U. Morris, 1973, Economic Growth and Social Equity in Developing Countries, Stanford:
Stanford University Press.
Aguilar, C., 2006, Trade Analysis of Spesific Agri-food Commodities Using a Gravity Model, Department
of Agricultural Economics.
Anderson, J., 1979, a Theoretical Foundation for the Gravity Equation, American Economic Review 69,
106-116.
ASEAN Secretariat, 2007, www.aseansec.org.
Atkinson, A.B., 1999, Is Rising Income Inequality Evitable? A Critique of the Transatlantic Consensus,
UNU/WIDER
Bank Indonesia, 2006, Outlook Ekonomi Indonesia 2006-2010, edisi Juli 2006, Bank Indonesia.
_____, 2007, Outlook Ekonomi Indonesia 2007-2011, edisi Januari 2007, Bank Indonesia.
_____, 2007, Outlook Ekonomi Indonesia 2007-2011 ≈Inflasi, Kemiskinan dan Penawaran Agregat di
Perekonomian Indonesia∆, edisi Juli 2007, Bank Indonesia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2007, www.bkpm.go.id.
Badan Pusat Statistik, 2008.
Bank of England, 2007, Inflation Report November 2007, www.bankofengland.co.uk/publications/
inflationreport
Baldwin, R., dan C. Wyplosz, 2004, the Economics of European Integration, McGraw Hill.
Barro, R. J., 1996, Inflation and Growth, Federal Reserve Bank of St. Louis Review 78 (May/June 1996).
Becker, G.S., dan B.R. Chiswick, 1966, Education and the Distribution of Earnings, American Economic
Review, 86, 218-223.
Ben-David, D., Ayal K., 2000, Trade and the Rate of Income Convergence, Center for Economic Policy
Research Discussion Paper 2390.
Bowen, H.P., E.E. Leamer dan L. Sveikauskas, 1987, Multicountry, Multifactor Tests of the Factor Abundance
Theory. American Economic Review, (December) 77 77, 791-809.
Bowen, H.P., H. Munandar, dan J.-M. Viaene, 2005, The Limiting Distribution of Production in Integrated
Economies: Evidence from U.S. States and E.U. Countries, Tinbergen Institute Discussion Paper 05-
045/2.
Chenery, H.B., dan M. Syrquin, 1975, Patterns of Development, 1950-1970, London: Oxford University
Press.
Chiswick, B.R., 1971, Earnings Inequality and Economic Development, Quarterly Journal of Economics,
85, 21-39.
Choesni, Tb.A., 2007, bahan tayangan Focus Group Discussion Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012,
Hartono, D., Priyarsono, D.S., Nguyen, T. D., Ezaki, M., 2007, Regional Economic Integration and its
Impacts on Growth, Poverty and Income Distribution: The Case of Indonesia, Working paper in
Economics and Development Studies No. 200702, Department of Economics Padjajaran University.
Helpman, E., dan P. Krugman, 1985, Market Structure and Foreign Trade. Increasing Returns, Imperfect
Competition, and the International Economy, Cambridge, MA: MIT Press.
Imada, P., M.F. Montes, dan S. Naya, 1991, A Free Trade Area: Implications for ASEAN, ASEAN Economic
Research Unit, Institute Southeast Asian Studies (ISEAS), Singapore.
International Country Risk Guide, berbagai tahun, Published Monthly by The PRS Group Inc., NY, USA.
International for Management Development, berbagai edisi, The World Competitiveness Scoreboard.
International Labour Organization, 2007, Labour and Social Trends in ASEAN 2007: Integration, Challenges,
and Opportunities.
International Monetary Fund, Direction of Trade Statistics, www.imfstatistics.org.
_____, IMF Survey Magazine, IMF Research, www.imf.org/external/pubs/ft/survey/so/home.aspx.
_____, 2007, World Economic Outlook, Globalization and Inequality, October 2007.
International Telecommunication Union, 2007, www.itu.int.
Jalilian, H. dan J. Weiss, 2001, Foreign Direct Investment and Poverty in the ASEAN Region, Final Report
of the First Sub-Project, University of Bradford.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2008, Keputusan Menteri Keuangan No.1/2008.
Klein, M., C. Aaron, dan B. Hadjmichael, 2001, Foreign Direct Investment and Poverty Reduction, New
Horizons and Policy Challenges for Foreign Direct Investment in the 21 st Century, Mexico City, 26-27.
Laitner, J., 1997, Intergenerational and Interhousehold Economic Links, in: M.R. Rosenzweig dan O.
Stark (eds.), Handbook of Population and Family Economics, Amsterdam: North Holland
Leamer, E. E., 1984, Sources of International Comparative Advantage: Theory and Evidence, Cambridge,
MA: MIT Press.
Leiderman, L., dan A. Razin, 1994, Capital Mobility: The Impact on Consumption, Investment and Growth,
Cambridge University Press, Cambridge.
Melitz, J., 2007, North, South and Distance in the Gravity Model, European Economic Review 51, 971-
991.
Mirza, H., 2002, Regionalisation, FDI, and Poverty Reduction: Lessons from other ASEAN Countries,
University of Bradford School of Management.
Munandar, H., 2006, Essays on Economic Integration, Ph.D. Dissertation, Erasmus University, Rotterdam,
The Netherlands.
Negara, S. D., 2007, Integrasi Ekonomi ASEAN dan Mobilitas Tenaga Terampil, bahan tayangan Focus
Group Discussion Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012, Pusat Peneliti Ekonomi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Okubo, T., 2000, the Border Effect in the Japanese Market: A Gravity Model Analysis.
O»Connor, J., dan D. Orsmond, The Recent Rise in Commodity Prices: A Long Run Perspective, Economic
Analysis Department.
Pöyhönen, P., 1963, A Tentative Model for the Volume of Trade Between Countries, Weltwirtschaftliches
Archiv 90, 93-100.
Rivera-Batiz, L., dan P. Romer, 1991, Economic Integration and Endogenous Growth, Quarterly Journal of
Economics 106, 531-555.
Sohn, C.-H., dan J. Yoon, 2001, Does the Gravity Model Fit Korea»s Trade Patterns? Implications for
Korea»s FTA Policy and North-South Korean Trade.
Sharma, S.C., dan S.Y. Chua, 2000, ASEAN: Economic Integration and Intra-Regional Trade, Applied
Economics Letters 7, 165-169.
Tan, H.W., 2000, Technological Change and Skills Demand: Panel Evidence from Malaysian Manufacturing.
Working Paper the World Bank Institute.
_____, 2004, Skills, Training Policies and Economic Performance: International Perspectives, Paper presented
at MENA Training Impact Evaluation Workshop Casablanca, Morocco, January 20-22, The World
Bank Institute.
Tinbergen, J., 1962, Shaping the World Economy: Suggestions for an International Economic Policy, the
Twentieth Century Fund, New York.
United Nations, Statistics Division, Commodity Trade Statistics Database, www.comtrade.un.org/db/.
_____, 2007, Transnational Corporations, Extractive Industries and Development, World Investment Report,
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).
_____, 2007, World Investment Prospect Survey 2007-2009, United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD).
_____, 2007, Fighting Climate Change: Human Solidarity in a Divided World, Human Development Report,
United Nation Development Programme (UNDP).
_____, 2008, Doing Business Survey, www.doingbusiness.org.
Viaene, J.-M., dan I. Zilcha, 2003, Human Capital Formation and Cross-Country Comparison of Inequality,
Mimeo, Erasmus University Rotterdam.
World Economic Forum, 2006, Global Competitiveness Report, Geneva, Switzerland.
_____, 2007, Global Competitiveness Report, Geneva, Switzerland.