Anda di halaman 1dari 2

Ancaman Markonah

by MS on Jan 23, 2011 • 10:59No Comments

Warga pinggiran hutan di desa Kadiwono Kec. Bulu memanen ketela markonah, untuk disetor ke Pati.

Bulu – Anda sempat mendengar berita peristiwa 7 orang yang masih keluarga di Jepara tewas karena makan thiwul dari ketela
pohon jenis markonah ?

Nah..di Kab. Rembang ternyata masih cukup banyak warga sesekali makan ketela markonah, terutama mereka yang tinggal di
pinggiran hutan.

Reporter R2B menyusuri sepanjang areal hutan antara Gunem sampai dengan Bulu untuk melihat sejauh mana pengetahuan
warga terkait ketela “mematikan” tersebut?

Sunoto, warga desa Tegaldowo Kec. Gunem menuturkan terkadang masih makan thiwul dari ketela markonah yang sebelumnya
dijadikan gaplek. Menurutnya thiwul memang menjadi cemilan selingan, cocok dimakan bersama dengan kopi panas. Selama ini
aman aman saja, tetapi ia kurang mengetahui persis kandungan ketela, termasuk zat beracun.

Lain halnya dengan pengakuan Sujadi, salah satu warga desa Kadiwono Kec. Bulu. Ia menggarap persil milik Perhutani dan
sebagian lahan ditanami ketela markonah. Isterinya pernah mencoba membuat emping ketela markonah untuk dijual, tetapi rasanya
sangat pahit, sehingga tidak laku.

Mungkin karena rasa yang aneh itulah, mengakibatkan babi hutan sekalipun tak mau menyantap ketela markonah, apalagi
manusia. Tetapi Sujadi sudah memahami trik untuk mengolah ketela, sebelum dimakan. Terlebih dahulu ketela dibersihkan dari
getah, direndam dengan air garam selama sehari, baru kemudian dikeringkan.

Setelah itu ia meyakini ketela markonah aman untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi tanpa melewati proses tersebut bisa saja
sangat berbahaya.

Ketela markonah mengandung Asam Sianida (HCN) yang sangat tinggi, idealnya ketela jenis ini dimanfaatkan hanya untuk serbuk
tepung tapioka atau pati.

Petani ketela di kabupaten Rembang sudah lama menjadi pemasok ketela markonah ke kota Pati, dengan harga rata rata Rp 900
per Kg. Jika melihat potensi penanaman ketela pohon di Kab. Rembang tergolong cukup tinggi yakni seluas hampir 3.000 hektar,
dengan hasil panenan sekira 40 ribu ton per tahun.

Perlu perhatian serius dari instansi terkait, supaya potensi ini menumbuhkan ekonomi petani, tanpa harus ternoda jatuhnya korban
jiwa akibat kurang paham bahaya ketela markonah.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Rembang Sutedjo ketika dikonfirmasi menjelaskan pihaknya sudah mencari referensi
tentang ketela markonah dan dibuat dalam bentuk selebaran.

Semua selebaran sudah diedarkan ke tingkat Puskesmas belum lama ini, nantinya akan dilanjutkan dengan mengumpulkan
petugas promosi kesehatan untuk meneruskan sosialisasi kepada masyarakat. Sutedjo menyarankan supaya aman, warga jangan
coba coba makan ketela markonah.

http://radior2b.com/2011/01/23/ancaman-markonah/
diunduh pada tanggal 11 mei 2011

Anda mungkin juga menyukai