Farmakokinetik :
Aluminium hidroksida yang
diberikan secara oral bereaksi
lambat dengan HCl dalam
lambung untuk membentuk
AlCl3 yang dapat larut
(beberapa diabsorpsi).
Adanya makanan atau factor
lain yang mengurangi
pengosongan lambung dapat
memperpanjang ketersediaan
(bioavailabilitas) Al(OH)3
untuk bereaksi sehingga
meningkatkan jumlah AlCl3
yang terbentuk.
Pasien dengan fungsi ginjal
normal dilaporkan
mengabsorpsi antasida
Al(OH)3 + 100-500 μg dari
dosis standar sehari, yang
menunjukkan kadar
aluminium dalam plasma
lebih besar dua kali lipat dari
kadar aluminium pada
umumnya (tanpa antasida).
Sedangkan pasien dengan
gagal ginjal beresiko terhadap
aluminium dan toksisitas
Al(OH)3. Aluminium yang
tersisa dalam saluran cerna
akan membentuk garam
aluminium yang tidak dapat
atau sukar diabsorpsi
(hidroksida, karbonat, fosfat,
turunan asam lemak) yang
akan diekskresi melalui feses.
(Martindale 36th page
1707)
Magnesium hidroksida Mengandung tidak kurang Farmakologi :
(Mg(OH)2) dari 95,0% dan tidak lebih Magnesium hidroksida
dari 100,5% Mg(OH)2 bekerja dengan menetralkan
Pemerian : serbuk putih, yang telah dikeringkan. asam lambung. Obat ini tidak
ringan. (FI V hal. 792) akan efektif sebelum obat ini
(FI V hal. 792) berinteraksi dengan HCl
pH = 9,5 – 10,5 membentuk Mg(Cl)2.
Kelarutan : praktis tidak (pubchem.ncbi.nl Mg(OH)2 yang tidak bereaksi
larut dalam air (1:80.000), m.nih.gov akan tetap berada dalam
larut dalam asam encer. lambung dan akan
(Merck Index) menetralkan HCl yang
- BJ = 2,36 g/ml disekresi belakangan
sehingga masa kerjanya lama.
TL = 3500𝐶 (Farmakologi UI edisi 4 hal.
(pubchem.ncbi.nlm.nih.g 503)
ov) Magnesium hidroksida
sering dikombinasikan
dengan aluminium yang
mengandung antacid seperti
aluminium hidroksida yang
dapat mencegah efek laksatif.
(Martindale 36th hal. 1743)
Farmakokinetik :
Magnesium hidroksida yang
diberikan secara oral relative
cepat bereaksi dengan HCl
dalam lambung membentuk
MgCl2 dan H2O. ion Mg
diabsorpsi sekitar 30% di
usus kecil.
(Martindale 36th hal. 1743)
a. Bahan Aktif Terpilih : Kombinasi Al(OH)3 dan Mg(OH)2
Alasan :
1. Al(OH)₃ dan Mg(OH)₂ merupakan antasida non sistemik. Pemberian antasida non
sistemik relative lebih aman dibandingkan jenis antasida sistemik (seperti Natrium
Bikarbonat) karena meminimalkan resiko efek samping seperti urin yang bersifat
alkalis. Pada pasien kelainan ginjal dapat terjadi alkalosis metabolic. (Farmakologi
UI, hal 518)
2. Al(OH)₃ dapat menimbulkan efek yang berlawanan dengan efek laksatif dari
Mg(OH)₂. Al(OH)₃ memiliki efek konstipasi. Sehingga karena efek yang
berlawanan ini diharapkan dengan mengkombinasikan keduanya akan saling
meniadakan efek samping yang tidak diinginkan. (Martindale 36th Edition page
1707,1743)
3. Al(OH)₃ memiliki daya menetralkan asam lambung yang lambat tetapi masa kerja
panjang, sedangkan Mg(OH)₂ memiliki daya menetralkan asam lambung lebih cepat
dari Al(OH)₃ namun masa kerjanya pendek. (Farmakologi UI, hal 519)
5. Kombinasi Al(OH)₃ dan Mg(OH)₂ mempunyai efektivitas yang lebih baik dan
toksisitas lebih rendah dibanding kombinasi Al(OH)₃ dengan Magnesium Trisilikat.
(Martindale 36th Edition page 1744)
b. Bahan Sediaan Terpilih : Sediaan Oral Suspensi
Alasan :
1. Bahan aktif Al(OH)₃ tidak larut dalam air dan Mg(OH)₂ praktis tidak larut dalam air.
(Farmakope V halaman 92 dan 792)
3. Sediaan suspensi memiliki onset yang lebih cepat (bioavailabilitas lebih baik)
dibandingkan dengan sediaan tablet atau kapsul.
4. Dalam kondisi maag akut maupun kronis, pasien membutuhkan obat antasida yang
memiliki onset cepat dan praktis dibawa kemanapun.
0,0385 dan 0,0343 secara berturut- turut merupakan theorical dari kapasitas
netralisasi asam Al(OH)3 dan Mg(OH)2. Lalu A dan adalah kuantitas dalam satuan
mg Al(OH)3 (A) dan Mg(OH)2 (M).
Tipe Antasida
Menurut Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System Vol. 2 P. 127, tipe-tipe
antasida dibagi menjadi 4, yaitu :
a) Single strength suspension : memiliki kapasitas untuk menetralisir 10-
15 mEq dari HCl per 5 mL dosis
b) Double strength suspension : memiliki kapasitas untuk menetralisir 20-
30 mEq dari HCl per 5 mL dosis
c) Antacid containing antiflatulent : mengandung 20-40 mg simetikon per 5 mL
dosis
d) Floating antacid suspension : memilik daya menetralisir asam yang
kecil, lebih untuk obat Telfast Esophagitis
Dosis Antasida
a) Menurut Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System Vol. 2 P. 128,
Suspense oral “single strength suspension” memiliki kapasitas netralisasi 10 – 15
mEq hydrocolic acid dalam dosis 5 ml.
b) Menurut Pharmaceutical Dosage Form: Disperse System Vol. 2 P. 128,
Setiap satu sendok teh (5 mL) dari formula berikut harus berisi 225 mg
Alumunium Hidroksida (ekivalen dengan gel alumunium hidroksida kering USP
dihitung sebagai 50% Al2O3) dan 200 mg Magnesium Hidroksida.
c) Berdasarkan Martindale 38th ed p. 1817
Dosis Al(OH)3 dalam bentuk dosis oral sampai dengan 1 gram.
d) Berdasarkan Martindale 38th ed p. 1857
Dosis Mg(OH)2 dalam bentuk dosis oral sampai dengan 1 gram.
Perhitungan mEq
Berdasarkan literatur diatas, digunakan kombinasi aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida dengan jumlah masing- masing senyawa sebanyak mg dengan
perhitungan jumlah asam yang dinetralkan :
0,55 (0,0385 × 225 mg) + 0,8 (0,0343 × 200 mg) = 10,2524 mEq
Sehingga telah memenuhi kapasitas netralisasi asam yang dapat dinetralkan
Single Strength Suspension (10 – 15 mEq) dan sesuai yang tertera di USP (tidak
kurang dari 5 mEq).
Takaran terkecil (dosis pemakaian)
Konsumen yang dituju : Dewasa (usia > 12 thn)
Alasan : Karena maag merupakan penyakit yang sering
diderita oleh orang dewasa (> 12 tahun)
Dosis pakai : 3 - 4 x sehari
Lama pemakaian : 3 hari
Alasan : Jika dalam sediaan mengandung mg Al(OH)3 dan
mg Mg(OH)2 ,maka jumlah yang digunakan
dalam sehari: Al(OH)3 = 225 mg x (3-4 kali) =
675-900 mg Mg(OH)2 = 200 mg x (3-4 kali) =
600-800 mg
e. Skema
Bahan Aktif
f. Al(OH)3
C
Dan Mg(OH)2
Praktis Tidak Larut Partikel Sulit Rasa Bahan Aktif Mengandung Air
Dalam Air Terbasahi Tidak
Dibuat Suspensi
Perlu Pemanis Perlu Perasa Perlu Pengawet
Perlu
Suspending
Agent
RANCANGAN FORMULASI
Formula I
Bahan Fungsi Kadar (%) Jumlah Dalam
60 mL
Al(OH)3 Bahan Aktif 4,5 % 2,7 g
Mg(OH)2 Bahan Aktif 4% 2,4 g
Veegum Suspending Kolom (tambah 0,6 g
Agent kolom rentang)
1
Gliserin Pembasah 20 % 12 mL
Na Sakarin Pemanis 0,25 % 0,15 g
Nipagin Pengawet 0,02 % 0,012 g
Nipasol Pengawet 0,02 % 0,012 g
Ol. Menthae Perasa 1% 0,6 mL
Piperitae
Aquadest Pelarut 69,21 % 41,526 mL
Perhitungan Bahan :
1. Al(OH)3 = 4,5 𝑥 60 𝑚𝐿 = 2,7 𝑔
100
2. Mg(OH)2 = 4
100 𝑥 60 𝑚𝐿 = 2,4 𝑔
3. Veegum = 1
100 𝑥 60 𝑚𝐿 = 0,6 𝑔
4. Gliserin = 20 𝑥 60 𝑚𝐿 = 12 𝑚𝐿
100
Cara Peracikan :
a) Cara Kering
1. Timbang 2,7 g Al(OH)3 gerus ad halus.
2. Timbang 2,4 g Mg(OH)2 gerus ad halus.
3. Campurkan kedua bahan kemudian gerus ad homogen.
4. Timbang veegum 0,6 g, tambahkan ke campuran diatas lalu gerus ad homogen.
5. Tambahkan 12 mL gliserin, gerus ad terbasahi dan homogen.
6. Tambahkan 20 mL aquadest, gerus ad homogen.
7. Timbang 0,012 g Nipagin dan 0,012 g Nipasol, larutkan dalam 1 mL aquadest
aduk ad larut, lalu campurkan kedalam campuran bahan, gerus ad homogen.
8. Timbang 0,15 g Na Sakarin, larutkan dalam 1 ml aquadest aduk ad larut dan
campurkan kedalam campuran bahan lalu gerus ad homogen.
9. Tambahkan 0,6 mL ol. Menthae Pip, gerus ad homogen.
10. Tambahkan aquadest ad 60 ml, aduk ad homogen.
b) Cara Basah
1. Timbang 2,7 g Al(OH)3 dan 2,4 g Mg(OH)2 gerus ad homogen.
2. Tambahkan 12 mL gliserin, gerus ad terbasahi dan homogen.
3. Timbang veegum 0,6 g dan taburkan diatas cawan yang berisi 18 mL air panas
jika menggembang aduk ad terbentuk mucilage lalu tambahkan ke campuran
diatas lalu gerus ad homogen.
4. Timbang 0,012 g Nipagin larutkan dalam 1 mL aquadest dan 0,012 g Nipasol
larutkan dalam 5 mL aquadest aduk ad larut, lalu campurkan kedalam campuran
bahan, gerus ad homogen.
5. Timbang 0,15 g Na Sakarin, larutkan dalam 1 ml aquadest aduk ad larut dan
campurkan kedalam campuran bahan lalu gerus ad homogen.
6. Tambahkan 0,6 mL ol. Menthae Pip, gerus ad homogen.
7. Tambahkan aquadest ad 60 ml, aduk ad homogen.
Perhitungan ADI
1. Acceptable Daily Intake (ADI)
a) PG = 25 mg / kg BB (HPE 6th Edition, page 593)
b) Gliserin = 1 – 1,5 g / kg BB (HPE 6th Edition, page 285)
c) Sakarin Na = 2,5 mg / kg BB (HPE 6th Edition, page 608)
d) Nipagin = 10 mg/kg BB (HPE 6th Edition, page 444)
e) Nipasol = 10 mg/kg BB (HPE 6th Edition, page 598)
f) Ol. Menthae pipp. = 5 mg/kg BB (Martindale 36th Edition, page 1761)
2. Berat Jenis
a) PG = 1,038 g/cm3 (HPE 6th Edition, page 592)
b) Gliserin = 1,2636 g/cm3 (HPE 6th Edition, page 283)
c) akarin Na = 0,86 g/cm3 (HPE 6th Edition, page 606)
d) Nipagin = 1,352 g.cm3 (HPE 6th Edition, page 444)
e) Nipasol = 1,288 g/cm3 (HPE 6th Edition, page 598)
f) Ol. Menthae pipp. = 1,497– 1,527 g/cm3 (Martindale 36th Edition, page 1761)
4. ADI PG
Usia >12 tahun = 25 mg/kg BB x 35,52 kg = > 888 mg
5. ADI Gliserin
Usia >12 tahun = 1,5 g/kg BB x 35,52 kg = > 53,28 g
6. ADI Sakarin Na
Usia >12 tahun = 2,5 mg/kg BB x 35,52 kg = > 88,8 mg
7. ADI Nipagin
Usia >12 tahun = 10 mg/kg BB x 35,52 kg = > 355,2 mg
8. ADI Nipasol
Usia >12 tahun = 10 mg/kg BB x 35,52 kg = > 355,2 mg
1. ORGANOLEPTIS
Aspek yang diamati: Warna, Bau, Rasa
Prosedur :
a) Mencari 50 orang responden yang diberikan sampel sediaan.
b) Responden diminta untuk memberikan nilai pada warna, rasa, dan bau sediaan
dalam skala 1-5 dengan ketentuan sebagai berikut:
Warna : 1 = tidak
berwarna 2 = agak
putih
3 = putih keruh
4 = putih susu (yang diinginkan)
Rasa : 1 = pahit
2 = cukup manis
3 = manis (yang diinginkan)
4 = terlalu manis
Keterangan :
M1:Berat piknometer kosong M3:Berat isi(M2-M1)
M2: Berat piknometer+zat V:Kapasitas dalam piknometer
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
7. Kemampuan Redispersi (Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman, 3th ed.
P 443)
Penentuan redispersi dapat dilakukan dengan cara mengocok sediaan dalam
wadah atau dengan menggunakan pengocok mekanik, untuk suspensi antasida ini
kami menggunakan cara manual.
Prosedur:
a) Memasukan sediaan suspensi kedalam wadah botol kaca bening.
b) Putar 180 derajat wadah sediaan, lalu balik/ putas ke posisi semula (1x kocok)
c) Berilah 100% jika dalam setiap pembalikan botol suspensi sediaan terdispersi
sempurna. Jika setiap pembalikan belum terdispersi sempurna, maka pengurangan
5% per pembalikan 1x kocok dari nilai 100%.
06 Desember 2020
ttd
ttd
Timbang veegum 0,6 g dan taburkan diatas cawan yang berisi 18 mL air panas jika menggembang
aduk ad terbentuk mucilage lalu tambahkan ke campuran diatas lalu gerus ad homogen
Timbang 0,012 g Nipagin larutkan dalam 1 mL aquadest dan 0,012 g Nipasol larutkan dalam 5 mL
aquadest aduk ad larut, lalu campurkan kedalam campuran bahan, gerus ad homogen
Timbang 0,15 g Na Sakarin, larutkan dalam 1 ml aquadest aduk ad larut dan campurkan kedalam
campuran bahan lalu gerus ad homogen.
ttd
ttd
NAMA PRODUK
(Noer Aini Mila Safitri Devi) (Desty Haning Prastiwi) (Nur Hayati)
EVALUASI
1. ORGANOLEPTIS
Prosedur :
a) Mencari 50 orang responden yang diberikan sampel
sediaan.
b) Responden diminta untuk memberikan nilai pada warna,
rasa, dan bau sediaan dalam skala 1-5 dengan ketentuan
sebagai berikut:
2 = agak putih
3 = putih keruh
2 = cukup berbau
4 = berbau kuat
Rasa : 1 = pahit
2 = cukup manis
3 = manis (yang diinginkan)
4 = terlalu manis
2. Penetapan pH (Farmakope Indonesia V halaman 1563)
Ph : 8,69
Alat : pH meter
Prosedur :
a) Menyambungkan pH meter ke listrik
b) Menyalakan alat dengan menekan tombol ON
c) Membilas elektroda dengan aquadest, keringkan dengan
tissue
d) Memasukan elektroda ke larutan yang akan diuji pHnya
e) Mengkalibrasi hasil pH dengan spesifikasi yang
tercantum dalam alat, catat suhunya
f) Membilas elektroda dengan aquadest, keringkan dengan
tissue.
3. Penetapan Berat Jenis (Farmakope Indonesia IV hal.
Berat pikno kosong :
1030) 33,40 g
Berat pikno + aquadest :
Alat : Piknometer 57,59 g
Berat pikno + suspensi :
Prosedur : 60,13 g
Berat pikno kosong +
a) Bersihkan piknometer hingga bersih dan kering. sisa : 34,45 g
b) Atur suhu piknomete sesuaidengan suhu yang tercantum
di pinometer
c) Catat kapasitas volume yang tertera pada piknometer
d) Timbang piknometer kosong (m1)
e) Atur suhu zat uji sesuai dengan suhu yang tertera pada
piknometer,lalu masukkan dalam piknometer
f) Timbang bobot piknometer (m2)
g) Hitung selisih m2-m1.
m 2−m 1
h) Masukkan dalam persamaan Bj=
v
Keterangan :
Prosedur :
a) Memasukkan sediaan dalam gelas ukur tertutup.
b) Mengamati volume pengendapan selama 1 hari
c) Mengamati volume pengendapan selama ± 1 minggu,
ukur volume sedimentasi dengan rumus
Vu
d) F= ; Vo = volume awal suspensi sebelum mengendap;
Vo
Vu = volume akhir endapan. Semakin besar F, semakin
baik suspendibilitas.
5. Penetapan Viskositas (The Theory of Practice Industrial
Pharmacy 3rd ed,page 493-494)
Prosedur:
a) Dipasang spindel pada gantungan spindel
b) Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas
spindel tercelup kedalam cairan yang akan diukur
viskositasnya
c) Dipasang stop kontak
d) Dinyalakan motor sambil menekan tombol
e) Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum merah pada
skala
f) Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut.
Untuk menghitung viskositas maka angka pembacaan
tersebut dikalikan dengan skala suatu faktor yang dapat
dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat diubah–
ubah RPM, maka didapat viskositas pada beberapa RPM.
6. Penentuan Distribusi Ukuran Partikel (Farmasi Fisik, 1 tetes sediaan suspensi +
Martin, p 1036-1037)
Alat : Mikroskop
Prosedur :
a) Mengkalibrasi skala okuler dengan memasang
micrometer objektif
b) Meneteskan suspense diatas object glass, tutup dengan
cover glass
c) Meletakkan object glass di bawah mikroskop
d) Mengukur diameter partikel sebanyak 300 – 500 partikel
e) Melakukan pengelompokan, penentuan ukuran partikel
terkecil dan terbesar,bagi dalam interval dan kelas
rentang
interval=
jumlah
7. Kemampuan Redispersi (Teori dan Praktek Farmasi
Volume terpindahkan
Industri, Lachman, 3th ed. P 443) V1 = 42 ml
= 42 ml / 60 ml x 100%
Penentuan redispersi dapat dilakukan dengan cara = 70 ml
mengocok sediaan dalam wadah atau dengan menggunakan V2 = 40 ml
pengocok mekanik, untuk suspensi antasida ini kami = 40 ml / 60 ml x 100%
= 66,67 ml
menggunakan cara manual.
V3 = 39 ml
Prosedur: = 39 ml / 60 ml x 100%
= 65 ml
a) Memasukan sediaan suspensi kedalam wadah botol kaca
bening.
b) Putar 180 derajat wadah sediaan, lalu balik/ putas ke
posisi semula (1x kocok)
c) Berilah 100% jika dalam setiap pembalikan botol
suspensi sediaan terdispersi sempurna. Jika setiap
pembalikan belum terdispersi sempurna, maka
pengurangan 5% per pembalikan 1x kocok dari nilai
100%.
8. Penentuan Penetralan Asam (USP 36 hal. 162,2389-2390)
Ketentuan :
Larutan uji:
1) Mengambil secara kuantitatif suspensi antasida yang
telah dikocok sebelumnya yang setara dengan 1200
mg Al(OH)3 ke dalam gelas Beaker.
2) Tambahkan 20 ml air, aduk, dan tambahkan 10 ml
HCl perlahan.
3) Panaskan dengan hati-hati, jika perlu, untuk
membantu larutan, dinginkan dan saring ke dalam
labu volumetric 200ml.
4) Cuci saringan dengan air ke dalam labu, tambahkan
air sampai volume yang diinginkan,aduk
Prosedur :
1) Pipet 10 ml larutan uji ke dalam Beaker 250 ml,
tambahkan 20 ml air.
2) Tambahkan sambil terus diaduk 25 ml titran Edetate
disodium dan 20 ml dapar asam asetat ammonium
asetat TS, dan panaskan mendekati mendidih selama
5menit.
3) Dinginkan, tambahkan 50 ml alcohol dan 2 ml
dithizone TS,aduk.
4) Titrasi dengan 0,05 ZnSO4 VS sampai warna berubah
dariviolet kehijauan menjadi pinkrosa.
5) Setiap 0,05 M titran edetate disodium yang terpakai
setara dengan 3900 mg Al(OH)3
b) Penetapan Kadar Mg(OH)2
Prosedur :
1) Pipet larutan uji setara dengan 40 mg Mg(OH)3 ke
dalam Beaker glass 400ml.
2) Tambahkan 200 ml air dan 20 ml TEA,aduk.
3) Tambahkan 10 ml dapar amoniak-ammonium klorida
TS dan 3 tetes indicator eriochrome black (200 mg
eriochrome black dalam 15 ml TEA dan 5 mlalcohol).
4) Dinginkan larutan dengan suhu antara 30 c dan 4 0 c
dengan memasukan Beaker ke dalam baskom
berisies.
5) Titrasi dengan 0,05 M edetate disodium VS sampai
larutan berwarna biru. 6) Setiap 0,05 M edetate
disodium yang terpakai setara dengan 2,916 mg
Mg(OH)2
TTD TTD
ttd
(Noer Aini Mila Safitri Devi) (Nur Hayati)