Anda di halaman 1dari 4

Manfaat dan madhorotnya berpacaran

Manfaat berpacaran awalnya adalah :


1. Untuk saling mengenal pasangan, sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan. kan gak asyik tu kalo
udah nikah baru tahu sifat jeleknya pasangan kita.

Tapi, dalam perkembangannya, muncul manfaat lain:


2. Sebagai sarana untuk saling berbagi kasih sayang, berbagi perhatian.
3. Sebagai tempat becerita, tempat curhat, tempat berkeluh kesah
4. Sebagai tempat bersandar, meminta bantuan, dsb

Kemudian, ketika orang benar - benar melakukan aktivitas pacaran, manfaatnya pun kembali bergeser,
yang no 2-4 mungkin masih, tapi nambah lagi:
5. Sebagai sarana bermesraan
6. Melampiaskan nafsu
Meskipun masih ada juga orang yang hanya bertahan di no2-4. (tapi jumlahnya sangat sedikit)

Nah, manfaat nomer 1 yang sesungguhnya sebagai manfaat utama saat ini benar - benar terdistorsi,
bahkan tereliminasi.
Coba bayangkan, orang yang pacaran pasti akan berusaha tampil prima dihadapan pasangannya.
berusaha menjadi orang yang paling perhatian, sampai - sampai rela untuk ngutang misalnya, mbohongin
orang tua misalnya, dan sebagainya.

Nah, umumnya, setelah menikah, ternyata sosok seorang pacar yang kita rasa sudah sangat
mengenalnya, ternyata memiliki sifat - sifat buruk.
itulah, seorang pacar memang sangat pintar menjadi pacar yang baik, tapi belum tentu bisa menjadi istri /
suami yang baik.

Oleh karena itu, jika belum ada rencana menikah, lebih baik tidak pacaran
toh untuk orang yang belum siap menikah, alasan nomor 1 tidak mungkin menjadi alasan dia pacaran
alasan nomor 2-4 sebenarnya tidak harus dengan pacar, dengan teman pun bisa.
karena bagaimanapun, orang yang pacaran ujung - ujungnya (sebagaian besar) akan menuju ke alasan 5-
6. bagi yang tidak setuju dengan pendapatku ini, coba renungkan:
ketika pertama kali pacaran, apa aktivitas kalian??
- cuma sekedar ngobrol, dan pulang bareng / jalan bareng.
apakah aktivitas nya cukup sampai di situ??
saya rasa tidak, lama kelamaan aktivitas akan meningkat
- mulai pegangan tangan, merangkul pundak, membelai rambut, dsb
Kemudian meningkat lagi
- sudah berani mencium dahi, memeluk pinggang, dst
Makin lama yang pacaran (dan gak nikah - nikah) akan membuat aktivitasnya juga makin "berani"
- ciuman, pelukan, dsb

Madhorot berpacaran:

Persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan.
Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah.
Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah
yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.
Wanita yang pernah ciuman:

97,7 % anak indonesia pernah ciuman

Banyak sekali orangtua sekarang terperangkap dalam ketidaktahuan dan tidak tahu harus berbuat apa
menghadapi maraknya peredaran materi pornografi, baik dalam bentuk keping cakram, video games,
maupun komik. Padahal, anak-anak makin rentan terpapar materi pornografi yang pada akhirnya bisa
menimbulkan kecanduan seks dan merusak otak.

Demikian disampaikan Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman dalam seminar bertema
“Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan
Kesehatan Intelegensia”, Senin (2/3), di auditorium Departemen Kesehatan, Jakarta.
“Banyak orangtua tidak tahu harus berbuat apa ketika anaknya mogok sekolah, mulai kelas lima sekolah
dasar sampai sekolah menengah atas karena main games tak henti-hentinya,” kata Elly Risman. Hampir
tiap hari ada saja berita tentang anak dan remaja berbuat mesum dan foto bugil yang ditayangkan, baik di
televisi, maupun dinikmati rekan sebaya mereka.
Dalam Pertemuan Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati dengan 1.625 siswa kelas IV-VI sekolah
dasar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi tahun 2008 terungkap, 66 persen dari
mereka telah menyaksikan materi pornografi lewat berbagai media. Sebanyak 24 persen di antaranya
lewat komik, 18 persen melalui games, 16 persen lewat situs porno, 14 persen melalui film, dan sisanya
melalui VCD dan DVD, telepon seluler, majalah, dan koran.
Mereka umumnya menyaksikan materi pornografi itu karena iseng (27 persen), terbawa teman (10 persen),
dan takut dibilang kuper (4 persen). Ternyata anak-anak itu melihat materi pornografi di rumah atau kamar
pribadi (36 persen), rumah teman (12 persen), warung internet (18 persen), dan rental (3 persen). “Kalau
kita jumlahkan, yang melihat di kamar pribadi dan di rumah teman, berarti satu dari dua anak melihatnya di
rumah sendiri,” ujarnya.
Adapun hasil survei yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap 4.500 remaja di 12 kota
besar di Indonesia tahun 2007 menunjukkan, sebanyak 97 persen dari responden pernah menonton film
porno, sebanyak 93,7 persen pernah ciuman, petting, dan oral sex, serta 62,7 persen remaja yang duduk
di bangku sekolah menengah pertama pernah berhubungan intim, dan 21,2 persen siswi sekolah
menengah umum pernah menggugurkan kandungan.
Kondisi ini terjadi karena mereka sudah terpapar pada pornografi sejak belia. Hal itu dikatakan Elly. Dari
pertemuan Yayasan Kita dan Buah Hati dengan puluhan ribu orangtua di 28 provinsi ketika seminar,
pihaknya menemukan rata-rata hanya 10 persen dari para orangtua yang bisa menggunakan peralatan
atau permainan canggih yang mereka belikan untuk anak-anak mereka.
Bahkan, belakangan ini banyak situs internet dengan nama yang tidak terkait dengan materi seks ternyata
mengandung materi pornografi. Beberapa dari situs itu bahkan menggunakan nama tokoh kartun yang
digemari anak-anak seperti Naruto, serta memakai istilah nama hewan seperti lalat atau nyamuk yang
biasanya dibuka anak-anak itu ketika mengerjakan tugas sekolah.
Mereka umumnya tidak tahu dampak negatif  video terhadap kerusakan otak anak. “Kita berada dalam
kultur abai pada anak sendiri. Di sisi lain, kita semua belum menganggap bencana pornografi itu sama
pentingnya dengan masalah flu burung, HIV/AIDS, narkoba, dan penyakit-penyakit menular lainnya,”
ujarnya.
Maka dari itu, ia mengajak agar para orangtua, baik ayah maupun ibu, lebih terlibat dalam pengasuhan
anak-anak mereka sejak belia. Kurangnya peran ayah dalam pengasuhan anak pada usia dini, khususnya
pada anak lelaki, mengakibatkan terputusnya jembatan komunikasi antara orangtua dan anak. Hal ini
membuat banyak anak memilih mencari informasi dari luar rumah yang bisa jadi malah menjerumuskan
mereka dalam dunia pornografi.
Pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan terhadap peredaran materi pornografi, “Antara lain
dengan membatasi atau memblokir situs-situs internet pornografi, menerapkan regulasi yang ketat
terhadap video games, terutama yang mengandung materi tidak edukatif atau berbau pornografi

Anda mungkin juga menyukai