Anda di halaman 1dari 13

POLARIMETRI

I. TUJUAN
✔ Mempelajari dan memahami prinsip kerja alat polarimeter.
✔ Menentukan konsentrasi daya optis aktif dengan metoda polarimeter.

I. TEORI
Polarisasi oleh refleksi telah ditemukan pada 1808 oleh Etienne malus
(1775-1812). Malus, yang telah melakukan percobaan pembiasan ganda bekerja
pada saat bekerja pada teori efek, mengamati dari pengaturan cahaya matahari,
tercermin dari jendela yang dekat jendela, melalui kristal dari Islandia Spar.
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran
sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan
dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang
terpolarisir tersebut.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar
sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris
atau atom C kiral dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa.
Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang
banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada
bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat
dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Yang dimaksud
dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai satu arah getar dan
arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu
zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir.
Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam,
yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran
jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan
putaran jarum jam.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan
variasi warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis.
Untuk menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau
sumber sinar tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang
terdiri dari suatu kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat
menghalangi jalannya sinar, sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai
satu arah bidang getar yang disebut sebagai sinar terpolarisasi.
Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu larutan, larutan itu akan
meneruskan sinar atau komponen gelombang yang arah getarnya searah dengan
larutan dan menyerap sinar yang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di sini
larutan digunakan sebagai suatu plat pemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar
yang keluar dari larutan adalah sinar yang terpolarisasi bidang.
Cahaya dalam keadaan terpolarisasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Gelombang ke semua arah dan tegak lurus arah rambatnya
 Terdiri dari banyak gelombang dan banyak arah getar

Rotasi spesifik disimbolkan dengan [α] sehingga dapat dirumuskan :


[α] = α / dc
Dimana :
a = besar sudut yang terpolarisasi oleh suatu larutan
dengan konsentrasi c gram zat terlarut per mL larutan.
d = merupakan panjang lajur larutan (dm)
c = merupakan konsentrasi (gram/mL)
Karena panjang gelombang yang sering digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis D
lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka [α]T ditulis menjadi [α].
Kadar larutan dapat ditentukan dengan rumus :
% = 100 . α
(α ) .1

Dengan menggunakan tabung yang sama maka konsentrasi dapat atau kadar
senyawa dapat ditentuka dengan jalan membuat kurva standar.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah


sebagai berikut :
1. Jenis zat
Masing–masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang
getar sinar terpolarisir.
2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung
Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.
3. Suhu
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan
karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada
dalam tabung akan berkurang.
4. Konsentrasi zat
Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka
putarannya semakin besar.
5. Jenis sinar (panjang gelombang)
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai
putaran yang berbeda.
6. Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang
berbeda. Contoh : Calciferol dalam kloroform α = +52,0o sedangkan
Calciferol dalam aseton α = + 82,6o

Fakta bahwa cahaya mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya


merupakan gelombang transversal. Cahaya dapat terpolarisasi karena peristiwa
pemantulan, peristiwa pembiasan dan pemantulan, peristiwa bias kembar,
peristiwa absorbsi selektif, dan peristiwa hamburan.

Keterangan :
(a) Gelombang terpolarisasi linier pada arah vertical
(b) Gelombang terpolarisasi linier pada arah horizontal
(c) Gelombang takterpolarisasi
Polarisasi karena pemantulan
Bila sinar datang pada cermin datar dengan sudut datang 570, maka sinar pantul
merupakan sinar terpolarisasi seperti pada gambar disamping.
Polarisasi karena pembiasan dan Pemantulan
Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari pembiasan dan pemantulan. Hasil
percobaan para ahli fisika menunjukkan bahwa cahaya pemantulan terpolarisasi
sempurna jika sudut datang θ1 mengakibatkan sianr bias dengan sinar pantul
saling tegak lurus. Sudut datang seperti itu disebut sudut polarisasi atau sudut
Brewster.
Polarisasi karena pembiasan ganda (bias kembar)
Jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat dengan kelajuan yang sama ke
segala arah. Ini disebabkan kaca hanya memiliki satu indeks bias. Tetapi bahan-
bahan kristal tertentu seperti kalsitt dan kuarsa memiliki dua indeks bias sehingga
kelajuan cahaya tidak sama untuk segala arah. Jadi, cahaya yang melalui bahan ini
akan mengalami pembiasan ganda.

Komponen-komponen alat polarimeter adalah :


5.1 Sumber cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya
yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang
gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa
dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Polarisator dan analisator
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan
analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang
digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol.
3. Prisma setengah nikol
Merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan
terang gelap dan gelap terang.
4. Skala lingkar
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya
dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5. Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup
dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya
mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus
dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang
terperangkap didalamnya.
6. Detektor
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata,
sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.

Prinsip kerja polarimeter adalah sebagai berikut :


➢ Sinar monokromtis dari sumber cahaya (lampu natrium) akan melewati lensa
kolimator sehingga berkas sinar yang dihasilkan akan disejajarkan arah
rambatnya.
➢ Dari lensa terus ke polarisator untuk mendapatkan berkas cahaya yang
terpolarisasi
➢ Cahaya terpolarisasi ini akan terus ke prisma ½ nicol untuk mendapatkan
bayangan gelap dan terang, kemudian melewati larutan senyawa optik aktif
yang berada dalam tabung polarimeter.

I. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan bahan
✔ Peralatan polarimeter
✔ Labu ukur
✔ Buret
✔ Larutan fruktosa 25 %
✔ Larutan sukrosa 25 %
✔ Aquades

3.1 Cara kerja


a. Buat larutan fruktosa 0, 2, 4, 6, 8, 10, % dari larutan standar fruktosa 25%
dalam labu ukur 50 mL.
b. Isikanlah cuved/ tabung polarimeter dengan aquades dan usahakan jangan ada
gelembung udara terperangkap di dalam tabung.
c. Lakukan pengukuran dengan alat polarimeter dinana sasaran yang harus
dicapai adalah pengamatan tepat berbaur-baur pada kedua sisi lingkaran
pengamatan indikatornya.
d. Amati nilai posisi skala analisatornya dan nyatakan dengan satu desimal.
Pengamatan minimal harus dilakukan untuk dua kali dari arah datang
pencapaian sasaran yang berbeda,lalu dapatkan nilai rata-ratanya.
e. Ganti dengan larutan standar,dengan larutan sampel/tugas asistent.Lakukan
pengukuran yang sama.
f. Buat kurva kalibrasi nilai puitaran optis dari larutan ini VS konsentrasi.
g. Tentukan harga Cx dari larutan tugas.

3.2 Skema alat


I. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Perhitungan
Pembuatan glukosa :
a) Glukosa 0 %
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 0%
V1 = 0 mL
b) Glukosa 2 %
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 2%
V1 = 2 mL
c) Glukosa 4 %
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 4%
V1 = 4 mL
d) Glukosa 6 %
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 6%
V1 = 6 mL
e) Glukosa 8 %
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 8%
V1 = 8 mL
f) Glukosa 10 %
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 25% = 25 mL . 10%
V1 = 10 mL

Data yang diperoleh :


Putaran Optis
Glukosa
I II Rata-rata
0% 0,0 0,0 0,0
2% 0,8 1,0 0,9
4% 2,8 2,4 2,6
6% 3,5 3,5 3,5
8% 4,9 5,0 4,95
10 % 6,4 6,6 6,5
Sampel 3,6 3,7 3,65
Regresi :
X Y XY X2
0 0,0 0 0
2 0,9 1,8 4
4 2,6 10,4 16
6 3,5 21 36
8 4,95 39,6 64
10 6,6 65 100

x = 30 x² = 220 X=5


y = 18,55 Σ xy = 137,8 Y = 3,0916

B = nΣ xy – (Σ x)(Σ y)
nΣ x² - (x)²

B = 6 . 137,8 – 30 . 18,55
6 . 220 - 302
B = 0,651

A = Y – BX
A = 3,075 – 0,651 x 5
A = - 0,1785

Y = A + BX
3,65 = -0,1785 + 0,651 X
X = 5,9

% kesalahan = (6,4 – 5,9) x 100%


6,4
= 7,8 %
Kurva Kalibrasi :
5.1 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kita mempelajari dan memahami tentang
polarimeteri. Polarimeteri adalah suatu metoda analisa kimia berdasarkan atas
pengukuran daya putar optis dari suatu senyawa optis aktif terhadap sinar yang
terpolarisir. Senyawa terpolarisir yaitu suatu senyawa yang dapat memutar bidang
getar terpolarisir.

Syarat senyawa yang dapat dianalisa dengan polarimeter adalah sampel


larutan berwarna bening dan mempunya atom C kiral dan bayangan didapatkan
baur-baur. Dalam percobaan ini, digunakan glukosa sebagai senyawa optis aktif
dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10 % yang
menggunakan sinar kuning dengan panjang gelombang 598,3 nm. Glukosa
digunakan sebagai senyawa optis aktif karena glukosa dapat memutar bidang
terpolarisir kearah kanan (dekstro rotary) dan kearah kiri (levo rotary).

1. Untuk daya putar kanan, semakin tinggi konsentrasi glukosa maka akan
mengakibatkan akan semakin besar daya putar senyawa tersebut.
2. Untuk daya putar kiri, semakin tinggi konsentrasi glukosa maka akan
semakin rendah daya putar optis dari senyawa tersebut.
Pada awal percobaan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran daya puatar
optis dari aquadest. Dengan menggunakan polarimeter, diapatkan daya putar
optisnya adalah 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa aquadest bukanlah senyawa
optis aktif karena tidak memilki kemampuan untuk memutar bidang terpolarisir.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pengukuran glukosa 2 % maka didapatkan daya
putar rata-ratanya adalah 0,9. Pengukuran glukosa 6 % didapatkan daya putar rata-
ratanya adalah 3,5. Pada pengukuran glukosa 8 % didapatkan daya putar rata-
ratanya adalah 4,95. Dan pengukuran glukosa 10 % didapatkan daya putar rata-
ratanya adalah 6,5.

Untuk menghitung nilai konsentrasi sampel, diperlukan persamaan


regresi yang di dapatkan dari perhitungan data dari larutan standar. Dimana nilai
dari besar sudut putar bidang sinar terpolarisir dari sampel dimasukkan ke dalam
persamaan regresi. Dari perhitungan didapatkan volume sampel 5,9 mL, namun
volume sebenarnya 6,4 mL. Sehingga didapatkan persentase kesalahan 7,8%.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan mengenai polarimeteri ini, maka dapat disimpulakan
bahwa :

1. Polarimeteri adalah suatu metoda analisa kimia berdasarkan atas pengukuran


daya putar optis dari suatu senyawa optis aktif terhadap sinar yang
terpolarisir.
2. Glukosa merupakan suatu senyawa optis aktif karena dpat memutar bidang
getar yang terpolarisir.
3. Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka akan mengakibatkan akan semakin
besar daya putar senyawa.
4. Menghitung nilai konsentrasi sampel, diperlukan persamaan regresi yang di
dapatkan dari perhitungan data dari larutan standar. Dimana nilai dari besar
sudut putar bidang sinar terpolarisir dari sampel dimasukkan ke dalam
persamaan regresi.
5. Konsentrasi sampel yang di dapat adalah 5,9 %.

5.1 Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih p\optimal, maka praktikan


selanjutnya memperhatikan hal – hak sebagai berikut, yaitu :

1. Jangan sampai terdapat gelembung udara pada kuvet yang akan diukur daya
putar optisnya.
2. Lakukan pengamatan ketika senyawa tersebut tepat dalam keadaaan baur-
baur .
3. Bersihkan kuvet sebelum melakukan pengukuran daya putar optisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brink O.C. et. Al. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Instrument. Bandung : Bina Cipta
Kopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. Jakarta : UI Press
Ismono. 1983. Cara-Cara Optik dalam Analisa Kimia. Bandung : Departemen
Kimia ITB

Anda mungkin juga menyukai