Jenis Multikulturalisme
Parekh (1997) membedakan lima model multikulturalisme:
1. Multikulturalisme isolasionis
Yaitu masyarakat yang berbagai kelompok kulturalnya menjalankan hidup secara
otonom dan terlibat dalam interaksi minimal satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif
Yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan
akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini
merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang
sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan mereka. Begitupun sebaliknya, kaum
minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa
negara Eropa.
3. Multikulturalisme otonomis
Yaitu masyarakat plural yang kelompok-kelompok kultural utamanya berusaha
mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan meng-inginkan
kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian
pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak
yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan
berusaha menciptakan suatu masyarakat yang semua kelompoknya bisa eksis sebagai
mitra sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal/interaktif
Yakni masyarakat plural yang kelompok-kelompok kulturalnya tidak terlalu
terfokus (concerned) dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih membentuk
penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif khas
mereka.
5. Multikulturalisme cosmopolitan
Yaitu masyarakat plural yang berusaha menghapus batas-batas kultural sama
sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat tempat setiap individu tidak lagi terikat
kepada budaya tertentu, sebaliknya secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan
interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing1
B. Ciri Masyarakat Multikultural
Istilah masyarakat multikultural pertama dikenalkan oleh John Sydenham
Furnivall, seorang penulis yang lahir di Britania Raya dan kemudian bekerja di Burma
(kini Myanmar).
Menurut Furnivall, masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama
lain di dalam satu kesatuan politik.
Adapun sosiolog Aloysius Liliweri mengungkapkan, masyarakat multikultur
adalah suatu masyarakat yang struktur penduduknya terdiri dari beragam etnik, dan
keragaman itu menjadi sumber keragaman kebudayaan atau subkultur dari masing-
masing etnik.
Masyarakat multikultural memiliki manfaat yakni munculnya rasa penghargaan
pada budaya lain sehingga memunculkan sikap toleransi.
Dikutip dari buku Cerdas Menjawab Soal Sosiologi SMA/MA yang ditulis oleh
Muhammad Taupan ada beberapa ciri masyarakat multikultur, yaitu:
Terjadi segmentasi kelompok dan sering memiliki subkebudayaan yang
berbeda antar satu kelompok dengan kelompok budaya lain
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi dalam lembaga-lembaga sosial
yang bersifat nonkomplementer (tidak bisa saling melengkapi)
Kurang mengembangkan konsensus antar para anggota masyarakat,
khususnya kesepakatan terhadap nilai-nilai dasar
Relatif sering terjadi konflik antara kelompok satu dengan kelompok lain
Integrasi sosial tumbuh secara relatif karena paksaan (koersi) dan saling
memiliki ketergantungan dalam bidang ekonomi
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok