Anda di halaman 1dari 49

Oleh :

ASEP SUMARYANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
TEKNIS KEGIATAN
 Tatap muka;
 Pemberian bahan;

 Tugas;

 Penilaian.
KEUANGAN PUBLIK
(Suparmoko, 2000)
 Studi mengenai pengaruh-pengaruh
dari anggaran penerimaan dan
belanja negara terhadap
perekonomian, terutama terhadap
pencapaian tujuan-tujuan ekonomi
seperti pertumbuhan ekonomi,
stabilitas harga, distribusi
penghasilan yang lebih merata dan
juga peningkatan efisiensi serta
penciptaan kesempatan kerja
CIVIL SOCIETY

PEMERINTAH

KEUANGAN

SWASTA MASYARAKAT
POSISI PEMERINTAH-MASYARAKAT

SUMBER
PENGELUARAN
By Of
public Public
fasilitator Agen
tunggal Tradi-
obyek sional
PEMERINTAH

Ber-
SUMBER MASYARAKAT kembang
PENERIMAAN Public
service

For mitra
Maju
Public
Mega
subyek
politan
MASYARAKAT
 Konstituent, kelompok masyarakat yang
menjadi pendukung ataupun simpatisan
politik dalam suatu pemilu (old public
administration);
 Konsumen, kelompok masyarakat yang
menjadi pengguna ataupun pemanfaat
produk layanan pemerintah (New public
management);
 Citizen, seluruh anggota masyarakat yang
wajib dilayani pemerintah (New public
service)
(Denhardt, 2004)
KONSEP DEMOKRASI
 Kedaulatan rakyat (popular
sovereignity);
 Kesetaraan politik (political equality);

 Konsultasi rakyat (popular


consultation)
(Ranny dalamThoha, 2008)
Kewajiban Negara
 Menyelenggarakan tugas negara demi
kepentingan rakyat spt : memelihara
keamanan dan ketertiban, perbaikan jalan,
pembangunan waduk, pelabuhan, pengairan.
 Membayar hak-hak tagihan pihak ke 3
(pemborong) setelah barang/bangunan
diterima dengan baik oleh instansi
pemerintah
PEMERINTAH

INTERVENSI

PEMERATAAN
KESEJAHTERAAN

SUPER
PRASEJAHTERA KESEIMBANGAN SEJAHTERA
KESEMPATAN KERJA

STABILITAS HARGA

KEUANGAN ANGGARAN PERTUMBUHAN EKONOMI


PUBLIK NEGARA
DISTRIBUSI PENGHASILAN

PELAYANAN PUBLIK

TUJUAN
MONETER
NEGARA
SIFAT LEMBAGA PEMERINTAH
 Keinginan mengejar laba tidak inklusif
dalam usaha dan kegiatannya;
 Dimiliki secara kolektif dan tidak
dibuktikan dalam bentuk pemilikan saham
yang dapat diperjualbelikan;
 Sumbangan masyarakat terhadap
pemerintah tidak ada hubungannya secara
langsung dengan jasa yang diterima
masyarakat;
(Edward S. Lyn, 1984)
LATAR BELAKANG
 Lahir dari wilayah politik (eksekutif-
legislatif);
 Secara empirik pengeluaran negara tidak
pernah turun;
 Pajak sendiri bukan semata-mata alat
pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan
dana tetap juga memengaruhi perilaku
masyarakat;
 Anggaran negara secara empirik berkaitan
dengan perekonomian masyarakat
PENGELUARAN PEMERINTAH
SELALU MENINGKAT
 Adanya perang;
 Kenaikan tingkat penghasilan dalam
masyarakat;
 Adanya urbanisasi seiring dengan
perkembangan ekonomi;
 Perkembangan demokrasi;
 Pemborosan birokrasi;
 Negara berkembang, pemerintah sebagai
pelopor dan penggerak pembangunan;
 Timbulnya program kesejahteraan rakyat.
ALASAN CAMPUR TANGAN
PEMERINTAH
 Adanya barang kolektif;
 Perbedaan biaya privat dan biaya Kolektif;

 Adanya resiko yang besar;

 Sifat monopoli;

 Adanya inflasi dan deflasi;

 Perkembangan perusahaan dan pabrik;

 Distribusi pendapatan yang tidak merata.


EKTERNALITAS
 Dimaksudkan sebagai efek samping
atas suatu kegiatan pembangunan;
 Sifatnya bisa positif bisa juga
negatif;
 Penanganan bisa regulasi bisa juga
dengan pajak pigovian
Tugas Negara Indonesia

 Melindungi segenap bangsa dan


seluruh tumpah darah Indonesia;
 Mencerdaskan kehidupan bangsa;

 Memajukan kesejahteraan umum;

 Turut serta dalam perdamaian dunia


MELINDUNGI

MENCERDASKAN

NEGARA RAKYAT

MEMAJUKAN
KESEJAHTERAAN

PERDAMAIAN
Survei Bank Dunia

109 juta rakyat


hidup dg pengeluaran dibawah 2 $ per-hari/
18.000 atau 720 $ per-tahun. (Kompas, 11 Des 2006)

Survei BPS
 17,76 % rakyat Indonesia, hidup dlm garis
kemiskinan penghasilannya rata-rata 1,55 $
per-hari/13.950 atau 558 $ per-tahun
(Kompas, 11 Desember 2006)
 7 % rakyat Indonesia, hidup dibawah garis
kemiskin an penghasilannya rata-rata
kurang dari 1 $ per-hari/ 9.000 atau 360 $
per-tahun (Kompas, 11 Desember 2006)
LSM/LPSM
AKADEMISI
PENDIDIK
PENGUSAHA

RAKYAT
PEMERINTAH JELATA

LIMA KOMPONEN BANGSA


KARAKTERISTIK GOOD
GOVERNANCE-UNDP
 Participation,keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
keputusan langsung/tidak melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya;
 Rule of law yang berkeadilan;
 Tranparency berdasarkan kebebasan memperoleh informasi;
 Responsiveness, ketanggapan lembaga melayani stakeholder;
 Consensus orientation kepada kepentingan masyarakat yang lebih
luas;
 Equity untuk memperoleh kesempatan sejahtera dan keadilan;
 Efficieny and effectiveness dalam pengelolaan sumber daya;
 Accountability kepada publik atas setiap ativitas yang dilakukan;
 Strategic vision, penyelenggara pemerintahan dan masyarakat
harus memiliki visi jauh kedepan.
INDEKS “GOOD
INDEKS “GOOD GOVERNANCE”
GOVERNANCE”

 Penelitian Booz, Allen and Hamilton


(1999):
1. Singapura 8.93
2. Malaysia 7.72
3. Thailand 4.89
4. Philipina 3.47
5. Indonesia 2.88

 Political Economic Risk Consultancy


(PERC), 2003
SYMBOL KESEJAHTERAAN
MAKIN BANYAK JUGA
SKOR PENILAIAN

8 sampai 10 sangat baik;


 6 sampai 7,9 baik;

 4 sampai 5,9 buruk;

 Dibawah 4 sangat buruk


BBM HABIS
tradisional

Super sejahtera

Sampah mobil

prasejahtera
ialah semua hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu (baik
uang maupun barang) yang menjadi
kekayaan negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut
SELEKSI PEMBINAAN INTERNAL EKSTERNAL

MENTAL APARAT KOMUNIKASI

PINGGIRAN
MATERIAL

PELAYANAN
KEBUTUHAN WILAYAH KERJA
PUBLIK

IMMATERIAL KOTA

MENTAL MASYARAKAT PENDIDIKAN

NERABAS MALAS MINDER FORMAL NONFORMAL

INFORMAL
KEBIJAKAN SUBSIDI
 Untuk menambah pendapatan riil atau
mengurangi pengeluaran penerima
subsidi;
 Berbentuk uang seperti “pembebasan”
pajak bagi PNS ataupun barang
seperti beras dan pupuk (innatura);
 Stabilisasi harga pada komponen yang
disubsidi.
Alur Perencanaan dan Penganggaran

Renstra Pedoman Renja - Pedoman


Rincian
RKA-KL
KL KL APBN

Pemerintah
Pusat
Pedoman Diacu

Dijabar
Pedoman Pedoman
RPJP RPJM -kan
RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

Pedoman Pedoman
RPJP RPJM Dijabar RKP
RAPBD APBD
Daerah Daerah -kan Daerah

Pemerintah
Daerah
Pedoman Diacu

Renstra Pedoman Renja - Pedoman


RKA - Rincian
SKPD SKPD SKPD APBD

UU SPPN UU KN
Keuangan Negara

PUSAT DAERAH
Dikelola dlm APBN Dikelola dlm APBD

Pengelolaan

Pimp
Lembaga
Presiden
Dikuasakan
Tinggi Negara Sbg Kep.
sbg pengguna Pemerintahan Diserahkan
Pembantu Presiden (desentralisasi)
Menkeu Menteri/pimp lembaga
sbg pengelola sbg pengguna

Gubernur / Bupati / Walikota


Tugas
Pembantuan

Kekayaan Neg yg Dekonsentrasi Kekayaan Daerah yg


dipisahkan:
dipisahkan:
BUMN /
BUMD / penyertaan
penyertaan
modal lainnya
modal lainnya
Instansi vertikal
Dikelola secara di Daerah Dikelola dlm Dikelola dlm Dikelola secara
otonom oleh BUMN / Agr Dekon Agr Tugas Pemb otonom oleh BUMD /
pihak swasta pihak swasta
DESENTRALISASI FISKAL
 Mempercepat kesejahteraan nasional;
 Meringankan beban pusat dalam mencapai
tujuan nasional;
 Dilakukan dengan top down ataupun
bottom up;
 Pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah sesuai potensi dan kebutuhan
daerah.
(Bird, 2000)
SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)

RPJMD RPJM
5 tahun
Renstra Dibahas
bersama
SKPD DPRD
5 tahun

1 tahun
Renja
RKPD RKP
SKPD
1 tahun

KUA PPAS

NOTA KESEPAKATAN
PIMPINAN DPRD DGN KDH

PEDOMAN
RKA-SKPD PEDOMAN
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
RKA-SKPD

Tim
Anggaran Pemda

RAPERDA
RAPERDA
APBD
APBD
ANGGARAN BERBASIS KINERJA
 PP 58/ 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah yang mengenalkan
penganggaran berdasarkan prestasi
kerja;
 Pasal 36 (2) memperhatikan
pendanaan dengan hasil yang
diharapkan.
PERTANGGUNG JAWABAN DAN PELAPORAN

Dekonsentrasi Tugas Pembantuan

Presiden
Menteri KL (melalui Menkeu) Menteri KL
LPJ

Gubernur LPJ
(Wkl Pemerintah/Kepwil)
Gubernur
SKPD Prov (Kepala Daerah Otonom)
LPJ
LPJ
SKPD Prov

Bupati
SKPD Kab
LPJ

Walikota

Keterangan :
SKPD Kota
Alur Kewenangan/Penugasan
Alur Pendanaan
Alur Pertanggungjawaban
Fiskal
 Kebijakan ekonomi dengan
mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah sehingga
sering disebut dengan kebijakan
anggaran pemerintah;
 Dalam anggaran ada defisit atau
kebijakan fiskal ekspansif, surplus
(kebijakan fiskal kontraktif) dan
berimbang (balanced budget)
Kebijakan Fiskal
 Kebijakan fiskal ekspansif / anggaran
defisit dengan pengeluaran lebih
besar daripada pemasukan;
 Kebijakan fiskal kontraktif/ anggaran
surplus dengan pengeluaran lebih
sedikit daripada pemasukan;
 Anggaran berimbang/balanced
budget dengan menyeimbangkan
pengeluaran dengan penerimaan
DAMPAK NEGATIF PABRIK
FUNGSI UTAMA
 Penyediaan barang sosial atau proses pembagian
keseluruhan sumber daya untuk digunakan
sebagai barang pribadi-sosial atau bauran
ditentukan (alokasi);
 Penyesuaian terhadap distribusi pendapatan dan
kekayaan untuk menjamin terpenuhinya
pemerataan yang berkeadilan (distribusi);
 Digunakan sebagai alat untuk mempertahankan
tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat
stabilitas sebagaimana mestinya dan laju
pertumbuhan ekonomi yang tepat dengan
memperhitungkan segala akibat terhadap
perdagangan dan neraca pembayaran (stabilisasi)
BARANG PUBLIK
 Nonrival consumption, setiap orang
dapat mengonsumsi secara simultan,
atau tidak mengurangi ketersediaan
bagi orang lain tatkala dikonsumsi
seseorang.
 No-exlusion, membayar ataupun tidak,
tetap mendapatkan manfaatnya.
 Contoh jalan, pertahanan nasional;
KLASIFIKASI PENGELUARAN
 Investasi yang menambah kekuatan
dan ketahanan ekonomi mendatang;
 Langsung memberikan kesejahteraan
dan kegembiraan bagi masyarakat;
 Menyediakan kesempatan kerja lebih
banyak dan penyebaran daya beli
yang lebih luas.
Moneter
 Pengendalian ekonomi makro melalui
pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian agar
terjadi kestabilan harga;
 Kebijakan moneter ekspansif dengan
menambah uang yang beredar;
 Kebijakan moneter kontraktif/tight
money policy dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar
Kebijakan moneter
 Operasi pasar terbuka (open market operation) dengan
menjual / membeli surat berharga (sertifikat Bank
Indonesia) + surat berharga pasar uang);
 Fasilitas diskonto dengan menurunkan/menaikkan suku
bunga bank sentral;
 Rasio cadangan wajib dengan menurunkan/menaikkan
kewajiban menyimpan dana cadangan perbankan pada
pemerintah;
 Himbauan moral (moral persuation) dengan cara
menganjurkan agar perbankan berhati-hati dalam
memberikan kredit, atau menganjurkan untuk meminjam
uang ke bank sentral agar peredaran uang bertambah.
PRINSIP PAJAK
 Kesamaan (equity) yang mempertimbangkan
kesesuaian beban pajak dengan kemampuan
setiap wajib pajak;
 Kepastian (certainty) yang menuntut adanya
ketegasan dan kejelasan agar mudah dimengerti
WP dan pemerintah dalam menjalankan tugas
administrasinya;
 Kecocokan/kelayakan (convenience) yang
menempatkan WP senang membayar pajak tanpa
tekanan;
 Ekonomi yang menuntut agar biaya penarikan
pajak tidak lebih besar dp jumlah penerimaan
pajak.
(Smith’s Cannon, Bharata, 1989:62)
CUKAI
 Pungutan negara terhadap barang-barang
dengan karakteristik tertentu;
 Karakteristiknya meliputi peredarannya
perlu diawasi, konsumsinya perlu
dikendalikan, dan pemakaiannya perlu
pembebanan negara demi keadilan.
 Contoh alkohol, rokok sigaret, cerutu,
tembakau iris
( UU 39/2007 tentang CUKAI)
Konsumen-buruh
PASAR TRADISI
PETANI-NELAYAN KONSUMEN
ONAL

PEMERINTAH HOME INDUSTRI

Fungsi utama
JALUR PEMBINAAN Barang publik

JALUR BARANG DAN UANG


RUJUKAN
 Bird.R.M. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara-Negara
Berkembang. Jakarta : Gramedia
 Husnan, dkk. 1994.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta :UPP-AMP;
 Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan
Daerah. Yogyakarta : ANDI
 Martin, dkk. 1987.Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta : Grafindo;
 Musgrave, dkk. 1991.Keuangan Negara (terj). Jakarta :
Erlangga.
 Subiyantoro(Ed). 2004. Kebijakan Fiskal. Jakarta
:Gramedia.
 Sumarsono. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
 Suparmoko. 2000. Keuangan Negara. Yogyakarta:BPFE;
DASAR HUKUM

UU 25/2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


15 /2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB
KEUANGAN NEGARA
UU 1/2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
UU 17/2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA
UU 32/ 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
UU 33/2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN PEMERINTAHAN DAERAH
PP 105/2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DAERAH
PP 58/2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No. 13/2006 ttg Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Anda mungkin juga menyukai