Anda di halaman 1dari 3

Harry Potter © Joanne Kathleen Rowling THAT POPULAR AND NAUGHTY STUDENT Beberapa bulan yang

lalu, Severus kembali ke Hogwarts. Ada satu hal yang membuatnya ingin pergi kesana. Severus naik ke
ruang kantor Dumbledore. "Dumbledore, ini saya," kata Severus. "Masuklah, Severus," kata
Dumbledore. "Apa yang membawamu datang kesini?" Severus menghela nafas panjang, kemudian
berkata, "Dumbledore, masih ingatkah Anda dengan kejadian beberapa saat sebelum kejatuhan
Pangeran Kegelapan? Saat Anda dan saya saling berhadapan?" "Aku masih ingat, Severus. Apa yang
ingin kau bicarakan tentang itu? Atau mungkin ada hal lain yang ingin kau sampaikan?" "Begini," kata
Severus. "Apakah sekarang Anda sudah benar-benar mempercayai bahwa, saya tak lagi setia pada
Pangeran Kegelapan?" "Aku benar-benar percaya, Severus. Aku sangat percaya, karena kaulah yang
meyakinkanku. Kau telah menunjukkan pengorbanan yang lebih dari cukup untukku dan tentu saja—Lily
Evans," "Terima kasih telah percaya pada saya, Dumbledore," kata Severus ringan. "Sebenarnya, saya—
ingin melamar pekerjaan disini," "Begitu, ya, Severus. Oke, pekerjaan apa yang ingin kau lamar?" "Saya
ingin melamar pekerjaan sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, Dumbledore. Saya sudah lama
sekali ingin melamar pekerjaan itu, tetapi dengan status saya yang masih terdakwa saat itu, tentu saja
saya tak bisa langsung melamar pekerjaan itu. Saya bisa menunjukkan hasil OWL dan NEWT saya ketika
bersekolah disini," Severus segera menunjukkan hasil OWL dan NEWT-nya. Ternyata, Severus mendapat
nilai 'Outstanding' di seluruh pelajaran. Hal itu membuat Dumbledore terpukau, matanya melotot saking
terpukaunya. "Wow, kau memang siswa yang cerdas, Severus. Aku sangat mengagumimu," puji
Dumbledore. "Terima kasih, Dumbledore," kata Severus. "Jadi, apakah Anda akan menerima lamaran
pekerjaan saya?" "Oh, Severus. Sepertinya, sekarang aku belum bisa menerima lamaranmu, Severus,"
kata Dumbledore. "Mengapa, Dumbledore? Bila ada syarat lain, pasti akan saya lakukan," "Bukan itu,
Severus, bukan. Tentunya kau masih ingat, kan, kalau kau adalah mantan Pelahap Maut dan pernah
disidang?" "Ya, saya masih ingat, tetapi saya dinyatakan bersih saat itu, kan? Atau mungkin Anda belum
sepenuhnya mempercayai bahwa, saya tak lagi setia kepada Pangeran Kegelapan?" "Bukan aku yang tak
percaya, tapi beberapa orang di luar sana, orang-orang yang tak mengetahui seluruh kisah hidupmu.
Aku takut, bila kau menjadi guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, orang-orang akan mengira, bahwa
kau mengajarkan Ilmu Hitam kepada anak-anak mereka," kata Dumbledore menjelaskan. "Jadi, apa
Anda pikir saya adalah pembawa sial bagi sekolah ini?" "Oh, bukan, Severus. Seperti yang aku jelaskan
tadi, tidak semua orang percaya, bahwa kau bukan lagi pengagum Voldemort. Aku tak ingin membuat
orang tua yang memiliki anak seorang penyihir takut anaknya akan diajari Ilmu Hitam, itu saja," kata
Dumbledore menjelaskan. "Baiklah kalau begitu, Dumbledore. Bila tak ada satupun pekerjaan yang
cocok bagi saya, saya akan pulang. Saya akan mencari pekerjaan lain, yang penting saya tetap bisa
memenuhi kebutuhan hidup saya," kata Severus lemas. Severus mengambil secarik perkamen
bertuliskan hasil NEWT dan OWL Severus, kemudian memasukkannya ke kantung saku jubahnya. Saat
Severus menyentuh gagang pintu untuk keluar dari kantor Dumbledore, Dumbledore berkata, "Tunggu,
Severus! Kupikir, ada pekerjaan yang cocok untukmu!" "Sudahlah, lebih baik saya tak perlu ada di
sekolah ini. Aku juga tak mau jadi bahan cacian, hanya karena aku, Severus Snape—mantan Pelahap
Maut—menjadi guru di Hogwarts," kata Severus. "Tidak, Severus. Akan kuyakinkan semua orang tua,
bahwa kau takkan berbuat macam-macam dengan anak mereka. Aku mengangkatmu sebagai… guru
Ramuan dan Kepala Asrama Slytherin," Severus berbalik. "Bukankah Anda bilang bahwa, saya belum
cukup aman untuk ada disini?" "Ya, aku tahu, Severus. Karena itulah aku memilihkan pekerjaan yang
lebih aman untukmu. Aku bisa meyakinkan semua orang tua bahwa, kami menyediakan seluruh bahan
ramuan yang aman dan tak terlarang, sehingga anak-anak mereka takkan diajarkan membuat ramuan
terlarang, namun aku belum bisa meyakinkan semua orang tua bahwa, kau bukan Penyihir Hitam dan
takkan mengajarkan Ilmu Hitam untuk anak mereka. Masih terlalu sulit untuk meyakinkan mereka hal
itu," kata Dumbledore. Severus menghela nafas panjang, kemudian berkata, "Baiklah, terima kasih,
Dumbledore. Sampai ketemu tanggal 1 September," "Baik. Silakan keluar dari ruanganku," kata
Dumbledore singkat. Severus keluar dari kantor Dumbledore. Ia keluar dari Hogwarts sambil mengamati
keadaan Hogwarts yang masih sama saja dengan keadaan ketika Severus bersekolah. Tak terasa,
sekarang sudah tanggal 1 September. Sudah saatnya untuk berangkat ke Hogwarts. Severus masuk ke
peron 9 3/4. Sudah lama sekali rasanya Severus tak masuk ke peron ini. Severus langsung masuk ke
kereta Hogwarts sambil membawa kopernya. Severus menunggu kereta Hogwarts berhenti sambil
melihat pemandangan. Pemandangan ini sangatlah indah, namun tak kelihatan indah di mata Severus.
Severus tak pernah lagi merasakan indahnya dunia ini setelah apa yang dulu pernah ia lihat di Godric's
Hollow—kematian Lily Evans. Air mata mulai menetes dari mata Severus. Ia merasakan perih yang
sangat ketika mengingat memorinya kembali. Saat Severus masih bersekolah dan menjadi sahabat Lily,
Severus selalu duduk di tempat yang sama dengan Lily. Severus masih ingat memori ketika ia dan Lily
duduk bersama di kereta. Saat itu, Severus dan Lily akan memulai tahun pertama mereka di Hogwarts.
"Lily, apa yang kaupikirkan mengenai tahun pertama kita di Hogwarts?" tanya Severus. "Ya, kupikir
tahun ini akan menjadi tahun paling berkesan! Aku bisa bebas melakukan apa saja yang aku mau! Beda
dengan di rumah, aku tidak boleh ini itu! Apalagi setelah keluargaku tahu, bahwa aku adalah seorang
penyihir! Mereka memperlakukanku secara tak pantas, seakan-akan aku ini babu! Mereka berharap,
dengan menyiksaku, mereka bisa menghilangkan kemampuan sihirku!" keluh Lily. Severus menghela
nafas, kemudian berkata, "Nasibmu mungkin mirip denganku. Walaupun aku memiliki ayah dan ibu,
tetapi mereka tak pernah memperhatikanku. Walaupun ibuku—Eileen Prince, seorang penyihir berdarah
murni, tetapi dia tak pernah mengajariku sihir, padahal dia tahu, bahwa aku juga seorang penyihir.
Ayahku—Tobias Snape—adalah seorang Muggle. Seperti yang pernah aku ceritakan padamu, dia ta
begitu suka apapun, apalagi sihir. Dia juga sering bertengkar dengan ibuku. Karena itulah aku
memutuskan untuk kabur dari rumah," "Oh, nasib kita memang sama, ya. Kita sama-sama memiliki
orang tua yang tak perhatian. Oya, sejak kau memberitahuku, bahwa aku seorang penyihir, berita itu
tersebar luas. Semua orang menjauhiku, seakan-akan aku adalah penderita penyakit parah yang
menular. Mereka merasa jijik padaku, hanya karena aku seorang penyihir, dan mereka Muggle. Mereka
menganggap aku ini aneh. Ya, itu juga yang dipikirkan oleh kedua orang tuaku dan Tuney. Sepertinya,
aku takkan kembali ke rumah mereka setelah tahun pertama selesai," kata Lily. "Jangan, Lily. Dunia
Muggle dan dunia sihir berbeda. Di dunia Muggle, kita bisa langsung melarikan diri bila diserang, tetapi
tidak di dunia sihir. Penyihir bisa melacakmu dengan berbagai cara, tidak seperti Muggle yang hanya bisa
memakai anjing pelacak dan informasi yang mereka miliki," kata Severus mengingatkan. "Lalu aku harus
bagaimana? Apakah aku harus membiarkan diriku disiksa terus menerus? Apakah aku harus
membiarkan keluargaku terus memperlakukanku seperti babu? Tidak! Aku tak mau!" keluh Lily. Severus
berpikir sejenak. Apa yang bisa ia lakukan untuk menolong Lily? "Er—Lily," "Ya?" "Kalau kau mau, kau
boleh ikut denganku. Aku akan membangun sebuah rumah, khusus untuk kita berdua," Lily kaget. "Apa
kau bergurau?" "Kita penyihir, kan? Kita bisa melakukan apapun yang kita mau!" "Maksudmu, kau akan
membangun sebuah rumah khusus untuk kita berdua?" "Ya!" "Kau—kau pasti bergurau!" "Mungkin
menurutmu aku memang sudah gila, Lily. Itu semua terserah padamu, jika kau mau mencari rumah
sendiri, aku takkan memaksamu," kata Severus tenang. "Tidak, Severus! Justru aku sangat mau!" teriak
Lily. "Benarkah? Apa kau yakin dengan pilihan yang kau pilih? Apa kau siap menghadapi perbedaan yang
mencolok antara kehidupan di rumah keluargamu dengan di rumah baru kita nanti?" Lily menarik nafas
panjang, kemudian berkata, "Aku siap, Severus! Oya, bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan
'Sev'?" Severus merasakan pipinya memerah. Lily mau memanggilnya dengan sebutan khusus! Apa itu
artinya dia telah menganggap Severus sebagai sahabatnya? "Oh, ya—uhm—tentu saja—Lily! Terima
kasih!" kata Severus gugup. "Sama-sama—Sev," kata Lily. Selama dalam perjalanan, Severus tak banyak
bicara kepada Lily. Rasanya sulit sekali memendam rasa. Rasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia
merasa gugup setiap kali ingin menyapa Lily. Severus pun sadar, bahwa sekarang ia telah jatuh cinta
pada Lily Evans. Tak terasa, kereta Hogwarts berhenti. Severus segera turun dari kereta. Ia semakin
teringat dengan memorinya bersama Lily. Ia masih ingat, ketia ia dan Lily turun bersama dari kereta.
Memorinya membuat hatinya semakin perih dan dadanya terasa sesak. Ia tak sanggup mengingat
memorinya bersama Lily di Hogwarts Express. Severus segera masuk ke Kastil Hogwarts. Keadaannya
masih sama saja seperti ketika Severus bersekolah disana. Hanya satu yang membedakan: Tak ada The
Marauders dan Lily disini. Posisi mereka sebagai murid Hogwarts telah digantikan oleh anak-anak kecil
yang baru saja masuk Hogwarts. Severus tak kuat untuk melanjutkan langkahnya masuk ke kastil.
Hatinya terlalu berat. Ia masih teringat dengan memori indahnya bersama Lily. "Lily," kata Severus. "Hari
ini, aku akan memulai hari pertamaku untuk mengurus Harry Potter—satu-satunya peninggalanmu
untukmu. Aku bersumpah demimu, Lily, aku akan lindungi dia dengan seluruh kemampuanku! Takkan
kubiarkan dia terluka sedikitpun! Akan kukorbankan seluruh jiwa dan ragaku demi melindunginya, Lily!
"Aku telah membuatmu dan James terbunuh. Aku takkan membiarkan keluargamu punah, Lily, takkan
pernah! Aku takkan membuat Harry mati! Aku bersumpah demi langit dan bumi, aku akan menjaga
Harry dengan segenap kekuatan yang aku punya untuk melindungi Harry!" Severus mulai berjalan
masuk ke kastil. Dalam hatinya, ia membayangkan, bahwa sebentar lagi ia akan bertemu dengan anak
Lily, Harry. Ia merasakan kebahagiaan yang sangat ketika ia memasuki kastil. Ia akan memulai hidup
barunya sebagai pelindung Harry.

Anda mungkin juga menyukai