Anda di halaman 1dari 29

JURNAL PRAKTIKUM

SEDIAAN SUSPENSI ANTASIDA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan


Likuida

KELOMPOK: 3

KELAS: G

Wahyuni Dwi Putri Raharno 202010410311142


Edna Sicilia 202010410311155
Rindang Arifani Fadila 202010410311158
Ridho Prasetyo 202010410311160
Izza Alwi Ika Putri 202010410311167
Wulan Ansari 202010410311176
Mella Safira Ramadhini 202010410311179
Muhammad Sibqi 202010410311195
Nabila Irdani Reihan R 202010410311198
Inka Nila Febriyanti 202010410311199

DOSEN PEMBIMBING:

Apt. Deny Kurniawan A. S.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI-FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSIS MUHAMMADIYAH MALANG

2020/2021
RANCANG FORMULA

Senyawa Aktif Efek/Khasiat Efek Samping


Alumunium hidroksida Aluminium hidroksida Dapat menyebabkan
(Al(OH)3) digunakan untuk mengobati konstipasi dan dosis besar
- Nama bahan obat : tukak peptic, nefrolitiasis dapat menyebabkan
Aluminium fosfat dan sebagai adsorben gangguan intestinal.
Hidroksida Sinonim pada keracunan. (Martindale 36th hal. 1707)
: Aluminium (Farmakologi UI hal. 503)
Hydroxide
- Struktur kimia :

Al(OH)

Magnesium hidroksida Magnesium hidroksida dapat Magnesium hidroksida dapat


(Mg(OH)2) digunakan untuk antasida, menyebabkan diare, suatu
- Karakteristik Magnesium laksan, juga sebagai bahan efek yang bergantung pada
Hidroksida (FI V hal 802) tambahan pada makanan dan dosis. Bisa terjadi
Nama bahan obat : suplemen magnesium bagi hipermagnesemia, biasanya
Magnesium Hidroksida yang kekurangan vitamin. pada pasien dengan gangguan
Sinonim : Magnesium (Martindale 36th hal. 1743) ginjal.
Hydroxide (Martindale 38th hal. 1857)
- Struktur kimia : Mg(OH)2
Tabel Karakteristik Bahan Aktif

Karakteristik Fisik Karakteristik Kimia Keterangan Khusus

Alumunium hidroksida  Mengandung tidak kurang Farmakologi :


(Al(OH)3) dari 47- 60% Al2O3 Aluminium hidroksida
bekerja dengan menetralkan
Pemerian: Serbuk amorf,  pH tidak lebih dari 10,0; asam lambung. Daya
putih; tidak berbau; tidak lakukan dengan menetralkan asam
berasa. (FI VI hal. 102) menggunakan larutan lambungnya lambat, namun
terdispersi dalam air (1 masa kerjanya lebih panjang.
Kelarutan: Praktis tidak dalam 25) Al(OH)3 dan sediaan
larut dalam air dan dalam (FI V hal. 92) aluminium lainnya dapat
etanol; larut dalam asam bereaksi dengan fosfat
mineral encer dan dalam  pH = 5,5 - 8,0 membentuk aluminium fosfat
larutan alkali hidroksida. yang sukar diabsorbsi di usus
(FI VI hal. 102 ) (Martindale 36th ed p. kecil, sehingga ekskresinya
- BJ = 2,42 g/cm3 1706) melalui tinja bertambah.
TL = 3000𝐶
Reaksi dari Al(OH)3 dalam
(pubchem.ncbi.nlm.nih.g ov)
menetralkan asam lambung
adalah: Al(OH)3 + 3HCl →
AlCl3 + 3H2O Untuk
meminimalisir efek samping
konstipasi yang dapat timbul,
biasanya dikombinasikan
dengan garam Mg.
(Farmakologi dan Terapi
edisi 4 hal. 502)

Farmakokinetik :
Aluminium hidroksida yang
diberikan secara oral bereaksi
lambat dengan HCl dalam
lambung untuk membentuk
AlCl3 yang dapat larut
(beberapa diabsorpsi).
Adanya makanan atau factor
lain yang mengurangi
pengosongan lambung dapat
memperpanjang ketersediaan
(bioavailabilitas) Al(OH)3
untuk bereaksi sehingga
meningkatkan jumlah AlCl3
yang terbentuk.

Pasien dengan fungsi ginjal


normal dilaporkan
mengabsorpsi antasida
Al(OH)3 + 100-500 μg dari
dosis standar sehari, yang
menunjukkan kadar
aluminium dalam plasma
lebih besar dua kali lipat dari
kadar aluminium pada
umumnya (tanpa antasida).
Sedangkan pasien dengan
gagal ginjal beresiko terhadap
aluminium dan toksisitas
Al(OH)3. Aluminium yang
tersisa dalam saluran cerna
akan membentuk garam
aluminium yang tidak dapat
atau sukar diabsorpsi
(hidroksida, karbonat, fosfat,
turunan asam lemak) yang
akan diekskresi melalui feses.
(Martindale 36th page

1707)
Magnesium hidroksida  Mengandung tidak kurang Farmakologi :
(Mg(OH)2) dari 95,0% dan tidak lebih Magnesium hidroksida
dari 100,5% Mg(OH)2 bekerja dengan menetralkan
Pemerian : serbuk putih, yang telah dikeringkan asam lambung. Obat ini tidak
ringan. pada suhu 105º selama 2 akan efektif sebelum obat ini
(FI VI hal. 1076) jam. (FI VI hal. 1076) berinteraksi dengan HCl
membentuk Mg(Cl)2.
Kelarutan : Praktis tidak  pH = 9,5 – 10,5 Mg(OH)2 yang tidak bereaksi
larut dalam air dan dalam (pubchem.ncbi.nl akan tetap berada dalam
etanol; larut dalam asam m.nih.gov lambung dan akan
encer. menetralkan HCl yang
(FI VI hal. 1076) disekresi belakangan
sehingga masa kerjanya lama.
(Farmakologi UI edisi 4 hal.
- BJ = 2,36 g/ml
TL = 3500𝐶 503)
(pubchem.ncbi.nlm.nih.g ov)
Magnesium hidroksida
sering dikombinasikan
dengan aluminium yang
mengandung antacid seperti
aluminium hidroksida yang
dapat mencegah efek laksatif.
(Martindale 36th hal. 1743)

Farmakokinetik :
Magnesium hidroksida yang
diberikan secara oral relative
cepat bereaksi dengan HCl
dalam lambung membentuk
MgCl2 dan H2O. ion Mg
diabsorpsi sekitar 30% di
usus kecil.
(Martindale 36th hal. 1743)
A. Bahan Aktif dan Sediaan Terpilih

Fungsi bahan Macam-macam bahan & Bahan terpilih dan alasan


karakteristiknya
Zat Aktif 1. Alumunium hidroksida Dried Gel Bahan :
(Al(OH)3) (FI VI, Hal 99) Alumunium Hidroksida
Alasan : bahan aktif ini
Pemerian Serbuk amorf, putih; tidak dipilih karena memlilliki
berbau; tidak berasa. daya menetralkan asam
lambung lambat, tetapi
Kelarutan Praktis tidak larut dalam memiliki masa kerja lebih
air dan dalam etanol; larut dalam panjang. Aluminium juga
asam mineral encer dan dalam bersifat demulsen dan
larutan alkali hidroksida. adsorben.

2. Magnesium hidroksida Bahan :


(Mg(OH)2) Magnesium Hidroksida
(FI Vl: 1076) Alasan : Bahan aktif ini
dipilih karena antasida yang
Pemerian Serbuk putih, ringan. mengandung magnesium
Kelarutan Praktis tidak larut dalam relatif tidak larut air sehingga
air dan dalam etanol; larut dalam bekerja lebih lama bila berada
asam encer. dalam lambung dan sebagian
besar tujuan pemberian
antasida tercapai.

B. Bentuk Sediaan Terpilih


Suspensi
Alasan :

- Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,


kapsul. terutama untuk anak-anak. Untuk kebanyakan pasien
bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat seperti kapsul,
tablet, pil. Karena untuk mengonsumsi obat menjadi lebih mudah
dan keluwesan dalam pemberian dosis.
- Memiliki homogenitas yang cukup tinggi. Karena sebelum
dikonsumsi, sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu. Hal
ini membuat sediaan suspensi memiliki homogenitas yang cukup
tinggi
- Lebih mudah diabsorbsi dari pada tablet. Dengan bentuk yang cair
atau liquid, maka lebih mudah diabsorpsi dari pada tablet, karna
luas permukaan kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi
- Dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat. Dengan
adanya bahan-bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam
sediaan suspense, termasuk pemanis, menjadikan rasa tidak enak
atau pahit dari sediaan suspense tertutupi
- Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Obat-obatan tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam
larutan tetapi stabil bila disuspensikan. Dalam hal seperti ini
suspense oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi
dengan cairan.

C. Dosis dan Jumlah Perkemasan


Takaran atau dosis zat aktif dari berbagai pustaka
- Dosis Al(OH)ɜ menurut Pharmaceutical Dosage Forms Dispers System Volume 2 halaman
128 :
Dalam sediaan 5mL mengandung 225mg Aluminium hidroxid.
- Dosis Al(OH)ɜ menurut Martindale halaman 2 :
Dalam sediaan 15mL mengandung 500-1000 gram Al(OH)ɜ, hal tersebut sesuai dengan
rentang dosis zat aktif pada pustaka Pharmaceutical Dosage Forms Dispers System Volume
2.
- Dosis Mg(OH)2 menurut Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Volume 2 halaman
128 :
Dalam sediaan 5mL mengandung 200mg
- Dosis Mg(OH)2 menurut Martindale halaman 82 :
Dalam sediaan 15mL mengandung 500-750mg Mg(OH)2, hal tersebut sesuai dengan literatur
yang ada.
- Dosis simeticon menurut Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Vo lume 2
halaman 128 :
Dalam sediaan 5mL mengandung 20-40mg.
B. Menentukan waktu pemakaian
- Antasida diberikan 4-6 jam sehari, karena dalam sehari pemberian antasid 3-4 kali
(Martindale halaman 72).
- Maksimal pemakaian antasid selama 6 hari, jika lebih dari 6 hari dapat menyebabkan naiknya
pH urin (Martindale).
C. Dosis persatuan takaran terkecil dan perkemasan terkecil Volume terkecil = 60 mL
Takaran = sendok teh→ 1x pakai = 5mL Digunakan untuk pasien = umur 12 tahun ke
atas (dewasa)
Sekali → 5mL / 1 sdt Sehari → 15mL / 3 sdt
Maka dipilih sediaan 60mL, dengan alasan :
- Pemakaian obat antasid selama 4 hari memerlukan 60mL sediaan
- Memudahkan pasien dalam penggunaan karena tidak terlalu banyak ketentuan.
Sasaran pasien umur 12 tahun ke atas, karena :
Dalam kehidupan nyata, penggunaan obat antasid kebanyakan berumur 12 tahun ke atas.
Sehingga tingkat komersialnya lebih besar karena tingkat konsumen lebih banyak.
D. Persyaratan Bentuk Sediaan

a) Pengertian Sediaan Suspensi (Farmakope Indonesia edisi VI, halaman 61)

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut
di atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral,
suspensi topikal, dan lain-lain.

b) Persyaratan sediaan suspensi (Farmakope Indonesia edisi VI, halaman 61)


• Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat
yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat
• Berdasarkan sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspense dapat mengendap pada
dasar wadah bila didiamkan
• Suspensi yang dinyatakan untuk digunakana dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi, dan jamur
• Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
E. Spesifikasi Sediaan :
Suspensi :

Spesifikasi Sediaan yang


Jenis Sediaan
Diinginkan
Bentuk sediaan Suspensi
Kadar bahan aktif 90%-115%
Ph sediaan 7,0 – 8,6 (FI VI hal. 98)
Viskositas 10 cP
Warna Putih susu
Bau ol. Menthae Pip
Rasa ol. Menthae Pip
Kemasan 100 ml
Wadah
Botol putih
Penyimpanan
F. Skema Antasid:

Bahan Aktif
Al(OH)3 dan Mg(OH)2

Tidak larut dalam air Partikel obat sulit Tidak berasa Terdapat air sebagai pelarut
terbasahi

Dibuat supensi Kurang akseptabel Air merupakan media


Perlu
pertumbuhan mikroba
pembasah(wetting
agent)
Perlu suspending agent
Perlu Perlu
pemaniss perasa Perlu pengawet
Sorbitol 70%
MC, Veegum, Xanthan gum Propilenglikol
Gliserin
Saccharin Peppermint Oil Nipagin
Na Nipasol
Propilenglikol
Sodium benzoat
G. Macam-macam Bahan Tambahan Dan Fungsinya
Fungsi bahan Macam-macam bahan & karakteristiknya Bahan terpilih dan alasan
Suspending Agent 1.Metil Selulosa Bahan :Metil Selulosa
(FI Vl, hal 1148) Alasan : digunakan sebagai
suspensi atau zat pengental
Pemerian Serbuk berserat atau granul, untuk cairan yang diberikan
berwarna putih. Suspensi dalam air bereaksi secara oral, metil selulosa
netral terhadap lakmus P; mengembang biasa digunakan sebagai
dalam air dan membentuk suspensi yang pengganti sirup berbahan
jernih hingga opalesen,kental, koloidal. dasar gula atau lainnya basa
suspensi. Metilselulosa
Kelarutan Tidak larut dalam etanol, dalam menunda pengendapan
eter, dan dalam kloroform; larut dalam asam suspensi dan meningkatkan
asetat glasial dan dalam campuran volume waktu kontak obat, seperti
sama etanol dan kloroform. antasida, dalam perut. (HPE:
438)

2. CMC Bahan : CMC Na


Na/KARBOKSIMETILSELULOSA Alasan : Natrium karboksi
NATRIUM (FI Vl, Hal 823) metil selulosa banyak
digunakan secara oral dan
Pemerian Serbuk atau granul putih sampai topical pada formulasi
krem; higroskopik. farmasi, terutama untuk
peningkatan viskositas.
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air (HPE: 119)
membentuk larutan koloidal; tidak larut
dalam etanol, eter dan pelarut organik lain.

Pembasah 1. Propilen Glikol (FI VI, Hal 1446) Bahan : propilen glikol
Alasan : karena propilen
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak glikol stabil secara kimia
berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; jika dicampur dengan
menyerap air pada udara lembab. gliserin, air dan ethanl
(95%). ( HPE : 592)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air,
dengan aseton, dan dengan kloroform; larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial; tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak.
Pemanis 1. Saccharin Sodium (FI VI, Hal 1506) Bahan : saccharin sodium dan
sorbitol
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih, Alasan : dapat meningkatkan
tidak berbau atau agak aromatik; rasa sangat suspen rasa dan dapat
manis walau dalam larutan encer. Larutan digunakan untuk menutupi
encernya lebih kurang 300 kali semanis beberapa karakteristik rasa
sukrosa. Bentuk serbuk biasanya yang tidak enak.
mengandung sepertiga jumlah teoritis air
hidrat akibat perekahan.

Kelarutan Mudah larut dalam air; agak


sukar larut dalam etanol.

2. Sorbitol (HPE : 679)


Kategori fungsional : Sweetening agent
Pemerian : serbuk, butiran dan
kepingan.
Kelarutan :
Solubilitas Pelarut pada 20°C Chloroform
Praktis tidak larut Etanol (95%) 1 dalam 25
Etanol (82%) 1 dalam 8.3
Etanol (62%) 1 dalam 2.1
Etanol (41%) 1 dalam 1.4
Etanol (20%) 1 dalam 1,2
Etanol (11%) 1 dalam 1,14 Eter Praktis tidak
larut Methanol Sedikit larut
Air 1 dalam 0,5
Pengawet Nipagin (Metil paraben) Bahan : Nipagin dan
Methylparaben terjadi sebagai kristal Nipasol
tidak berwarna atau kristal putih. Alasan : karena efektif
bubuk. Ini tidak berbau atau hampir terhadap kontaminasi
tidak berbau dan memiliki sedikit mikroorganisme/ bakteri,
terbakar. stabil secara fisik, kimia,
rasa. (HPE : 442) dan mikrobiologi selama
masa berlaku produk
tersebut. Tidak toksik, tidak
mensitisasi, larut dengan
memadai air, dapat
bercampur dari rasa dan
bau pada konsentrasi yang
digunakan.

Nipasol (Propil Paraben)


Propylparaben terjadi sebagai putih,
kristal, tidak berbau, dan hambar. (HPE
: 596)

Pelarut Minyak Mineral 1 : 330 Bahan : aquadest


Minyak ikan 1 : 40 Alasan : pelarut utama
Air 1 : 250 untuk sediaan oral,
Propilen Glikol 1 : 3,9 memiliki sifat fisik cairan
yang jernih sesuai dengan
persyaratan sediaan

Cap Locking Gliserin (FI VI, Hal 638) Bahan : Gliserin


Agent Alasan : dapat digunakan
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak dalam larutan oral untuk
berbau; rasa agak manis. Larutan bereaksi menghambat
asam terhadap lakmus. penghabluran dan untuk
mengubah kelarutan,
Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat rasa dan sifat lain zat
sukar larut dalam etanol dan dalam eter. pembawa.
Tween 80  Nama Kimia : Bahan : Tween 80
(Surfaktan) Alasan : karena memiliki
Polyxyethylene 20 sorbitan potensi yang rendah
monooleate (HOPE ed 5) untuk menyebabkan
reaksi hipersensitivitas
 Nama Lain : serta stabil terhadap
Polysorbate 80, Cemophor PS 80 asam lemah dan basa
lemah
(HOPE ed 5)
 Rumus Molekul : C64H124O26
(HOPE ed 5)
 Pemerian : Memiliki
bau yang khas dan hangat,
rasanya pahit, bentuk cairan
minyak kuning (pada suhu 25°C)
(HOPE ed 5)
 Kelarutan : larut
dalam etanol, tidak larut dalam
minyak mineral, tidak larut dalam
minyak sayur, larut dalam air
(HOPE ed 5)
 Titik Leleh :-
 Titik nyala : 149°C
(HOPE ed 5)
 Viskositas : 425 mPas
(HOPE ed 5)
 Densitas : 1,08
g/cm3 (pada suhu 25°C) (HOPE
ed 5)

Keasaman/kebasaan

- PH : 6.0–8.0
untuk larutan berair 5%
b / v (HOPE ed 5)
- Pka :-
- Pkb :-

 Sifat Kristal :-
 Stabilitas : Polisorbat
stabil untuk elektrolit dan asam
lemah dan basa; saponifikasi
bertahap terjadi dengan asam kuat
dan basa. Polisorbat bersifat
higroskopik dan harus diperiksa
kandungan airnya sebelum
digunakan dan dikeringkan jika
perlu. Penyimpanan yang lama
dapat menyebabkan pembentukan
peroksida. (HOPE ed 5)
 Kegunaan : Agen
pengemulsi, surfaktan nonionic,
agen kelarutan, pembasah, agen
pendispersi/ suspending (HOPE
ed 5)
Rancangan Formula Sediaan

Formula 1
Perhitungan bahan 200 ml

Bahan Fungsi Rentang Kadar (%) Jumlah Dalam


pemakaian 200 mL

Al(OH)3 Bahan Aktif 200mg/5 ml 8% 8g


Mg(OH)2 Bahan Aktif 200mg/5 ml 8% 8g
CMC-Na Suspending 0,1-1% 1% 2g
Agent

Gliserin Cap Locking 15-30% 15% 37 , 86 g


Agent
Propilen Glikol Pembasah 1-10% 1% 2,08 g
Tween 80 Surfaktan 8-18 5% 13,1 g
Sorbitol Pemanis 70% 30% 89,4 g
Nipagin Pengawet 0,015%-0,2% 0,1% 0,2 g
Ol. Menthae Corrigen odoris - Qs 2 gtt
Piperitae
Aquadest Pelarut - Ad 200 ml Ad 200 ml

200 mg
1. Al(OH)3 : x 200 ml=8 mg=8 g
5 ml
8/200 x 200% = 8%
200 mg
2. Mg(OH)2 : x 200 ml=8 mg=8 g
5 ml
8/200 x 200% = 8%

1
3. CMC-Na : x 200 ml=2 g
100
15 3
4. Gliserin : x 200 ml=30 ml x 1,262 g /cm =37 , 86
100
(HPE 8th edition∶ HAL 401)
1
5. Propilen Glikol : x 200 ml=2 ml x 1,038 g /ml ( HPE hal . 592 )=¿ 2,08 g
100
5
6. Tween 80 : x 200 ml=10 g x 1,310g/mol =13,1 g
100
30
7. Sorbitol : x 200 ml=60 ml x1,49g/ml (HPE hal. 680) =89,4 g
100
0,1
8. Nipagin : x 200 ml=0 ,2 g ( HPE 8 thedition : HAL )
100
9. Ol menthae pip : qs (2 gtt)
10. Aquadest : 39,36 ml

Cara Peracikan

1. Timbang 8 g Al(OH)3 gerus ad halus.


2. Timbang 8 g Mg(OH)2 gerus ad halus.
3. Campurkan kedua bahan kemudian gerus ad homogen.
4. Tambahkan propilen glikol sebanyak 2,08 aduk ad homogen
5. Timbang CMC-Na 2 g (Tambahkan airuntuk CMC-Na), gerus ad halus tambahkan
ke campuran diatas lalu gerus ad homogen.
6. Tambahkan 37,26 mL gliserin, gerus ad terbasahi dan homogen.
7. Tambahkan beberapa ml aquadest, gerus ad homogen.
8. Tambahkan Tween 80 13,1g tambahkan sedikit demi sedikit gerus ad homongen
9. Tambahkan sorbitol 89,4 g , campurkan kedalam campuran bahan gerus ad
homogen.
10. Timbang 0,2 g atau nipagin, larutkan dalam 1 ml propilen glikol aduk ad larut
dan campurkan kedalam campuran bahan lalu gerus ad homogen.
11. Tambahkan gtt ol. Menthae Pip, gerus ad homogen.
12. Tambahkan aquadest ad ml atau ad 200 ml, aduk ad homogen..

PERHITUNGAN ADI
1) Sorbitol
Batas ADI : 20 g (HPE hal 681)
BJ : 1,49 g/ml (sumber : HPE hal 680)
Usia Kg BB 10 mg/Kg BB
1-5 tahun 6-12 Kg 120-240 g
6-12 tahun 9-25 Kg 180 – 500 g
- Anak-anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml (dalam sehari)
Dalam 15 ml = (89,4 g/ 200mL) x 15 ml = 6,7 g
Dalam 30 ml = (89,4g/ 200mL) x 30 ml =13,4 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 – 40 ml
Dalam 30 ml = (89,4 g/ 200mL) x 30 ml = 13,4 g
Dalam 40 ml = (8 9,4g/200mL) x 40 ml = 17,9 g
Kesimpulan : masuk batas ADI

2) Propilenglikol
Batas ADI : 25 mg/kg BB (HPE hal 593)
BJ = 1,038 g/ml (HPE hal 592)
Usia Kg BB 10 mg/Kg BB
1-5 tahun 6-12 Kg 150 – 300 mg
6- 12 tahun 9-25Kg 225 – 625 mg
- Anak – anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml
Dalam 15 ml = (2,08 g/ 200mL) x 15 ml = 0,156 g
Dalam 30 ml = (2,08 g/ 200mL) x 30 ml = 0,312 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 ml – 40 ml
Dalam 30 ml = (2,08 g/ 200mL) x 30 ml = 0,312 g
Dalam 40 ml = (2,08 g/ 200mL) x 40 ml = 0.416 g
Kesimpulan : masuk batas ADI

3) Nipagin
Batas ADI : 10 mg/kg BB (HPE hal 444)
BJ = 1.352 g/ml (HPE hal 443)
Usia Kg BB 10 mg/Kg BB

1-5 tahun 6-12 Kg 60 – 120 mg

6- 12 tahun 9-25Kg 90 – 250 mg


- Anak – anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml
Dalam 15 ml = (0,2 g / 200mL) x 15 ml = 0,015 g
Dalam 30 ml = ( 0,2 g/ 200mL) x 30 ml = 0,03 g
Kesimpulan : masuk rentang ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 ml – 40 ml
Dalam 30 ml = ( 0,2 g/ 200mL) x 30 ml = 0,03 g
Dalam 40 ml = ( 0,2 g/ 200mL) x 40 ml =0,04 g
Kesimpulan : masuk rentang ADI

4. Glycerin
Batas ADI : 1,0 g – 1,5 g/kg BB (HPE hal 285)
BJ = 1,262 g/ml (HPE hal 283)
Usia Kg BB 10 g/Kg BB
1-5 tahun 6-12 Kg (6 – 9 g ) – (12- 18 g)
6- 12 tahun 9-25Kg (9 – 13,5 g) – (25 – 37.,5 g)
i. Anak – anak usia 1 tahun – 5 tahun = 15 ml – 30 ml
Dalam 15 ml = ( 37,86g/100mL ) x 15 ml = 2,84 g
Dalam 30 ml = ( 37,86 g/ 100mL) x 30 ml = 5,70 g
Kesimpulan : masuk batas ADI
- Anak – anak usia 6 tahun – 12 tahun = 30 ml – 40 ml
Dalam 30 ml = ( 37,86 g/ 100mL) x 30 ml = 5,70 g
Dalam 40 ml = ( 37,86 g/ 100mL) x 40 ml = 17,60 g
Kesimpulan : masuk dari batas ADI
RANCANGAN EVALUASI

1. Organoleptis
Aspek yang diamati: Warna, Bau, Rasa
Prosedur :
a) Mencari 10 orang responden yang diberikan sampel sediaan.
b) Responden diminta untuk memberikan nilai pada warna, rasa, dan bau sediaan dalam
skala 1-4 dengan ketentuan sebagai berikut:
Warna : 1 = tidak berwarna
2 = agak putih
3 = putih keruh
4 = putih susu (yang diinginkan)
Bau (mint) : 1 = tidak berbau
2 = cukup berbau
3 = berbau (yang diinginkan)
4 = berbau kuat

Rasa : 1 = pahit
2 = cukup manis
3 = terlalu manis
4 = manis (yang diinginkan)

2. UJI pH (FI VI Hal 2066)


Definisi : Perlu ditekankan disini bahwa definisi pH, skala pH, dan harga yang ditunjukkan
oleh Larutan dapar untuk pembakuan ditujukan untuk memperoleh sistem operasional yang
praktis, sehingga hasil dapat dibandingkan antar laboratorium. Harga pH yang diukur disini
tidak persis sama dengan yang diperoleh dengan definisi klasik, bahwa pH = - [log H+
(dalam air)]. Jika pH larutan yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan
larutan dapar yang digunakan untuk pembakuan, pH yang diukur mendekati pH teoritis.
Meskipun tidak ditegaskan hubungan pengukuran kesesuaian sistem untuk aktivitas ion
hidrogen dalam larutan air.
Alat : Ph Meter
Prosedur :
1) Dibersihkan electrode yang digunakan dengan aquadest.
2) Disiapkan larutan buffer standar dengan pH yang sesuai atau mendekati pH sediaan
yang akan digunakan untuk kalibrasi dan sampel suspensi.
3) Dimasukkan electrode ke dalam larutan standar buffer.
4) Diatur posisi pH meter dalam keadaan on.
5) Dibersihkan elektroda yang digunakan dengan aquadest.
6) Diukur pH sampel larutan (sirup dan drop)
7) Dicatat pH yang terbaca dan direplikasi sebanyak tiga kali.

2. Uji Volume Terpindahkan

Syarat Uji Volume Terpindahkan

Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa cairan oral yang dikemas dengan volume yang
tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan
cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan
volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume
terpindahkan sediaan seperti tertera pada etiket.Uji ini tidak ditujukan untuk sediaan wadah
dosis tunggal, Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%,
dan tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket.
(FI VI hal 2121)
Prosedur :
1.) Tuang perlahan-lahan isi dari tiap wadah kedlaam gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur dan telah dikalibrasi
2.) Lakukan secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu
penuangan
3.) Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5 menit untuk wadah dosis
tunggal kecuali dinyatakan lain dalam monografi
4.) Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume tiap campuran
5.) Untuk sediaan volume kecil yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, volume dapat dihitung
sebagai berikut : (1) keluarkan isi dari wadah ke dalam wadah yang sesuai dan telah ditara (biarkan
mengalir sampai tidak lebih dari 5 detik); (2)tentukan bobot isi dari wadah; dan (3) hitung volume
setelah penetapan bobot jenis.

3. Uji Keseragaman Sediaan (FI 6: 2028)


Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu Keragaman
bobot dan Keseragaman kandungan
Keseragaman Kandungan
Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metode analisis yang sesuai.
Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tertentu bahan yang ditelah dikocok dan
dipindahkan dari masing-masing wadah dalam kondisi penggunaan yang normal dan
nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung nilai keberterimaan

(rumus nilai keberterimaan dan syarat diterima)

3. Penetapan Berat Jenis (Farmakope Indonesia IV hal. 1030)


Alat : Piknometer

Prosedur :
a) Bersihkan piknometer hingga bersih dan kering.
b) Atur suhu piknomete sesuaidengan suhu yang tercantum di pinometer
c) Catat kapasitas volume yang tertera pada piknometer
d) Timbang piknometer kosong (m1)
e) Atur suhu zat uji sesuai dengan suhu yang tertera pada piknometer,lalu masukkan dalam
piknometer
f) Timbang bobot piknometer (m2)
g) Hitung selisih m2-m1.
𝑚2−𝑚1
h) Masukkan dalam persamaan 𝐵𝑗 =
𝑣
Keterangan :
M1:Berat piknometer kosong M3:Berat isi(M2-M1)
M2: Berat piknometer+zat V:Kapasitas dalam piknometer
i) Lakukan pengukuran bj air sebelum bj sampel

4. Kapasitas Penetralan Asam (FI VI hal. 1933)


Alat : pH meter
Prosedur Kerja :
a. Standarisasi pH meter

Lakukan kalibrasi ph meter dengan menggunakan larutan dapar baku.Kaliaum biftalat


0,05 M dan kalium tetraoksalat 0,05 M seperti yang tertera pada penetapan pH.

b. Pengadukan magnetic

Masukkan 100ml air kedalam gelas piala 250m yang berisi batangpengaduk magnetic
40mm x 10 mm yang dilapisi perflouro karbon padat dan mempunyai cincin putaran pada
pusatnya. Atur daya pengaduk magnetic sehingga menghasilkan kecepatan pengadukkan
rata-rata 300 kurang lebih 30 putaran permenit, bila batang pengaduk terpusat dalam gelas
piala, seperti yang ditetapkan oleh takometer suspensi yang sesuai

c. Larutan uji

1) Timbang seksama sejumlah campuran tersebut yang setara dengan dosis terkecil
dari yang tertera pada etiket.

2) Masukkan ke dalam gelas piala 250 m, tambahkan air hingga jumlah volume lebih
kurang 70ml dan campur menggunakan pengaduk suspensi selama 1 menit.

d. Prosedur

1) Pipet 30 ml HCI 1N LV kedalam larutan uji sambil diaduk terus menggunakan


pengaduk suspensi (catatan: bila kapasitas penetralan asamzat uji lebih besar dari 25
mEq, gunakan 60ml asam klorida in LV)

2) Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit tepat, segera titrasic) Titrasi
kelebihan HCl dengan NaOH 0,5 N LV dalam waktu tidak lebih dari 4 menit sampai
dicapai ph 3,5 yang stabil (selama 10 detik sampai 15 detik). Hitung jumlah mEq
asam yang digunakan tiap gram zat uji. Tiap ml HCI 1N setara dengan 1 mEq asam
yang digunakan .
5. Penentuan Ukuran Partikel (FI VI hal 2068)
Alat : mikroskop
Prosedur Kerja :
a. Kalibrasi skala okuler dengan memasang micrometer objektif

b. Teteskan beberapa tetes suspensi diatas objek glass, tutup dengan cover glass

c. Ambil mirometer objektif, ganti dengan objek glass yang berisi sampel

d. Ukur diameter partikel sebanyak+ 300 partikel

e. Lakukan pengelompokkan, tentukan ukuran partikel terkecil dan terbesar dari seluruh
sampel, bagilah dalam berbagai interval dan kelas

6. Penentuan Volume Sedimentasi (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy,


Lachman, hal. 492-493)
Alat: Gelas ukur tertutup
Prosedur :
a) Suspensi dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL dan disimpan pada suhu kamar serta terlindung
dari cahaya matahari langsung.
b) Volume suspensi yang diisikan merupakan volume awal (Vo)

c) Sediaan tidak boleh diaduk agar tinggi sedimentasi konstan, volume tersebut merupakan volume
akhir

d) Mengamati volume pengendapan selama ± 1 minggu, ukur volume sedimentasi dengan


rumus
Vu
F=
Vo
Bila F=1 dinyatakan sebagai “Flocculation equilibrium” atau bisa dikatakan sediaan yang baik,
demikian bila F mendekati 1.
Bila F>1 terjadi “Floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dan volume awal,
sehingga perlu ditambahkan zat tambahan.

7. Penetapan Viskositas (The Theory of Practice Industrial Pharmacy 3rd ed,page 493-494)

Alat: Viskometer brookfield


Prosedur:
a) Dipasang spindel pada gantungan spindel
b) Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup kedalam cairan yang
akan diukur viskositasnya
c) Dipasang stop kontak

d) Dinyalakan motor sambil menekan tombol

e) Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum merah pada skala

f) Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas maka
angka pembacaan tersebut dikalikan dengan skala suatu faktor yang dapat dilihat pada
tabel yang terdapat pada brosur alat diubah– ubah RPM, maka didapat viskositas pada
beberapa RPM.
8. Kemampuan Redispersi (Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman, 3th ed. P 443)
Penentuan redispersi dapat dilakukan dengan cara mengocok sediaan dalam wadah atau
dengan menggunakan pengocok mekanik, untuk suspensi antasida ini kami menggunakan
cara manual.
Prosedur:

a) Memasukan sediaan suspensi kedalam wadah botol kaca bening.

b) Putar 90 derajat wadah sediaan, lalu balik/ putas ke posisi semula (1x kocok)

c) Amati menggunakan timer berapa waktu yang dibutuhkan agar sediaan kembali homogen
RANCANGAN KEMASAN
KEMASAN PRIMER
KEMASAN SEKUNDER
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja, Obat-obat Penting Edisi
ketujuh
Rowe, Raymond C., Paul Sheskey, and Marian Quinn. Handbook of
pharmaceutical excipients. Libros Digitales-Pharmaceutical Press, 2009
Farmakope Indonesia ed VI 2020.
Lacy., 2012, Drug Information Handbook, 20th edition, American
Pharmacists Association. Martin J, Nicholas L Wood., 2007, British
National Formulary 54th Edition, BMJ Publishing Group, London.
Wijarnako, Anondho. 2013. Tinjauan Detail Paracetamol dari Sifat Fisis,
Sifat Kimia,

dan Gugus Fungsi. http://staff.ui.ac.id/system/files/users/anondho.wijanarko/material

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical,


Press, London.

Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik

Indonesia. 2014.

Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik

Indonesia. 2020

Rowe, Raymond C., Paul Sheskey, and Marian Quinn. Handbook


of Pharmaceutical

Excipients. Libros Digitales-Pharmaceutical Press, 2009.

Anda mungkin juga menyukai