Anda di halaman 1dari 8

Biografi Singkat Masaoka Shiki

Masaoka Shiki (正岡子規) dilahirkan sebagai putra sulung di Distrik Onsen, Provinsi
Iyo (sekarang kota Matsuyama, Prefektur Ehime) pada tanggal 14 Oktober 1867 dengan nama
asli Masaoka Tsunemori. Ayahnya adalah samurai Domain Matsuyama bernama Masaoka
Tsunenao, sedangkan ibunya bernama Yae, putri sulung ahli Konfusianisme bernama Ohara
Kanzan. Ketika berusia 5 tahun, ayahnya meninggal dunia, dan ia dibesarkan oleh kakek dan
ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Masaoka belajar menghafal sastra Cina klasik di sekolah privat
milik kakeknya. Selain itu, pelajaran membaca dan menulis didapatnya di sekolah kuil
(terakoya).
Pada tahun 1875, Masaoka pindah ke Sekolah Dasar Matsuyama (sekarang Sekolah
Dasar Banchō Matsuyama). Setelah kakeknya meninggal pada April 1875, Masaoka belajar
sastra klasik Cina dari penerus kakeknya, Tsuchiya Kyūmei. Pada tahun 1878, Shiki menulis
karya pertamanya berupa puisi Cina dan mendapatkan koreksi dari Kyūmei. Bulan Maret 1880,
Shiki melanjutkan ke Sekolah Menengah Matsuyama (sekarang Sekolah Lanjutan Atas
Matsuyama). Keinginannya untuk mengikuti tes masuk sekolah tingkat persiapan (daigaku
yobimon) Universitas Kekaisaran Tokyo membuatnya berhenti sekolah pada Mei 1883.
Bulan berikutnya (Juni 1883), Masaoka sampai di Tokyo dan memasuki bimbingan
masuk universitas bernama Kyōritsu Gakkō (Sekolah Kyoritsu) yang mengajarkan bahasa
Inggris untuk ujian masuk universitas. Sekarang sekolah tersebut bernama Sekolah Menengah
Pertama dan Atas Kaisei.
Pada bulan September 1884, Masaoka diterima di sekolah tingkat persiapan Universitas
Kekaisaran Tokyo, dan mulai aktif menulis haiku. Sewaktu bersekolah di sana, sekolahnya
berganti nama menjadi Sekolah Menengah Atas I. Masaoka menyelesaikan kelas persiapan
(yoka) Sekolah Menengah Atas I pada bulan Juli 1888, untuk seterusnya melanjutkan ke kelas
utama (honka) yang dimulai bulan September 1888.
Masaoka mulai batuk darah pada bulan Mei 1889. Sejak itu pula, ia mulai menggunakan
nama pena "Shiki". Nama pena tersebut berasal dari sebutan bahasa Mandarin klasik untuk
burung yang di Jepang disebut hototogisu (Cuculus poliocephalus). Menurut legenda, burung
hototogisu bernyanyi sampai memuntahkan darah.

1
Shiki lulus Sekolah Menengah Atas I pada bulan Juli 1890, dan melanjutkan ke Jurusan
Filsafat, Fakultas Budaya, Universitas Kekaisaran Tokyo. Pada bulan Januari 1891, Shiki pindah
ke Jurusan Sastra Jepang. Namun pada bulan Oktober 1892, Shiki berhenti kuliah, dan
selanjutnya bekerja di surat kabar Nihon Shimbun.
Sejak April 1895, Shiki bertugas sebagai wartawan perang dalam Peperangan Jiawu.
Pada bulan Januari 1896, Shiki mengadakan pertemuan apresiasi haiku (kukai) di rumah yang
diberi nama Shiki-an. Dua tahun selanjutnya, di tempat yang sama dilangsungkan pertemuan
apresiasi tanka (utakai).
Selain itu, pada tahun 1897, Shiki bersama Kyoshi Takahama merintis sebuah majalah
haiku yang diberi nama “Hototogisu”. Nama tersebut berasal dari nama Shiki sendiri yang jika
ditulis dalam aksara kanji bisa dibaca secara Jepang dengan bunyi ‘hototogisu’ sedangkan ‘shiki’
merupakan cara baca Cina-nya. Majalah tersebut pertama kali terbit pada tanggal 15 Januari
1897 di kota Matsuyama dengan harga 6 sen. Hototogisu merupakan majalah bulanan dan terus
terbit tanpa terputus hingga hari ini.
Penyakit Shiki makin parah setelah pulang bertugas meliput Peperangan Jiawu. Pada
bulan Mei 1895, di atas kapal yang membawanya pulang, Shiki memuntahkan darah dalam
jumlah besar, dan langsung masuk rumah sakit di Kobe. Setelah beristirahat di Suma (pinggiran
kota Kobe), Shiki pulang ke kampung halaman di Matsuyama. Ketika itu, Natsume Soseki
sahabat dekatnya sedang bertugas mengajar di Sekolah Lanjutan Pertama Matsuyama. Setelah
beristirahat di tempat kediaman Soseki, Shiki berangkat ke Tokyo pada bulan Oktober 1895. Di
tengah perjalanan, pinggang yang sakit membuatnya sulit berjalan. Tahun berikutnya (1896),
bakteri TBC sudah sampai ke tulang belakangnya. Dokter ingin mengoperasinya, namun harapan
untuk sembuh sudah tidak ada.
Pada tahun 1899, Shiki sudah sulit untuk duduk apalagi berdiri. Sejak itu pula, Shiki
menghabiskan sisa hidupnya terbaring di tempat tidur. Walaupun demikian, Shiki terus produktif
menulis haiku, tanka, dan esai. Sewaktu terbaring sakit pun, Shiki masih memberi bimbingan
kepada murid-muridnya: Kyoshi Takahama, Hekigitō Kawahigashi, Itō Sachio, dan Takashi
Nagatsuka. Shiki meninggal dunia pada 19 September 1902.

2
Beberapa Haiku Karya Shiki dan Terjemahannya

涼しさや 神と仏の 隣同士

Dalam kesejukan
Dewa dan Buddha
Berdampingan sebagai tetangga

見下せば 月にすずしや 四千軒

Memandang ke bawah
Dalam kesejukan (cahaya) bulan
Melihat 4000 rumah

月涼し 蛙の声の わきあがる

Dalam kesejukan (cahaya) bulan


Kodok-kodok bernyanyi
Kegembiraan muncul

涼しさや 両手になでる 雪の鬚

Dalam kesejukan
Dengan kedua tangan membelai
Janggut-janggut salju

涼しさや 葉から葉へ散る 蓮の露

Dalam kesejukan
Jatuh dari daun ke daun
Embun pada bunga teratai

涼しさを 手と手に放つ 別れ哉

Dengan kesejukan
Genggaman tangan dan tangan terlepas
Sebuah perpisahan
Analisis Puisi

3
Dalam haiku-haiku karya Masaoka Shiki, terdapat banyak haiku yang di dalamnya
mengandung kata ‘涼し’ dengan berbagai variasi. Misalnya ditambahkan dengan imbuhan ‘sa’
dan kireji ‘ya’. Atau misalnya digabungkan dengan kata ‘月’. Namun meskipun banyak haiku-
nya yang mengandung kata ‘涼し’ tapi tidak semuanya menggambarkan suatu keadaan yang
menjadi ciri khas suatu musim tertentu. Dengan kata lain, kata ‘涼し’ yang terdapat dalam
beberapa haiku karya Shiki lebih difungsikan sebagai perlambang suatu perasaan maupun
keadaan yang tercipta dan dirasakan.
Enam haiku karya Shiki yang saya kaji di sini semuanya diambil dari kumpulan haiku
yang ditulisnya ketika ia berusia di atas 24 tahun. Di usia ini Shiki menyadari bahwa puisi
bukanlah sekedar permainan kata-kata. Atau dengan kata lain, untuk mengekspresikan suatu
kebenaran, perasaan, maupun keindahan alam tidak cukup dengan hanya dengan
menuangkannya dalam permainan kata-kata. Karena itulah karya-karya yang dibuatnya setelah
itu dianggap sudah lebih matang.

涼しさや
神と仏の
隣同士

Haiku di atas ditulis Shiki pada saat berumur 26 tahun. Saat itu ia belum menjadi wartawan yang
bertugas dalam peperangan Jiawu. Bait pertama jika diterjemahkan menjadi berbunyi ‘dalam
kesejukan’. Bait ini melambangkan ketenangan yang dirasakan Shiki saat itu. Bait kedua dan
ketiga melambangkan hati dan pikirannya yang tenang, dan demikian pula dengan alam, terasa
indah dan bersahabat seolah Dewa-dewa dan Buddha berdampingan dan enggan menunjukkan
murkanya dengan mengirimkan berbagai bencana alam atau musibah.

見下せば
月にすずしや
四千軒

Shiki suatu ketika pernah mendaki gunung. Sewaktu kecil ia pernah memiliki nama panggilan
“Noboru”. Saat itulah ia baru merasakan bagaimana rasanya berada di tempat yang lebih tinggi
setelah bersusah payah mendakinya sehingga hamparan kota yang terhampar di hadapannya

4
tampak terlihat jelas dalam cahaya bulan yang lembut dan menyejukkan. Ribuan bangunan pun
seperti berserakan di bawahnya.

月涼し
蛙の声の
わきあがる

Dengan hadirnya ‘kawazu’ sebagai kigo dalam haiku ini, maka jelas bahwa haiku ini
menggambarkan suasana awal musim semi. Bait pertama menggambarkan bagaimana malam
terasa sejuk dengan cahaya bulan. Kodok-kodok pun bangun dan bernyanyi setelah ber-hibernasi
selama musim dingin. Dan dengan datangnya musim semi, kegembiraan dan kebahagiaan pun
muncul dimana-mana.

涼しさや
両手になでる
雪の鬚

Haiku ini menggambarkan keadaan di musim dingin dengan hadirnya kigo ‘yuki’ yang
mendampingi ‘sizushisa ya’ di bait pertama. Kedua tangan terentang menyentuh dengan lembut
tirai-tirai salju yang turun tak henti-henti. Namun tetap membawa kesejukan dan ketenangan
dalam hati.

涼しさや
葉から葉へ散る
蓮の露

Dengan hadirnya kigo ‘hasu’ (bunga teratai) dan ‘tsuyu’ (embun) dalam haiku ini, maka jelas
haiku tersebut menggambarkan suasana pagi di musim semi. Embun pada bunga teratai yang
mekar memercik daun demi daun yang lebar sehingga terciptalah kesejukan.

涼しさを
手と手に放つ
別れ哉

Suatu ketika diceritakan bahwa Shiki pernah dekat dengan seorang wanita bernama Sao. Namun
sayangnya harus berpisah dan entah kapan ia akan bertemu kembali dengan wanita tersebut. Tapi

5
dengan munculnya ‘suzuhisa ya’ di bait pertama bisa diartikan bahwa Shiki melaluinya dengan
lapang dada dan pikiran yang positif.

Kesimpulan

Haiku-haiku yang penulis bahas tersebut merupakan karya Shiki yang ditulisnya setelah
melewati umur 24 tahun di mana di usia itu ia telah lebih memahami bagaimana seharusnya

6
membuat suatu karya sehingga karya-karyanya pun dianggap sudah lebih matang daripada yang
sebelumnya.
Selain itu, sebagai penulis haiku yang hidup di awal zaman modern, Shiki tidak hanya
menampilkan keindahan alam dan perasaan yang ditimbulkannya. Tetapi juga sudah mulai
menampilkan suasana hati yang timbul dari suatu hubungan dengan sesame manusia tetapi
dengan tanpa menghilangkan keindahannya.
Dengan mengkaji 6 haiku karya Shiki yang sama-sama memuat kata ‘suzushi’, maka kita
dapat melihat dengan jelas bahwa ‘suzushi’ adakalanya dapat diartikan dengan sesuatu yang
berbeda dan merupakan perlambang dari sebuah perasaan atau kesan yang timbul dari suatu
keadaan. Dengan kata lain ‘suzushi’ tak hanya erat kaitannya dengan musim semi.

Saran

Masih banyak karya-karya Masaoka Shiki yang ditulis dalam bentuk tanka maupun haiku
yang lebih mencirikan zaman modern. Penulis berharap untuk ke depannya ada yang membahas
beberapa haiku maupun tanka karya Shiki sehingga dapat terlihat jelas cirri khas maupun
pembeda antara karya-karya penyair zaman sebelum Shiki dan karya Shiki sendiri sebagai
pelopor haiku modern di Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Masaoka_Shiki
http://terebess.hu/english/haiku/shiki.html
http://etext.lib.virginia.edu/japanese/shiki/beichman/BeiShik.utf8.html

7
http://id.wikipedia.org/wiki/Hototogisu
http://id.wikipedia.org/wiki/Masaoka_Shiki
http://www.webmtabi.jp/200803/haiku/matsuyama_masaokashiki_index.html

Anda mungkin juga menyukai