Anda di halaman 1dari 2

Resensi Novel Kangen

Roman Picisan di Kota Bandung

Judul novel          : Kangen


Penulis                 : Ve Handojo
Penerbit               : PT Primamedia Kawanku
Tahun terbit         : 2007
Tempat terbit       : Jakarta
Halaman              : 167 h

            Ve Handojo lahir di Jakarta, 11 April 1980-sekian (katanya).Dia sudah menulis enam
skenario layar lebar, dan tiga judul sinetron.Dia juga sering menulis untuk harian The Jakarta
Post, majalah Her World, dan lain sebagainya.Begitu terima gaji atau royalty, dia langsung
jalan-jalan untuk cari ide, cari inspirasi dan jodoh.Biasanya yang terakhir itu selalu
gagal.Akibatnya, dia curhat lagi lewat tulisannya.Maka jadilah skenario, artikel, puisi, atau
cerpen baru.
            Imel, sosok gadis cantik, berkulit putih, sexy, asal Jakarta, yang punya kebiasaan
‘sering beser’ alias tukang kencing, cewek manja satu ini ingin belajar hidup mandiri, dengan
melanjutkan kuliahnya ke Bandung.
            Tian, sosok pemuda serba cuek, tapi dia mandiri, dan sangat menyukai bintang,
dengan tekun mempelajari gerakan-gerakan bintang di langit.
            Perkenalan mereka diawali dengan banyak keributan kecil.Pertama, Imel yang pada
awal registrasi ulang besernya kambuh, meminta Tian, pemuda di belakangnya untuk
menjaga antriannya tapi Tian tidak menghiraukan.Kedua, keributan Imel dengan tukang
burger masalah ‘tidak pakai cabai’, yang ternyata tukang burger itu adalah Tian.Ketiga, kartu
kredit Imel yang dibawa Tian karena kartu kredit Imel tertinggal di distro, sehingga Imel
kebingungan.
Perkenalan yang diawali dengan percekcokan itu ,justru membuat mereka lebih
akrab.Lama kelamaan cinta pun tumbuh .Kehadiran mantan Imel, Jacky, sempat menjadi
penghalang.Tapi setelah permasalahan itu mereda, cinta mereka tambah lebih kuat.
Dilatarbelakangi keindahan alam kota Bandung, Imel dan Tian punya tempat favorit
yang mereka beri nama Lembah Seribu Bintang.Di lembah itu mereka saling menikmati
kebersamaan dan keakraban.Canda, tawa, dan bintang-bintang di langit lepas, seolah menjadi
saksi cinta sejati mereka.
Suatu pagi, mereka belanja, selesainya belanja, lagi-lagi ritual beser Imel kambuh, dia
berlari ke restoran di seberang jalan tanpa menghiraukan kendaraan yang lalu lalang
disekitarnya.Tian cemas, menyusul Imel dengan belanjaan ditangannya.Selesai beser,
didapatinya Tian di jalan raya terkapar tanpa roh di tubuhnya.
Apa yang tersisa dari kisah cinta mereka hanyalah rasa kangen Imel yang tidak akan
pernah bisa terobati lagi.Hidupnya amburadul, semangat dan keceriaannya memudar, ketika
cinta telah hilang, tenggelam dalam kerinduan yang tak terbendung.
Namun akhirnya Imel terbangun dari keterpurukannya, dia sadar, dia bangkit, dan
memulai kehidupan barunya tanpa Tian disisinya.Meski tidak tampak bukan berarti tidak
ada.Dia yakin meski Tian sudah tidak bisa dihadapannya lagi, tapi Tian selalu disampingnya.
Kelebihannya, novel ini sangat menyentuh bagi pembacanya, sangat mengharukan,
seolah ini sebuah fenomenologi.Ditengah cinta yang bergejolak antara Imel dan Tian, sebuah
kejadian tak terduga merenggut kebersamaan yang sempurna itu.Novel-novel karya Ve
Handojo, termasuk Kangen satu ini memang berbeda dari yang lain, menggugah hati bagi
siapapun yang membacanya, pembaca seolah diajak langsung memainkan peran dua sejoli
tersebut.
Kekurangan dari buku ini, beberapa menggunakan bahasa inggris tanpa ada
keterangan untuk artinya.Tidak semua kawula muda paham akan bahasa inggris.Anak muda
gaul belum tentu paham, apalagi ini di Indonesia.
Bahasa yang digunakan, didukung serentetan bahasa gaul yang disukai remaja
sekarang.
Novel ini hanya cocok untuk remaja-remaja. Kurang cocok untuk orang dewasa,
karena dari segi kebahasaan, bahasa slang, campur baur bahasa gaul, nongkrong, inggris,dan
lain-lain, yang tentunya tak banyak orang dewasa yang paham akan isinya.Kurang cocok
untuk anak kecil, karena ini novel percintaan, ada adegan-adegan ciuman misalnya, kurang
mendidik, kurang cocok untuk mereka.

Anda mungkin juga menyukai