Anda di halaman 1dari 17

POTRET MEDAN JIHAD ISLAM

oleh Kalipaksi Jaladara pada 03 November 2010 jam 0:36

OLEH USTAZ ABU MOHD JIBRIL

MUQADDIMAH

Alhamdulillah, Maha Suci dan Maha Besar Dia yang telah menjadikan dunia ini sebagai
medan perjuangan mencari keridhaan-Nya. Di saat manusia sedang terlena, bergelimang
dengan dosa dan maksiat, berkhayal dalam lamunan nafsu, bertarung dan berlomba dalam
meraih yang fana dan sementara, mereka melupakan Rabb mereka dan apa saja yang
semestinya dipersiapkan untuk bekalan hidup mereka di akhirat.

Allah Maha Berkah dan Maha Mengaruniai, di saat seperti ini Allah swt. memberikan rezki
kepada hamba-hamba yang dipilihNya, yang merasa agamanya dihina dan diinjak-injak, diri
dan kehormatannya dilecehkan, yang merasa bertanggungjawab atas kejatuhan umat ini. Lalu
dengan langkah gagah perkasa bangkit dan bangun untuk menyambut seruan jihad fie-
sabilillah sebagai salah satu wasilah untuk menegakkan dan meninggikan kalimat Allah swt.
Yang Maha Tinggi dan sekaligus sebagai jalan taqarrub kepada Allah swt. Semoga Allah
berkenan mengampunkan dosa-dosanya karena setiap langkah dalam jihad fie-sabilillah
bernilai pahala.

Perhatikanlah firman Allah swt yang berikut:

Artinya:

“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam
di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berjihad) dan tidak patut (pula)
bagi mereka yang lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian
itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah,
dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir,
dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka
dengan yang demikian itu suatu amal yang shaleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-
nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS At Taubah 9 : 120)

Sesungguhnya JIHAD itu adalah suatu amal yang tidak dapat digambarkan akan keindahan
dan kemanisannya melainkan hanya dengan iman dan taqwa yang sebenarnya sajalah yang
akan dapat menilai dan merasainya. Itulah jiwa seorang mujahid yang telah menyerah total
seluruh miliknya berupa jiwa raga, harta dan dirinya sebagai imbalan dalam berjual beli
dengan Allah swt. Pernahkah kita mendengar seorang mukmin menyerahkan nyawa sebagai
pertaruhan demi cintanya kepada Allah swt. dan RasulNya serta Jihad fie-sabilillah? Sungguh
ia amat aneh, karena kebanyakan manusia sekarang ini sedang alpa dibuai kehidupan dunia.

Allah sebagai Rabbul Alamin telah menyatakan membeli diri dan harta seorang mukmin
untuk digantikan dengan syurga yang tiada tara nikmatnya. Lalu berangkatlah mukmin yang
telah menjual dirinya itu ke suatu medan yang selama ini senantiasa dalam kerinduan dan
kecintaannya. Namun bagi ahli dunia, semua itu amat menakutkan karena mereka menyangka
jihad itulah kancah kematian. Sedang kematian itu adalah suatu yang pasti walaupun kita
sedang berada di dalam sebuah mahligai yang teguh dan di atas dipan indah dan kasurnya
empuk. Itu semata-mata igauan jiwa yang pengecut dan kerdil serta tamak dengan
kesenangan dunia yang menipu.Allah berfirman:

Artinya:

“Tidaklah mungkin satu jiwa akan merasakan mati melainkan atas izin Allah. Itulah satu
ketetapan yang pasti.” (QS Ali Imran 3 : 145)

Artinya:

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kukuh...” (QS An Nisa’ 4 : 78)

Medan jihad bukanlah suatu medan untuk duduk bersenang-senang dan memikirkan
kemewahan dunia. Bukan juga tempat berpangku-tangan dan bertopang dagu namun ia
adalah suatu medan perjuangan yang penuh onak dan duri, cobaan dan ujian, kesusahan dan
penderitaan. Tidak banyak manusia yang sanggup mengharungi kehidupan di medan jihad.
Benarlah apa yang dikatakan oleh seorang tokoh mujahid abad ini: Assyahid Dr. Abdullah
Azam:

Artinya:

“Sesungguhnya Jihad fie sabilillah adalah seberat-berat urusan yang dihadapi oleh manusia
dan merupakan urusan yang paling sulit. Tidak mampu memikulnya kecuali hanya segelintir
manusia. Oleh karenanya Allah telah menyediakan balasan terhadap kesungguhan dan
kepayahannya.”

Tetapi para mujahidin merindukan dan mencintai tempat itu, dan ingin terus berada di medan
jihad dengan membawa keluarga, harta dan dirinya. Inilah dia As Syeikh Usamah bin Ladin
seorang tokoh mujahid agung abad ini setelah Dr. Abdullah Azzam yang telah
menggemparkan dunia superpower. Amerika sangat ketakutan kepadanya sehingga
menawarkan berjuta-juta dolar US bagi siapa saja yang dapat menangkapnya.

Dia telah membawa tiga orang isteri dan beberapa orang anak untuk hidup di medan jihad
Afganistan, suatu daerah panas dan tandus dikelilingi gunung-gunung. Walhal dia seorang
yang sangat kaya yang memiliki banyak perusahaan dan telah menjadikan kota Makkah dan
Madinah sebagai negara yang tersohor di muka bumi ini di segi pembangunan dan
kecanggihan teknologinya.
Hanya para mujahid saja yang dapat menukilkan bagaimanakah keindahan berada di medan
jihad. Merekalah yang mampu melukiskannya dengan untaian bahasa yang paling indah
karena merekalah yang telah melahirkan iman dalam bentuk amali. Ia adalah satu medan
yang penuh ujian dan risiko, namun di situ jugalah medan rahmat dan cucuran barakah serta
maghfirah Allah swt. Pena tak akan mampu menguntai kata menceritakan keistimewaannya,
para penulis yang hanya duduk di kantor ber AC, juga para da’i yang hanya berpidato di atas
mimbar saja tak akan mampu melukiskan berbagai ujian maupun kemanisan medan jihad,
apalagi seorang manusia yang berhati pengecut dan penakut.

Berkata As Syahid Sayyid Qutub di dalam kitabnya ‘Fie Zilalil Qur’an – pada Muqaddimah
Surah Al Anfal:

<span>

</span>

Artinya:

“Sesungguhnya Al Quran itu tidak akan dapat dipahami oleh orang-orang yang hanya
duduk sahaja.”

Dari itu orang yang telah mendalam imannya dan telah bersemayam di hati sanubarinya akan
merasakan manisnya jihad dan baginya kehidupan akhirat dengan segala kenikmatannya
merupakan cita-citanya yang paling tinggi dan ia rela membelinya dengan dunia seluruhnya.

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Oleh kerena itu, mestilah orang-orang yang ingin menukar kehidupan dunia dengan
kehidupan akhirat berjihad pada jalan Allah.(untuk membela Islam). Dan sesiapa yang
berjihad pada jalan Allah lalu ia mati (gugur Syahid) atau beroleh kemenangan, maka Kami
akan memberi kepadanya pahala yang besar.”(QS An Nisa’ 4 : 74)

Inilah janji Allah swt. yang menjadi sumber inspirasi serta tonggak kekuatan sehingga jiwa
mereka tumbuh menjadi jiwa yang kuat dan perkasa menghadapi musuh-musuh Allah swt.
walau di mana sekalipun mereka berada.

Di medan ini juga hati mereka disucikan dan dibersihkan oleh sebab keikhlasan dan
kesabaran mereka dalam menghadapi kancah peperangan. Jiwa mereka senantiasa bertaut
ingat dan berzikir kepada Allah sementara hati mereka tidak pernah lalai atau menyimpang
dalam keimanan kerena melihat dan merasakan sendiri betapa di medan jihad inilah terlihat
berbagai keajaiban yang menakjubkan sebagai bahagian dari NASRULLAH (pertolongan
Allah) yang tidak pernah disangka-sangkakan.
<span> </span>

<span>I. ISLAM TEGAK DENGAN JIHAD </span>

Wahai saudara-saudaraku! Ketahuilah bahwa tugas anda dalam hidup ini adalah menegakkan
Dienullah (Agama Allah). Dan menegakkan Dienullah di muka bumi ini merupakan suatu
pekerjaan yang mesti disertai dengan Jihad dan tidak akan pernah terlepas darinya untuk
selamanya. Di samping nasihat untuk menegakkan yang Haq dan nasihat untuk menetapkan
kesabaran karena Rasulullah saw telah mendidik umatnya menegakkan Islam dengan
DAKWAH DAN JIHAD. Dakwah bil qur’an ketika di Makkah dan jihad bissaif sejak beliau
di Madinah sehingga wafatnya, dan itulah sebaik-baik contoh.

Dan telah menjadi tabiat Agama Allah swt bahwa ia tidak pernah tegak melainkan dengan
dua perkara yaitu dengan kitab dan besi. Renungkanlah firman Allah swt dan hadits
Rasululullah saw.

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai menfaat bagi manusia, (supaya mereka menggunakan
besi itu) dan supaAllah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”(QS Al
Hadid 57 : 25)

Ayat ini mengandung pengertian bahwa dengan kitab Allah, para Rasul membimbing jiwa
manusia kepada Agama Allah (Dienullah) sedang besi untuk menghadapi dan memerangi
orang-orang yang menyeleweng dan melawan tegaknya syariat Agama Allah. (lihat Tafsir
Ibn Katsier & Tafsir Al Azhar)

<span>

</span>

Rasulullah saw. Telah bersabda:

Artinya:

“Aku diutus dekat dengan Hari Kiamat dengan pedang, sehingga Allah taala saja yang
disembah dan ditaati dan tidak disekutukan dengan lain-Nya dan rezkiku terletak di bawah
naungan tombakku dan dijadikan hina dan kerdil atas orang yang menyalahi perintahku
(agamaku). Oleh sebab itu, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia itu adalah
termasuk dalam golongan itu.”(HR Imam Ahmad & Bukhari)
Adapun orang-orang yang menyangka bahwa kehidupan jihad itu hanya semata-mata
memerangi suatu kaum atau pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh
yang menguasai sejengkal tanah, maka mereka itu belum memahami tabiat agama ini.
Sesungguhnya jihad itu adalah tugas wajib yang tergantung di leher setiap muslim sejak
qalam berjalan mencatat amal perbuatannya. Tidak ada jalan lolos daripadanya sehingga
apabila seseorang meninggalkan kewajiban jihad dalam masa-masa sekarang ini, maka boleh
jadi dia menjadi fasiq atau penderhaka. Kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan
puasa sebagaimana perkataan Ibn Taimiyah:

“Tiada sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak
musuh yang menyerang kehormatan dan agama.” (Majmu Al Fatawa, Ibn Taimiyah, juz 4,
hal 184)

Artinya jihad itu di dahulukan atas shalat, puasa, zakat, dan haji serta kewajiban-kewajiban
yang lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dan haji, maka hendaklah kewajiban
jihad didahulukan. Apabila kewajiban jihad dan shalat berbenturan, maka kewajiban shalat
ditangguhkan sebentar, atau diqashar, atau dipersingkat, atau berubah bentuk dan keadannya
demi menyesuaikan dengan jihad. Karena menghentikan jihad sejenak sama dengan
menghentikan gerak laju agama Allah Azza wajalla.

Wahai saudara-saudaraku! Sesungguhnya Jihad itu merupakan perkara yang sangat penting.
dan bahwa kalian adalah pelopor kaum kalian dan sekaligus perwira ummat ini. Kalian
adalah perintis kebangkitan di negeri kalian. Kalian laksana detonator (sumbu api) yang akan
meledakkan tenaga explosive (bahan peledak) di negeri kalian. Sesungguhnya explosive yang
tidak bekerja (non aktif) membutuhkan detonator. Dan kalian adalah detonator-detonator itu
dengan izin Allah. Beribu-ribu ton bahan explosive tanpa ada detonator yang kecil ini tidak
akan berarti apapun, tidak akan bernilai seberat sayap nyamukpun dalam merubah sesuatu.
Oleh karena itu janganlah anda berputus asa atau merasa takut dan gentar, maupun kecewa
dalam mengemban tugas yang maha berat ini.

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Dan janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari Rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf 12 : 87)

Kalian adalah Rijal pilihan Allah swt. Maka pancangkanlah di hadapan kalian bahwa jihad
itu adalah Risalah / kewajibanmu sampai engkau bertemu dengan Allah Azza wa Jalla.
Seluruh kaum muslimin di muka bumi ini berdosa selama masih terdapat sejengkal bumi
Islam yang berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir. Dan setiap muslim akan dihisab
(diminta pertanggung-jawabnya) tentang negeri Andalusia (Sepanyol), akan dihisab tentang
jatuhnya Afghanistan dan negeri Asia tengah yang lainnya seperti Palestin, Philipina, Turki,
dan negara-negara Islam yang berada di dalam cengkaraman musuh. Dan anda tak akan dapat
lari dari pertanggung-jawaban membela umat Islam yang sedang teraniaya dan dizalimi oleh
kaum kuffar di negara anda sendiri sekarang ini yaitu INDONESIA. Apakah anda menanti
datangnya bantuan para mujahidin dari luar sedang anda tengah berpangku tangan
membiarkan kezaliman orang-orang kafir terus berleluasa dan konspirasi kristen internasional
untuk memusnahkan Islam dan umatnya? Mengapa tidak anda bangkit mempertahankan
kehormatan kaum muslimin serta membela dan melindungi golongan mustadh’afin?

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Mengapa kamu tidak berangkat berjihad pada jalan Allah dan membela orang-orang yang
lemah baik laki-laki, wanita-wanita mahupun anak-anak yang semuanya berdoa: Ya Tuhan
kami! Keluarkanlah kami dari negeri ini , yang zalim penduduknya dan berilah kami
pelindung di sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (QS An Nisa’ 4 : 75)

Wahai saudara-saudaraku! Sesungguhnya jihad tidak mungkin akan tegak kecuali memenuhi
dua syarat yang asas dan pokok. Pertama: Sabar yang membuahkan keberanian yang jitu,
terpahat di dalam hati dan diikuti oleh seluruh anggota badan. Kedua: Dermawan yaitu siap
mengorbankan yang paling berharga dari apa yang dimilikinya ialah jiwa raga, keluarga dan
hartanya. Kedua syarat tersebut hampir hilang dari kehidupan ummat Islam hari ini, bahkan
telah bertukar menjadi penakut dan pengecut, tertanam di benak mereka sedang kehebatan
dan ketinggian martabatnya telah tercabut dari hati-hati musuhnya. Keadaan mereka seperti
buih di atas banjir besar tiada nilai dan kualitas. Nabi bersabda:

Artinya:

“Hampir tiba saatnya suatu kondisi menimpa kamu bahwa seluruh ummat di setiap tempat
merebutkan kamu sebagaimana merebutkan makanan di atas pinggan besar(dulang).
Ditanyakan kepada beliau: wahai Rasulullah apakah sedikitnya jumlah kita pada waktu itu?
Beliau bersabda tidak bahkan jumlah kamu sangat banyak namun seperti buih di atas air
bah(banjir besar). Ia jadikan perasaan AL Wahn didalam hati-hati kamu dan Ia cabut
perasaan takut dari hati musuh-musuh kamu, karena cintamu kepada dunia dan takutmu
kepada mati. Dalam riwayat lain mereka bertanya: apakah Al Wahn itu wahai Rasulullah?
Beliau berkata: Cintamu kepada dunia dan takutmu kepada peperangan.” (HR Ahmad dan
Abu Dawud –shahih)

Terlalu cinta kepada hidup dunia dan perhiasannya dan takut berjihad adalah puncak tragedi
kebinasaan ummat Islam sepanjang masa. Dan kehinaan itu tidak akan hilang sehingga umat
Islam kembali kepada ajaran jihad yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw. Beliau
bersabda:

Artinya:

“Apabila kamu saling berjual beli dengan sistem riba dan kamu mengekor di belakang
lembu( jadi pak turut) dan kamu telah suka dengan kegiatan berladang (bertani,beternak )
dan kamu meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan yang serendah-
rendahnya dan tidak akan terangkat kehinaan itu sehingga kamu kembali kepada agama
kamu. (HR Abu Dawud –silsilah hadits shahih Al Bani No11)

Wahai saudara-saudaraku! Semut akan melaknat anda karena enggan berangkat jihad. Dan
ikan di laut hanya memintakan ampunan bagi mereka yang mau berjihad saja. Sebab
merekalah yang mengajarkan kebajikan kepada manusia, serta menjaga dan melindungi
kebajikan itu dengan pedang, ruh, dan darah mereka. Maukah anda sekiranya seluruh
makhluk yang ada di daratan dan lautan melaknat anda karena lari dari tugas murni ini?

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada
manusia dalam Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (makhluk)
yang dapat melaknati.” (QS Al Baqarah 2 : 159)

Bebaskanlah diri anda dari segala belenggu nafsu yang mengajak kepada kejahatan atau
dunia beserta kenikmatannya yang sementara melambai-lambai agar anda undur dari jalan
ini. Bersihkanlah hati dan niat dari segala keterikatan di muka bumi ini. Sayyid Qutb dan
Abul Hasan An Nadwi mengatakan tentang orang-orang Salaf, tentang orang-orang pilihan,
tentang generasi sahabat yang mulia, generasi yang unik katanya: “Tatkala jiwa mereka telah
bersih dari segala keterikatan, dan Allah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai
keinginan di permukaan bumi ini, hingga agama ini menang di tangan mereka, namun jiwa
mereka tetap tidak kembali bergantung ke atas kemenangan tersebut. Tatkala Allah
mengetahui semua itu dari mereka, maka taDia bahwa mereka telah siap dipercaya
mengemban syariat-Nya. Lalu Allah pun menjadikan mereka sebagai penguasa di atas bumi
dan megukuhkan dien mereka yang telah di redhai-Nya.” (Tarbiah Jihadiah As-Syahid
Abdullah Azam, Jilid 3)

<span> </span>

Ingatlah bahwa sekiranya kita beroleh kemenangan karena kita berjihad pada jalan-Nya,
maka Allah swt akan mengurniakan pahala-Nya yang berlipat ganda sedang kita tidak akan
dirugikan walau seberat zarahpun. Dan seandainya kita belum menemui kemenangan, Allah
swt tetap akan memelihara agama-Nya sehingga datangnya kiamat, sedang kita tetap
mendapat kurnia-Nya dan tidak akan dirugikan. Hanyalah tugas kita untuk tetap sabar dan
istiqomah di jalan jihad sehingga hanya datang dua ketentuan yaitu kita syahid karenanya
atau menang dalam kemuliaan. Setiap langkah kaki kita di dunia akan menjadikan neraca
timbangan di akhirat akan terangkat. Dan setiap kali neraca timbangan itu terangkat, maka
sesungguhnya pahala itu akan diletakkan di neraca timbangan akhirat.

Pena yang menguntai kata membentuk bahasa untuk menyeru manusia kembali kepada Al-
Haq pasti akan terus mengalir pahalanya. Seruan dari lisan para da’i yang tak henti-hentinya
menyampaikan dakwah juga pasti akan dinilai di sisi Allah. Setetes peluh yang mengalir dari
sekujur tubuh seorang mujahid yang sedang memikul peralatan senjata juga pasti akan
mendapat balasan yang berlipat ganda.

Dan kepada para alim ulama khususnya, marilah bersama merenungkan hadits ini, yang
selanjutnya tampil menjadi pembawa obor dan cahaya kebenaran di tengah segenap lapisan
masyarakat dan memimpin para mujahidin berperang di medan laga sehingga memperoleh
salah satu di antara dua, hidup mulia di bawah naungan Syari’at Allah atau syahid di jalan-
Nya.
Dari Ibn Abbas ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

Artinya:

“Sedekat-dekat manusia dengan derajat kenabian ialah Ahli Ilmu dan Ahli Jihad. Adapun
ahli ilmu mereka menunjukkan kepada manusia atas apa yang dibawa oleh para Rasul dan
adapun ahli jihad, mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka atas apa yang dibawa
oleh para Rasul.” (HR Abu Naim)

Inilah dia Imam An Nawawi seorang ulama dan mujahid yang unggul. Beliau hidup di negeri
Syam dan tinggal di sana hampir sebahagian besar masa hidupnya. Namun demikian beliau
tidak pernah memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang-orang menanyakan
kepadanya: Mengapa Tuan tidak makan buah-buahan negeri Syam? Maka beliau menjawab:
Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang. Maka saya khuatir makan buah-buahan
dari kebun-kebun itu.

Oleh karena itu hati mereka bagaikan hati singa dan jiwa mereka laksana jiwa pendeta.
Mereka laksana pendeta di malam hari dan bagaikan kesatria berkuda di siang hari. Mereka
tak sudi berhenti di depan rintangan. Halangan dan rintangan yang bagaimanapun tingginya
dan bagaimanapun sukarnya akan mereka terobos dan mereka lompati.

Tatkala tentara Tartar menyerbu negeri Syam, Zhahir Bebres berkata: Saya mengkehendaki
fatwa dari kalian wahai para ulama agar saya dapat menghimpun dana untuk membeli senjata
guna menghadapi serangan bangsa Tartar. Maka seluruh ulama memberikan fatwa seperti
yang diminta oleh Zhahir Bebres kecuali seorang. Dia adalah Muhyiddin Nawawi. Zhahir
bertanya: Mana tanda tangan Nawawi? Mereka menjawab: Dia menolak memberikan tanda
tangan.

Lalu Zhahir mengutus seseorang untuk menjemputnya. Setelah Imam Nawawi datang Zhahir
bertanya: Kenapa anda mencegah saya mengumpulkan dana untuk mengusir serangan musuh.
Serangan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin? Maka Imam Nawawi menjawab:
Ketahuilah, dahulu engkau datang pada kami hanya sebagai budak. Dan sekarang saya
melihatmu mempunyai banyak istana, pelayan lelaki dan wanita, emas, tanah, dan
perkebunan. Jika semua itu telah engkau jual untuk membeli senjata, kemudian sesudahnya
engkau masih memerlukan dana untuk mempersiapkan pasukan muslimin, maka saya akan
memberikan fatwa kepadamu.

Zhahir Bebres amat marah mendengar ucapan Imam Nawawi, maka dia berkata: Keluarlah
engkau dari negeri Syam. Lalu beliau keluar dari Syam dan menetap di rumahnya yang asli di
desa Nawa. Pengusiran Imam Nawawi menimbulkan kemarahan para ulama, mereka datang
menemui Zhahir Bebres dan berkata: Kami tak mampu hidup tanpa kehadiran Imam Nawawi.

Maka Zhahirpun mengatakan: Kembalikanlah ia ke Syam. Selanjutnya mereka pergi ke Nawa


untuk membawa balik Imam Nawawi. Akan tetapi Imam Nawawi menolak ajakan mereka
seraya mengatakan: Demi Allah, saya tidak akan masuk negeri Syam selama Zhahir Bebres
masih ada di sana. Akhirnya Allah memperkenankan sumpahnya. Zhahir mati sebulan
sesudah beliau mengucapkan sumpah. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam.
Semoga Allah merahmatinya karena keikhlasan dan keberaniannya.

<span>II. </span><span>KEISTIMEWAAN MEDAN JIHAD</span>


Rasulullah saw. telah mengakui bahwa medan Jihad dan Ribath adalah semulia-mulia tempat
di atas permukaan bumi. Tiada satu tempat yang dapat menyamai kemuliaannya meskipun
kota suci Mekkah dan Madinah. Dan beribadah di tempat ini nilainya lebih tinggi dari
tempat-tempat yang lain di muka bumi. Maka sungguh beruntunglah orang-orang yang diberi
rahmat dan kurnia oleh Allah berada di tempat tersebut dan beribadah di dalamnya.
Sesungguhnya keberadaan khidmat di medan Jihad dan Ribath benar-benar suatu rezki
pemberian Allah swt. yang tiada tolak bandingannya. Di sanalah seseorang akan
mengumpulkan segala kebaikan yang telah di janjikan Allah swt dan akan meraih segala cita-
cita yang dihajatkan.

Meskipun demikian tinggi nilainya, tapi banyak dari umat Islam yang belum memahaminya
serta mengerti tentang kemuliaan berada di tempat ini, bahkan ada yang menganggap sebagai
suatu yang tidak berguna dan bermanfaat. Alangkah meruginya orang yang berpendapat
demikian. Tidak syak lagi bahwa orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang jauh
dari petunjuk Allah swt. dan tersesat dari jalan yang lurus.

Kemuliaan medan Ribath dan Jihad atau Murobith (orang-orang yang berjaga di medan
Jihad) serta Mujahid (orang yang berperang) banyak direkamkan oleh Allah swt. di dalam
Al-Quran dan hadits Rasulullah saw. Di antaranya ialah:

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak
mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas
orang-orang yang duduk satu darjat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan
pahala yang baik (syurga) dan Allah melebihkan orang-orang berjihad atas orang-orang
yang duduk dengan pahala yang besar iaitu beberapa darjat daripada-Nya, ampunan serta
rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An Nisa’ 4 : 95-
96)

Firman Allah swt.:

“ Hai orang-orang yang beriman! Sukakah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Iaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan
kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu)
ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan
(ada lagi ) kurnia yang lain yang kamu sukai (iaitu) pertolongan dari Allah dan kesenangan
yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman. (QS As Shaff 61 : 10-13)
Sedang orang-orang yang tidak berjihad, maka mereka diancam sebagai orang munafiq atau
fasiq yang akibatnya akan mendapat siksa oleh Allah swt. Firman Allah swt.:

Artinya::

“Hai orang-orang yang beriman! Apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu:
Berangkatlah (untuk berjihad) pada jalan Allah. Kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat.?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini ( dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit.

Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa
yang pedih dan digantikannya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat
memberi kemudharatan kepadaNya sediktpun.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS
At Taubah 9 : 38-39)

Artinya::

“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafiq itu.Kepada mereka
dikatakan marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah dirimu sendiri.Mereka
berkata :sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan,tentulah kami mengikuti kamu
(sebagai ejekan kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya karena mereka memandang
baginda tidak mengetahui taktik peperangan ketika jumlah Muslimin masih sedikit dan
lemah). Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka
mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung di dalam hatinya.Dan Allah
mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS Ali Imran 3:167)

Artinya:

“Orang-orang yang beriman kepadaAllah dan hari kemudian tidak akan meminta kepadamu
untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka.Dan Allah mengetahui orang-orang
yang bertaqwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang yang tiada
beriman kepada Allah dan hari kemudian dan hati mereka ragu-ragu karena itu hati mereka
selalu bimbang dalam keragu-raguannya.” (QS At.Taubah 9:44-45)

Adapun orang yang diizinkan tidak pergi berjihad adalah orang-orang yang lemah, sakit,
sangat miskin yang tidak mempunyai bekalan keluarga yang ditinggal apalagi bekalan untuk
berjihad dan orang-orang yang berkemampuan tetapi tidak mengetahui jalan pergi berjihad.
Adakah keadaan kita seperti yang digambarkan oleh ayat tersebut, marilah setiap jiwa
menghisab dirinya sendiri.

Artinya:

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang
yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan,
apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun
untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu,
supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh
kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata
karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta
izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama-sama
orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka
mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).”(QS At Taubah 9 : 91-93)

Wahai saudara-saudaraku! Mungkin di antara orang-orang Islam akan berkata “Islam tidak
hanya menyuruh berperang tetapi ia adalah agama damai”. Kita menjawab: Benar Islam
adalah agama damai dan pembawa perdamaian. Tetapi perdamaian akan terjadi jika seluruh
manusia sudah berhenti memerangi agama Allah atau agama itu milik Allah seluruhnya.
Patutkah ada perdamaian sedang umat Islam dibunuh, dibantai, disiksa, dibakar masjid dan
rumah-rumah mereka, sementara orang-orang yang menghendaki kemewahan, terlena dalam
lamunan nafsu dan yang berjuang dalam suasana aman yang tidak menyukai tercetusnya
jihad fie sabilillah. Renungkan firman Allah:

Artinya:

“Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu
seluruhnya milik Allah.Jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka tidak ada
permusuhan lagi kecuali terhadap orang-orang zalim.” (QS Al Baqarah 2:193?)

<span> </span>

Artinya:

“Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk
Allah (dan sirnanya agama yang batil).Jika mereka berhenti dari (kekafiran),maka
sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.(QS Al Anfal 8:39)

Oleh karena itu jika anda hanya seorang pemerhati yang tidak pernah masuk ke medan laga,
maka tanyakanlah kepada para mujahid yang hidupnya selalu memegang senjata di
perbatasan karena menegakkan kalimah Allah. Berapa banyak keajaiban yang mereka alami
karena sifat tawakkal yang tinggi. Tanyalah kepada para mujahidin Afghanistan yang pernah
menggunakan beberapa butir batu sebagai pengganti bom karena kedhaifan mereka tidak
mempunyai peralatan canggih untuk melawan musuh. Namun kuasa Allah melebihi segala-
galanya, batu itu juga meledak sebagaimana bom memusnahkan kaum kuffar.

Dan dengarkanlah dari mereka bagaimana Allah swt. telah menurunkan hidangan (makanan)
berupa daging yang segar sedang waktu itu tak mungkin menjumpai daging yang segar di
kawasan pegunungan yang tandus. Dan dengarkanlah cerita mereka bagaimana jiwa para
perintis mujahid fie sabilillah yang baru berusia belasan tahun namun begitu tegar dan
perkasa turun ke medan laga membunuh musuh Allah, sedang sepatutnya ketika itu mereka
bergembira berada di bangku sekolah. Tetapi Allah swt. telah mentakdirkan mereka
menjalani suatu kehidupan yang jauh lebih bermakna di sisi Rabb mereka. Itulah medan jihad
yaitu medan merebut Jannah dan keredhaan Allah swt.
<span> </span><span>

III. FADHILAH JIHAD DAN MEDAN JIHAD

</span>

1) Medan Jihad Bersih Dari Segala Kemaksiatan

Ramai umat Islam yang beranggapan dan berkeyakinan jika hendak membersihkan diri
bersegeralah berangkat ke Baitullah untuk berhaji atau umrah. Karena di sanalah tempat yang
bersih dan suci untuk mempertautkan hati dengan Allah swt dan bertaubat kepadaNya.
Semoga benarlah anggapan tersebut karena kebesaran Baitullah, namun pada saat yang sama
fitnah wanita di sekitar Ka’bah, harta dan kemewahan dunia amat berat untuk diatasi.
Berlainan dengan di medan jihad, fitnah yang disebutkan itu sangat kecil bahkan boleh
dikatakan tidak wujud.

Dengan begitu hati para mujahid senantiasa bersih karena jauhnya mereka dari segala
maksiat. Maksiat apakah yang harus mereka pikirkan ketika itu? Adakah dunia yang
menawan hati sedang Allah telah berjanji akan membeli segala harta yang mereka miliki
termasuklah nyawa (diri) mereka sendiri? Tidak ada yang mereka fikirkan melainkan bila
serangan dilancarkan untuk mengusir musuh Allah atau mereka memperoleh mati syahid.

Firman Allah swt.:

Artinya:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan
harta benda mereka dengan (balasan) bahwa mereka akan beroleh Syurga, (disebabkan)
mereka berjihad pada jalan Allah maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan
terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan
oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan Injil serta Al-Quran; dan siapakah lagi yang
lebih menyempurnakan janjinya daripada Allah? Oleh karena itu, bergembiralah dengan
jualan yang kamu jalankan jual-belinya itu, dan (ketahuilah bahwa) jual-beli (yang seperti
itu) ialah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah 9 : 111)

2) Jihad fie sabilillah adalah puncak ketinggian Islam atau setinggi-tinggi martabat dan
kemuliaan Islam.

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Pokok urusan itu adalah Islam, dan siapa yang telah Islam, maka selamatlah ia, tiang
penegaknya adalah shalat dan puncak ketinggiannya adalah jihad yang tidak dicapai
melainkan oleh orang-orang yang paling utama di antara mereka.” (HR At Thabari)

3) Jihad fie sabilillah merupakan ibadah yang paling utama dan tiada suatu amal yang
mampu menandinginya.

Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. ditanya:


Artinya:

“Apakah yang menyamai jihad fie sabilillah? Jawab beliau: Kamu tidak mampu
mengerjakannya. Kemudian mereka mengulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali, semuanya
dijawab oleh beliau: Kamu tidak akan mampu mengerjakannya. Lalu beliau mengatakan:
Perumpamaan Mujahid di jalan Allah itu seperti orang yang berpuasa, berdiri shalat, tetap
membaca ayat-ayat Allah, dan ia tidak berbuka dari puasanya dan tidak berhenti dari
shalatnya sehingga mujahid itu kembali.” (HR Bukhari, Muslim, Nasai, & Ibn Majah)

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Sesungguhnya di dalam syurga itu ada seratus darjat. Allah telah menjanjikannya bagi
orang yang berjihad di jalan Allah. Jarak antara dua darjat seperti jarak antara langit dan
bumi.” (HR Bukhari)

Al Imam At tarmizi menafsirkan darjat (tingkatan) dengan 100 tahun. Al Imam An Nasai
menafsirkan darjat (tingkatan) dengan 500 tahun.

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Kedudukan seseorang di dalam barisan perafie sabilillah pada pagi hari atau petang hari
itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Bukhari & Muslim)

Rasulullah saw.:

Artinya:

“Sungguh berangkat fie sabilillah pada pagi hari atau petang hari itu lebih baik daripada
dunia dan seisinya.” (HR Bukhari & Muslim)

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Sesiapa yang berperang fie sabilillah selama fuwaqo naqoh, wajib baginya masuk syurga.”
(HR At Tarmizi)

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Berdiri satu jam fie sabilillah adalah lebih baik daripada bangun pada malam qadar (lailatul
qadar).” (HR Ibn Hibban & Baihaqi)

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya seorang sahabat Rasulullah saw.
melewati sebuah lereng gunung, tiba-tiba menjumpai sebuah mata air tawar lalu ia berkata
pada dirinya: Seandainya aku mengasingkan diri untuk tinggal di lereng bukit ini (untuk
beribadah kepada Allah). Tapi aku tidak akan melakukannya sebelum mohon izin kepada
Rasulullah saw. Maka disampaikanlah rancangannya itu kepada Rasulullah saw. Lalu beliau
saw. bersabda:

Artinya:

“Janganlah engkau lakukan! Sesungguhnya maqam (kedudukan) salah seorang kamu fie
sabilillah itu lebih utama daripada shalat di rumahnya selama 70 tahun. Apakah kalian tidak
suka diampuni oleh Allah dan dimasukkan ke dalam syurga? Berperanglah pada jalan Allah,
siapa yang berperang fie sabilillah selama masa rehat antara memerah susu, niscaya syurga
wajib baginya.” (HR Tarmizi)

4) Mati syahid di medan jihad fie sabilillah adalah jauh lebih utama daripada mati
syahid di tempat lain.

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Tidak seorangpun yang telah masuk ke dalam syurga ingin kembali lagi hidup di dunia
walaupun baginya kekayaan seisi bumi melainkan orang yang mati syahid. Maka
sesungguhnya ia ingin dikembalikan di dunia lalu ia terbunuh sebanyak sepuluh kali, karena
ia melihat kemuliaan-kemuliaan (orang yang mati syahid). Dan dalam riwayat yang lain:
karena melihat keutamaan-keutamaan para syuhada.” (HR Bukhari, Muslim, & Tarmizi)

Sabda Rasulullah saw.:

Artinya:

“Demi Allah yang jiwa Muhammad di tanganNya, sungguh saya ingin berperang di jalan
Allah hingga terbunuh, kemudian hidup dan berperang lagi dan terbunuh, kemudan
berperang lagi lalu terbunuh.” (HR Muslim)

<span> </span>

5) Amal-amal Shaleh dilipat gandakan pahalanya di medan jihad dari tempat yang lain.

Diriwayatkan dari Bara’ ra. ia berkata:

Artinya:

“Bahwa sesungguhnya telah datang kepada Nabi seseorang yang berpakaian baju besi lalu
ia berkata: Wahai Rasulullah! Apakah aku berperang atau aku Islam? Bersabda Nabi saw.:
Islamlah kemudian berperanglah, maka iapun masuk Islamlah kemudian berperang, lalu ia
terbunuh (mati syahid). Maka bersabda Rasululllah saw.: Dia telah beramal sedikit dan
telah diberi pahala yang banyak. “ (HR Bukhari)
Dalam riwayat yang lain dengan sanad yang sahih bahwa Umar bin Tsabit ia telah masuk
Islam lalu ia berperang kemudian terbunuh, maka telah bersabda Nabi: Sesungguhnya dia
dari ahli syurga walhal ia belum pernah shalat walau satu shalatpun.” (HR Ibn Jarir)

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Shalat dimasjidku sama dengan sepuluh ribu shalat, dan shalat di Masjidil Haram sama
dengan seratus ribu shalat, dan shalat di bumi ribath sama dengan dua juta shalat.” (HR Ibn
Hibban)

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Berdiri sesaat di dalam barisan tentara dalam suatu peperangan di jalan Allah lebih baik
daripada berdiri enam puluh tahun.” (HR Ahmad, Hakim, & Darimi)

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:

“Berjaga-jaga di malam hari di jalan Allah lebih utama daripada seribu malam yang setiap
malamnya didirikan shalat malam dan pada siang harinya dilakukan puasa.”

<span> </span>

6) Orang yang mati syahid di medan jihad mempunyai martabat yang tertinggi disisi
Allah swt.

Mereka akan terus hidup dan dikurniakan pahala sehingga hari kiamat. Dari Masyruq ra.
Kami bertanya kepada Abdullah mengenai ayat ini:

“Kamu jangan mengira bahwa orang yang terbunuh pada jalan Allah itu mati, bahkan
mereka hidup terus di sisi Rabb dan diberi rezki.” (QS Ali Imran 3 : 169)

Maka berkata Abdullah: Adapun tentang ayat ini aku telah menanyakannya kepada
Rasulullah saw. Lalu beliau bersabda:

Roh-roh mereka berada dalam tubuh-tubuh burung hijau, baginya ada lampu-lampu
berkilau dan berkedip-kedip bergantung di bawah Arsy yang bebas memakan makanan di
Jannah sesukanya, kemudian hinggap lagi pada lampu-lampu yang berkilau. Kemudian satu
pandangan tertuju kepada mereka, lalu bertanya: Adakah sesuatu yang kamu perlukan?
Mereka menjawab: Apakah yang kami perlukan padahal kami bebas memakan apa saja yang
kami sukai di Jannah? Pertanyaan seperti di atas diulang sampai tiga kali kepada mereka.
Maka ketika mereka melihat bahwa mereka tidak sekali-kali bebas dari pertanyaan itu, lalu
mereka berkata: Ya Rabb! Kami ingin supaya roh-roh kami dikembalikan kepada jasad-
jasad kami sehingga kami terbunuh sekali lagi. Dan ketika dilihat mereka tidak mempunyai
hajat lagi, maka mereka ditinggalkan.” (HR Muslim, Tirmizi, dan selain keduanya)
Dan dari Miqdam Ibn Ma’dikariba berkata bahwasanya Rasulullah saw.:

“Orang yang mati syahid itu memperoleh 6 perkara iaitu:

1) Akan diampuni oleh Allah pada awal penguburannya dan diperlihatkan kepada mereka
tempat

duduknya di syurga.

2) Akan dilindungi dari azab kubur.

3) Akan selamat dari kegoncangan hari pada kiamat.

4) Kepalanya akan diberi mahkota kebesaran yang terbuat daripada permata Yakut yang lebih
baik

daripada dunia dan seisinya.

5) Akan dikawinkan dengan 72 bidadari.

6) Dapat memberi syafaat kepada 70 ahli keluarganya. (HR Tarmizi & Ibn Majah)

<span> </span>

7) Mereka adalah delegasi (tamu-tamu) Allah dan pahala mereka terjamin

Rasulullah saw. Bersabda:

Artinya:

“Orang yang berperang fie sabilillah, orang-orang yang menunaikan Haji ke Baitullah dan
orang yang umrah adalah utusan-utusan Allah, Allah memanggil mereka lalu merekapun
memenuhi.” (HR Ibn Majah, Ibn Hibban, & Baihaqi)

Sabda baginda lagi:

Artinya:

“Allah menjamin bagi orang yang berjihad pada jalan Allah yang tiada keluar dari
rumahnya melainkan hanya untuk berjihad di jalanNya, membenarkan kalimatNya, bahwa Ia
akan dimasukkan ke dalam Jannah atau akan mengembalikanNya ke tempat tinggalnya
dengan keuntungan pahala dan ghanimah.” (HR Bukhari, Malaik, & Nasai)

<span>Penutup:</span>

Demikianlah yang mampu dinukil dan di lukiskan dalam untaian bahasa tentang keadaan
medan jihad yang sebenarnya, biarlah kita serahkan kepada para mujahidin untuk
memberikan komentar. Dan pada akhir kalimat dan pada penutup ini kami mengajak seluruh
peserta kongres mujahidin khususnya dan segenap kaum Muslimin pada umumnya agar
bersatu melangkah dalam satu misi dan visi yaitu tegaknya syariat Allah di bumi Allah dan
semoga kita mendapatkan keridhaan Allah swt. Marilah kita mencari ridha Allah di medan
yang di ridhai Nya, dan janganlah kita terlena dengan keindahan dan kecemerlangan dunia ini
yang menyebabkan kita berkekalan di dalam neraka.

Firman Allah swt.:

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan)


pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram
dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu
tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. Sesungguhnya orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan
mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang
penuh keni`matan. Do`a mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma”, dan salam
penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup do`a mereka ialah: “Alhamdulillaahi
Rabbil `aalamin.” (QS Yunus 10 : 7-10)<span> </span>

Rujukan

1) Al Quran Terjemahan Dept. Agama RI.

2) Lelaki Shaleh oleh Abu Mohd Jibriel A. Rahman.

3) Majmuk Fatawa oleh Imam Abn Taimiyah.

4) Ibara Wabasoiri Lil Jihadi fie Asril Hadiri oleh Dr. Abdullah Azzam.

5) Jihad Sabiluna oleh Abdul Baqi Ramadhan.

6) Risalah Jihad oleh Hassan Al Banna, Sayyid Qutb & Abdul Baqi Ramadhan.

7) Riadhus Solihin (Bab Jihad) oleh Imam An Nawawi.

8) Sunan Ibn Majah (Bab Jihad) oleh Imam Ibn Majjah.

9) Tarbiyyah Jihadiah oleh As Syahid Dr. Abdullah Azzam.

10) Tafsir Ibn Katsier

11) Tafsir Al Azhar

Anda mungkin juga menyukai