Anda di halaman 1dari 47

c

c c
c
cccccc   c
c cc  c
c  ccc
c
c
cc
ccc
c
Badan kesehatan dunia memperkirakan, paling sedikit terjadi 100 kegiatan seksual dalm
sehari yang membuahkan 910.000 kehamilan, separuhnya tidak terencana dan seperempatnya
memang belum diinginkan. Sekitar 150.000 tahun angka ini bertambah menjadi 53 juta. Masih
menurut laporan ini,lebih kurang sepertiga sampai separuh wanita pernah menjalani aborsi,
sedikitnya sekali sebelum sebelum mereka memasuki masa menopause. Sepertiga dari
pengguguran ini berlangsung dalam kondisi yang tidak aman serta illegal,yang setiap hari
memyebabkan kira-kira 135-275 kematian. Genap setahun, bilangan ini tumbuh menjadi50-100
ribu.
Angka kematian ibu berkaitan dengan aborsi ternyata cukup besar. Di tahun 1966
kasusnya baru menyentuh angka 30/100.000 kelahiran hidup. Selama 18 tahun (1984) bilangan
ini naik menjadi 128. Sementara, kematian oleh penyebab lain terus menurun dari 65 menjadi 21
kasus pada tahun yang sama.
Kematian yang terkait dengan proses aborsi mencapai 20% dari taksiran 500-600
kematian ibu setiap tahun. Sebagian besar musibah ini (90%) berlangsung di Negara yang
sedang berkembang (40% di asia tenggara). Sementara angka kematian ibu di Indonesia bertahan
pada bilangan 425/100.000 kelahiran hidup (posisi 10 negara di asia tenggara bergerak dari 40 ke
539/100.000, dengan kisaran 130 (yogya) sampai 1.340(nusa tenggara timur; dan 340-750
(pedesaan jawa). Bilangan ini diharapkan menurun sampai hitungan 225 pada tahun 1999. Meski
hitungan semakin kecil (450 pada tahun 1986), namun masih jauh lebih tinggi (40-50 kali)
ketimbang Negara yang telah maju. UNICEF (1998) memperkirakan peningkatan kematian
sebesar 60-70% (dari 20.000 kematian pada 1997) sebagai akibat krisis moneter, ketika nili tukar
rupiah terhadap dollar amerika terpuruh dari Rp.1.850 per satu dolar pada tahun 1997 menjadi
Rp.12.000 di tahun 1998.
Eklampsia, pendarahan, serta penyakit infeksi dianggap sebagai penyebab kematian pada
umumnya. Ketiga penyakit ini berkait erat, baik langsung maupun tidak langsung dengabn status
gizi ibu. Pendarahan pascapartum(Hemorrhagic Post Partum/HPP) dan plasenta pravia, misalnya,
kerap menyengsarakan penderitaan anemia (63.5% pada tahun 1992) defisiensi gizi. Kasus
anemia defisiensi gizi sendiri pada umumnya selalu disertai dengan malnutrisi serta infestasi
parasit. Semua itu berpangkal pada´keengganan´ ibuu untuk menjalani perawatan antenatal.
Mengutip angka statistic, jumlah ibu yang menjalani perwatan antenatal sebanyak 4 kali baru
mencapai 50%, sementara itu pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh mereka (terutama masyarakat
kelas bawah) masih rendah, disamping pelayanan itu sendiri masih jauh dari optimal.
Rendahnya mutu pelayanan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan terbaca pada data
tersebut: (1) kelahiran yang dibantu oleh ahli kesehatan terlatih hanya 30%, (2) proporsi kurang
kalori protein dan kekurangan vitamin A pada wanita hamil masih tinggi, (3) ketersedian tablet
besi program KIA yang jumlahnya kurang dari 90 tablet, hanya cukup untuk memasok 50%
wanita hamil, (4) jadwal kerja puskesmas tidak sesuai dengan pola kesibuka wanita pedesaan.
Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam
keselamatan janin. Wanita yang bersikeras hamil di kala status gizinya buruk, resikonya
melahirkan bayi berberat badan 2-3 kali lebih besar ketimbang mereka yang berstatus gizi
baik;disamping kemungkinan bayi mati sebesar 1,5 kali (National Center for Health
Statistic/NCHS 1986).

 !"c#"$%&c
kehamilan yang normal akan berlangsung selama 38-40 minggu. Jika dihitung dengan
ukuran hari, kehamilan akan berakhir sesudah 266 hari, atau 38 minggu pascaovulasi, atau kira-
kira 40 minggu dari akhir hari pertama haid terakhir atau 9,5 bulan dalam hitungan kalender.
Seorang wanita baru dapat dipastikan hamil jika pemeriksa telah melihat tanda pasti
hamil, yaitu: mendengar suara detak jantung, dapat melihat (dengan ultrasonografi/USG) dan
meraba bentuk janin. Namun demikian, pemeriksaan fisik harus pula memasukkan tanda
anggapan dan kemungkinan hamil. Penentuan kadar HCG (Human Gonodotropin)di dalam urine
merupakan petunjuk adanya kehamilan. Uji terhadap urine cukup peka untuk menentukan kadar
HCG yang ditemukan 4 minggu setelah HPHT (hari pertama haid haid terakhir), atau sekitar 2
minggu setelah pembuahan.

"'()$c*!#c!"&%c$%&c
Kehamilan dapat memicu sekaligus memacu terjadinya perubahan tubuh secara anatomis,
fisiologis, maupun biokimia. Perubahan ini dapat terjadi secara sistemik atau sekadar local.
Tujuannya jelas sudah yaitu menyejahterakan janin, meskipun kerap mengabaikan kesehatan ibu.
+!,"%c" #'c
sebagai organ endokrin, plasenta menghasilkan berbagai hormone yang sangat pentingb
untuk menyinambungkan kehamilan. Hormone ini antara lain human chorionic gonadotropin
(hCG), human placental lactogen (hPL), estrogen progesterone, serta human chorionic
thyrotropin. Human chorionic gonadotropin, substabsi yang sudah lama digunakan untuk
memantau kehamilan, berfungsi mempertahankan korpus luteum, human placental lactogen
bertugas mempercepat kegiatan kelenjar tiroid ibu hamil.
Peningkatan produksi estrogen berpengaruh pada pembesaran uterus, buah natrium,
perubahan deposisi lemak dan factor pembekuan dalam darah, relaksasin persendian, penurunan
produksi HCl dan pepsin lambbung, dan berpengaruh pada fungsi tiroid serta menggangu
metabolism asam folat.
Progesterone memacu pertumbuhan endometrium, penumpukan lemak ibu, peningkatan
retensi natrium dan pelemasan jaringan otot polos (mengakibatkan penurunan kelenturan rahin,
gerak lambung, dan tonus otot). Kelenjar endokrin juga menunjukan perubahan. Kelenjar
hipofisis tiroid menbesar sedikit, laju metabolism basal meningkat (akibat peningkatan konsumsi
oksigen serta luas permukaan tubuh ibu dan bayi) sebanyak 25% (Jensen, benson & bobak,
1981) di samping itu kelenjar paratiroid juga membesar. Itulah sebabnya mengapa kebutuhan
akan vitamin D dan kalsium ikut meningkat.

&('c-""'c
c Selama kehamilan berlangsung, terjadi poerubahan mulai dari rongga mulut hingga usus
besar, termasuk organ penghasil enzim pencernaan, seperti hati bdan empedu. Pertambahn
hormon esterogen memperbanayak sekresi air ludah dan sifatnya menjadi lebih asam. Kondisi ini
memudahkan terjadinya lubang gigi dan sekaligus menjelaskan bahwa lubang gigi tidak
disebabkan oleh kekurangan kalsium karena kalsium gigi bersifat stabil. Jika asupan berkurang,
bukam kalsium gigi yang termobilisasi, melainkan kalsium tulang. Yang berlangsung di sekitar
gigi hanyalah pembengkakan sehingga gusinterkesan mudah berdarah.
Peningkatan kadar progesterone menurunkan motilitas saluran cerna karena motilitas
serta tonus otot polos berkurang. Waktu pengosongan lambung dan transit makanan memanjang
sehingga lebih banyak air yang terserap. Hal ini yang mengakibatkan sembelit. Produksi asam
lambung , terutama pada trimester I sangatb variatif, dapat bertambah atau bahkan berkurang.
Peningkatan hormone gastrin yang dihasilkan oleh plasenta menyebabkan volume lambung
meningkat, sementara keasamannya berkurang. Refluks lambung sering kali terjadi (yerutama
selam trimester III) akibat penurunan peristaltik esophagus, pemanjangan waktu pengosongan
oleh uterus yang terus membesar.
Metabolism karbohidrat berubah sehingga glukosa untuk janin cukup tersedia. Keadaan
ini berpotensi menimbulkan diabetes kehamilan. Human placental lactogen (HPL) menyebabkan
terjadinya lipolisis meningkatkan kadar asam lemak bebas di dalam plasma yang berdampak
pada penyiapan sumber energy pengganti untuk ibu. HPL menggangu kerja insulin sehingga
kebutuhan akan insulin bertambah. Perubahan ini dapat mengakibatkan diabetes kehamilan pada
wanita yang tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut.
Metabolisme lemak juga meningkat. Penimbunan lemak ini diduga berlatarbelakang
upaya proteksi seandainya pada akhir kehamilan ibu menderita kelaparan atau bekerja terlalu
berat. Lemak dalam plasma meningkat pada paruh terakhir kehamilan, memyebabkan nafsu
makan menurun. Seandainya keadaan ini berlangsung berkepanjangan, tubuh akan menggunakan
cadangan lemak tersebut sehingga akan membentuk keton yang dapat menyusup ke dalam urine
serta cairan amnion.
c
.&cc!&('c#"%$cccc
c panjang dan berat ginjal selama hamil akan bertambah antara 1-1,5 cm. piala ginjal
melebar sampai 60cc (jika tidak hamil 10cc). ureter diatas atau pintu atas panggul melebar,
memanjang, dan berkelok. Stasis kemudian terjadi, menyisakan banyak sekali urine di dalam
saluran pengumpul (dapat mencapai 200cc). perubahan fungsi ginjal diduga akibat peningkatan
hormone ibu, hormone plasenta (adreno corticotropic hormone /ACTH, anti Diuretik
hormone/ADH, aldosteron, kortisol,human chorionic somato-mammotropin),hormone tiroid,
serta factor lain seperti peningkatan volume plasma.
Glomerular filtration rate (GFR) meningkatkan sampai 50%. Peningkatan ini mulai
terjadi di awal kehamilan, dan akan tetap tinggi sampai kehamilan berakhir (akan kembali
normalsesudah 20 minggu pascapartum). Aliran plasma ginjal meninggi sampai 25-50%.
Kecepatan aliran air kencing dan eksresi natrium pada akhir kehamilan dapat dipengaruhi oleh
posisi tubuh: nilainya dua kali lebih tinggi pada keadaan berbaring miring ketimbang tidur
terlentang. Namun demikian, meski GFR meningkat, jumlah urine yang diekskresikan setiap hari
tidak berubah.
Glukosuria selama hamil tidak berarti patologis, melainkan dampak dari peningkatan
GFR yang tidak dibarengi oleh peningkatan kemampuantubulus untuk memyerap glukosa yang
diekskresikan tidak sama, dan (secara acak) tidak berkaitan dengan kadar glukosa dalam darah.
Namun demikian, kadar gula pada keadaan ini harus dipantau dengasn seksamakarena boleh jadi
merupakan tanda awal diabetes mellitus.

+!,"%c#' /!#(&'c
Pembesaran uterus menekan pembuluh darah yang melewati rongga panggul dan paha.
Jika wanita tidur telentang , uterus yang besar ini juga menekan vena cava. Keadaan yang
pertama menyebabkan aliran balik tergaggu sehingga darah mengumpul pada tukai bawah.
Kondisi yang kedua menusutkan aliran darah ke atrium kanan. Dampak kedua kondisi tersebut
adalah hipotensi. Hipotensi postural dicetuskan oleh terganggunya aliran darah melalui rongga
panggul, sementara supine hypotensive syndrome atau vena caval syndrome dipicu oleh tekanan
pada vena cava.
Volume darah mulai meningkat pada trimester I yang kemudian mengalami percepatan
selama trimester II, untuk selanjutnya melambat pada trimester III. Volume puncak dicapai pada
pertengahan trimester III, yaitu sekitar 30-50%. Besarnya peningkatan volume darah bervariasi
menurut ukuran tubuh, jumlah kehamilan, jumlah bayi yang pernah dilahirkan, serta pernah atau
tidaknya lahir melahirkan bayi kembar. Volume darah wanita bertubuh kecil meningkatnya 20%,
sementara mereka yang besar meningkat sampai 100% (rata-rata: 45-50%). Kadar hemoglobin
dan besi menurun, termasuk pula, kadar transferin serta serum feritn. Penurunan ini
mencerminkan keadaan hemodilusi. Namun, tidak jarang pula, transferin meninggi dari
300µg/100cc (jika tidak hamil) menjadi 500µg/100cc pada trimester III. Peningkatan ini di
anggap sebagai langkah pemudahan transfer besi ke janin.

, c"%-"(c
Penurunan tinus dinding otot polos menyebabkan fungsi kantong empedu berubah.
Waktu pengosongan memendek dan sering tidak lengkap. Cairan empedu mengental dan tidak
jarang pula terjadi stasis yang memudahkan terbentuknya batu empedu. Komposisi kimiawi
cairan empedu tidak berubah dan kegiatan kolinesterase dalam plasma kehamilan normal.

,c
Fungsi hati berubah meskipun morfologinya tidak. Kegiatan alkalin fosfatase dalam
serum meningkat dua kali, diduga akibat dari penambahan isoenzim alkalin fosfatase plasenta.
Kadar albumin dan globulin plasma menurun, meski penurunan albumin lebih banyak. Dengan
demikain, rasio albumin/globulin juga menurun tajam. namun, penurunan ini terbilang normal
karena terjadi pada keadaan hamil.

"&c!,,(!c0c
Penilaian status gizi pada wanita hamil meliputi evaluasi terhadap factor resiko, diet,
pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Penilaian tentang asupan pangan dapat diperoleh 24
jam (24-hour recall) atau metode lainnya. Factor resiko diet dibagi ke dalam krlompok, yaitu
risiko selama hamil dan resiko selama perawatan (antenatal). Risiko yang pertama adalah (a) usia
dibawak 18 tahun, (b) keluarga prasejahtera, (c) food fadism, (d) perokok berat, (e) pecandu obat
dan alkohol, (f) berat <80% atau >120% berat baku, (g) terlalu sering hamil: >8 kali dengan sela
waktu< 1tahun, (h) riwayat obstetrik buruk: pernah melahirkan anak mati dan, (i) tengah
menjalani terapi gizi untuk penyakit sistemik, pertambahan berat tidak adekuat (<1 kg/bulan)
dan Ht <33 (terendah 30) termasuk ke dalam risiko kedua. Risiko lain yang tidak langsung
berkaitan gizi adalah (1) tinggi badan <150cm, (2) tungkai terkena polio, (3) hemoglobin <8,5
mg%, (4) tekanan darah <140/90 mm Hg, edema dan albuminuria>2, (5) presentasi bokong, (6)
janin kembar, (7) pendarahan vagina, dan (8) malaria endemik.
:#, 'c+c%"%-"'($c!,,(!c0c
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin.
Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status gizi ibu
konsepsi dipengaruhi oleh (1) keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil, (2) keadaan
kesehatan dan gizi ibu, (3) jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, (4) paritas,
dan (5) usia kehamilan pertama. Status gizi ibu pda waktu melahirkan ditentukan berdasarkan
keadaan kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarka keadaan (a) keadaan sosial
dan ekonomi waktu hamil, (b) derajat pekerjaan fisik, (c) asupan pangan, dan (d) pernah
tidaknya terjangkit penyakit infeksi.
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan.
Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga
prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu berkemamapuan membeli dan memilih
makanan yang bernilai gziz timggi. Manfaat riwayat obstetri ialah membantu menentukan
besaran kebutuhan akan zat gizi karen aterlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh.
Riayat kesehatan dan pengguna obat membantu dokter dala penyiapan gizi khusus.
Wanita penyakit kronis memerlukan bukan hanya zat gizi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi
juga untuk kehamilan yang sedang ia jalani. Disamping itu, obat tertentu, termasuk alkohol yang
biasa diresepka meredakan penyakit kronis ini tidak sedikit ³berinterksi´ dengan zat gizi.
Kecukupan gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan
berat lahit lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat di
fisiologis selama dapat digunakan sebagai petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi, serta
pertambahan berat yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan
untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin. Berat lahir berkorelasi positif dengan
pertambahan berat total selama hamil.

Pemeriksaan antropometris yang biasa dilakukan ialah penimbangan berat, pengukuran


tinggi, penentuan berat ideal, dan pola pertambahan berat. Berat pada kunjungan pertama
ditimbang sementara berat sebelumnya jangan terlewat untuk ditanyakan. Berat sebelum hamil
berguna untuk penentuan prognosis serta keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi secara
intensif. Stats gizi buru ditandai oleh berat sebelum hamil 10% dibawah atau diatas 20% di atas
berat ideal. Berat kini diperlukan untuk menentukan pola pertambahn berat.
c
 &c-"',%)$c)"',c)c
Sebelum dekade tujuh puluhan, banyak para medis (termasuk dokter) yang menganut
konsep semikelaparan, yaitu pembatasan pertambahan berat badan akan membantu mencegah
terjadinay toksemia, mereka menganjurkan agar penambahan berat hingga kemilan berakhir
tidak lebih dari 8,2 kg. National Academy of Scienses (1970) menganjurkan pertambahan berat
sekitar 9-11,3 kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10-12,2 kg, dan tahun 1990,
bersama dengan institute of medicine angka tersebut diperbaiki menjadi 11,3-15,9 kg (bagi
wanita yang berat terhadap tinggi badannya normal).
Rata-rata penambahan berat wanita amerika pada tahun 1980 sebesar 13 kg, yang
kemudian bergerak naik sampai 14,4 kg pada tahun 1988.memang, berapa besar sebenarnya
jumlah yang pasti masih kontroversi. Namun demikian, American College of Obstetrics and
Gynaecologi menganjurkan pertambahan sebesar 10-12,3 kg sampai akhir kehamilan.
Sayangnya, sumber di atas tidak mengariskan perbedan antara wanita yang berberat nomal,
berlebihan, atau kurang. Pertambahn berat mereka yang berberat rendah (BMI<19,8) diharapkan
sebesar 12,7-21,8 kg, dan yang obese (BMI26.1-29,0) berkisar antara 6,8-11,3 kg. Batas bawah
aa96,8 kgaaa) dianjurkan untuk wanita yang sangat obese (BMI>29,0).
Laju pertambahan berat selama hamil merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan
pertambahan berat itu sendiri. Karena itu sebaiknya kita menentukan patokan besaran
pertambhan berat sampai kehamilan berakhir sekaligus memantau prosesnya, dan kemudian
mencatatnya dalam KMS ibu hamil. Selama trimester I, kisaran pertambahan bearat sebaiknya 1-
2 kg (350-400g/mg), sementara trimester II & III sekitar 0,34-0.50 kg tiap minggu. Pertambahan
yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyiratkan terjadinya retensi air dan juga berkaitan
dengan besar janin dan risiko penyulitan disproporsi kepalan panggul (DKP). Retensi berlebihan
juga merupakan tanda awal preeklampsia. Sebaliknya, pertambahan berat <1 kg selama trimester
II, apalagi trimester III jelas tidak cukup dan dapat memperbesar risiko kelahiran berat badan
rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian perinatal.
Namun demikian, masih ada pengecualian dalam penggunaan patokan umum di atas
karena pada hakikatnya tujuan pertambahan berat kumulatif itu didasarkan pada berat dan tinggi
badan sebelum hamil. Meskipun begitu, pertambahan berat kumulatif wanita pendek (150 cm)
cukup ditata sampai sekitar 8,8-13,6 kg. Mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar 15,4-20,4
kg. Mereka dengan berat berlebih, pertambahan berat di perlambat sampai 0,3 kg/minggu.
Meskipun laju pertambahan berat ibu pada trimester II dan III pada dasarnya sama,
penimbunan porsi ibu dan pertambahan jaringan janin tidak langsung serentak. Pertambahan
komponen dalam tubuh ibi terjadi sepanjang trimester II. Sementara pertumbuhan janin dan
plasenta serta penambahan jumlah cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.
Laju pertumbuhan janin pernah diteliti ole William (1967), berdasarkan pengamatannya
pada kasus aborsi terinduksi. Menurur penelitian ini, berat janin bertambah sebesar 5 g sehari
pada minggu ke 14-15 dan menjadi 10 g pada minggu ke-20. Kecepatan tumbuh sebesar 30-35 g
sehari berlangsung pada minggu ke 32-34, dan berubah menjadi 230 g seminggu pada minggu ke
33-36. Memasuki minggu ke 41-42, pertambahan berat tidak terjadi lagi.tambahan berat total
selama 40 minggu kehamilan sebanyak 12,5 kg menyiratkan porsi komponen ibu telah
menyentuh angka 7 kg. Selebihnya adalah komponen berat janin.
Status gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil, merupakan faktor di samping
faktor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan keadaan kesehatan yang sangat berpengaruh
terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi ibu baik dan status kesehatannya selama hamil tidak
buruk (tidak menderita hipertensi, misalnya), serta tidak berkebiasaan buruk (perokok atau
pecandu alkohol), maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik, begitu pula
sebaliknya.
Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selam minggu pertama kehamilan
cenderung melahirkan bayiyang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang, karena sistem
saraf pusat sangat peka pada 2-5 minggu pertama. Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu
terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 g), karena
jaringan lemak banyak ditimbun selam trimster III.
Sebelum tahun tujuh puluhan, konsep pemberian makanan di tiap daerah sangat berbeda
(siefert , 1968). Wanita pada suatu tempat dianjurkan menyantap makanan yang kaya akan zat
gizi, sementara ditempat lain wanita hamil tidak diperkenankan memakan susu dan daging. Di
cina misalnya, wanita hamil dilarang menyantap kura-kura larena bayi yang terlahir
dikhawatirkan akan mempunyai leher sependek kua-kura.

")(,($c0c!"&%c$%&c
Tujuan penataan gizi pada waktu hamil adalah untuk menyiapkan: (1) cukup kalori,
protein yang bernilai biologi tinngi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi ibu, janin,serta plasenta. (2) makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan
tubuh bukan lemak. (3) cukup kalori dan zat gizi untuk memnuhi petambahan berat baku selama
hamil, (4) perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan
mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan
berhasil, melahirkan bayi dengan menyusui serta merawat bayi kelak. (5) perawatan gizi yang
dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan , seperti mual dan muntah.
(6) perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan
(diabetes kehamilan). (7) mendorong ibu hamil sepanjang waktu mengembangkan kebiasaan
makan yang baik yang dapat diajarkan kepda anaknya selama hidup.
Perencanaan gizi untuk wanita hamil sebaiknya mengacu pada RDA dibandingkan ibu
yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat asmapi 68%, kalsium 50%, dam
zat besi 200-300%.
Bahan pangan yang digunakan harus meliputi enam kelompok, yaitu (1) makanan yang
mengandung protein (hewani dan nabati), (2) susu dan olahannya, (3) roti dan bebijian, (4) buah
dan sayur yang kaya akan vitamin C, (5) sayuran berwarna hijau tua, (6) buah dan sayur lain.
Jika keenam bahan makanan ini digunakan, maka seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh wanita
hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat. Itulah sebabnya suplementasi kedua zat ini
tetap diperlukan meskipun status gizi wanita yang hamil itu terposisi pada ³jalur hijau´ KMS ibu
hamil.
Dahulu, jika berat badan wanita hamil tidak sesuai dengan usia kehamilannya (sangat
obese), mereka dianjurkan untuk untuk mengurangi asupan energy dan Nacl (Nacl dianggap
menahan air sehingga mengakibatkan eklampsia). Prisip ini sekarasng tidak dianut lagi karena
konsep semikelaparan dapat menimbulkan ketosis dam pembatasan asupan kalori akan
berdampak pada berkurangnya asupan zat lain. Kelebihan berat memang harus dikurangi, tetapi
tidak dengan pembatasan diet, melainkan dengan melakukan olahraga.
"'c
Besaran energy yang terasup merupakan factor gizi paling penting jika dikaitkan dengan
berat badan lahir bayi. Banyaknya energy yang harus disiapkan sehingga kehamilan berakhir
sekitar (dibulatkan) 80.000 kkal (National Academy of Sciences, 1980), atau kira-kira 300 kkal
tiap hari diatas kebutuhan wanita tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan
pritein dan lemak yang tertimbun dan pertunbuhan janin dan keperluan ibu. energi yang
tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5.180 kkal, dan lemak 36.337 kkal. Agar energi ini
dapat ditabung, masih dibutuhkan ³suntikan´ enrgi sebanyak 26.244 kkal yang digunakan untuk
mengubah energi yang terkait dalam makanan menjadi energi yang dapat dimetabolisir. Dengan
demikian, jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan ialah 74.537 kkal. NAS
mennenapkannya menjadi 80.000 kkal. Dia bahkan menganjurkan kisaran 69.000-70.000 kkal.
Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi
dengan angka 250, yaitu perkiraan lamanya kehamilan jika di hitung dengan hari. Hasilnya ialah
300 kkal, atau jika mengacu pada hitungan durmin (1992) dkk, 100-150 kkal sehari. Perbedaan
angka perkiraan ini berakar pada kesalahan dalam menafsirkan cadangan lemak ibu, perubahan
derajat kegiatan fisik dan efisiensi energi selama hamil, atau keduanya di samping lama
berlangsungnya kehamilan itu.
Kebutuhan akan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Setelah itu, sepanjang
trimester II dan III, kebutuhan akan terus membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi
tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan
volume darah, penumbuhan uterus dan payu darah, serta penumpukan lemak. Sepanjang
trimester III, energi tambahan dipergunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan 350 kkal selama trimester II & III.
Di kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 kkal, dan trimester II & III sebesar 300
kkal. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 mematok angka 285 kkal per
hari. Angka ini tentu saja tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan,
kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini bagi mereka yang tidak mengubah kegiatan fisik
semasa mengandung.
' ,"c
Sama seperti energi, kebutuhan wanita akan protein akan membubung sampai 68%.
Jumlah protein yang harus tersedia samapi akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925g yang
tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, bayi. Jika PER dinggap 70%, maka rat- rata pertambahan
protein ialah 8,5g perhari. Jika koefisien variabilitas sebesar 15%, tambahan ini meningkat
menjadi 10g sehari. National Academy of Sciences mematok angka sekitar 30g.
Bagi wanita norma, pada trimester pertama, angka ini terlalu tinggi. Di Kanada,
tambahan yang dianjurkan ialah 5g pada trimester I, 15g pada trimester II, dan 24g selama
trimester III. Semantara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 menganjurkan
penambahan 12g /hari. Dengan demikian, dalam satu hari asupan proetin dapat mencapai 75-100
g (sekitar 12% dari jumlah total kalori) atau sekitar 1,3g/ kg/ hari (gravida mature), 1,5/ kg/ hari
(usia 15- 18 tahun), dan 1,7gr/ kg/ hari (dibawah 15 tahun)
Bahan pangan yang dijadikan sumber sebaiknya 2/3nya merupakan bahan pangan yang
bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein
yang berasa dari tumbuhan (niali biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.

,c"!ccc
Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di Negara sedang
berkembang, tidak terkeculi indonesia. Sementara itu, kebutuhan wanita hamil akan Fe
meningkat (untuk pembentukan plsenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan
besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe
tertahan oleh tubuh ketiaka melahirkan dan 840 mg sisanya hilang sebanyak 300 mg besi
ditransper kejanin, denagn rincian 50- 75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk
menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini
tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet, karena itu suplememtasi zat besi perlu sekali
diberlakukan, bahkan kepada wanita yang bergizi baik.
Penambahan asupan besi, baik lwat makanan dan atau pemberian suplementasi, terbukti
mampu mencegah penurunan HB akibat hemodilusi. Tampa suplementasi (Comitte on Maternal
Nutrition menganjurkan suplementasi besi selama trimester II dan III), cadangan besi dalam
tubuh wanita akan habis pada akhir kehamilan (Tailor dkk, 1982). Untuk menjaga agar stok ini
terkuras dan mencegah kekurangan setiap wanita hamil dianjurkan untuk menelan besi sebnyak
30mg setiap hari. Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan, oleh sebab itu
suplemen sebesar 30- 60mg, dimulai pada minggu ke 12 kehamilan yang diteruskan sampai 3
bulan pasca partum, perlu diberiakan setiap hari.
Ferrous sulfate 30mg yang mengandung 60mg elemen besi (keterserapan 10%) diberiakn
sebanyak tiga kali sehari. Jika preparat ferrous fumarate atau guconate. Pengobatan harus
diteruskan selama tiga bulan setelah nilai hemoglobin kembali normal yang bertujuan untuk
memperbarui simpanan besi. Respons terhadap pengobatan terpantau melalui perbaikan nilai
hemoglobi yang meningkat diindikasikan jika preparat oral tidak dapat ditoleransi.
Pemberian suplementasi preparat Fe, pada sebagian wanita, menyebabkan sembelit.
Penyulit ini dapat diredakan denagn cara memperbanyak inum, menambah konsumsi makanan
yang kaya akan serat seperti roti, serealia, dan agar- agar.
Jika, telah diputuskan untuk memberikan suplementasi sebelum kertas resep ditulis,
penting sekali dipastikan apakah wanita hamil yang bersangkutan telah mengerti (1) tujuan dari
suplementasi tersebut, (2) bahwa dengan pemberian suplementasi saja, tanpa diserati zat gizi
ynag lain, tidak menjamin asupan zat gizi lain pasti adekuat, dan (3) bahaya jika suplementatif
digunakan secara berlebihan, terutama pitamin A dan D (pada percobaan denagn hewan,
pemberian vitamin Adan D dosis tinggi mengakibatkan malformasi).
Hati- hati, jangan terlalu bersemangat memberiakn Fe. Kasus kelebiahn dosis memang
belum terdengar di Indonesia. Namun di Amerika Serikat, dilaporkan terjadi 2000 kasus
intoksikasi besi setiap tahun. Keracunan besi mudah dan lazim terjadi pada pencandu al- kohol
menahun yang mengkonsumsi anggur murahan karena mengandung banyak sekali besi.
Disamping itu, penting pula diingat tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan, karena
tablet besi dapat menutunkan kadar besi dalam serum

!%c* &,cccc
Asam folat merupakan satu- satunya vitamin yang kebuthnnya selama hamil berlipat dua,
sekitar 24- 60% wanita, baik diNegara yang sedang berkembang maupun yang telah meju
mengalami kekurangan asam folat karena kandungan kandungan asam folat didalam makanan
sehari- hari mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil. Kekeurangan asam
folat secara marginal mengakibatkan penigkatan kepekaan, lelah berat, dan gangguan tidur. Dua
kondisi pertama menyebabkan kaki kejang. Kekejangan ini biasa timbul pada malam hari
sehingga lama kelamaan mengganggu tidur penderita, yang dikenal sebagai restless leg
syndrome. Jiak kekurangan asam folat bertambah parah, akan terjdi anaemia yang ditandai
denagn penampakan kelelahan dan defresi.
Kekurangan asam folat yang parah mengakibatkan anemia megaloblastik atau
megalositik karena peran asam folat dalam metabolisme normal makanan menjadi energi,
pematangan sel darah merah, sintesis DNA pertumbuhan sel, dan pembentuka heme. Gejala
anemia jenis ini diare, defresi, lelah berat, ngantuk berat, pucat dan perlambatn prekuensi nadi.
Kekrangan asam folat berkaitan denagan berat lahir rendah, ablasio plasenta, dan neural
tubedefect. Pemberian suplementasi terbukti mampu menghapus kalainan ini. Penelitai di
Unuversitas Clipornia (gladys B) menurunkan resiko terjadinya spina bifida dan anencephaly
meskipun kemudian dibantah oleh C ze izel dari National Institute of Hygiene, budapes.
Berdasarkan penelitiannya pada 5000 oramg wanita di Budapes, RDA USA sebesar 0.4- 0,8 mg
tidak efektif dalam menurunkan cacat lahir. Perbedaan pendapat itu kemudian ditengahi oleh
CDC (1991), yaitu denagn menganjurkan wanita yang pernah melahirkan bayi penderita neural
tubedefek, untuk mengkonsumsi asam flat sebanyak 4 mg sehari pada kehamilan selanjutnya.
Sementara itu, Widyakarya Nasional Panagan dan Gizi (1993) menganjurkan dosis sebear µg
/kg/ hari (200) µ tanpa membatasi pernah tidaknya melahirkan bayi cacat.
Preparat suplementasi sebaiknya diberiakan sekitar 28 hari setelah ofulasi atau pada 28
hari pertama kehamilan, karena otak dan susm- sum tualng belakang dibentuk pada minggu
pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian suplementasi harus dilaksanakan sebelum
konsepsi terjadi. Besasrnya suplementasi ialah 280, 660, dan 470 µmg perhari, masing- masing
pada trimester I, II, dan III.
Strategi pencegahn kekurangan asam folat mencakup peningkatan kesadarn akan
pentingnya konsumsi makanan yang kaya akan asam folat, atau suplemen folat sebnyak 400µ
setiap hari, tau keduanya. Food and drugs atministration (FDA) merekomendasi perkayaan
produk serealia. Namun cara ini berdamapak negatif terhadap kelompok bukan target, yaitu
mereka yang buakn beruia subur dan berkemungkinan hamil. Asaupan lebih dari 1mg/ hari dapat
menutupi kemungkinan kekeurangan B12.
Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat natara lain ragi (1000µ/100gr), hati
(250µg/100gr), brokoli, sayur berdaun hijau: bayam, asparagus dan kacang- kacanagn, misalnya
kacang kering, kacang kedelai (100µg/100g). Sumber lain ialah ikan, daging, jeruk dan telur.
Jeruk ukuran sedang atau secangkir air jeruk mengandung 70 µg, setengah cangkir brokoli
masak mengandung 50 µg, telur 25 µg dan setengah cangkir kacang tanah mengandung 70 µg
asam folat.
Karena tidak stabil dalam pemanasan, dan mudah rusak jika dimasak, sayuran sebaiknya
dimakan mentah setelah dicuci dengan air mengalir untuk melenyapkan sisa pestisida dan atau
telur cacing. Disamping itu, harus diperhatikan pula penganggu penyerapan lain, seperti alkohol,
kontrasepsi oral, barditurat, aspirin, dan obat anti kejang
 )&%c12,%c 3c
Anemia pernisiosa yang disertai dengan rasa letih yang parah merupakan akibat dari
devisiensi B12. Vitamin ini sangat penting dalam pembentukan RBC. Anemia pernisiosa
biasanya tidak di sebabkan oleh kekurangan B12 dalam makanan,melainkan oleh ketiadaan faktor
intrinsik yaitu sekresi gaster yang diperlukan untuk penyerapan B 12. Gejala anemia ini meliputi
rasa letih dan lemah yang hebat, diare, depresi, mengantuk, mudah tersinggung serta pucat.
Diantara golongan vitamin B complex, vitamin B12 memang unik karena sangat jarang didapat
dari tanaman, tetapi banyak didalam daging atau produk olahan dari binatang. Bersama asam
folat, vitamin ini menyintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel.
Vitamin B 12 penting sekali bagi pertumbuhkembangan normal RBC, dan keberfungsian
sel-sel sumsum tulang, sistem persarafan, dan saluran cerna. Tubuh dapat menyimpan B12 dihati
dalam jumlah yang adekuat untuk persediaan selama 5 tahun. Itulah sebabnya mengapa
defisiensi berat jarang terjadi.
Pangan sumber vitamin B 12 ialah hati, telur, ikan (terutama tuna), kerang, daging,
unggas, susu dan keju. Asupan yang dianjurkan sekitar 3 µg sehari. Sebutir telur mengandung 1
µg, secangkir susu menyimpan 1 µg, 85 g daging babi mengandung 2 µg asam folat.
Selain reaksi alergi, pengaruh tolsik akibat pemberian vitamin ini dalam dosis mega
belum pernah dilaporkan. Penyuntikan vitamin B12 sebanyak 10000 kali dosis anjuran tidak
menimbulkan pengaruh yang tidak dinginkan. Disampin faktor instrinsik, faktor lain yang
mengganggu penyerapan B12 ialah alkohol, pil KB dan senyawa tertentu dalam rokok.

2,%c
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme kalsium
pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia
enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu. Insidensi dapat ditekan dengan pemberian 10 µg
(400 IU) perhari. Kekurangan vitamin D kerap menjangkiti wanita hamil yang bermukim di
daerah yang hanya sedikit bersentuhan dengan sinar matahari sehingga sintesis vitamin D dikulit
tidak terjadi.
Sumber vitamin D yang penting diamerika ialah susu yang telah diperkaya dengan
vitamin D. perhatian khusus perlu diberikan pada mereka yang tidak minum susu, misalnya
kelompok vegetarian. Kepada mereka perlu diberikan suplementasi kalsium sebanyak 5-10 µg
perhari.
c
4 (%c
c Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang
selanjutnya berkembang menjadi kretinisme karna peran hormon tiroid dalam perkembangan dan
pematangan otak menempati posisi strategis. Kerusakan saraf akibat hipotiroidisme yang
berlansung pada akhir kehamilan tidak separah jika hal ini terjadi di awal kehamilan. Karena itu
koreksi terhadap kekurangan yodium sebaiknya dilakukan sebelum atau selam 3 bulan pertama
kehamilan.
Anjuran asupan perhari untuk wanita hamil dan menyusui sebesar 200 µg (food and
nutrition board of the national academy of sciences in the united state), dalam bentuk garam
beryodium, pemberian suplementasi pada hewan ternak, pemberian minyak beryodium per oral
atau injeksi.
Diantara cara-cara ini pemberian garam beryodium memang lebih mudah namun masih
ada masalah dalam hal pendistribusian dan atau pertahanan mutu yodium yang terkandung.
Selepas dari pabrik, terutama selama penyimpanan digudang dan warung, garam beryodium akan
terpajang panas sehingga cepat menjadi rusak.
c
&!(%c
Metabolisme kalsium selama hamil berubah mencolok, meskipun mekanisme terjadinya
belum sepenuhnya difahami. Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastis sampai
5% ketimbang wanita yang tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30
g dengan kecepatan 7,110, dan 350 mg masing-masing pada trimester I,II dan III.
Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg perhari bagi wanita hamil yang berusia diatas
25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber utama kalsium
adalah susu dan hasil olahannya seperti whole milk, skimmed milk, yoghurt, keju, udang, sarang
burung, sarden dalam kaleng, serta bebrapa bahan makanan nabati seperti sayuran warna hijau
tua dan lain-lain.

:c 5c 1.c Bentuk aktif vitamin D (1,25 DCC) yang merangsang pembentukan
 4  cc protein pengikat kalsium, berguna dalam transpot aktif Ca dimukosa usus
halus
2.c HCL lambung yang memeberikan suasana asam dilambung memudahkan
pelarutan garam kalsium untuk kemudian diserap.
3.c Kecukupan asupan protein seperti lisin dan arginin, memberikan suasana
asam pada usus halus.
4.c Asupan laktosa terutama dari susu yang adekuat
5.c Peningkat kebutuhan pada masa pertumbuhan, hamil dan menyusui.
6.c Simpanan kalsium dalam tubuh menurun.

:c c 1.c Defisiensi vitamin D


 4  cc 2.c Gangguan absorbsi lemak menyebabkan bereaksinya Ca++ dengan asam
lemak bebas membentuk asam komplex yang sulit diserap
3.c Adanya zat organik asam fitas dan asam asetat membentuk garam kalsium
ofsalat dan kalsium fitat yang tidak larut.
4.c Peningkatan motilitas usus hingga lebih banyak yang langsung
diekresikan terutama melalui tinja.
5.c Perubahan PH lambung dan usus halus ke arah basa atau suasana basa
menyebabkan garam Ca sukar dicerna sehingga sulit diabsorbsi.
6.c Perbandingan Ca : P dalam hidangan adalah 1:1 sampai dengan 1:3.
Hidangan dengan komposisi Ca : P > (1 : 3) bersifat rakitogenik.

"c+c&0%c)"'&!(c!"&%c$%&c
%cc
Ngidam diartikan sebagai keinginan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
(bahkan ada yang ngidam bukan makanan, misalkan menggigit telingga orang atau memperoleh
makanan tertentu dengan cara mencuri). Banyak orang yakin kalau hal ini muncuk akibat
desakan janin. Kondisi ini tidak jarang menyebabkan mengonsumsi makanan dalam jumlah
berlebihan, sehingga pertambahan berat terlalu banyak.

"c&(cc##(c
Pega linu biasa terjadi pada malam hari, di akibatkan oleh pertumbuhan janin sekaligus
perubahan hormonal, perut yang terdorong ke depan (terutama jika kehamialn sudah besar), jika
memindahkan titik gravitasi. Keadaan ini juga dimungkinkan karena kadar kalsium serum rendah
sementara fosfat tinggi sehingga sistem neuromuskular mudah terangsang. Gangguan dapat
diredakan dengan banyak beristirahat, memakai sepatu bertumit rendah, dan menjaga postur
tubuh dengan baik.
Asupan yang perlu dibatasi ialah pangan yang kaya akan fosfat namun rendah kalsium
seperti soda, daging, dan makanan awetan, tetapi bukan susu. Asupan susu, meskipun banyak
mengandung banyak kalsium. Agar fosfat dapat tereliminasi, ibu dapat diberi suplementasi
aluminium hidroksida, kalsium laktat, atau karbonat yang berfungsi mengikat fosfat.

"%)"&,cc
Sembelit berkaitan dengan setidaknya 6 macam kondisi di dalam tubuh yaitu: (1) rahim
yang membesar menekan kolon dan rektum sehingga mengangu ekskresi, (2) peningkatan kadar
progesteron merelaksasikan otot saluran cerna, serta menurunkan motilitas, (3) asupan cairan
tidak adekuat, (4) diet serat tidak cukup, (5) suplementasi zat besi, dan (6) kebiasaan defekasi
yang buruk, (7) jarang berolahraga dan sering melewatkan satu waktu makan [terutama serapan].
Sembelit dapat diatasi dengan cara: (a) bangun subuh lalu minum segelas air jeruk
hangat. (b) lakukan gerak badan (harus seizin dokter) secara teratur setiap hari, (c) minum air
setidaknya 8-10 gelas (2-3 liter) sehari, jumlah ini pun harus dicocokkan dengan besaran angka
kecukupan energi, (d) memperbanyak makanan yang kaya akan serat, paling tidak setiap pagi
harus memakan sesendok teh tepung serealia. (e) membatasi pemberian suplementasi zat besi
menjadi bukan setiap hari, melainkan setiap 2 hari sekali. Makanan yang kaya akan zat besi
(heme iron, misalnya daging hewan) harus ditambah, dan di makan pada hari ketika
suplementasi tidak diberikan.

+"'c(&(c$,c
Nyeri ulu hati berkaitan dengan perubahan hormonal (progeteron) dan pertumbuhan
janin. Ketidakimbangan hormon mengurangi motilitas lambung dan kontraksi sfinger, di
samping penakanan lambung oleh janin.Ketiga kondisi ini mempermudah regurgitasi cairan
lambung ke dalam esofagus gaster. Rasa nyeri biasanya timbul sesudah makan, terutama pada
trimester terakhir.
Cara mengatasi nyeri ulu hati ialah dengan: (a) makan sedikit-sedikit tetapi sering,
membiasakan menyantap makanan 5 kali sehari (di luar cemilan), bukan 3 kali, (b) jangan
langsung minum langsung antasid karena dapat menganggu keseimbangan asam basa,
menurunkan keterserapan vitamin B kompleks dan fosfat, namun cobalah makan biscuit
(cracker) antara dya waktu makan. (c) hidari makanan yang membuat nyeri, seperti makanan
bergoreng, berlemak dan berbumbu serta kopi, (d) jangan merokok dan mengonsumsi minuman
berakihol, (e) minumlah yougurt dan ³buttermilk´, bukan whole milk´, (f) sesudah makan jangan
langsung berbaring karena itu, waktu makan sebaiknya di atur 2-3 jam, (g) jangan mengenakan
pakaian sempit.

(&cc%(,$c
Rasa mual, dikenal sebagai morning sickness karena gejalaj ini timbul ketika bangun
tidur, terjadi karena kadar pogesteron di awal kehamilan meningkat sementar kadar gula darah
dan pergerakan usus menurun. Penuruna kadar gula darah terjadi lebih cepat selama hamil
karena ibu juga memberi makan janin (hanya ini yang dapat di awasi). Kadang kala keadaan ini
berlanjut menjadi hiperemesis, kekurangan cairan, elekrolit harus di koreksi secara progresif.
Derajat hipremesis ditentukan dengan besaran kehilangan berat badan yang berlangsung
cepat (>5%), disamping tanda klinis dan laboratoris kekurangan vitamin, mineral, dan elektrolit.
Penderita hiperemesis fase I harus dirumah sakitkan, serta diberikan cairan parenteral yang
mengandung glukosa cairan, dan elektrolit. Pada hiperemesis II, muntah mereda, penderita sudah
dapat diberi makanan per oral, sementara makanan parenteral sudah boleh dikurangi. Memasuki
fase III, muntah sudah jarang, dan berat badan penderita mulai bertambah (biasanya apda bulan
III), penderita diberi makan yang lunak atau padat (yang ditolerir) per oral. Mual akan terstasi
jika upaya berikut dilaksanakan: (a) sebelum tidur, pastikan kamar tidur selalu mendapat udara
segar. Bau pakaian kotor dan bau alat rumah tangga lain di kamar tidur sering menimbulkan rasa
mual. (b) sebelum bangkit dari tempat tidur, makanlah sedikit roti dan biscuit (boleh diolesi
dengan selai jangan memggunakan margarin). (c) ketika bangun, bangkitlah secara berlahan: 5-6
menit (jangan bangkit mendadak). Beberapa saat kemudian, makanlah lebih banyak roti
panggang. (d) anjuran untk meredakan rasa mual pada siang hari. Pada siang hari makan sedikit-
sedikit, bukan tiga kali sehari dalam jumlah besar. Air jeruk, popcron, dan minuman yang
mengandung karbonat cukup bermanfaat jika diminum pada waktu merasa mual. Jangan minum
atau makan soup pada waktu makan (lebih dianjurkan makan makanan kering). Jika merasa
haus, coblaah mengulum potongan es. Minum air sesering mungkin diantara dua waktu makan
bukan pada saat makn. (e) makan yang perlu dihindari: lemak dan makan yang berminyak yang
cenderung menimbulkan rasa mual. Karena itu disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan
yang digoreng. Mentega, margari, minyak, daging babi asin, saus selada, kue kering, kulit kue tar
dan kuah daging hanya boleh dimakan sedikit. Bawang merah dan putih, merica, cabe serta
bumbu sebaiknya dihindari. Makanan yang dapat menimbulkan gas (ketimun, brokoli, bawang,
lobak cina, dan kacang kering) juga tidak boleh disantap. (f) membiasakan kebersihan mulut
untuk mencegah pendarahan gusi dan pelubangan gigi (karies), terutama jika muntah
berkepanjangan.

c
Pica merupakan perilaku yang tidak lazim, yaitu mengkonsumsi bahan bukan makanan,
seperti kain, debu, atau arang. Dampaknya: Asupan bahan yang betul- betul makanan berkurang
dan terjadi sumbatan usus. Pica merupakan prilaku cultural yang dianut oleh beberapa wanita
meskipun mereka tahu, atau telah dinasehati oleh dokter atau para medis bahwa prilkau ini tidak
benar (Snow & Johnson, 1988). Prilaku ini diperkirakan untuk mengurangi ketegangan dan nyeri
karena lapar, perangsangan nafsu makan, dan kepecayaan tentang kelahiran (bayi mudah lahir,
warna kulit bayikelak lebih putih,dan mencegah terjadinya tanda lahir). Sebaiknya dilakukan
identifikasi masakah kultural yang dapat mengganggu pola penggunaan makanan yang bergizi.
Setelah itu, pendekatan secara edukatif dilakukan.
Cara mengatasi pica ialah dengan (a) membujuk ibi untuk mengkonsumsi makanan yang
padat gizi ´makanan´ yang bukan makanan yang bukan makanan tidak akan menimbulkan nafsu
makan, melainkan sebalikinya, menghilangkan nafsu makan. (b) memberikan suplementasi zat
besi. (c) merancang dan melaksanakan pendidikan gizi yang berisi materi tentang pengaruh yang
tidak diinginkan yang munkin terjadi akibat perilkau tersebut, seperti anemia ibu dan bayi,
malabsorpsi zat gizi essensial. (d) meningkatkan asupan cairan dan makanan yang kaya akan
serta, seprti dapat mendorong defekasi. (e) memantau kemungkinan terjadi mutaber karena
peluang terjadinya investasi parasit dan keracunan pada kondisi ini lebih tinggi. Jika ini benar
terjadi, asupan cairan harus lebih diperbanyak.

"$%&c'"!# c,c
ccc Kehamilan beresiko tinggi ialah kehamilan yang disertai oleh penyakit atau kondisi seprti
diabetes, penyakit jantung, anemia, usia remaja, vegetarain. Tulisan ini hanya akan membahas
kehamialjn dengan anemia, usia remaja, dan vegetarian. Kehamilan dengan hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit jantung hanya disingung sediiki.
c
"$%&c"c"%c
Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besar angka kesakitan
dan kematuan maternal, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah. Penyebab
utama kaematian maternal antara lain adalah pendarahan pascapartum (di samping eklampsia
dan penyakit infeksi) dan plasenta pravia yang kesemuanya berpangkal pada anemia efisiensi.
Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan yang meningkat yangb ditujukan untuk memasok
kebutuhan janin dalam bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi),
pertumbuhan plasenta, dan peningkatan volume darah ibu, jumlah yang diperlukan sekitar 1000
mg selama hamil.
Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relatif sedikit, yaitu 0.8 mg sehari, yang
kemudian meningkat tajam selama trimester II dan IIIsehingga 6.3 mg sehari. Debagian
peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan besi dan dari peningkatan adaptif dalam jumlah
presentase besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan ini sangat sedikit
(atau ekstremnya tidak ada sama sekali) sementara kandungan dan serapan zat besi dalam dan
dari makanan sedikit, maka pemberian suplementasi pada masa ini menjadi sangat penting.
Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah diserap ketimbang bentuk ferri. Tablet zat besi
yang banyak tersedia, mudah didapat , murah, serta khasiatnya lebih efektif ialah ferro sulfate,
ferro glukonate, dan ferro fumarat.
Wanita hail biasanya tidak hanya diberi preparat zat besi, tetapi juga (karena anemia pada
kehamilan selain disebabkan oleh defisiensi zat besi, juga oleh kekurangan asam folat) preparat
asam folat. Dosis pemberian asam folat sebesar 500 µg dan zat besi sebanyak 120 µg. Respon
positif terhadap pengobatan dapat dilihat dari peningkatan kadar hemoglobin sebesar 0.1 g/dl
sehari mulai hari kelima dan seterusnya. Dengan demikian, pemberian sebanyak 30 g zat besi
tiga kali sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3g/dl/minggu, atau
sehari.
"$%&c/"",'c
c Manusia pada umunya tergolong omnivora, pemakan semua jenis pangan. Vegetarian
ialah kelompok eksklusif yang tidak mau menyantap daging hewan. Kelompok ini terbagi
berdasarkan jenis pangan yang diinginkan atau ditolak, menjadi vegetarian setengah hati
(semivegetarian) dan vegetarian total. Vegetarian paruhan ini menolak hanya sebagian hewan,
misalnya tidak mau makan daging merah saja. Pollovegetarian hanya menyantap unggas dan
tetumbuahn, sementara pescovegetarian makan ikan dan tetumbuhan. Ovovegetarian hanya
menyenangi telur. Lactovegetarian hanya memakan hasi olahan susu (es krim dan keju). Yang
paling ekstrim tentu saja vegetarian total (veganvegetarian) yang mengharamkan semua makanan
selain tetumbuhan.
Karakteristik para vegetarian ini ialah: (1) berat badan ideal terhadap usia dan tinggi
badan biasanya rendah, (2) cenderung menderita berbagai defisiensi zat gizi, seperti vitamin B12
[mengakibatka anemia defisiensi], riboflavin, vitamin D dan kalsium serta protein.
Perencanaan gizi tergantung pada jenis makanan yang dihindari, serta kesanggupan orang
untuk memperoleh dan menyiapkan makanan yang satu sama lain dapat saling melengkapi.
Bebijian,misalnya,sebaiknya disantap bersama dengan kacang. Jika makanan diracik dengan
tepat, seorang vegan hanya membutuhkan suplementasi vitamin B12. Namun, jika menu diatat
sembarangan, dia dapat kekurangan zat gizi yang esensial seperti kalsium, seng, protein, dan
riboflavin.
Vegetarian harus makan sesering mungkin untuk memenuhi kebutuhan kalori agar berat
badan bertambah dan sebagai konservasi protein. Jika berat badan tidak bertambah, pekerjaan
fisik harus dikurangi.

"$%&c"c$-"',"!cc
Kehamilan dengan hipertensi ialah keadaan hipertensi yang diimbas oleh kehamilan.
Istilah ini di adopsi oleh ³The American College of Obstetrician and Gynecologist´ untuk
menganti istilah preeklampsia dan eklampsia. Sindrom ini terdiri atas, yaitu: hipertensi,
proteinuria, dan edema. Hipertensi jenis ini lazim menjangkiti primigravida (kehamilan minggu
xx) berusia antara 20-35 tahun yang berasal dari lapisan sosial ekonomi tingkat bawah, dan
menderita malnutrisi.
Seorang wanita hamil boleh dicurigai menderita hipertensi kehamilan, jika yang
bersangkutan sering mengeluh pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian
atas (ulu hati), nafsu makan lenyap, rasa mual dan muntah. Tanda yang mudah diperiksa ialah
pertambahan berat badan secara progresif (lebih dari 3 Kg setiap minggu).
Penyebab yang pasti dari hipertensi jenis ini belum diketahui. Kekurangan kalsium dan
zat gizi lain, faktor predisposisi genetis dan immunologis diduga melatarbelakangi keadaan ini.
Peningkatan zat gizi apa yang menyebabkannya belum diketahui. Kepada pasien biasanya
dianjurkan untuk menjalankan diet seimbang dengan makanan tinggi protein tinggi kalori
(TKTP) sebesar 75-80 g nprotein sehari, disertai kalsium yang tinggi pula. Makanan yang dipilih
sebaiknya berasal dari bahan yang bernilai biologi tinggi (misalnya daging, telur, ikan, unggas,
susu dan hasil olahannya yang mengandung kalsium), dan sekali-kali jangan memkonsumsi
³junk food´.
Jika terjadi edema paru, asupan Na dan air harus dibatasi, namun tidak boleh kurang dari
2 mg/hari.
cc
cc 4c
c
c
Tidak diragukan lagi bahwa ASI memang merupakan makanan terbaik untuk bayi. ³susuilah
bayimu sampai usia dya tahun..´ begitu tertulis dalam kitab suci. Namun, sayangnya, terutama
padab awal tahun tujuh puluhan pengguna ASI menurun secara dratis. Prilaku tidak menyusui
bayi berubah sejalan dengan perubahan pendidikan formal (M. Enoch & D. Abunaim,
1988).pemberian susu botol meningkat dari 5% (sekolah dasar ke atas) sampai 56% (peguruan
tinggi). Sebaliknya, pemberian air susu ibu menurun dari 89% (sekolah dasar ke atas) sampai 0%
(perguruan tinggi). Pemberian susu eksklusif ³cenderung´ menurun dari 37% (1987) menjadi
30% (1992), sementara pemberian makanan tambahan tetap tidak cukup.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya
ialah karena air sus tidak keluar. Penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari
stres mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi. Namun demikian, prilaku menyusui
bayi segera setelah lahir (dengan catatan bahwa ibu tidak dalam keadaan terbius dan mengidap
penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan utuk menyusui, serta bayi tidak menderita
kelaianan saluran mulut, saluran nafas, atau lahir tidak cukup bulan) terutama dikondisikan oleh
³jaringan pemasaran´ susu formula baik melalui iklan mauoun memasok langsung produknya
kerumah sakit (atau bersalin). Sekali terpengaruh dan terperangkap oleh kondisi ini, jangan
diharap air susu akan daapt mengalir optimal, jika belum dapat dikatakan´tidak dapat keluar
lagi´ (lihat fisiologi ASI).
Wanita menyusui tidak perlu diet yang sangat sempurna. Ada beberapa zat gizi yang
harus banyak dimakan selama menyusui namun kalau intinya hanya´kesuksesan´ , komposisi zat
gizi dalam di dalam ASI mereka yang´cukup makan´. Yang tidak sama hanya volume ASI itu
sendiri. Karena itulah, wanita menyusui dianjurkan untuk memperbanyak minum serta cukup
beristirahat.

:! & cc


Kelenjar susu tersusun atas dua macam jaringan, yaitu jaringan kelenjar (glandular tissue,
atau parenkim), dan penopang (supporting tissue atau stroma) jaringan kelenjar berisi banyak
sekali kantong alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epitel otot yang bersifat kontraktif. Bagian
dalam alveolus dilapisi oleh selapis epitel. Susu dibentuk pada epitel kelenjar ini. Persiapan
untulk berproduksi berlangsung selama kehamilan sehingga membesar sampai 2-3 kali ukuran
normal.
Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian
pertama, susu disekresikan oleh hormon proklakti dan ACTH. Kedua hormon ini mempengaruhi
perkembngan kelenjar mamme. Pada pase kedua air susu yang dihasilkan oelh kelenjar dialirkan
keputing susu setelah sebelumnya tekumpul dalam sisnus. Selama kehamilan berlansung
lagtogenesis kemungkinan besar terkunci oleh pengaruh progesteron pada sel kelenjar. Seusai
partus, kadar hormon ini menyust drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi
sehingga mengimbas lagtogenesis.
Lagtasi diawali oleh dua macam trefleks, yaitu the mill production reflex dan the let don
reflex. Manakala bayi mengisap puting susu serangkaian implus akan menuju medula spinalis
lalu keotak, dan menyusut kedalam kelenjar hipofisis, memeicu sekresi oksitosin pada bagian
posterior hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebankan kontraksi sel- sel efitel otot polos yang
membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung didalamnya tersembur kesetiap dukts
dan sinus.

"(,(c%"+(!(cc
Jika dibangdingkan denagn susu formula biaya yang dikeluarkan akibat pemberian ASI
tetap lebih murah, meskipun wanita menyusui memebutuhkan zat gizi extra. Bila anak disusui
selama dua tahun, berarti telah menerima ASI sekitar 375 liter yang setara dengan 437 liter susu
sapi. Jika dihitung berdasarkan rata- rata kebutuhan ASI sebesar 800 cc perhari, bayi usia enam
sampai tujuh bulan pertama telah menghabiskan sekitar 150 liter susu yang setara dengan 22 kg
susu bubuk formula. Biaya ini belum memperhitungkan keperluan lain seperti pembelian dot,
botol susu, alat pemasak, pendingin susu, bahan bakar dan yang yang lebih pentig agi biaya
pengobatan pada bayi yang diberi susu formula membengkak 10 kali lebih besar dibandingkan
bayi yang dibei ASI. Penggunaan air yang tidak bersih (sumber air minum yang aman baru dapat
diakses oleh 63% penduduk, sementara penduduk pedesaan hanya 53%), botol yang kotor dan
dot yang tidak licin (ditumbuhi jamur dan menjadi sarang bakteri) merupakan konstributor
tingginya angka kesakitan pada bayi peminum susu botol. Selain itu tidak terbantahkan lagi jika
memberiakn ASI secara relatif tidak merepotkan, ibu tidak harus ketoko atau kewarung dahulu
untuk membeli susu formula karena ASI dapat diminum langsung, semetara kehangatannya sama
denagn suhu tubuh dan steril. Sekalipun ibu harus mencangkul sawah, sekedar mengambil extrim
memberi ASI tetap lebih ringan. Di beberapa Desa masih sering terlihat ibu yang menyusui bayi
sembari mencangkul: bayi digendong disisi badan dan payu darah agak diarahkan ´kesisi itu´.
Sealiknya jika susu botol yang diberikan ibu harus terlebih dahulu mencuci tangan, menyiapkan
botol, menuang air, mencampur susu. Belum lagi jika terpikir kerepotan ³menjinjing peralatan
susu bayi, disamping cangkul´. Gambaran ini selaigus menepis alasan tentang sibuknya
memeberikan ASI.
Untuk menghasilkan 100cc ASI diperlukan energi sebesar 80- 90 kkal. Simpanan lemak
selama hamil dapat memaok energi sebanyak 100- 200kkal perhari. Berarti untuk menghasilkan
850cc (rata- rata volumu ASI dinegara sedang berkembang) diperlukan energi sekitar 750kkal.
Penambahan kalori selam menyusui hanya 500kkal perhari. Kekurangan 250kkal diambil dari
cadangan kalori wanita (simpanan lemak selama hamil).
Seandainya tiap wanita menyusukan anak selama paling sedikit 4 bualn saja dia akan
kehilangan kalori 250 x 30 x 4kkal=4500kkal yang setara (9kkal terkandung dalam 1gr lemak)
denagn 5kg lemak. Ditabah dengan materi yang dikeluarkan ketiak melahirkan maka berat
wanita akan menyeusut senayak 10, 35 kg. Denagn demikian, keteraturan memberiak ASI akn
membantu penurunan berat badan.
Perhitungan diatas didasarkan pada asumsi bahwa kegiatan fisik wanita tidak berubah.
Seandainya dia secara teratur juga melakukan senam selama 15 menit atau bahkan lebih sehari,
penysutan kalori akan lebih besar lagi. Bearat bdan sebagian wanita menyusui akan berkurang
sekitar 0,5- 1,0 kg/ bulan. Kehilangan berat yang diperkenankan tidak melebihi 2kg/ bulan.
Peransangan puting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin kedalam
darah yang pada gilirannya memnyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak,
penyebab ³gendud´ , kembalikeukuran sebelum hamil denagnbantuan senam, proses
pelangsingan dapat dipercepat. Penjelasan ini jika digabung denagn keterangan sebelumnya
dapat digunakan untuk membantah anggapan sebagian ibu yang enggan menyusiu bahwa
mwmberi ASI akn merusak bentuk tubuh,. Yang terjadi justru sebaliknya mempercepat
pelangsingan.

Jika seorang tidak berkenan menggunaan alat kontrasepsi arti fisial, pemberian ASI dapat
menjadi alternatif. Kontrasepsi, namun denagnsyarat bahwa bayi hanya idberi ASI. Pemberian
ASI secara exlusif akan meransang sekresi hormon prolakyi dan oksitosin. Hormon prolaktin
berkamampuan menekan opulasi (menghambat kegiatan atan ovarium melalui penghambatan
hormon lutteinizing sembari meganggu sekresi GRH- gonado tropin- releasing hormon), dan
oksitosin berfungsi memicu dan memcu involusi uterus. Namun demikian, ibu harus tetap
berhati- hati karena kontrasepsi dangan cara ini tidak 100% efektif. Jika ibu memberikan ASI
secara exklusif, daya lindung hanya 98%, dan ini efektif jika haid tidak terjadi.

:#, 'c+c%"%-"'($c&#,!cc
c Gangguan proses pemberian ASI pada prinsifnya berakar pada kurangnya pengetahuan,
rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan (lihat faktor yang
menghambat dan memperlancar lakasi). Pemberian ASI itu sendiri, sesungguhnya, merupakan
proses ilmiah, tetapi bukan berarti ³kunfayakun´ , jadi seketika. Menutsui memerlukan persiapan
dan persiapan itu harus sudah dimulai selagi hamil.ketidak tahuan akan manfaat ASI,
kemudaratan yang mungkin timbul ³susu botol´ dan ³isu negatif ³ yang ditiupkan oleh teman
sebaya dan produsen susu formula, terujud sebgai keengganan menyusui anaknya. Pengaruh ini
akan semakin besar jika ibu masih remaja dan kelahiran anak tidak dinginkan.
Masa persiapan menyusui sudah dimulai ketika hamil. Kepada calon ibu perlu diajarkan
cara menyusui pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI, serta cara
perawatan payu dara selama menyusui. Puting susu harus diperiksa selama satu atau dua bulan
sebelum melahirkan. Jika puting mengalami infersi, kondisi yang dapat menyusahkan bayi untuk
menyusui dapat memprustasikan ibu, diupayakan agar kembali menonjol. Di samping itu,
kebersihan dan kelenbaban payudara harus dijaga agar tidak terjangkit infeksi.
Air susu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama, yang betahan
sekitar 4-5 hari, masih berupa kolostrum. Banyaknya kolostrum yang disekresikan setiap hari
berkisar antara 10-100cc dengan rata-rata 30cc. air susu sebenarnya keluar setelah hari kelima.
Ibu harus menjulurkan payudaranya kemulut bayi hingga seluruh puting dan
areola´tergenggam´oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan air susu jangan dibebankan pada satu
payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi
payudara sebagai produsen ASI. Karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing 7-
10 memit. Setelah menyusui payudara dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering dalam
udara selama 15 menit.
Jumlah produksi ASI tergantung pada besarnya cadangan lemak yang tertimbun selama
hamil dan dalam batas tertentu, diet selama menyusui. Rata-rata volume ASI wanita berstatus
gizi baik sekitar 700-800, sementara mereka yang berstatus kurang hanya berkisar 500-600cc
(Jellife &Jellife, 1966). Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama sebesar 750cc
sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50cc yang kemudian meningkat
menjadi 500,650 dan 750 masing-masing pada hari V, bulan I dan III. Volume ASI pada 6 bulan
berikutnya menyusut menjadi 600cc. namun demikian, status gizi tidak berpengaruh besar
terhadap mutu (kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikit lebih
rendah (Hambraeus & Sjolin). Pendapat ini dapat digunakan sebagai penjelasan kepada wanita
yang enggan menyusui bayi dengan alas an status gizi mereka kurang baik.

"'+cc
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pascapartum mencapai sebanyak 500 kkal.
Rekomendasi ini didasarkan pada asumsi, bahwa setiap 100cc ASI berkemampuan memasok 67-
77 kkal. Efisiensi konversi energy yang terkandun dalam makanan menjadi energy susu sebesar
rata-rata 80% dengan kisaran 76-94%. Dari sini dapat diperkirakan besaran energy yang
diperlukan untuk menhasilkan 100cc susu, yaitu sekitar 85 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari
850cc yang berarti mengandung 600 kkal. Sementara itu kalori yang dihabiskan untuk
menhasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktaksi berlangsung lebih dari 3 bulan, dan
selama itu berat badan ideal ibu menurun, berarti jumlah kaori tambahan harus ditingkatkan.
Sesungguhnya tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya
(sekitar 200 kkal) diambil dari cadangan indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengigat
efisiensikonversi energi hanya 80-90%, maka energi dari makanan yang dianjurkan (500 kkal)
hanya akan menjadi energi ASI sebesar 400-450 kkal.
Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan 680-807 kkal (rata-rata 750 kkal) energy.
Jika ke dalam diet tetap ditambahkan 500 kkal, yang terkonversi hanya 400-450 kkal, berarti
setiap hari harus dimobilisasi cadangan energy endogen sebesar 300-350 kkal yang setara dengan
33-38 gr lemak. Dengan demikain, simpanan lemak selama hamil, sebanyak 4 kg atau setar
dengan 36000 kkal akan habis setelah 105 sampai 121 hari, atau sekitar 3,5-4 bulan.
Penghitungan ini sekaligus menguatkan pendapat bahwa dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat dan menepis isu bahwa menyusui bayi akan membuat
tubuh menjadi tabun.
Mengacu pada ³Literatur Barat´ , asupan energy kurang dari 2700 kkal sehari
menyiratkan kekuranagn kalsium, magnesium, seng, vitamin B6 dan fosfat. Sampai sejauh apa
pengaruh kekuranagan ini (juga vitamin dan mineral lain) terhadap keberhasilan menyusui serta
dampaknya terhadap kesehatan ibu dan anak, belum diketaui. Namun demikian, wanita
vegetarian dan mereka yang tidak menyukai susu sebaiknya menkonsumsi pangan lain yang
diperkaya dengan vitamin D yang dilengkapi dengan suplemen ASI (vitamin D dan B12 sebanyak
10 >g dan 2,6c>g per hari).
c
' ,"c
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein di atas kebutuhan normal sebesar
20 g/hari. Dasar ketentuan ini ialah bahwa tiap 100 cc ASI mengandung 1,2g protein. Dengan
demikian, 850 cc ASI mengandung 10 g protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi
protein susu hanya 70% (dengan variasi peroranagan, tentu saja). Peningkatan kebutuhan ini
ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis
hormon yang memproduksi (prolaktin) serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin).
cc
c4c
c
c
Jika dihitung dari saat kelahiran, berat bayi akan bertambah dua kali lipat pada bulan IV: dari 3,2
kg menjadi 6,4 kg. setelah itu, pertumbuhan akan sedikit melambat. Berat badan bayi hanya akan
bertambah sebanyak 2,3 kg setahun. Keterlambatan ini berlangsung sampai usia remaja. Setelah
itu, BB akan bertambah secara mencengangkan.
Meskipun tidak sedramatis berat, tinggi badan juga bertambah: dari hanya 50 cm ketika
lahir menjadi 75 cm (bertambah 25 cm) setelah berusia 1 tahun . di tahun II kehidupan, tinggi
hanya bertambah 12-13 cm, untuk seterusny semakin lambat hingga mencapai usia remaja. Pada
saat itu, tinggi badan akan bertambah sebanyak 16-20 cm selama 2-21/2 tahun.
Perubahan organ tubuh selama tahun pertama memengaruhi kesiapan bayi untuk
menerima makanan padat. Pada mulanya, bayi hanya dapat mdengisap, yang dapat diartikan
sebagai kemampuan mengisap payudara untuk memperoleh air susu. Pada bulan kedua, ia
mampu memainkan lidah sehingga makanan setengah padat mulai dapat ditelan. Namun
demikian, kepandaian mengunyah baru diperoleh pada usia dua tahun.
Di awal kehidupannya, lambung dan usus bayi sesungguhnya belum sepenuhnya matang.
Bayi dapat mencerna gula dalam susu (laktosa), tetapi belum mampu menghasilkan amylase
dalam jumlah yang cukup. Ini berarti, bahwa bayi tidak dapat mencerna tepung sampai paling
tidak usia 3 bulan.

!c,(c!(!(c* '%(&6c
c Dibandingkan dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akan zat gizi boleh dibilang sangat
kecil. Namun, jika diukur berdasarkan persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi
ternyata melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua kali lipat.
Makanan pertama dan utama bayi tentu saja air susu ibu. Pilihan ini tidak perlu
dipedebatkan lagi. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal.
Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa, lemaknya banyak mengadung polyunsaturated fatty acid
(asam lemak tak jenuh ganda), protein utamanya lactalbumin yang mudah dicerna, kandungan
vitamin dan mineralnya banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi
merupakan kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga mengandung zat
anti infeksi.
Kolostrum ialah ASI yang keluar pertama kali, berwarna jernih kekuningan, dan kaya
akan zat antibody seperti: (a) factor bifidus, (b) SIgA, IgM, IgG, (c) factor antistafilokokus, (d)
Laktoferin, (e) laktoperoksidase, (f) komplemen: C3, C4, (g) interferon, (h) lisozim, (i) protein
pengikat B12, (j) limfosit, (k) makrofag, (l) factor lipid, asam lemak, dan monogliserida. Jumlah
kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100 cc (rata-rata30 cc) sehari. Sekresi ASI
meningkat secara bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam seusai melahirkan.
Factor bifidus adalah factor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobacillus bifidus, bakteri
yang dianggap dapat menganggu kolonisasi bakteri patogen di dalam saluran cerna.secretory
immunoglobulin A (SIgA) dianggap berkemampuan mengikat protei asing bermolekul besar,
seperti virus, bakteri, dan zat toksik. Pengikatan ini bertujuan untuk penyerapan sehingga tidak
membahayakan bayi. Laktoferin merupakan protein pengikat zat besi agar tidak dapat digunakan
oleh bakteri untuk bertumbuh kembang. Lisozim ialah enzim yang bekerja menghancurkan
bakteri dengan jalan merobek dinding, yang seacara tidak langsung meningkatkan keefektifan
antibodi. Leukosit ialah sebagian fungsi mencegah enterokolitis nekrotikan, penyakit yang
mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan lahir rendah.
Maktofag, selain menyekresikan SIgA dan interferon, juga berfungsi untuk memangsa
organism lain. Komplemen, laktoperoksidase, dan factor anti streptokokus merupakan factor
pertahanan yang membantu menurunkan insidensi infeksi.
Ketersedian zat ini menyiratkan bahwa masalah yang mungkin timbul pada bayi yang
mengisap kolostrum tidak akan separah bayi yang teraspirasi susu formula. Sayangnya, di
lingkungan budaya tertentu, pemberian kolostrum justru ditabukan. Kisah ini terbaca dalam hasil
survei kesehatan Indonesia tahun 1992, wanita Indonesia yang memberikan kolostrum baru
menyentuh angka 51%. Pemberian cairan jernih kental kekuningan ini meningkat seiring
peningkatan pendidikan ibu. Di jawa dan bali nilai ini tepaku pada angka 50%, sementara di
dsaerah lain bervariasi antara 52-55%. Di pulau jawa sendiri , jawa timur 40%, jawa tengah 49%,
dan Jakarta 68% (wanita berpendidikan tinggi memang lebih banyak bermungkin di Jakarta,
sensus 1990)
Sectretory IgA yang terkandung dalam kolostrum berkemampuan mengikat allergen
potensial, sekaligus mencegah penyerapan. Itulah sebabnya mengapa bayi peminum ASI jarang
mengalaami alergi. Pemberian susu formula dapat beraati memaparkan bayi pada alergan pada
jumlah besar, sementar SIgA tidak tersedia. Pemaparan alergan secara dini cenderung
meningkatkan resiko terjadinya reaksi alergi, terutama pada keluarga yang mempunyai riwayat
alergi. Sebaliknya, pemberian ASI secara eksklusif selama beberapa minggu setelah lahir akan
menurunkan resiko menderita eksim atopik di tahun pertama kehidupan, di samping tentu saja
menjalin keakraban.

"#('c!(!c) , &cccc
Jika penyiapan tidak memenuhi syarat kebersihan (misalnya: peralatan yang digunakan
tidak bersih dan pencampur tidak dimasak dendan sempurna) memberikan susu formula melalui
botol hampir identik dengan menanam bibit penyakit dalam tubuh bayi (sumber infeksi). Pada
kenyataannya, terutama di Indonesia, fasilitas sanitasi yang layak dan pasokan air bersih baru di
nikmati oleh separuh populasi. selain itu, sisa susu yang tidak disimpan di dalam lemari
pendinginan mestinya tidak digunakan lagi (jika disimpan di lemari pendingin masih dapat
digunakan paling lama 4 jam). Masih menurut penelitian Muhammad Enoch dan Djumadias di
Jakarta (1988), angka kejadian diare pada bayi yang diberi ASI dan susu botol 14%, dan jika
diberi susu botol saja angka kejadian diare meningkat sampai 18%. Susu buatan boleh jadi
berperan sebagai wahana pembiakan bakteri patogen enteric dan atau produksi enterotoksin.
Sejauh ini belun ada pembuktian bermakna tenatang hubungan antara jumlah bakteri
yang menempel pada botol susu pada bayi yang ibunya menjalani masa pendidikan kurang dari
15 tahun, pada kenyataannya lebih tinggi ketimbang mereka yang mengenyam bangku sekolah
lebih dari 15 tahun. Sementara botol susu bayi yang telah berusia di atas 6 bulan terbukti
tercemar lebih hebat jik dibandingkan dengan botol susu sebaya mereka yang berumur kurang
dari 6 bulan.
Tingkat pendidikan tertent (paling sedikit dapat dan mau membaca etiiket pada kaleng
susu) diperlukan untuk mencampur susu formula dalam takaran yang tepat. Jika tidak, campuran
terlalu kental (dapat menimbulkan diare hipertonik) atau terlalu encer (kurang mengandung zat
gizi yang diperlukan). Diare hipertonik dapat menyebabkan dehidrasi hipertonik, yang
selanjutnya menimbulkan tetanus neonatal. Keadaan ini terutama berlangsung pada hari ke-3 dan
14 karena kalsium (juga Mg) di dalam plasma bayi rendah.
Bayi yang diberi ASI harus bekerja keras mengisap putting susu, sedangkan bayi
peminum susu botol pasif saja: menanti tetesan susu dari botol. Dampaknya: karena harus bekrja,
bayi yang minum ASI akan segara berhenti mengisap jika dia telah merasa kenyang. Sebaliknya
bayi peminum susu botol tidak akan berhenti meneguk susu kecuali botolnya telah kosong hal
cepat mengarah ke arah obesitas.

"'+cc
Kebutuhan energy bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi
menurut usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energy selama 2 bulan pertama, yaitu pada
masa pertumbuhan cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan pertama
kehidupan, bayi memerlukan energy sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg BB/hari, yang kemudian
berkurang sampai sekitar 105-110 kkal/kg BB/hari pada 6 bulan sesudahnya.
Enegi dipasok terutama oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat digunakan
sebagai sumber energy, terutama jika sumber energy lain sangat terbatas. Kebutuhan akan energy
dapat di taksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh, atau menghitung secara langsung
konsumsi energy itu, yang hilang dan terpakai. Namun cara terbaik adalah dengan mengamati
pola pertumbuhan yang meliputi berat dan tinggi badan, lingkar kepala, kesehatan dan kepuasan
bayi.

5'cc
c Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan kalori, suhu lingkungan, kegiatan
fisik, kecepatan pertumbuhan dan berat jenis air seni. Air menyusun kira-kira 70%berat badan
pada saat lahir yang kemudian menurun sampai 60% menjelang bayi berusia 12 bulan. Jumlah
air yang dibutuhkan oleh bayi (dan anak) lebih besar 50% dibandinkan kebutuhan orang dewasa.
Rasio cairan: kalori adalah 1,5 cc/1 kkal (rasio orang dewasa=1 cc/kkal).
Bayi yang sehat akan merasa kenyang dengan pasokan ASI sebanyak 150-200 cc/kg
BB/hari (setar dengan 100-130 kkal/kg/hari)selama 6 bulan kehidupan. Jika bayi mampu secara
teratur meminum ASI sejumlah seperti yang ditulis di atas, ia tidak membutuhkan tambahan air
dari sejak lahir sampai akhir tahun pertama, kecuali jika ia diberi tambahan makanan padat.
"%#cc
Air susu ibu memasok sekitar 40-50% energy sebagai lemak (3-4g/100 cc). lemak
minimal harud menyediakan 30% energy, yang dibutuhkan bukan saja untuk mencukupi
kebutuhan energy, tetapi juga untuk memudahkan penyerapan asam lemak esensial, vitamin
yang terlarut dalam lemak, kalsium, serta mineral lain, dan juga untuk menyeimbangkan diet
agar zat gizi lain tidak terpakai sebagai sumber energy. Setidaknya 10% asam lemak sebaiknaya
dalam bentuk tak jenuh ganda, yang biasanya dalam bentuk asam linoleat. Asam linoleat juga
merupakann asam lemak esensial. Asam ini terkandung di dalam sebagian besar minyak
tetumbuhan. Saying sekali jumlah kebutuhan yang tepat belum diketahui dengan pasti. Dari air
susu ibu, bayi menyerap sekitar 85-90% lemak. Enzim lipase di dalam mulut (lingual lipase)
mencerna zat lemak sebesar 50-70%.

') $',c
c Kebutuhan akan karbohidrat tergantung pada besarnya kebutuhan akan kalori. Belum ada
anjuran berapa jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi dalam satu hari. Namun, sebaiknya
60-70% energy dipasok oleh karbohidrat. Jenis karbohidrat yang sebaiknaya diberikan adalah
laktosa, bukan sukrosa, karena laktosa bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi. Manfaat ini
berupa pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus besar sehingga penyerapan kalsium
meningkat dan penyerapan fenol dapat dikurangi. Pada ASI dan sebagian besar susu formula,
laktosa memang menjadi sumber karbohidrat diperkirakan sebesar 40-50% yan sebagian besar
dalam bentuk laktosa.

' ,"c
c Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbuh kembang dan
jumlah nitrogen yang hilang lewat air sen, tinja, dan kulit. Mutu protein tergantung pada
kemudahannya untuk dicerna dan diserap (digestibility dan absorpability) serta komposisi asam
amino di dalamnya. Jika asupan asam amino kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan
tinggi badan, sert lingkaran kepala akan terpengaruh.
Asupan protein yang berlebihan, terutama pada bayi yang kecil, akan menyebabkan
kelebihan asam amino yang harus di metabolisasi dan dieliminasi sehingga menimbulkan stress
berat pada hati dan ginjal tempat deaminasi berlangsung.
Dalam menghitung kebutuhan protein berdasarkan air susu ibu, perlu dipikirkan gaktor lain
disamping kemudahcernaannya. Di dalam ASI yang mengandung nitrogen, banyak komponen
berisi factor yang berperan sebagai sesuatu yang tidak berkaitan dengan fungsi protein itu
sendiri. Laktoferin misalnya berfungsi sebagai antibakteri. System kekebalan dalam ASI ini akan
menghalangi munculnya reaksi akibat keterpajanan antigen pada ibu bayi. Jika antigen berhasil
mencapai saluran usus, pembentukan IgA spesifik akan terpacu, limfoblas atau limfositakan
pindah ke dalam sirkulasi dan kelenjar susu untuk masuk ke dalam air susu dan saluran cerna
bayi. Immunoglobulin yang terbanyak dalam asi (yaitu SIgA) menjamin keamanan terhadap
lapisan lender. Limfsit, netrofil, makrofag, dan lisozim dalam ASI akan menjag bayi dari infeksi,
termasuk pengamanan terhadap payudara ibu. Makrofag, agaknya menyintesis laktoferin dan
koponen komlemen protein lain dan prostaglandin E2. Factor bifidus ASi menekan multiplikasi
E.coli.
Untuk mengetahui ASI telah memuaskan bayi, di samping dia terlelap (2-3 jam di antara
waktu maka) sehabis menyusu, atau setidaknya tidak memperbanyak tangis, ialah dengan
memantau pertukaran popok sebanyak 6-8 kali selama 24 jam. Berat badan juga bertambah. Jika
berat badan tidak bertambah selam 3 minggu pertambahan kehidupan atau berat terus berkurang
setelah 10 hari kehidupan, berarti asupan zat gizi dari ASI kurang.
Bayi peminum ASI akan tumbuh dengan baik jika ia dapat mengkonsumsi air susu ibu
sebanyak 150-200 cc/kg/hari, yang menyiratkan kebutuhan 1,3-1,8 protein, peptida, asam amino,
serta 0,3-0,4 g nitrogen yang bukan asam amino/kg BB/hari.
Nilai biologi protein ASI lebih tinggi ketimbang protein lain. Kebanyakan susu formula
dirancang untuk memenuhi kebutuhan sebesar 2,3 g/100 kkal (dibandingkan dengan 1,6/100
kkal). Takaran yang dianjurkan adalah sebesar 1,8/100 kkal dengan PER setara dengan casein
(takaran minimum). Tersebut, kebutuhan akan protein kemudian dihitung menjadi sebesar: (1)
1,6 g/100 kkal untuk bayi dari usia 0-4 bulan, (2) 1,4 g/100 kkal untuk bayi usia 4-12 bulan, dan
(3) 1,2 g/100 kkal untuk bayi dari usia 12-36 bulan.
Jika bahan pangan panagan yang digunakan tidak bernilai biologi tinggi (misalnya susu
formula), besarnya protein yang diberiakan adalah : (a) 1,9 g/100 kkal pada usia 0-4 bulan, (b)
1,7 g/100 kkal pada usia 4-12 bulan, (c) 1,4 g/100 kkal pada usia 12-36 bulan.
Jika dihitung berdasarkan berat badan, besarnya kebutuhan protein adalah: (1) 2,2
g/kg/hari pada usia <6 bulan, (2) 2 g/kg/hari pada usia 6-12 bulan dan (3) 1-1,5 g/kg/hari pada
usia di atas 1 tahun.
Asupan yng berlebihan dapat menyebabkan intoksikasi protein, yang menampilkan
gejala: letargi, hiperammonemia, dehidrasi dan diare.
Kebutuhan optimal bayi premature akan protein belum dapat ditetapkan dengan pasti,
karena kecepatan tumbuh mereka optimal juga belum dimengerti. Kecepatan tumbuh yang setara
dengan laju pertumbuhan diharapkan selama trimester III kehamilan akan tercapai mana kala
bayi mampu memakan protein yang sama banyaknya dengan jumlah yang disantap oleh bayi
cukup bulan. Namun demikian, banyak dokter anak yang menganjurkan takaran 20% di atas
kebutuhan bayi cukup bulan.

2,%cc%"'&c
Air susu ibu yang sehat dan cukup makan dianggap cukup mengandung elemen kelumt
kecuali vitamin D dan di beberapa daerah tertentu, flour. Sebelum diputuskan untuk memberikan
suplementasi, perlu dipertimbangkan keasdaan seperti: (1) status gizi bayi serta ibunya, (2)
perkiraan asupan makanan ibu,(3) makanan padat apa yang akan diberikan pada bayi pada saat
penyampihan. Dan (4) komposisi zat gizi dalam makanan tersebut.
c
 &c!(-&"%",!c!"'c(%(%c
Jika bayi telah diberika air susu ibu dalamm jumlah yang adekuat, dan ibu memiliki
status gizi yang baik, suplementasi tidak perlu diberikan, kecuali pada daerah-daerah tertentu,
yang memerlukan tambahan fluor dan vitamin D. fluor yang ditambah 0,25 cc/hari. Vitamin D
dianjurkan 400 IU (10>g )/hari. Terutama bagi mereka yang jarang bersentuhan dengan
matahari. Sementara itu, pemberian 2 suplemen lain, yaitu besi dan vitamin K, masih
diperdebatkan.
,c)"!c
7c sebagian klinisi menganjurkan agar bayi baru lahir diberi 7 mg Fe sulfat (keterzerapan
10%). Sebagian lagi tidak setuju, kecuali bayi telah berusia 4-6 bulan, karena tambahan ini akan
menjenuhkan protein bakteriostatik dalam ASI, yaitu laktoferin, yang pada gilirannya dapat
menurunkan keefektifan laktoferin. Gejala yang tidak diinginkan akibat Fe ialah sembelit,
muntah, diare, pewarnaan gigi, serta bdefisiensi Zn (Karena penyerapannya diganggu oleh Fe).

2,%ccc
c Untuk mencegah pendarahan di anjurkan pemberian vitamin K secara parenteral. Sebab
prodksi vitamin K oleh sukrosa usu belum berlangsung karena selama beeberapa hari sesudah
lahir saluran usus bayi masih kecil.
c
0c)+c!-$c
Menyapih secara harfiah berarti membiasakan. Maksudnya bayi secara berangsyr-angsur
dibiasakan menyantap makanan orang dewasa. Selama masa penyampihan, makanan bayi
berubah dari ASI saja ke makanan yang lazim dihidangkan oleh keluarga, sementara air susu
hanya diberikan sebagai makanan tambahan.
Permulaam masa penyampihan merupakan awal dari suatu perubahan besar baik bagi
bayi maupun ibunya. Keakraban yang terjalin lama, sejak bayi di dalam kandungan, perlahan-
lahan mulai dilonggarkan . proses ini harus diupayakan agar tidak terjadi secara mendadak.
Di beberapa tempat (budaya), pemberian air susu segera dihentikan manakala ibu hamil,
atau telah merasa telah hamil lagi. Perpisahan ini akan terasa semakin serius jika bayi di titipkan
pada nenek atau keluarga lain. Dampak psikologis serta pengaruh gizi akibat prilakuan ini akan
sangat membahayakan. Insidan pnyakut infeksi, terutama diare, lebih tinggi pada saat ini
ketimbang priode lain kehidupan. Hal itu karena berubah, dari ASI yang bersih dan mengandung
zat-zat antu-infeksi ( antara lain: IgA, laktoferin, WBC) ke makanan yang disiapkan, disimpan,
di makan tanpa mengindahkan syarat kebersihan (kesehatan).
Malnutrisi lebih sering terjadi pada masa ini ketimbang periode 4-6 bulan pertama
kehidupan karena tidak sedikit keluarga yang tidak mengerti kebutuhan khusus bayi, tidak tahu
bagaiman cara membuat makanan sapihan dari bahan-bahan yang terssedia di sekitar mereka
atau tidak (belum) mamapu menyediakan makanan yang bernilai gizi baik. Di berbagai tempat,
kini kebiasaan makan anak-anak yang tradisional yang secara nalar dianggap memuaskan tidak
lagi dapat dilanjutkan karena urbanisasi, tatanan baru keluarga, dan perubahan pola kerja eanita.
Proses penyampihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebekum berusia 6 bulan. Bahkan ada yang
baru memulaim penyampihan setelah bayi berusia 2 tahuin (kasus ekstrimnya 4 tahun).
Sebaiknya, pada masayarakat urban bayi disapih terlalu dini, yaitu baru beberapa hari lahir sudah
diberi makanan tambahan.

!c-"',%c%"+-$c
c Memasuki usia 6 bulan, bayi sudah siap meneriama makanan bukan cair, karena gigi
telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung
juga telah lebih baik mencerna tepung. Menjelang usia 9 bulan bayi telah pandai menggunakan
tangan untuk memsaukan benda ke dalam mulut. Jelaslah, pada saat tersebut bayi siap
mengkonsumsi makanan (setengah) padat.
Jika kemudian bayi disa[ih pada usia 4 atau 6 bulan, tidak berarti karena bayi telah siap
menerima makanan selain ASI, memang ada sebagian bayi yang harus tumbuh dengan
memuaskan meskipun tidak diberi makanan tambahan. Namun dilain pihak, banyak sekali bayi
yang membutuhkan zat gizi dan energy lebih dari sejedar yang tersedia di dalam ASI.
Yang harus selalu diingat adalah, bahwa bayi merupakan bagian dari ke;uraga. Karehna
itu, sepanjang proses penyapiha, kepada mereka sebaiknya diberiakn makanan yang lazim
disantap oleh anak yang lebih besar dan orang dewasa salam keluarga itu. Juga selalu diingat,
bahwa maknan yang diberikan bukan untuk mengantikan, melainkan pendamping ASi.
Di samping tujuan fisik (guna menukupi kebutuhan zat gizi dan enenrgi), menyusui dapat
sekaligus mengakrapkan hubungan ibu dan bayi, hal yang sangat bermanfaat bagi perkembangan
jiwa bayi. Semakin akrab mereka berdua (ibu dan bayi), semakin mudah ibu mengenali
kebutuhan bayimya. Oleh karena itu, penyapihan yang mendadak sebaiknya dihindari, termasuk
dalam hal ini meninggalkan atau menitipkan bayi pada orang lain dalam wakti lama. Jika
seandainya ibu terpaksa mengalihkan tanggung jawabnya ke orang lain, hal ini selayaknya
dilaksanakan secara cermat dan perlahan-lahan. Penyapihan selayaknya tuntas pada usia 12
bulan. Sejak saat itu bayi sudah harus terbiasa, dan secara teratur, mengkonsumsi makanan orang
dewasa.

$c%#c!-$c
yang dipilih untuk membuat sapihan sebaiknya mudah di dapat ( banyak tersedia di
kebun keluarga atau di pasar terdekat). Harganya murah, paling sering dimkan (merupakan
bagian dari apa yang dimakan oleh anggota keluarga yang lebih besar dan dewasa), dan
sebaiknya diramu dengan resep lokal.
Kini, di took dan apotek bahkan di warung, telah banyak tersedia makanan bayi langsung
jadi (instan), tetapi sayangnya harga makanan tersebut relati mahal dan nilai gizinya pun kalah
jika dibandingkan (dalam takaran gram yang sama) dengan makanan yang diramu dengan resep
lokal. Disamping itu jika keluarga tegolong tidak mampu, dikhawatirka keluarga tersebut akan
menghemat agar makanan tidak cepat habis: makanan diberi sedemikian sedikitnaya, atau diberi
air lebih banyak, tidak menuruti anjuran takaran yang semestinya. Akibatnya kebutuhan gizi bayi
(anak) tidak terpenuhi.
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung: (1) makanan pokok (pangan uang paling
banyak dikomsumsi keluarga biasanya makanan yang mengandun tepung, seperti beras, gandum,
kentang, tepung maizena), ditambah dengan bahan lain misalnya (2) kacang-kacangan, sayuran
berdaun hijau atau kuning, (3) buah, (4) daging hewan, (5) minyak atau lemak. Bahan ini dibuat
menjadi bubur untuk kemudian, sebagai peneman ASI, disuapkan pada bayi. Makanan pokok
direbus dalam air, atau susu sampai menjadi bubur yang kental dan tidak terlalu cair. Bubur
tersebut diperkaya dengan minyak atau lemak.
Bayi sebaiknya disuapi denan sendok, atau cangkir, dibutuhkan waktu untuk menyukai
(lalu mengemari) cita rasa makanan baru tersebut. Pada perkenalan pertama, jika bayi mau
memakan makanan ³asing´ sesendok atau dua sendok saja, itu sudah cukup. Kira-kira dua
minggu kemudian bayi akan terbiasa dengan makanan baru itu.
Begitu bayi telah terbiasa, jumlah asupan ditambah sedkit demi sedikit. D i samping itu,
diperkenalkan pula makanan jenis lain. Yang terkhir ini harus ini harus dicincang halus, lalu
dicampur dengan makanan pokok, atau diberikan secara terpisah.
5'c%"%-('cc
c Dari keenam jenis makanan setidak-tidaknya ditawarka tiga macam campuran, yaitu
campuran yang menggunakan dua jenis bahan (disebut campuran sederhana), dan tiga atau
empat jenis bahan (campuran majemuk).
Camouran yang menggunakan tiga atau empat macam bahan yang makanan mungkin
terlalu mahal untuk beberapa keluarga. Namun, tidak terlalu penting untuk mengadakan
golongan kacang dan hewan dalam satu campuran. Jika bayi sudah dapat memakan makanan
yang dibuat dari dua bahan, tentun saja dalam berbagai variasi campuran atau setidaknya dua
jenis dari campuran tiga bahan, makanan tersebut sudah sebaik campuran empat bahan.
Yang selalu diingat ialah penambahan minyak atau lemak ke dalam setiap campuran. Jika
kedua bahan tersebut tidak tersedia dapat digantikan dengan madu. Bagaimanpun minyak dan
lemak jauh lebih baik, karena di samping memasol energy, kedua bahan ini dapat melunakan dan
melezatkan makanan. Yang juga tidak boleh dilupakan ialah buah-buahan atau air buah pada
setiap makan, atau sebagai makanan selingan diantara dua waktu selingan.
Karena ASI sangat penting untuk bayi, maka tidak sesuatu pun yang boleh mengganggu
jadwal pemberian ASI. Berarti makanan sapihan baru boleh diberi setelah bayi disusui atau
diantara dua jadwal penyusuan. Sebab diawal masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan
pokok, sementara makanan sapihan hanya sebagai makanan pelengkap. Kemudian secara
berangsur, ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi
santapan utama.
c
:'"#("!c-"%)"'c%#ccc c c
Pemberiann utama cukup dua kali sehari, satu atau dua sendok the penuh.kebutuhan bayi
akan meningkat seiring tumbuh kembangnya. Jika bayi telah menggemari makanan baru
tersebut, ia akan mengkonsumsi 3-6 sendok besar penuh setiap kali makanan. Sekali lagi jangan
lupa, bayi tetap membutuhkan ASI. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan
empat porsi. Jika dengan takaran tersebut bayi masih kelaparan , berilah ia makanan selingan,
misal pisang atau biskuit. Buah-buahan merupakan makanan selingan yang sempurna. Bayi
memerlukan sesuatu untuk di makan setiap 2 jam, begitu ia terbangun.
Menginjak 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai mengunyah kepingan
makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan orang dewasa. Pada saat
itu ia akan (mungkin) empat sampai lima kali sehari. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan
separuh takaran orang dewasa.

c
" %c-"%)"'c%#c!-$c
Berukut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan makanan sepihan:

1.c Makanan padat pertama harus bertekstur sangat halus dan licin. Bayi perlahan-lahan akan
siap menerima tekstur yang lebih kasar.
2.c Bubur di saring baru boleh diberi jika bayi telah tumbuh gigi, dan makanan cincang
setelah bayi pandai mengunyah.
3.c Bayi harus diajari cara memegang makanan. Seiring pertambahan usia, bayi di ajari pula
cara mengambil makanan padat darai sendok makan.
4.c Volume pemberian susu jangan segera dikurangi sebelum bayi mampu bersantap dengan
sendok.
5.c Makanan padat sebaiknya disuapkan sebelum susu diberikan.
6.c Selama menyuapi bayi, ternyum dan berbicaralah padanya.
c2c
c c
c
c
Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan
sebagai priode laten, karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih
berstatus bayi. Di tahun pertama kehidupan, sepanjang bayi bertambah sebanyak 50%,
tetapi tidak berlipat setelah usia bertambah sampai 4 tahun.
Anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat sebanyak 2-2,5
kg, dan tinggi sebesar rata-rata 12 cm setahun (tahun kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm). berat
baddan baku dapat pula mengacu pada baku berat badan dan tinggi badan dari
WHO/NCHS, atau rumus perkiraan berat badan anak: berat anak usia 1-6 tahun=(usia x
2 +8), dengan demikian, berat anak 1 sampai3 tahun masing-masing 10,12 dan 14 kg.
Dengan baku WHO-NCHS, rata-rata anak usia 1,2,dan 3 tahun berturut-turut
10,2; 12,6; dan 14,7 kg untuk anak pria, sementara anak wanita 9,5; 11.9; dan 13,9 kg.
tinggi badan pria masing-masing 74,3; 86,5; dan 95,6 cm. jika dibandingkan dengan
tinggi badan yang dihitung dengan rumus, hasilnya tidak begitu jauh.
Pertambahan anak usia prasekolah, berkisar antara 0,7-2,3 kg dan tinngin0,9-
1,2cm/tahun sehingga menyebabkan tubuh mereka tanpa kurus. Berat pada usia 7-10
tahun bertambah sekitar 2 kg dan tinngi badan 5-6 cm setiap tahun. Menjelang puber
pertambahan berat dapat mencapai 4-4,5 kg setahun.
Perkembangan mental anak dapat dilihat dari kemampuannya mengatakan
TIDAK pada makanan yang ditawarkan. Penolakan itu tentu saja tidak boleh dijadikan
alasan oleh para orang tua untuk memulai ³perang di meja makan´, Karena keteganggan
justru akan memicu dan memacu sikap yang lebih defensif. Ada baiknya diadakan
kompromi, anak diberi pilihan satu atau dua macam makanan.
Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya
mau makan satunjenis makanan selama berminggu-minggu (food jag). Orang tua tidak
perlu gusar, asal makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara ini,
orang tua (atau pengasuh anak) tidak boleh jera menawarkan kembali jenis makanan lain
setiap kali makan.

!&$c0c#c
"%c"*!"!c)"!c
Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam
makanan terutama pada anak yang terlalu banyak mengkonsumsi sehingga
mengendurkan keinginan untuk menyantap makanan lain. Untuk mengatasi keadaan ini,
disamping memberikan suplementasi zat besi (jika dokter mnganggap ini perlu), anak
harus pula diberi dan dibiasakan menyantap makanan yang mengandung banyak besi.
Sementara itu, sebagian susu diganti dengan air atau air jeruk. Meski tidak mengandung
besi, air jeruk kaya akan vitamin C yang dapat membantu penyerapan besi.

'"!cc
Lubang gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan yang
lengket dan banyak mengandung gula. Karies yang terjadi pada gigi sulung memang
tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak memasuki usia
remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang berlubang akan menyerang gigi permanen
sebelum gigi tersebut berhasil menebus gusi.
Makanan yang dapat denan mudah menimbulkan karies, antar lain, keripik
kentang, permen (terutama permen karet), kue yang berisi krim, kue kering, dan
minuman manis. Namun, pada prisipnya makanan apa pun (termasuk buah-buahan) dapat
menimbulkan karies jika sesudah makan anak tidak dibiasakan segera mengosok gigi.
Upaya mencegah karies, tentu sudah jelas, yaitu menggosok gigi dengan pasta
gigi berfluorida (sebaiknya segera sesudah makan), disamping tidak mengkonsumsi
makanan yang lengket dan bergula. Makanan cemilan yang bbaik untuk gigi, antara lain,
buah segar, popcorn (bukan popcorn yang berkaramel), kacang, keju, yogurt, kraker
berselai kacang, air buah dan sayuran,permen tidak bergula, serealia tidak manis dan
asinan.

"+#,c#' !c
Penyakit yang tidak menguras cadangan energy sekalipun, jika berlangsung lama
dapat mengganggu pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan anak. Di samping
itu ada pula jenis penyakit yang menguras cadangan zat gizi, misalnya campak yang
menghabiskan cadangan vitamin A.

"',c)c)"'&")$c
Jika tidak teratasi, berat badan berlebih (apalagi jika telah mencapai obesitas)
akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama seperti orand dewasa, kelebihan berat
badan terjadi karena ketidakimbangan antara energy yang masuk dengan keluar, terlalu
banyak makan, terlalu sedikit olahraga, atau keduanya. Berbeda dengan orang dewasa,
kelebihan berat anak tidak boleh di turunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus
menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju pertambahan berat
selayaknaya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan
kembali normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil
memperbanyak olahraga.

cc
c Orang yang mengkonsumsi sesuatu bukan makanan, semisal perca dan debu
tergolong dalam pica. Prilaku tersebut tidak membahayakan hidup anak sejauh dia tiudak
menyantap zat toksik. Pica harus dibedakan denngan kebiasaan anak, terutama balita,
memasuki barang ke mulut untuk belajar, misalnya mengigit kelereng dan ini bukan pica.

"&"/!c
Sesungguhnya bukan televise yang menimbulkan masalah gizi, melainkan
dampak tayangnya, terlebih iklan yang dilakonkan oleh anak. Pemirsa anak yang belum
dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika menyukai, misalnya keripik
kentang, permen atau makanan lain yang tak bergizi. Yang iklan yang dibintangi oleh
sebaya mereka. Iklan makanan anak yang bergizi jarang sekali ditayangkan. Hal ini sulit
diatasi satu-satunya cara yang efektif untuk menghindarkan tayangan ³buruk´ itu adalah
dengan mematikan tv atau memindahkan ke salura lain. Yaitu saluran yang tidak
menayangkan iklan ketika iklan yang tidak diInginkan itu tampikan di layar tv. Jika anak
(besar) sudah dapat di ajak berkomunikasi, berikan tentang pebgajaran tentang dampak
negative makanan yang diiklankan.

"',c)c#('c
Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan
masalah serius. Masalah ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Sama seperti
masalah kelebihan berat, langkah penanganan harus berdasarkan pada penyebab serta
kemungkinan pemecahannya. Pertanyaan berikut mungkin dapat menyaring penyebab,
untuk kemudian mengupayakan penanganan: (1) konsumsi makanan atau minuman
apakah yang selalu membuatnya muntah atau diare?? (2) apakah selalu ada makanan di
rumah? (3) apakah anak tidak sering makan atau serapan, dan mengantikan dengan
makanan yang mengandung klaori atau zat gizi rendah? (4) apakah anak makan satu jenis
makanan saja dalam waktu lama, (5) apakah anak dapat tidur lelap? (6) apakah anak
banyak menonoton iklan makanan di tv dan menirunya, (7) apakah waktu makan menjadi
ajang yang membuat anak menjadi tegang.kesemua ini dapat membuat anak enggan
makan.

&"'c
Secara literal, alergi makanan di artikan sebagai respon tidak normal terhadap
makanan yang orang biasa dapat menoleransikan. Alergi makanan tidak jarang terlihat
pada anak (5-8%) dan dewasa (1-2%), terutama mereka yang memiliki riwayat keluarga
sebagai penderita alergi. Angka kejadian ini akan terus meningkat, sama seperti kasus
alergi lain semisal atopic atau asma.
Bergantung pada jenis makanan yang disantap, alergi boleh saja bersifat
sementara atau bahkan menetap. Alergi yang dipicu oleh susu, kedelai, telur dan tepung
terigu, dapat reda sendiri, sementara yang disebabkan oleh kacang, ikan, dan kerang
cenderung menetap. Kebanyakan alergi susumuncul pada tahun pertama kehidupan
ketika anak diperkenalkan dengan susu sapi atau sus formula yang dibuat dari sapi.
Alergi ini dapat diredakan sejalan dengan pertambahan usia, kecuali mereka yang bersifat
atopic.
Prevalensi alergi terhadap telur diperkirakan sekitar 1,6-2,6% dari populasi anak.
Dikalangan penderita dermatitis atopic, angka ini lebih tinggi lagi. Reaksi alergi terlihat
kira-kira 30 menit setelah santap, yang termanifestasi sebagai gangguan kulit (85%),
saluran cerna (60%), dan pernapasan (40%). Memasuki usia sekolah, sebagian anak
(44%), kembali dapat menikmati telur tanpa khawatir alergi, sementara sisanya
(56%)btidak.
Angka prevalensi terhadap kacang hanya menyentuh angka 0,6%. Gejala yang
muncul pada kali menyantap kacang terjadi kurang dari 30 menit (90%), bermanifestasi
mulai dari gangguan kulit hingga pernapasan. Akan semakin berat (40%) pada santapan
berikutnya, sementara 20% anak yang tadinya alergi justru dapat mengunyah kacang
dengan aman pada santapan berikutnya.

"&c!,,(!c0c
Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian paad priode
kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja tergantung pada
bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian penyakit itu, pemeriksaan terhadap tanda
dan gejala kea rah san ternasuk pula kelainan lain yang menyertainya
"%"'#!c#&! di arahkan untuk mencari kemungkinan adanya bintik bintot,
xerosis konjungtiva, anemia, pembesaran kelenjar parotis, kheilosis angular, fluorosis,
karies, gondok, serta hepato dan splenomegali.
"&c,' - %",'! yang penting dilakuakan ialah penimbangan berat dan
pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini
penting, terutama pada anak yang prasekolah yang berkelas ekonomi dan sosial rendah.
Pengamatan anak usia sekolah dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh. Uji
pertumbuhan golongan usia setidaknya diselengarakan setahun sekali, karena laju
pertumbuhan padav fase ini relative lambat, sebagai patokan, berat anak usia 5-10 tahun
berkisar sampai 10%-nya, sementara tinggi badan hanya bertambah sekitar 2 cm setahun.
.c ) #%8 yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, serta
pemeriksaan apusan darah untuk malaria. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan
occult blood dan telur cacing saja.

"%,(c-"',(%)($c
Pertumbuhan anak dapat di amati secara cermat dengan menggunakan kartu
menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan
gerak pertumbuhan, bukan menilai status gizi. Berbeda dengan KMS yang diedarkan
Depkes kesehatan sebelum tahun 2000, garis merah pada KMS versi tahun 2000 bukan
merupakan pertanda gizi buruk, melainkan garis kewaspadaan. Manakala berat badan
balita tergelincir di bawah garis ini, petugas kesehatan harus melakukan pemeriksaan
lanjutan terhadap indicator antropometrik lain.

Anda mungkin juga menyukai