KELOMPOK A-2
Oleh :
Umi Ubaidah 082210101006
Anggun Hari K 082210101007
Riko Widya 082210101008
Risma Ayu N 082210101009
Septi Heni P 082210101010
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk dapat merancang dan membuat suatu sediaan yang homogeny dimana memenuhi
semua spesifikasi persyaratan mutu yaitu aman, efektif, stabil (secara fisika, kimia,
mikrobiologi, farmakologi, dan toksikologi) dan dapat diterima.
1.4 Manfaat
Dengan dibuatnya obat antasida dalam sediaan liquida, diharapkan dapat membantu
penggunaannya untuk anak-anak dan pada pasien dewasa yang susah menelan obat dalam
bentuk sediaan tablet. Selain itu juga diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi penelitian yang
selanjutnya didunia kefarmasian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Maag merupakan penyakit pada lambung yang dikarenakan kelebihan asam lambung yang
menyebabkan iritasi diselaput leher lambung sehingga terjadi nyeri. Dalam kondisi normal asam
diperlukan untuk membantu pencernaaan dalam mengelolah makanan yang kita makan. Namun
produksi asam lambung yang meningkat dapat memicu iritasi dilambung dan terjadi nyeri yang
biasa disebut maag.
Pada dasarnya terjadinya maag dapat dipicu oleh pola hidup kita sehari-hari,misalnya
makanan yang berminyak, makanan yang berkolesterol, minuman beralkohol, aneka makanan
panggang, makanan pedas, minuman berkafein dan lain sebagainya.
Maag dapat dicegah dengan menjaga pola hidup dan dapat ditangani dengan pemberian obat
maag yang lebih dikenal dengan antasid.
Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk
membentuk air dan garam, dengan demikian menghilangkan keasaman lambung. Karena pepsin
tidak aktif pada pH lebih dari 4,0 maka antasida juga mengurangi aktifitas peptik. Obat-obat ini
juga memiliki efek lain, seperti pengurangan kolonisasi H. pylori dan merangsang sintesis
prostaglandin.
Sifat-sifat kimiawi antasida
Zat-zat antasida sangat bervariasi dalam komposisi kimia, kemampuan menetralkan asam,
kandungan natrium, rasa dan harganya. Kemampuan menetralkan asam suatu antasida
tergantung pada kapasitasnya unuk menetralkan HCl lambung dan apakah lambung dalam
keadaan penuh atau kosong ( makanan memperlambat pengosongan lambung, memungkinkan
antasida bekerja untuk waktu yang lebih lama ).Antasida yang biasa digunakan adalah garam
aluminium dan magnesium seperti aluminium hridroksida ( biasanya suatu campuran Al(OH)3
dan aluminium oksidahidrat ) atau magnesium hidroksida [(Mg(OH)2] (”milk of magnesia”),
baik tunggal atu kombinasi. Karena garam kalsim merangsang pelepasan gastrin, maka
penggunaan antasida yang mengandung antasida, seperti kalsium karbonat (CaCO3) (Tums,
Rolaids) dapat menyebabkan produksi tambahan. Absorbsi natrium karbonat (NaHCO3)
sistemik dapat menyebabkan alkalosis metabolit sementara; antasida ini tidak dianjurakan untuk
penggunaan jangka panjang.
Penggunaan Terapi
Antasida yang mengandung aluminium dan magnesium dapat mempercepat penyembuhan ulkus
duodenum; bukti efektivitasnya dalam pengobatan ulkus lambung akut kurang banyak tercatat.
Efek samping
2. Alumunium Hidroksida
Alasan pemilihan bahan aktif :
- Bahan aktif ini dipilih karena memiliki daya menetralkan asam lambung lambat,
tetapi masa kerjanya lebih panjang. Alumunium ini bersifat demulsen dan absorben.
Dan juga absorbsi makanan setelah pemberian alumunium dipengaruhi dan
komposisi tinja tidak berubah. Efek samping pada antasida yang mengandung
Al(OH)3 yaitu konstipasi.
Pemerian : serbuk amorf, putih, tidak berbau, dan tidak berasa.
3. Simetikon
Alasan pemilihan bahan aktif :
Bahan aktif dipilih karena simetikon digunakan sebagai anti kembung (antiflatulen) dan
sebagai penurun tegangan permukaan yang bersifat anti busa.
Pemerian : Cairan kental, tembus cahaya, warna abu-abu
Bentuk sediaan yang dipilih adalah larutan suspensi karena bahan obat yang
digunakan tidak larut air. Obat yang dibuat diinginkan dalam saluran cerna
sehingga harus dalam bentuk partikel halus.
Antasida lebih efektif bila diberikan dibentuk suspensi, karena tidak mengalami
pengeringan selama pembuatan, sehingga mengurangi daya netralisasinya seperti
pada sediaan tablet. (Obat-obat Penting hal 251)
Bentuk suspensi mulai kerjanya lebih cepat dibandingkan bentuk tablet.
( Farmakologi dan Terapi hal. 505)
Sediaan dalam taraf aman apabila kadar bahan aktif dalam batas yang telah
ditetapkan.
- Magnesium Hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam
mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH)2
- Gel Alumunium Hidroksida adalah suspense dari alumunium gidroksida bentuk
amorf, sebagian hidroksida disubstitusi dengan karbonat. Mengandung alumunium
hidroksida setara dengan tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% Al(OH)3
dari jumlah yang tertera pada etiket.
- Simetikon adalah campuran polimer siloksan linier yang termetilasi penuh.
Mengandung tidak kurang dari 90,5% dan tidak lebih dari 99% polidimetilsiloksan,
[(CH3)2 SiO]n, dan tidak kurang dari 4% dan tidak lebih dari 7% silikon dioksida SiO2
3. Efektif
Efektif dapat diartikan sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang
optimal. Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1 kurun
waktu) harus mampu mencpai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki.
Sediaan yang efektif adalah sediaan bila digunakan menurut aturan pakai yang
disarankan akan menghasilkan efek farmakologi yang optimal untuk tiap-tiap bentuk
sediaan dengan efek samping yang minimal.
4. Stabilitas fisika
Sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan viskositas tidak
berubah
5. Stabilitas kimia
Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warn, pH, dan bentuk
sediaan. Sediaan dibuat pada pH 6-9 diharapkan ridak mengalami perubahan potensi.
6. Stabilitas mikrobiologi
Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama wktu edar. Jika
mengandung presertvatif harus tetap efektif selama waktu edar. Mikroorganisme yg tidak
boleh ditemukan pada sediaan : Salmonella sp., E.coli, Enterobacter sp., P. aeruginosa,
Clastridium sp., Candida albicans
7. Stabilitas farmakologi
Selama penyimpanan dan pemakaian efek terapetiknya harus tetap sama.
8. Stabilitas toksikologi
Pada penyimpanan dan pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas.
- Simeticon
Tiap 5mL mengandung 30mg
Kemasan terkecil 60mL penimbangan :
60mL x 30 mg = 360 mg
5mL
V. PENYUSUNAN FORMULA SEDIAAN (per satuan terkecil dan per satuan kemasan)
A. Formula Sediaan
R/ Al(OH)3 2,7
Mg(OH)2 2,4
Simetikon 0,36
Gliserin 20%
Sorbitol 70%
CMC Na 1%
Nipagin 0,1 %
Nipasol 0,02%
Ol. Menthae pip. 3 tetes
Aqua ad 60
(Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse system vol 2 hal 131)
B. Alasan pemilihan bahan tambahan
Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan, maka diperlukan bahan bahan tambahan , diantaranya adalah
emulsifying agent, suspending agent, wetting agent, pengawet, pemanis, flavoring agen,
dll. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan kali ini antara lain :
CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose Sodium)
- Alasan pemiliahan : CMC tidak memiliki efek terpetik dan tidak berbahaya.
Selain itu, CMC juga berfungsi sebagai coating agent. Dalam sediaan ini CMC
digunakan sebagai emulsifying agent yaitu untuk membentuk emulsi dengan
simetikon yang berupa minyak.
- Fungsi : Sebagai suspending agent dan emulsifying agent
- Pemerian : Serbuk granular, tidak berbau, warna putih
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluen. Mudah
terdispersi dalam air pada semua temperatur.
- Dalam larutan air stabil pada pH 7-9 (tepat sebagai antasid)
- Persyaratan penggunaan CMC Na 0,25-1% (excipient hal 78)
Gliserin
- Alasan pemilihan : Karena gliserin dapat digunakan sebagi zat pembasah yang
dapat mendesak lapisan udara yang ada di permukaan partikel dan melapisi bahan
obat sehingga menyebabkan sudut kontak turun.
- Pemerian : Cairan jernig seperti sirup, tidak berbau, rasa manis, hanya boleh
berbau khas lemah, higroskopis, netral terhadap lakmus.
- Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidal larut dalam
kloroform, dalam eter.
Sorbitol
- Alasan pemilihan : diberikan sebagai pemanis sediaan dan dapt pula digunakan
sebagai zat pembasah agar bahan obat mudah didispersikan dalam air karena sifat
sorbitol yang mudah larut air.Sorbitol stabil pada pH 4,5-7
- Pemerian : granul atau lempengan, higroskopis, warna putih, rasa manis
- Kelarutan ; Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
metanol dan asam asetat.
4. Mengukur Sedimentasi
Alat : Gelas ukur
Masukkan suspensi dalam gelas ukur
Hitung volume awal yaitu 50 ml
Hitung volume pada t15, 30, 45, 60, dan hari berikutnya.
PEMBAHASAN
Pada praktikum likuida kali ini kelompok kami melakukan formulasi sediaan suspensi
obat antasida. Suspensi antasida memiliki fungsi sebagai obat maag untuk menetralkan produksi
asam lambung yang berlebihan. Sebenarnya secara fisiologi tubuh kita telah memproduksi bahan
yang dapat menetralkan produksi asam lambung pada keadaan normal. Namun pada kasus sakit
maag bahan penetral dari tubuh tidak cukup karena produksi asam lebih banyak sehingga
diperlukan bahan dari luar yang membantu penetralan. Sebenarnya telah banyak obat maag
dalam bentuk sediaan tablet namun untuk mengkonsumsinya harus terlebih dahulu dikuyah, agar
lebih efisien dalam penggunaannya dan dapat memperbaiki rasa maka dibuat sediaan bentuk
suspensi dengan pemberiaan rasa yang lebih dapat diterima selain itu dosis yang digunakan lebih
tepat.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan suspensi antasida adalah bahan obat berupa
garam dari logam yaitu Al(OH)3 dan Mg(OH)2 kedua bahan dikombinasikan karena daya
menetralkan lambat, namun masa kerjanya lebih panjang.Bahan aktif lain yang digunakan
adalah simetikon yang berfungsi sebagai anti kembung dengan cara kerja mengeluarkan CO2
yang dihasilkan dari reaksi pada lambung dengan membuangnya melalui proses sendawa.
Pertimbangan pemilihan simetikon adalah pada saat orang maag produksi CO2 dalam lambung
berlebih sehingga menyebabkan rasa kembung yang tidak nyaman. Dari pemilihan bahan obat
diatas semuanya tidak mudah larut dalam air sehingga bila ingin membuat sediaan berupa
larutan harus diformulasikan dalam bentuk suspensi dengan bantuan bahan suspending agent.
Selain bahan aktif, terdapat juga bahan tambahan yang digunakan untuk mendukung kestabilan
bahan aktif dalam sediaan. Bahan bahan tambahan tersebut diantaranya adalah CMC Na sebagai
suspending agent, Gliserin dan sorbitol sebagai pemanis dan salah satu cairan pembawa, nipagin
dan nipasol sebagai bahan pengawet, Oleum Menthae Pip. Sebagai bahan perasa dan pemberi
sensasi rasa dingin ketika sediaan diminum.
Setelah antasida selesai diracik, kami melakukan beberapa evaluasi uji sediaan untuk
mengetahui apakah sediaan yang telah kami buat sudah memenuhi spesifikasi yang ditentukan
yaitu :
1. Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan evaluasi dengan pengamatan panca indera terhadap
sediaan yang diperoleh. Adapun yang diamati yaitu bau, rasa, dan warna. Bau, rasa dan
warna yang diinginkan yaitu sediaan memiliki bau dan rasa mint serta berwarna putih.
Setelah sediaan selesai dibuat, organoleptisnya sesuai dengan yang direncanakan.dan
setelah penyimpanan, sifat organoleptis sediaan masih sama karena ditutup rapat dan
ditepatkan ditempat yang sejuk agar oleum menthae pip yang digunakan tidak cepat
menguap.
2. Uji pH
Untuk uji pH menggunakan kertas pH universal, caranya dengan mencelupkan secara
langsung kertas ke dalam larutan hasil pembuatan. Dari uji tersebut didapatkan hasil
bahwa pH dari sediaan kami yakni. Hal ini berarti pH sediaan kami masih masuk dalam
rentang dari pH sediaan yang disyaratkan yakni sekitar 6-8 dan juga memenuhi
spesifikasi dari pH efektif antasida yakni sekitar 8.
3. Uji Viskositas
Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan suspensi
kami. Kekentalan atau viskositas sediaan termasuk salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan sediaan. Uji viskositas dilakukan dengan viskometer, didapatkan hasil
sediaan suspensi memiliki viskositas 800 mpas.
4. Uji Bobot jenis dengan piknometer
Untuk mengetahui berat jenis dari sediaan drops dilakukan pengujian dengan cara
menimbang larutan uji pada piknometer.Hasilnya adalah :
Bobot piknometer kosong : Replikasi 1= 30,0452 g
Replikasi 2= 30,0322 g
Replikasi 3= 30,0284 g
Bobot pikno kosong rata-rata = 30,0353 g
Volume pikno=volume air = 9,907 g
Bobot pikno+larutan : Replikasi 1= 41,3699 g
Replikasi 2= 41,3756 g
Bobot sediaan rata-rata adalah 11,3375 g
Bobot jenis sediaan = Bobot sediaan/volume pikno
= 11,3375 /9,907 = 1,144 g/ml
5. Uji volume sedimentasi
Pada uji ini dilakukan pengukuran volume sedimentasi dengan mengambil beberapa mL
suspensi yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur 50 mL, kemudian didiamkan
selama 2 hari. Setelah 2 hari tersebut suspensi yang kami formulasi tidak menunjukkan
adanya endapan. Ini berarti suspensi yang kami buat stabil dan termasuk suspensi yang
baik. Suspensi ini tergolong dalam suspensi terdeflokulasi.
Hasil evaluasi sediaan
Bentuk sediaan : larutan suspensi
Kadar bahan aktif : - Al(OH)3 = 225 mg/5 ml
- Mg(OH)2 = 200 mg/5 ml
- Simetikon = 30mg/5 ml
pH sediaan :8
warna : putih
bau : mentol
rasa : manis
viskositas : 800 cp
BJ : 1,144 g/ml
Dalam evaluasi uji sediaan kami hanya melakukan lima uji saja dikarenakan keterbatasan
waktu sehingga uji-uji yang lain tidak dapat dilakukan. Tetapi walaupun tidak dilakukan uji-uji
yang lain sediaan kami dapat disimpulkan acceptable dikarenakan tidak terbentuk endapan bila
disimpan pada suhu kamar.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Britis Pharmacopera Vol II Book II. The Stationary Office : London
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatban Republik
Indonesia
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Anonim. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Parfitt, Kathleen. 1999. Martindale. The Complete Drug Reference, 32nd ed. Pharmaceutical
Press : UK