Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA


”ANTASIDA KOMBINASI”
Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2010
Dosen Pembimbing : Lusia Oktora R.K.S S.F.,M.Sc.,Apt

KELOMPOK A-2

Oleh :
Umi Ubaidah 082210101006
Anggun Hari K 082210101007
Riko Widya 082210101008
Risma Ayu N 082210101009
Septi Heni P 082210101010
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap tahun, kebutuhan produk obat meningkat di masyarakat. Banyaknya permintaan
obat oleh konsumen menimbulkan produsen untuk memproduksi berbagai macam obat dengan
spesifikasi tertentu. Terlebih lagi jika konsumen menginginkan obat yang berkualitas dengan
harga yang relatif terjangkau mengingat keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil
sehingga produsen harus merancang berbagai formulasi agar memenuhi kualitas mutu dan
keefektifan kerja obat.
Banyaknya jenis obat yang beredar dipasaran memiliki karakteristik dan kualitas yang
beragam. Obat – obat ini diproduksi untuk menghasilkan suatu formulasi yang memiliki
persyaratan mutu / kualitas yang baik dalam hal keamanan, efektifitas, acceptabilitas, dan
stabilitas dari produk obat yang diproduksi. Untuk menghasilkan suatu formulasi yang baik
perlu dilakukan seleksi pada bahan obat, agar nantinya obat yang dihasilkan memiliki mutu
terapi obat yang rasional, antara lain : the right amount, of right medicine, to the right
suspending form, given at the right time, to the right patients.
Tetapi penggunaan obat-obatan tersebut harus rasional. Saat ini banyak sekali berbagai
macam jenis obat-obatan yang dijual secara bebas di pasaran bahkan antibiotik yang rentan
terhadap resistensi. Misalnya pada obat maag, tersedia dalam berpuluh-puluh merk yang
memiliki spesifikasi tertentu dan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan cair maupun padat.
Banyak masyarakat cenderung untuk melakukan pengobatan sendiri tanpa didasari pengetahuan
yang memadai mengenai obat yang digunakan. Namun perlu disadari dengan makin
meningkatnya kecenderungan masyarakat unuk melakukan pengobatan sendiri terutama untuk
mengobati penyakit yang umum diderita sehari-hari, maka makin meningkat pula kemungkinan
terjadinya kegagalan terapi atau resiko akibat penggunaan obat. Hal ini bisa terjadi bila
penggunaan tidak disertai dengan pemahaman yang cukup dalam pemilihan dan penggunaan
obat bebas yang rasional.
Sasaran dari penggunaan obat rasional adalah agar penderita menerima manfaat sebesar-
besarnya dari obat yang diberikan dengan resiko terapi yang sekecil-kecilnya. Selain itu
penggunaan obat bebas secara rasional juga ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin
biaya perawatan dan pengobatan penderita. Artinya, penggunaan obat bebas yang rasional
berarti obat bebas yang tepat, diberikan pada dosis yang tepat, pada orang yang tepat dan
digunakan untuk mengatasi penyakit yang tepat pula.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana merancang dan membuat mutu sediaan yang homogeny dimana memenuhi
spesifikasi persyaratan mutu yaitu aman, efektif, stabil (secara kimia, fisika, mikrobiologi,
farmakologi, farmakologi, dan toksikologi) dan dapat diterima.

1.3 Tujuan
Untuk dapat merancang dan membuat suatu sediaan yang homogeny dimana memenuhi
semua spesifikasi persyaratan mutu yaitu aman, efektif, stabil (secara fisika, kimia,
mikrobiologi, farmakologi, dan toksikologi) dan dapat diterima.

1.4 Manfaat
Dengan dibuatnya obat antasida dalam sediaan liquida, diharapkan dapat membantu
penggunaannya untuk anak-anak dan pada pasien dewasa yang susah menelan obat dalam
bentuk sediaan tablet. Selain itu juga diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi penelitian yang
selanjutnya didunia kefarmasian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Maag merupakan penyakit pada lambung yang dikarenakan kelebihan asam lambung yang
menyebabkan iritasi diselaput leher lambung sehingga terjadi nyeri. Dalam kondisi normal asam
diperlukan untuk membantu pencernaaan dalam mengelolah makanan yang kita makan. Namun
produksi asam lambung yang meningkat dapat memicu iritasi dilambung dan terjadi nyeri yang
biasa disebut maag.
Pada dasarnya terjadinya maag dapat dipicu oleh pola hidup kita sehari-hari,misalnya
makanan yang berminyak, makanan yang berkolesterol, minuman beralkohol, aneka makanan
panggang, makanan pedas, minuman berkafein dan lain sebagainya.
Maag dapat dicegah dengan menjaga pola hidup dan dapat ditangani dengan pemberian obat
maag yang lebih dikenal dengan antasid.
Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk
membentuk air dan garam, dengan demikian menghilangkan keasaman lambung. Karena pepsin
tidak aktif pada pH lebih dari 4,0 maka antasida juga mengurangi aktifitas peptik. Obat-obat ini
juga memiliki efek lain, seperti pengurangan kolonisasi H. pylori dan merangsang sintesis
prostaglandin.
Sifat-sifat kimiawi antasida

Zat-zat antasida sangat bervariasi dalam komposisi kimia, kemampuan menetralkan asam,
kandungan natrium, rasa dan harganya. Kemampuan menetralkan asam suatu antasida
tergantung pada kapasitasnya unuk menetralkan HCl lambung dan apakah lambung dalam
keadaan penuh atau kosong ( makanan memperlambat pengosongan lambung, memungkinkan
antasida bekerja untuk waktu yang lebih lama ).Antasida yang biasa digunakan adalah garam
aluminium dan magnesium seperti aluminium hridroksida ( biasanya suatu campuran Al(OH)3
dan aluminium oksidahidrat ) atau magnesium hidroksida [(Mg(OH)2] (”milk of magnesia”),
baik tunggal atu kombinasi. Karena garam kalsim merangsang pelepasan gastrin, maka
penggunaan antasida yang mengandung antasida, seperti kalsium karbonat (CaCO3) (Tums,
Rolaids) dapat menyebabkan produksi tambahan. Absorbsi natrium karbonat (NaHCO3)
sistemik dapat menyebabkan alkalosis metabolit sementara; antasida ini tidak dianjurakan untuk
penggunaan jangka panjang.
Penggunaan Terapi

Antasida yang mengandung aluminium dan magnesium dapat mempercepat penyembuhan ulkus
duodenum; bukti efektivitasnya dalam pengobatan ulkus lambung akut kurang banyak tercatat.
Efek samping

Aluminium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi; magnesium hidroksida dapat


menyebabkan diare. Preparat yang menggabungkan kedua zat ini membantu dalam
menormalkan fungsi usus. Selain kemungkinan alkalosis sistemik, NaHCO3 melepaskan CO2,
menyebabkan sendawa dan kembung. Absorbsi kation dari antasida ( Mg ++, Al+++, Ca++) biasanya
tidakmenjadi persoalan pada pasien dengan fungsi ginjal yang abnormal, tetapi antasida dengan
kandungan natrium dapat menjadi pertimbangan penting dengan hipertensi atau gagal jantung
kongestif.
Interaksi obat adalah lebih baik untuk menghindarkan penggunaan bersamaan antasida
dengan obat-obat lain dengan mengubah pH lambung dan urin atau memperlambat pengosongan
lambung, maka antasida dapat mempengaruhi kelarutan absorbsi, ketersediaan hayati dan
eliminasi oleh ginjal berbagai macam obat. Dengan berikatan pada obat-obat (misalnya,
tetrasiklin), persenyawaan Al+++ dapat membentuk suatu komplek yang tidak diabsorbsi. Selain
itu, antasida dapat meningkatkan kecepatan absorbsi beberapa obat, misalnya levodopa.
Selain mengandung garam aluminium dan magnesium, antasida juga mengandung
simetikon yang mempunyai khasiat membantu pengeluran kelebihan gas dalam saluran
cerna.Beberapa antasida seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat diberikan
pada penderita dengan diet fosfat rendah, untuk mencegah adanya hiperfosfatemia, yaitu
keadaan darah dengan kadar fosfat tinggi dan dapat juga untuk mencegah terjadinya batu ginjal.
A. RANCANG FORMULA

I. BAHAN YANG TEPILIH


1. Magnesium Hidroksida
Alasan Pemilihan bahan aktif :
- Bahan aktif ini dipilih karena antasida yang mengandung magnesium relatif tidak
larut air sehingga bekerja lebih lama bila berada dalam lambung dan sebagian besar
tujuan pemberian antasida tercapai.
Pemerian : Serbuk, putih, ruah

2. Alumunium Hidroksida
Alasan pemilihan bahan aktif :
- Bahan aktif ini dipilih karena memiliki daya menetralkan asam lambung lambat,
tetapi masa kerjanya lebih panjang. Alumunium ini bersifat demulsen dan absorben.
Dan juga absorbsi makanan setelah pemberian alumunium dipengaruhi dan
komposisi tinja tidak berubah. Efek samping pada antasida yang mengandung
Al(OH)3 yaitu konstipasi.
Pemerian : serbuk amorf, putih, tidak berbau, dan tidak berasa.

3. Simetikon
Alasan pemilihan bahan aktif :
Bahan aktif dipilih karena simetikon digunakan sebagai anti kembung (antiflatulen) dan
sebagai penurun tegangan permukaan yang bersifat anti busa.
Pemerian : Cairan kental, tembus cahaya, warna abu-abu

II. PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN


Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Keterangan
Khusus
Mg (OH)2
- Kelarutan : Praktis tidak pH sediaan yang digunakan
larut air dan dalam adalah 7,3-8,5
etanol, larut dalam asam
encer
- Suhu lebur sampai 800◦
C lebih
Al(OH)3
- Kelarutan : Praktis tidak pH suspensi 4% b/v dalam
larut air dan etanol, larut ir bebas karbon dioksida P
dalam asam mineral tidak lebih dari 10
encer dan larutan alkali
hidroksida
Simetikon
- Kelarutan : tidak larut pH sediaan sebagai antasida
dalam air dan etanol, fase tidak kurang dari 3 dan
cair larut dalam tidak lebih dari 10
kloroform,ndalam eter
dan dalam benzena,
tetapi silikon dioksida
tertinggal sebagai sisa
dalam pelarut-pelarut itu.
- Tahan pemanasan sampai
suhu 200◦C

 Bentuk sediaan yang dipilih adalah larutan suspensi karena bahan obat yang
digunakan tidak larut air. Obat yang dibuat diinginkan dalam saluran cerna
sehingga harus dalam bentuk partikel halus.
 Antasida lebih efektif bila diberikan dibentuk suspensi, karena tidak mengalami
pengeringan selama pembuatan, sehingga mengurangi daya netralisasinya seperti
pada sediaan tablet. (Obat-obat Penting hal 251)
 Bentuk suspensi mulai kerjanya lebih cepat dibandingkan bentuk tablet.
( Farmakologi dan Terapi hal. 505)

III. PERSYARATAN MUTU


1. Dapat diterima
Mempunyai estetika, penampilan, bentuk yag baik serta menarik sehigga
menciptakan rasa nyaman pada saat pengunaan (USP XIII, pge 1346-1347)
2. Aman
Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologismaupun
psikologis, dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih toksik dari
bahan aktif yang belum difornulasi. Bahan sediaan farmasi merupakan suatu senyawa
kimia yang mempunyai karakteristik fisika, kimia yang berhubungan dengan efek
farmakologis, perubahan sedikit saja pada karakteristik tersebut dapat menyebabkan
perubahan farmakokinetik, farmakodinamik suatu senyawa.

Sediaan dalam taraf aman apabila kadar bahan aktif dalam batas yang telah
ditetapkan.
- Magnesium Hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam
mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH)2
- Gel Alumunium Hidroksida adalah suspense dari alumunium gidroksida bentuk
amorf, sebagian hidroksida disubstitusi dengan karbonat. Mengandung alumunium
hidroksida setara dengan tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% Al(OH)3
dari jumlah yang tertera pada etiket.
- Simetikon adalah campuran polimer siloksan linier yang termetilasi penuh.
Mengandung tidak kurang dari 90,5% dan tidak lebih dari 99% polidimetilsiloksan,
[(CH3)2 SiO]n, dan tidak kurang dari 4% dan tidak lebih dari 7% silikon dioksida SiO2
3. Efektif
Efektif dapat diartikan sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang
optimal. Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1 kurun
waktu) harus mampu mencpai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki.
Sediaan yang efektif adalah sediaan bila digunakan menurut aturan pakai yang
disarankan akan menghasilkan efek farmakologi yang optimal untuk tiap-tiap bentuk
sediaan dengan efek samping yang minimal.

4. Stabilitas fisika
Sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan viskositas tidak
berubah
5. Stabilitas kimia
Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warn, pH, dan bentuk
sediaan. Sediaan dibuat pada pH 6-9 diharapkan ridak mengalami perubahan potensi.
6. Stabilitas mikrobiologi
Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama wktu edar. Jika
mengandung presertvatif harus tetap efektif selama waktu edar. Mikroorganisme yg tidak
boleh ditemukan pada sediaan : Salmonella sp., E.coli, Enterobacter sp., P. aeruginosa,
Clastridium sp., Candida albicans
7. Stabilitas farmakologi
Selama penyimpanan dan pemakaian efek terapetiknya harus tetap sama.
8. Stabilitas toksikologi
Pada penyimpanan dan pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas.

IV. TAKARAN/DOSIS ZAT AKTIF


a. Takaran atau dosis zat aktif dari berbagai pustaka
- Dosis Al(OH)ɜ menurut Pharmaceutical Dosage Forms Dispers System Volume 2
halaman 128 :
Dalam sediaan 5mL mengandung 225mg Aluminium hidroxid.
- Dosis Al(OH)ɜ menurut Martindle halaman 2 :
Dalam sediaan 15mL mengandung 500-1000 gram Al(OH)ɜ, hal tersebut sesuai
dengan rentang dosis zat aktif pada pustaka Pharmaceutiacal Dosage Forms
Dispers System Volume 2
- Dosis Mg(OH)2 menurut Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Volume 2
halaman 128 :
Dalam sediaan 5mL mengandung 200mg
- Dosis Mg(OH)2 menurut Martindle halaman 82 :
Dalam sediaan 15mL mengandung 500-750mg Mg(OH)2, hal tersebut sesuai
dengan literatur yang ada.
- Dosis simeticon menurut Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Vo lume 2
halaman 128 :
Dalam sediaan 5mL mengandung 20-40mg.
b. Menentukan waktu pemakaian
- Antasida diberikan 4-6 jam sehari, karena dalam sehari pemberian antasid 3-4 kali
(Martindle halaman 72)
- Maksimal pemakaian antasid selama 6 hari, jika lebih dari 6 hari dapat menyebabkan
naiknya pH urin (Martindle)

c. Dosis persatuan takaran terkecil


Volume terkecil = 60 mL
Takaran = sendok teh→ 1x pakai = 5mL
Digunakan untuk pasien = umur 12 tahun ke atas (dewasa)
Sekali → 5mL / 1 sdt
Sehari → 15mL / 3 sdt
Maka dipilih sediaan 60mL, dengan alasan :
- Pemakaian obat antasid selama 4 hari memerlukan 60mL sediaan
- Memudahkan pasien dalam penggunaan karena tidak terlalu banyak ketentuan.
Sasaran pasien umur 12 tahun ke atas, karena :
Dalam kehidupan nyata, penggunaan obat antasid kebanyakan berumur 12 tahun
ke atas. Sehingga tingkat komersialnya lebih besar karena tingkat konsumen lebih
banyak.

d. Jumlah bahan aktif


- Aluminium hidroxida Al(OH)ɜ
Tiap 5mL mengandung 225mg
Kemasan terkecil 60mL penimbangan :
60mL x 225 mg = 2700 mg = 2,7gram
5mL

- Magnesium hidroxida Mg(OH)2


Tiap 5mL mengandung 200mg
Kemasan terkecil 60mL penimbangan :
60mL x 200 mg = 2400 mg = 2,4 gram
5mL

- Simeticon
Tiap 5mL mengandung 30mg
Kemasan terkecil 60mL penimbangan :
60mL x 30 mg = 360 mg
5mL

V. PENYUSUNAN FORMULA SEDIAAN (per satuan terkecil dan per satuan kemasan)
A. Formula Sediaan
R/ Al(OH)3 2,7
Mg(OH)2 2,4
Simetikon 0,36
Gliserin 20%
Sorbitol 70%
CMC Na 1%
Nipagin 0,1 %
Nipasol 0,02%
Ol. Menthae pip. 3 tetes
Aqua ad 60
(Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse system vol 2 hal 131)
B. Alasan pemilihan bahan tambahan
Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan, maka diperlukan bahan bahan tambahan , diantaranya adalah
emulsifying agent, suspending agent, wetting agent, pengawet, pemanis, flavoring agen,
dll. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan kali ini antara lain :
 CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose Sodium)
- Alasan pemiliahan : CMC tidak memiliki efek terpetik dan tidak berbahaya.
Selain itu, CMC juga berfungsi sebagai coating agent. Dalam sediaan ini CMC
digunakan sebagai emulsifying agent yaitu untuk membentuk emulsi dengan
simetikon yang berupa minyak.
- Fungsi : Sebagai suspending agent dan emulsifying agent
- Pemerian : Serbuk granular, tidak berbau, warna putih
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluen. Mudah
terdispersi dalam air pada semua temperatur.
- Dalam larutan air stabil pada pH 7-9 (tepat sebagai antasid)
- Persyaratan penggunaan CMC Na 0,25-1% (excipient hal 78)

 Nipagin (Methyl Paraben)


- Alasan pemilihan : Karena efektif mencegah jamur dan bakteri, toksisitasnya
kecil, dikombinasikan dengan nipasol untuk menambah kelarutan nipasol dalam
air.
- Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin, berwarna putih, tidak
berbau, berbau lemah, rasa sedikit membakar.
- Kelarutan : Larut dalam 500 bagaian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%)Pndan dalam larutan alkili hidroksida
- Dosis : Larutan oral dan suspensi 0,015-2% (excipient hal 310)

 Nipasol ( Propyl Paraben)


- Alasan pemilihan : merupakan pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba karena sediaan dalam air sangat baik untuk pertumbuhan
mikroba.Nipasol aktif dalam pH yang luas (4-8) sehingga efektif untuk antasida.
- Pemerian : putih, kristal, serbuk tidak berasa dan berwarna
- Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam
eter, sukar larut dalam ait mendidih.

 Gliserin
- Alasan pemilihan : Karena gliserin dapat digunakan sebagi zat pembasah yang
dapat mendesak lapisan udara yang ada di permukaan partikel dan melapisi bahan
obat sehingga menyebabkan sudut kontak turun.
- Pemerian : Cairan jernig seperti sirup, tidak berbau, rasa manis, hanya boleh
berbau khas lemah, higroskopis, netral terhadap lakmus.
- Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidal larut dalam
kloroform, dalam eter.

 Sorbitol
- Alasan pemilihan : diberikan sebagai pemanis sediaan dan dapt pula digunakan
sebagai zat pembasah agar bahan obat mudah didispersikan dalam air karena sifat
sorbitol yang mudah larut air.Sorbitol stabil pada pH 4,5-7
- Pemerian : granul atau lempengan, higroskopis, warna putih, rasa manis
- Kelarutan ; Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
metanol dan asam asetat.

 Oleum Menthae Pip.


- Alasan pemilihan ; berguna sebagai corigen odoris, dipih karena dapat menuupi
rasa pahit dari bahan obat dan juga lebih disukai orang dewasa karena ada sensasi
dingin.
- Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat menusuk, rasa
pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut.
- Kelarutan : Dalam etanol 70% satu bagian dilarutkan dalam 3 bagian volume
etanol 70%

C. Spesifikasi dari sediaan yang dibuat


No Parameter Spesifikasi yang diinginkan
1 pH sediaan Antara 7,3 – 8,5
2 Bj sediaan 0,2 – 2 g/cm3
3 Viskositas Mendekati 1000 cP
4 Warna Putih
5 Bau Menthol
6 Rasa Pedas, dingin jika dihirup
7 Ukuran partikel 0,2 πm atau kurang

Semua spesifikasi diatas didapat dari pustaka


Pharmaceutical Dosage Form : Disperse system volume 2
PERHITUNGAN JUMLAH BAHAN TAMBAHAN
 Gliserin
- (ADI = 1-1,5 g/kg BB) → Handbook of excipient 205, BJ = 1,2620 g/cm³
- Sediaan = 20% x 60mL
= 12mL
= 12mL x 1,2620 g/cm³
= 15,144 g
- ADI pasien
12 tahun = (32,52 kg) → ( ISO Indonesia : 518 )
= 32,52 kg x 1,5 g/kg BB
= 48,78 g
- Perhitungan untuk mengetahui apakah melebihi ADI atau tidak
1x pakai = 5mL x 15,144 g
60 mL
= 1,262 g (tidak melebihi ADI)
3x pakai = 15mL x15,144 g
60mL
= 3,786 g (tidak melebihi ADI)

 Nipagin (Metil paraben)


- (ADI = 10 mg/kg BB) → Handbook of excipient halaman 312, BJ = 1,352 g/cm³
- Penggunaan nipagin 0,015% - 0,2% → excipient halaman 310
- Sediaan = 0,1% x 60mL
= 0,06mL

= 0,06mL /x 1,352 g/ cm³


= 0,08112 g
= 81,12 mg
- ADI pasien
12 tahun = (32,52 kg) → ISO Indonesia : 518
= 32,52 kg x 10 mg/kg BB
= 325,2 mg
- Perhitungan untuk mengetahui apakah melebihi ADI atau tidak
1x pakai = 5mL x 81,12 mg
60 mL
= 6,76 mg (tidak melebihi ADI)
3x pakai = 15mL x 81,12 mg
60mL
= 20,28 mg (tidak melebihi ADI)
 CMC Na ( Carboxy methylcellulose sodium )
- BJ = 0,75 g/ cm³
Sediaan = 0,5mL x 60mL
100 mL
= 0,3mL
= 0,3mL x 0,75 g/ cm³
= 0,225 g = 225 mg
- Tidak ada ADI (Excipient halaman 80)
 Sorbitol
- BJ = 1,49 g/ cm³
Sediaan = 70mL x 60mL
100 mL
= 42mL
= 42mL x 1,49 g/ cm³
= 62,58 g = 6258 mg
- ADI pasien (> 20g/hari)
- Perhitungan melebihi ADI atau tidak
12 tahun → 1x pakai = 5mL x 6258mg
60 mL
= 521,5 mg
→ 1 hari = 3x 521,5mg
= 1564,5mg (tidak melebihi ADI)
 Nipasol
- BJ = 1,288 g/ cm³ , penggunaan nipasol 0,01% - c
- Sediaan = 0,02% x 60Ml
= 0,012mL
= 0,012mL x 1,288 g/ cm³
= 0,0155 g
= 15,5 mg
- ADI pasien (10 mg/kg BB)
12 tahun = (32,52 kg) → ISO Indonesia : 518
= 32,52kg x 10mg/kg BB
= 532,5mg
- Perhitungan melebihi ADI atau tidak
1x pakai = 5mL x 15,5mg
60 mL
= 1,29mg (tidak melebihi ADI)
3x pakai = 15mL x 15,5mg
60 mL
= 3,875mg (tidak melebihi ADI)

DAFTAR JUMLAH BAHAN


Nama bahan Jumlah dalam mL Jumlah dalam mg
Gliserin 12 15,144
Nipagin 0,06 81,12
Nipasol 0,012 15,5
Sorbitol 42 6258
Mg(OH)2 - 2700
Al(OH)ɜ - 2400
CMC Na 0,3 225
Ol menthae q.s -
Air panas 4 -
Simeticon - 360

VI. PENYUSUNAN CARA PEMBUATAN


A. Urutan dan tahapan pencampuran dalam skala laboratori
 Pembuatan Emulsi
a. Timbang simetikon 360 mg, sisihkan
b. Timbang CMC Na 225 mg, sisihkan
c. Panasi mortir dengan menuangkan air panas kedalam mortir hingga panasnya
merata,kemudian buang airnya
d. Takar air panas 4,5 ml,masukkan mortir
e. Masukkan CMC Na ke dalam mortir yang berisi air panas, ad sampai CMC Na larut
seluruhnya
f. Tambahkan sedikit demi sedikit simetikon dalam campuran di atas, campur ad
homogeny
 Pembuatan Suspensi
a. Timbang Mg(OH)2 2400 mg, masukkan ke dalam mortir
b. Timbang Al(OH)3 2700 mg, tambahkan ke dalam mortir, ad homogeny
c. Timbang gliserin15,144 g ambil setengah bagian kemudian masukkan mortir, aduk
ad homogen sisihkan (a)
d. Timbang sorbitol 6258 mgtambahkan ke dalam campuran di atas ad homogeny,
sisihkan
e. Timbang Nipagin 81,12 mg masukkan mortir yang berbeda, lalu sisihkan
f. Timbang Nipasol 15,5 mg tambahkan ke dalam mortir
g. Larutkan dengan sisa gliserin,aduk ad homogen
h. Campurkan ke dalam mortir (a) dan campurkan CMC Na ad homogen
i. Masukkan ke dalam botol 60 ml dan tambahkan 2 tetes ol.menthae pip

B. Bentuk Yang Diinginkan

No. Tahapan Bentuk


1. Timbang CMC Na 225 mg Serbuk putih
2. Takar 4,5 ml air panas. Taburkan CMC Na di atas air CMC Na terkembangkan
panas
3. Tambahkan simetikon 360 mg larut
4. Timbang Mg(OH)2 2400 mg larut
5. Tambahkan Al(OH)3 2700 mg serbuk
6. Tambahkan gliserin 15,144 g larut
7. Tambahkan sorbitol 6358 mg larut
8. Tambahkan Nipagin 81,12 mg larut
9. Tambahkan Nipasol 15,5 mg larut
10. Tambahkan 2 tetes ol mentae pip Terbentuk suspensi

C. Alat Yang Digunakan


1. Pembuatan sediaan skala laboratorium
a. Beaker glass
b. Mortir
c. Stamper
d. Cawan porselen
e. Gelas arloji
f. Gelas ukur
g. Gelas ukur
h. Sendok tanduk
i. Penangas air
j. Timbangan analitik
k. Batang pengaduk
l. Pipet tetes
2. Pembuatan Skala Besar
a. Tangki pencampur yang dilengkapi alat pengaduk
b. Alat pengukur untuk zat padat dan air dalam jumlah kecil atau besar
c. Sistem penyaring untuk polishing akhir

VII. MERANCANG TEST AKHIR UNTUK MENGETAHUI BAHWA SEDIAAN LAYAK


EDAR / TIDAK
1. Uji Organoleptis
Bentuk : Suspensi
Warna : Putih
Essence : Oleum Menthae Pip
2. Tes pH
Ambil beberapa ml sediaan larutan yang sudah jadi

Masukkan dalam beaker glass

Tes pH larutan dengan pH meter

Jika pH terlalu asam Jika pH terlalu basa
↓ ↓
Tambahkan basa ad pH yang diinginkan Tambahkan asam ad pH yang diinginkan

3. Tes Berat Jenis


Alat : Piknometer
a. Timbang piknometer kosong
b. Isi piknometer dengan larutan sampai tanda batas
c. Timbang dua kali
d. Ulangi tiga kali
e. Hitung
f. Lakukan pada aquadest sebagai pembanding
Cara perhitungan :
Missal : Bobot piknometer + air = a+b gram
Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Volume piknometer = air = b gram
Pair g/ml
= vol pikno dalam ml

Penentuan kerapatan zat cair X (etanol,aseton, dan kloroform)


a. Lakukan penimbangan zat X dengan menggunakan piknometer yang sama,
missal :
Bobot zat = C gram = (bobot piknometer + zat ) – (bobot piknometer kosong )
b. Kerapatan zat cair X = C gram = C gram

V pikno (ml) V pikno (gr/ml)

4. Mengukur Sedimentasi
Alat : Gelas ukur
 Masukkan suspensi dalam gelas ukur
 Hitung volume awal yaitu 50 ml
 Hitung volume pada t15, 30, 45, 60, dan hari berikutnya.

VIII. PEMBUATAN ETIKET DAN LEAFLET

Informasi yang Kemasan Strip/ Catch Ampul/


No. Etiket Brosur
harus dicantumkan Luar blister cover vial
1. Nama obat jadi      
Bobot netto/
2.    -  
volume/isi
3. Komposisi obat    -  
Nama industri
4.      
farmasi
Alamat industri
5.      
farmasi
6. Nomor pendaftaran      
7. Nomor batch   - -  
8. Tanggal kadaluarsa   -  - 
9. Dosis * *    -
10. Cara penggunaan - -    -
Cara kerja /
11. - -  - - -
farmakologi
12. Indikasi * *  -  -
13. Kontraindikasi * *  -  -
14. Efek samping - *  -  -
15. Interaksi obat - -  -  -
Peringatan/
16. * *  -  -
perhatian
17. Cara penyimpanan    -  
Tanda peringatan
18.    -  -
OBT
Harus dengan resep
19.      
dokter/ obat keras
Lingkaran tanda
20. khusus obat    -  -
keras/bebas/OBT

 : informasi harus dicantumkan


* : informasi boleh menunjuk pada brosur

XI. RANCANGAN WADAH SEKUNDER

B. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

 PEMBAHASAN
Pada praktikum likuida kali ini kelompok kami melakukan formulasi sediaan suspensi
obat antasida. Suspensi antasida memiliki fungsi sebagai obat maag untuk menetralkan produksi
asam lambung yang berlebihan. Sebenarnya secara fisiologi tubuh kita telah memproduksi bahan
yang dapat menetralkan produksi asam lambung pada keadaan normal. Namun pada kasus sakit
maag bahan penetral dari tubuh tidak cukup karena produksi asam lebih banyak sehingga
diperlukan bahan dari luar yang membantu penetralan. Sebenarnya telah banyak obat maag
dalam bentuk sediaan tablet namun untuk mengkonsumsinya harus terlebih dahulu dikuyah, agar
lebih efisien dalam penggunaannya dan dapat memperbaiki rasa maka dibuat sediaan bentuk
suspensi dengan pemberiaan rasa yang lebih dapat diterima selain itu dosis yang digunakan lebih
tepat.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan suspensi antasida adalah bahan obat berupa
garam dari logam yaitu Al(OH)3 dan Mg(OH)2 kedua bahan dikombinasikan karena daya
menetralkan lambat, namun masa kerjanya lebih panjang.Bahan aktif lain yang digunakan
adalah simetikon yang berfungsi sebagai anti kembung dengan cara kerja mengeluarkan CO2
yang dihasilkan dari reaksi pada lambung dengan membuangnya melalui proses sendawa.
Pertimbangan pemilihan simetikon adalah pada saat orang maag produksi CO2 dalam lambung
berlebih sehingga menyebabkan rasa kembung yang tidak nyaman. Dari pemilihan bahan obat
diatas semuanya tidak mudah larut dalam air sehingga bila ingin membuat sediaan berupa
larutan harus diformulasikan dalam bentuk suspensi dengan bantuan bahan suspending agent.
Selain bahan aktif, terdapat juga bahan tambahan yang digunakan untuk mendukung kestabilan
bahan aktif dalam sediaan. Bahan bahan tambahan tersebut diantaranya adalah CMC Na sebagai
suspending agent, Gliserin dan sorbitol sebagai pemanis dan salah satu cairan pembawa, nipagin
dan nipasol sebagai bahan pengawet, Oleum Menthae Pip. Sebagai bahan perasa dan pemberi
sensasi rasa dingin ketika sediaan diminum.
Setelah antasida selesai diracik, kami melakukan beberapa evaluasi uji sediaan untuk
mengetahui apakah sediaan yang telah kami buat sudah memenuhi spesifikasi yang ditentukan
yaitu :
1. Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan evaluasi dengan pengamatan panca indera terhadap
sediaan yang diperoleh. Adapun yang diamati yaitu bau, rasa, dan warna. Bau, rasa dan
warna yang diinginkan yaitu sediaan memiliki bau dan rasa mint serta berwarna putih.
Setelah sediaan selesai dibuat, organoleptisnya sesuai dengan yang direncanakan.dan
setelah penyimpanan, sifat organoleptis sediaan masih sama karena ditutup rapat dan
ditepatkan ditempat yang sejuk agar oleum menthae pip yang digunakan tidak cepat
menguap.
2. Uji pH
Untuk uji pH menggunakan kertas pH universal, caranya dengan mencelupkan secara
langsung kertas ke dalam larutan hasil pembuatan. Dari uji tersebut didapatkan hasil
bahwa pH dari sediaan kami yakni. Hal ini berarti pH sediaan kami masih masuk dalam
rentang dari pH sediaan yang disyaratkan yakni sekitar 6-8 dan juga memenuhi
spesifikasi dari pH efektif antasida yakni sekitar 8.
3. Uji Viskositas
Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan suspensi
kami. Kekentalan atau viskositas sediaan termasuk salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan sediaan. Uji viskositas dilakukan dengan viskometer, didapatkan hasil
sediaan suspensi memiliki viskositas 800 mpas.
4. Uji Bobot jenis dengan piknometer
Untuk mengetahui berat jenis dari sediaan drops dilakukan pengujian dengan cara
menimbang larutan uji pada piknometer.Hasilnya adalah :
Bobot piknometer kosong : Replikasi 1= 30,0452 g
Replikasi 2= 30,0322 g
Replikasi 3= 30,0284 g
Bobot pikno kosong rata-rata = 30,0353 g
Volume pikno=volume air = 9,907 g
Bobot pikno+larutan : Replikasi 1= 41,3699 g
Replikasi 2= 41,3756 g
Bobot sediaan rata-rata adalah 11,3375 g
Bobot jenis sediaan = Bobot sediaan/volume pikno
= 11,3375 /9,907 = 1,144 g/ml
5. Uji volume sedimentasi
Pada uji ini dilakukan pengukuran volume sedimentasi dengan mengambil beberapa mL
suspensi yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur 50 mL, kemudian didiamkan
selama 2 hari. Setelah 2 hari tersebut suspensi yang kami formulasi tidak menunjukkan
adanya endapan. Ini berarti suspensi yang kami buat stabil dan termasuk suspensi yang
baik. Suspensi ini tergolong dalam suspensi terdeflokulasi.
Hasil evaluasi sediaan
 Bentuk sediaan : larutan suspensi
 Kadar bahan aktif : - Al(OH)3 = 225 mg/5 ml
- Mg(OH)2 = 200 mg/5 ml
- Simetikon = 30mg/5 ml
 pH sediaan :8
 warna : putih
 bau : mentol
 rasa : manis
 viskositas : 800 cp
 BJ : 1,144 g/ml

Dalam evaluasi uji sediaan kami hanya melakukan lima uji saja dikarenakan keterbatasan
waktu sehingga uji-uji yang lain tidak dapat dilakukan. Tetapi walaupun tidak dilakukan uji-uji
yang lain sediaan kami dapat disimpulkan acceptable dikarenakan tidak terbentuk endapan bila
disimpan pada suhu kamar.

 KESIMPULAN

1. Sediaan antasida dengan bahan aktif Mg(OH)2, Al(OH)3 dan simeticon.


2. Pemilihan Al(OH)3 dan Mg(OH)2 didasarkan pada sifat kedua bahan aktif tersebut yaitu
bersifat basa sehingga dapat menetralkan asam lambung dan masa kerjanya lama.
Sedangkan simeticon dipilih untuk melengkapi fungsi kedua bahan obat tersebut, yaitu
sebagai antikembung atau antiflatulent.
3. Bentuk sediaan yang terpilih adalah suspensi karena bahan aktif tidak larut dalam air
4. Evaluasi sediaan antasida meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji Bobot Jenis
dan uji sedimentasi.
5. Dari hasil uji yang dilakukan, sediaan yang telah dibuat memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan yaitu sediaan dengan BJ = 1,144 g/cm3, viskositas = 800 mpas, pH =
8,0 dan tidak membentuk cake sehingga dapat diproduksi dalam skala besar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Britis Pharmacopera Vol II Book II. The Stationary Office : London

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatban Republik
Indonesia
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Anonim. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients.2nded. The Pharmaceutical press :


London

Anonim. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Harvey, Ricard. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Rutger Yniversity.

Parfitt, Kathleen. 1999. Martindale. The Complete Drug Reference, 32nd ed. Pharmaceutical
Press : UK

Anda mungkin juga menyukai