tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang
ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan
Definisi
Azra, 2007)[2]
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural
communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world,
budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay
tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama
Sejarah Multikulturalisme
untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi
speaking countries), yang dimulai di Kanada pada tahun 1971.[7] Kebijakan ini kemudian
diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai
konsensus sosial di antara elit.[rujukan?] Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara
Eropa, terutama Belanda dan Denmark, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan
monokulturalisme.[8] Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di
Jenis Multikulturalisme
multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh
Parekh):
kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa
hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka
kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom;
sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat
kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-
masing. [9]
Multikulturalisme di Indonesia
mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang
telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
(Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki
makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai
sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-
diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat
terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan
dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya
penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang
lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan
yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap
orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi
sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis,
Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok
manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah
kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat
yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang
menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt
Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan
sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15
Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan
para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau
juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga
yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam
sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang
di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun
atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua
orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya,
kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang
Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga
berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang
dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-
karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon
Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-
norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya,
kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu
pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya,
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok.
Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan
perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung).
Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke
dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.