KELOMPOK: 3
KELAS: G
DOSEN PEMBIMBING:
2020/2021
RANCANG FORMULA
Al(OH)
Farmakokinetik :
Aluminium hidroksida yang
diberikan secara oral bereaksi
lambat dengan HCl dalam
lambung untuk membentuk
AlCl3 yang dapat larut
(beberapa diabsorpsi).
Adanya makanan atau factor
lain yang mengurangi
pengosongan lambung dapat
memperpanjang ketersediaan
(bioavailabilitas) Al(OH)3
untuk bereaksi sehingga
meningkatkan jumlah AlCl3
yang terbentuk.
1707)
Magnesium hidroksida Mengandung tidak kurang Farmakologi :
(Mg(OH)2) dari 95,0% dan tidak lebih Magnesium hidroksida
dari 100,5% Mg(OH)2 bekerja dengan menetralkan
Pemerian : serbuk putih, yang telah dikeringkan asam lambung. Obat ini tidak
ringan. pada suhu 105º selama 2 akan efektif sebelum obat ini
(FI VI hal. 1076) jam. (FI VI hal. 1076) berinteraksi dengan HCl
membentuk Mg(Cl)2.
Kelarutan : Praktis tidak pH = 9,5 – 10,5 Mg(OH)2 yang tidak bereaksi
larut dalam air dan dalam (pubchem.ncbi.nl akan tetap berada dalam
etanol; larut dalam asam m.nih.gov lambung dan akan
encer. menetralkan HCl yang
(FI VI hal. 1076) disekresi belakangan
sehingga masa kerjanya lama.
(Farmakologi UI edisi 4 hal.
- BJ = 2,36 g/ml
TL = 3500𝐶 503)
(pubchem.ncbi.nlm.nih.g ov)
Magnesium hidroksida
sering dikombinasikan
dengan aluminium yang
mengandung antacid seperti
aluminium hidroksida yang
dapat mencegah efek laksatif.
(Martindale 36th hal. 1743)
Farmakokinetik :
Magnesium hidroksida yang
diberikan secara oral relative
cepat bereaksi dengan HCl
dalam lambung membentuk
MgCl2 dan H2O. ion Mg
diabsorpsi sekitar 30% di
usus kecil.
(Martindale 36th hal. 1743)
A. Bahan Aktif dan Sediaan Terpilih
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut
di atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral,
suspensi topikal, dan lain-lain.
Bahan Aktif
Al(OH)3 dan Mg(OH)2
Tidak larut dalam air Partikel obat sulit Tidak berasa Terdapat air sebagai pelarut
terbasahi
Pembasah 1. Propilen Glikol (FI VI, Hal 1446) Bahan : propilen glikol
Alasan : karena propilen
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak glikol stabil secara kimia
berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; jika dicampur dengan
menyerap air pada udara lembab. gliserin, air dan ethanl
(95%). ( HPE : 592)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air,
dengan aseton, dan dengan kloroform; larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial; tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak.
Pemanis 1. Saccharin Sodium (FI VI, Hal 1506) Bahan : saccharin sodium dan
sorbitol
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih, Alasan : dapat meningkatkan
tidak berbau atau agak aromatik; rasa sangat suspen rasa dan dapat
manis walau dalam larutan encer. Larutan digunakan untuk menutupi
encernya lebih kurang 300 kali semanis beberapa karakteristik rasa
sukrosa. Bentuk serbuk biasanya yang tidak enak.
mengandung sepertiga jumlah teoritis air
hidrat akibat perekahan.
Keasaman/kebasaan
- PH : 6.0–8.0
untuk larutan berair 5%
b / v (HOPE ed 5)
- Pka :-
- Pkb :-
Sifat Kristal :-
Stabilitas : Polisorbat
stabil untuk elektrolit dan asam
lemah dan basa; saponifikasi
bertahap terjadi dengan asam kuat
dan basa. Polisorbat bersifat
higroskopik dan harus diperiksa
kandungan airnya sebelum
digunakan dan dikeringkan jika
perlu. Penyimpanan yang lama
dapat menyebabkan pembentukan
peroksida. (HOPE ed 5)
Kegunaan : Agen
pengemulsi, surfaktan nonionic,
agen kelarutan, pembasah, agen
pendispersi/ suspending (HOPE
ed 5)
Rancangan Formula Sediaan
Formula 1
Perhitungan bahan 200 ml
200 mg
1. Al(OH)3 : x 200 ml=8 mg=8 g
5 ml
8/200 x 200% = 8%
200 mg
2. Mg(OH)2 : x 200 ml=8 mg=8 g
5 ml
8/200 x 200% = 8%
1
3. CMC-Na : x 200 ml=2 g
100
15 3
4. Gliserin : x 200 ml=30 ml x 1,262 g /cm =37 , 86
100
(HPE 8th edition∶ HAL 401)
1
5. Propilen Glikol : x 200 ml=2 ml x 1,038 g /ml ( HPE hal . 592 )=¿ 2,08 g
100
5
6. Tween 80 : x 200 ml=10 g x 1,310g/mol =13,1 g
100
30
7. Sorbitol : x 200 ml=60 ml x1,49g/ml (HPE hal. 680) =89,4 g
100
0,1
8. Nipagin : x 200 ml=0 ,2 g ( HPE 8 thedition : HAL )
100
9. Ol menthae pip : qs (2 gtt)
10. Aquadest : 39,36 ml
Cara Peracikan
PERHITUNGAN ADI
1) Sorbitol
Batas ADI : 20 g (HPE hal 681)
BJ : 1,49 g/ml (sumber : HPE hal 680)
Usia Kg BB 10 mg/Kg BB
1-5 tahun 6-12 Kg 120-240 g
6-12 tahun 9-25 Kg 180 – 500 g
- Anak-anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml (dalam sehari)
Dalam 15 ml = (89,4 g/ 200mL) x 15 ml = 6,7 g
Dalam 30 ml = (89,4g/ 200mL) x 30 ml =13,4 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 – 40 ml
Dalam 30 ml = (89,4 g/ 200mL) x 30 ml = 13,4 g
Dalam 40 ml = (8 9,4g/200mL) x 40 ml = 17,9 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
2) Propilenglikol
Batas ADI : 25 mg/kg BB (HPE hal 593)
BJ = 1,038 g/ml (HPE hal 592)
Usia Kg BB 10 mg/Kg BB
1-5 tahun 6-12 Kg 150 – 300 mg
6- 12 tahun 9-25Kg 225 – 625 mg
- Anak – anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml
Dalam 15 ml = (2,08 g/ 200mL) x 15 ml = 0,156 g
Dalam 30 ml = (2,08 g/ 200mL) x 30 ml = 0,312 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 ml – 40 ml
Dalam 30 ml = (2,08 g/ 200mL) x 30 ml = 0,312 g
Dalam 40 ml = (2,08 g/ 200mL) x 40 ml = 0.416 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
3) Nipagin
Batas ADI : 10 mg/kg BB (HPE hal 444)
BJ = 1.352 g/ml (HPE hal 443)
Usia Kg BB 10 mg/Kg BB
4. Glycerin
Batas ADI : 1,0 g – 1,5 g/kg BB (HPE hal 285)
BJ = 1,262 g/ml (HPE hal 283)
Usia Kg BB 10 g/Kg BB
1-5 tahun 6-12 Kg (6 – 9 g ) – (12- 18 g)
6- 12 tahun 9-25Kg (9 – 13,5 g) – (25 – 37.,5 g)
i. Anak – anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml
Dalam 15 ml = ( 37,86g/100mL ) x 15 ml = 2,84 g
Dalam 30 ml = ( 37,86 g/ 100mL) x 30 ml = 5,70 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 ml – 40 ml
Dalam 30 ml = ( 37,86 g/ 100mL) x 30 ml = 5,70 g
Dalam 40 ml = ( 37,86 g/ 100mL) x 40 ml = 17,60 g
Kesimpulan : masuk dari batas ADI
RANCANGAN EVALUASI
1. Organoleptis
Aspek yang diamati: Warna, Bau, Rasa
Prosedur :
a) Mencari 10 orang responden yang diberikan sampel sediaan.
b) Responden diminta untuk memberikan nilai pada warna, rasa, dan bau sediaan dalam
skala 1-4 dengan ketentuan sebagai berikut:
Warna : 1 = tidak berwarna
2 = agak putih
3 = putih keruh
4 = putih susu (yang diinginkan)
Bau (mint) : 1 = tidak berbau
2 = cukup berbau
3 = berbau (yang diinginkan)
4 = berbau kuat
Rasa : 1 = pahit
2 = cukup manis
3 = terlalu manis
4 = manis (yang diinginkan)
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa cairan oral yang dikemas dengan volume yang
tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan
cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan
volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume
terpindahkan sediaan seperti tertera pada etiket.Uji ini tidak ditujukan untuk sediaan wadah
dosis tunggal, Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%,
dan tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket.
(FI VI hal 2121)
Prosedur :
1.) Tuang perlahan-lahan isi dari tiap wadah kedlaam gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur dan telah dikalibrasi
2.) Lakukan secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu
penuangan
3.) Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5 menit untuk wadah dosis
tunggal kecuali dinyatakan lain dalam monografi
4.) Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume tiap campuran
5.) Untuk sediaan volume kecil yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, volume dapat dihitung
sebagai berikut : (1) keluarkan isi dari wadah ke dalam wadah yang sesuai dan telah ditara (biarkan
mengalir sampai tidak lebih dari 5 detik); (2)tentukan bobot isi dari wadah; dan (3) hitung volume
setelah penetapan bobot jenis.
Prosedur :
a) Bersihkan piknometer hingga bersih dan kering.
b) Atur suhu piknomete sesuaidengan suhu yang tercantum di pinometer
c) Catat kapasitas volume yang tertera pada piknometer
d) Timbang piknometer kosong (m1)
e) Atur suhu zat uji sesuai dengan suhu yang tertera pada piknometer,lalu masukkan dalam
piknometer
f) Timbang bobot piknometer (m2)
g) Hitung selisih m2-m1.
𝑚2−𝑚1
h) Masukkan dalam persamaan 𝐵𝑗 =
𝑣
Keterangan :
M1:Berat piknometer kosong M3:Berat isi(M2-M1)
M2: Berat piknometer+zat V:Kapasitas dalam piknometer
i) Lakukan pengukuran bj air sebelum bj sampel
b. Pengadukan magnetic
Masukkan 100ml air kedalam gelas piala 250m yang berisi batangpengaduk magnetic
40mm x 10 mm yang dilapisi perflouro karbon padat dan mempunyai cincin putaran pada
pusatnya. Atur daya pengaduk magnetic sehingga menghasilkan kecepatan pengadukkan
rata-rata 300 kurang lebih 30 putaran permenit, bila batang pengaduk terpusat dalam gelas
piala, seperti yang ditetapkan oleh takometer suspensi yang sesuai
c. Larutan uji
1) Timbang seksama sejumlah campuran tersebut yang setara dengan dosis terkecil
dari yang tertera pada etiket.
2) Masukkan ke dalam gelas piala 250 m, tambahkan air hingga jumlah volume lebih
kurang 70ml dan campur menggunakan pengaduk suspensi selama 1 menit.
d. Prosedur
2) Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit tepat, segera titrasic) Titrasi
kelebihan HCl dengan NaOH 0,5 N LV dalam waktu tidak lebih dari 4 menit sampai
dicapai ph 3,5 yang stabil (selama 10 detik sampai 15 detik). Hitung jumlah mEq
asam yang digunakan tiap gram zat uji. Tiap ml HCI 1N setara dengan 1 mEq asam
yang digunakan .
5. Penentuan Ukuran Partikel (FI VI hal 2068)
Alat : mikroskop
Prosedur Kerja :
a. Kalibrasi skala okuler dengan memasang micrometer objektif
b. Teteskan beberapa tetes suspensi diatas objek glass, tutup dengan cover glass
c. Ambil mirometer objektif, ganti dengan objek glass yang berisi sampel
e. Lakukan pengelompokkan, tentukan ukuran partikel terkecil dan terbesar dari seluruh
sampel, bagilah dalam berbagai interval dan kelas
c) Sediaan tidak boleh diaduk agar tinggi sedimentasi konstan, volume tersebut merupakan volume
akhir
7. Penetapan Viskositas (The Theory of Practice Industrial Pharmacy 3rd ed,page 493-494)
f) Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas maka
angka pembacaan tersebut dikalikan dengan skala suatu faktor yang dapat dilihat pada
tabel yang terdapat pada brosur alat diubah– ubah RPM, maka didapat viskositas pada
beberapa RPM.
8. Kemampuan Redispersi (Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman, 3th ed. P 443)
Penentuan redispersi dapat dilakukan dengan cara mengocok sediaan dalam wadah atau
dengan menggunakan pengocok mekanik, untuk suspensi antasida ini kami menggunakan
cara manual.
Prosedur:
b) Putar 90 derajat wadah sediaan, lalu balik/ putas ke posisi semula (1x kocok)
c) Amati menggunakan timer berapa waktu yang dibutuhkan agar sediaan kembali homogen
RANCANGAN KEMASAN
KEMASAN PRIMER
KEMASAN SEKUNDER
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja, Obat-obat Penting Edisi
ketujuh
Rowe, Raymond C., Paul Sheskey, and Marian Quinn. Handbook of
pharmaceutical excipients. Libros Digitales-Pharmaceutical Press, 2009
Farmakope Indonesia ed VI 2020.
Lacy., 2012, Drug Information Handbook, 20th edition, American
Pharmacists Association. Martin J, Nicholas L Wood., 2007, British
National Formulary 54th Edition, BMJ Publishing Group, London.
Wijarnako, Anondho. 2013. Tinjauan Detail Paracetamol dari Sifat Fisis,
Sifat Kimia,
Indonesia. 2014.
Indonesia. 2020