Anda di halaman 1dari 13

I.

LATAR BELAKANG

a. Rute pemberian : Oral


Alasan sediaan digunakan secara oral karena pemberian
oral melalui mulut (peroral) merupakan cara yang paling
lazim karena sangat praktis, mudah dan aman (Tjay,
2015).
b. Efek ramokologi
- Khasiat : - Antasida : Obat yang digunakan untuk mengatasi gastrisi
dengan cara menetralkan kelebihan asam lambung (Fi
Edisi III 1979).
- Simetikon : untuk mengatasi kembung yang
mengganggu (Tjay 2015)
- Mekanisme : - Alumunium hidroksida menebalkan homonosia dalam
Kerja lambung untuk membentuk garam FAL (Cl3) + H2O (DLH
2009)
- Magnesium Hidroksida : meningkatkan disaburasi usus
dengan menetralkan sekresi cairan asmolik yang
memperkuat usus besar dengan meningkatkan aktivitas
peristalsik bereaksi, dengan asam hidrokimia diperuntuk
dengan membentuk magnesium klorida (DLH 2009).
- Kombinasi Al(CH3) + Mg(CH)2, menetralkan asam
lambung dan meningkatkan PH lambung (Medscape).
- Simetikon untuk mengubah tekanan permukaan
gelembung gas hingga gas-gas menyatu sehingga
memudahkan eliminasi gas melalui senyawa
(Medscape)
- Penggunaan : - Meredakan hipersensivitas lambung dan rasa panas
dalam perut (mual) (Medscape)
- Absorbs : - Alumanium hidroksida : diserap alumanium ion
dieliminasi dalam urin (0,1-0,5 mg Al mengandung
alumanium untuk antacid diserap dan dosis harian
standar untuk antacid) larut atau baik diserap Al garam
dalam usus diekspresikan dalam tinta (Medscape).
- Magnesium hidroksida : diserap magnesium ION
(Hingga 30 %) dihapuskan dalam urin, obat yang tidak
diabsopsi akan diekspresikan dalam peses.
- Efek Samping : - Konstipasi rasa terbakar dalam perut inteksi feses (DLH
2009)
- Dosis : - /1000 mg. 2000 mg (Medscape) 10-20 Mi po
(Medscape)

II. PENDEKATAN FORMULA


a. Zat aktif : - Antasida ( alumanium hidroksida dan magnesium hidroksida ) praktis tidak
larut dalam air, dengan PH dari Al(OH)3 dan mg (OH)2 yaitu tidak lebih dari 10
(PH basa) yang dapat menetapkan asam lambung (Fi Edisi IV 1995)
- Simetikon memiliki sifat antisida dan menular, obat ini digunakan untuk
pengobatan tambahan pada kondisi gas berbentuk menjadi masalah, seperti
sering flatus kembung perut fungsional dan distensi gas rasa operatif (sifat
pengatur departemen fermakologi 2008).

b. Zat tambahan : - Na CMC : Sebagai suspending agent/agen pensuspensi Derivat selulosa


yang digunakan sebagai zat pensuspensi adalah CMC-Na,
golongan ini bersifat ion toksik dan aman digunakan sebagai
zat pensuspensi. CMC-Na dapat larut dengan mudah dengan
air panas atau dingin membentuk larutan kental (anief 2000)
menthol: sebagai flavor atau perasa dan pewangi. Menthol
memiliki bau tajam seperti minak permen rasa panas dan
aromatik diikuti rasa dingin (FI edisi III 1979:362) formulasi
mengandung menthol dapat meningkatkan stabilitas (HPE
2009)
- Menthol : Sebagai flavor atau perasa dan pewangi. Menthol memiliki
bau tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik
diikuti rasa dingin. (FI Edisi III 1979:362) Formulasi
mengandung menthol dapat meningkatkan stabilitas (HPE
2009)
- Gliserin : Sebagai agen pemabasah. Gliserin bekerja dengan
meningkatkan air di usus besar sehingga formula ini
menurunkan efek samping konstipasi pada pasien (Keed
Hayes 1996)
- Sorbitol : Sebagai pemanis. Sorbitol memiliki rasa manis dan harga
murah dan sorbitol bersifat non karsinogen (Soesilo 2005)
- Natrium : Sebagai pendapar. Natrium Sitrat memiliki PH 7,5 sampai 8,5
Sitrat dan dapat bereaksi dengan asam untuk menetralkan PH (HPE
2009) natrium sitratm mudah larut dalam air (FI Edisi III
1979:406) sehingga tidak memerlukan pelarut lain lagi
- Natrium : Sebagai pengawet. Natrium benzoat yang dapat larut dalam
Benzoat dua bagian air (mudah larut) (FI Edisi III 1979:395) sehingga
lebih sering digunakan daripada asam benzoat (Praja 2015)
- Alkohol : Sebagai pelarut tambahan. Menthol yang sukar larut dalam
air, sehingga etanol 95 % alkohol dipilih untuk melarutkannya
(FI Edisi III 1979:36)
- Air : Sebagai pelarut. Air merupakan pelarut yang aman bagi
Suling manusia untuk itu air digunakan sebagai medium pembawa
sebagian besar sediaan suspensi (Suena 2012)

III. PERMASALAHAN FARMASETIKA DAN PENYELESAIAN MASALAH

PERMASALAHAN PENYELESAIAN
Tidak larut dalam air zat aktif (FI Edisi Aluminium klorida dan magnesium hidroksida dibuat
III 1979) suspensi menggunakan suspending agent Na-CMC
dengan gliserin sebagai wetting agent (HPM 2009)
Rasa yang tidak enak (FI Edisi IV 1995) Sorbitol merupakan pemanis sintsesis non gula yang juga
dapat mencegah cup locking (HPE 2009)
Mudah ditumbuhi mikroba dan Metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet anti
teroksidasi (Anet 2010) stabilitas fisik mikroba (Djaeni 2015) natrium benzoat bekerja sebagai
yang kurang baik (FI Edisi IV 1995) anti mikroba sehingga melindungi sediaan dari cemaran
mikroba
PH sediaan dapat berubah Natrium sitrat mencegah dekomposisi dari sediaan
kestabilannya karena perubahan PH mensentroltoksisitas menjaga
kestabilan fisik (Kamor 2016)
Menthol tidak larut dalam air (FI Edisi Alkohol menthol sangat mudah larut dalam etanol 95 %
III 1979) (FI III 1979)

IV. PREFORMULASI

a. Zat Aktif
1. Aluminium Hidroksida (FI Edisi IV, 1995:83)
Nama resmi : ALUMINII HYROXDI GELLAROSILUM
Nama Lain : Gel Aluminium Hidroksida Kering
RM/BM : Al (OH)3/ 78,60
Pemerian : Serbuk amorf putih tidak berbau tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dalam etanol P,
larut dalam asam mineral encer dan larut
dalam alkali hidroksida
PH : Tidak lebih dari 10,0 : 5,5- 8,5 (HPE 2009)
Inkompatibalitas : Ketika terkena fosfat karbonat sulfat atau
anion borat, titik nol muatan, untuk
aluminium hidroksida adjuvan menurun (HPE
2009)
Stabilitas : Aluminium hidroksida stabil sekurang-
kurangnya untuk 2 tahun ketika disimpan
dalam wadah inert, pada suhu 4 sampai 300 C
tidak boleh dibekukan sebab akan merusak
struktur koloid terhidrasi secara permanen
(HPE 2009)
Wadah Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2. Magensium Hidroksida (FI Edisi III,
Nama resmi : MAGENSIUM HIDROKSIDA
Nama lain : Magnesium Hidroksida
RM/BM : MG (OH)2/ 58,32
Pemerian : Serbuk putih ringan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol, larut dalam asam encer

b. Zat tambahan
1. Na CMC (FI Edisi III, 1979:98)
Nama resmi : NATRII CARBOXY METHYL CELULOSUM
Nama lain : Natrium Karboksilat Selulosa
RM/BM : C8 H13 Na O2/ 262,19
Struktur Kimia
Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kuning, tidak berbau atau hampir
tidak berbau
PH : 6,5 – 8,5
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk klorida, tidak larut
dalam etanol, eter dan pelarut organik lain
Inkompabilitas : Na CMC tidak kompatibel dengan larutan asam kuat, dan
dengan garam besi yang larut dan beberapa logam lain, seperti
aluminium, merkuri dan seng. Endapan dapat terjadi pada PH
kurang dari 2 dan juga ketika dicampur dengan etanol 95 %. Na
CMC membentuk kompleks konserpatif dengan glatin dan
rektin.
Stabilitas : Na CMC stabil meskipun bahan higroskopis dalam kondisi
kelembaban tinggi. Dapat menyerap air dalam jumlah besar
lebiih dari 50 % larutan berair stabil pada PH 2-10, pengendapan
dapat terjadi di bawah PH 2, fiskositas menurun dengan cepat
lebih dari PH 10 fiskositas maksimum dan stabilitas pada PH 7-9
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering
Titik Lebur : 227o C sampai 2520 C
PK : 4,30
Bobot Jenis : 0,52
2. Methol (FI III 1979:362) (HPE:2009):
Nama resmi : MENTHOLUM
Nama lain : Menthol
RM/BM : C10 H20 O/ 46,30
Rumus Struktur : CH3

OH3
CH3 (OH3)2
Pemeran : Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau tajam
seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik diikuti rasa
dingin
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol 95 %
dalam kloroform P dan dalam eter P, mudah larut dalam parafin
cair P dan dalam minyak atsiri.
PH : 3,4
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Inkompabilitas : Tidak cocok dengan butilkloralhidrat, Kamfer, Kloralhidrat,
kromium trioksida, fenol, kalsium permanganat.
Titik leleh : 340C
Titik didih : 2120C
Fungsi : Agen perasa
3. Glyserin (FI III 1979:271)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol, Glyserin
RM/BM : C3H8O3 (92,10)
Rumus Struktur : CH2 – OH

CH2 – OH

CH2 – OH
Pemerian : Cairan seperti sirup: jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hanga, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur
tidak berwarna dan tidak melebur hingga suhu mencapai kurang
lebih 200C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P, praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak
lemak.
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mudah
mengalami oksidasi oleh atmosfir dalam kondisi penyimpanan
biasa tapi itu terurai pada kemasan, dengan erdusi aktorin,
beracun, campuran gliserin dengan air, etol (95%) dan
propliengikol, stabil secara kimiawi, gliserin dapat mengkristal
pada suhu rendah kristal itu tidak meleleh sampai
dihomogenkan ke 200C.
Titik lebur : 17,80C
Titik didih : 2900C
Titik beku : -1160C
Bobot jenis : 1,2656
Konstanta dielektrik : 42,5
PH : Netral
Inkompabilitas : Gluserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidan
kuat seperti kromium trioksida, kalium kloral atau kalium
permanganat. Dalam larutan encer reaksi berlangsung pada laju
reaksi lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi seakan
terbentuk perubahan warna hitam gliserin terjadi di hadapan
cahaya atau kontak dengan seng oksida atau bismuth dasar.
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat sejuk dan
tempat yang kering
Fungsi : Sebagai agent pembasah
4. Sosbitol (FI III 1979:567) (HPE, 2009)
Struktur Kimia : C6 H16 O6
Struktur Molekul : H OH H OH H H

OH C C C C C C OH

H H OH H OH H
Pemerian : Serbuk granul atau lempengan, higroskopis, warna putih, rasa
manis
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol dalam
metanol dan dalam asam asetat P
Stabilitas : Stabil di udara, stabil pada tempat yang dingin, relatif larut,
meskipun sorbitol tahan terhadap permentasi oleh
mikroorganisme, pengawet harus ditambahkan pada larutan
sorbitol.
Inkompabilitas : Sorbitol akan membentuk kelak yang larut dalam air dengan
banyak divalen dan ion logam trivalen dalam asam dan basa
kuat. Penambahan polietilen, glikkol cair ke dalam larutan
sorbitol dengan agilsiri yang kuat menghasilkan lilin, larut dalam
air gel dengan titik leleh 35 – 40 0C. Larutan sorbitol juga
bereaksi dengan oksida besi menjadi berubah warna. Sorbitol
meningkatkan tingkat agredasi penisilin dilakukan netral dan
berair.
Konstanta Dielektrik : 78,54
Titik didih : -
Titik leleh : Anhidrat (110-112 0C) polimorfr gamma (97,7 0C)
Titik beku : -
Bobot jenis : 1,49
PH Larutan : 4,5 – 7,0
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara di tempat sejuk
Fungsi : Sebagai pemanis
5. Natrium sitrat (FI Edisi III 1979: 406 – 407 (HPE 2009)
Struktur kimia : C6 H5 Na3 O7 2H2O
Struktur molekul CH2 – COONa

C(OH) – COONa 2H2O

CH2 – COONa
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
prkatis tidak larut dalam etanol (95% P)
Keasaman kebasaan : PH 6,4 sampai 7,5
Stabilitas : Sodium sitrat anhidrat adalah bahan stabil. Larutan besar dapat
pada penyimpanan, larutan air, dapat menyebabkan partikel
padat dari wadah kaca
Inkompabilitas : Larutan berair sedikit basa dan akan bereaksi dengan zat asam.
Garam alkaloid dapat diendapkan dari larutan berair atau hidro
alkaloid kalsium dan garam stronium akan menyebabkan
presipitasi yang sesuai sitrat. Ketidakcocokan lainnya termasuk
basis, agen preduksi dan zat pengoksidasi.
Konsentrasi : 0,3 – 2,0 (buffering agent)
Titik lebur : 150 0C
Bobot jenis : 1,12
PH : 7,5 – 8,5
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Fungsi : Sebagai dapar/penyangga PH
6. Alkohol (FI III, 1929:65)
Struktur kimia : H

H C C O H

H H
Struktur molekul : C2 H6O
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam
eter P
Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau
dengan penyaringan
Titik lebur : -114,14 oC (Wikipedia)
Titik didih : 78,15 oC
Titik beku : -
Bobot jenis : -
Inkompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan kuat
dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat
menjadi gelap karena reaksi dengan kimia residu aldehida
Garam atau alkali organik dapat diendapkan dari air atau
dispersi. Larutan etanol juga tidak kompatibel dengan wadah
aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat
Konstanta dielektrik : 25,7
PKA : 15,9
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, di temapat sejuk
Fungsi : Sebagai pelarut dan kovalen
7. Natrium Benzoat
Nama lain : NATRIUM BENZOAT
RM/BM : C7 H5 Na O2/144,11
Rumus struktur : COONa

O
O

Pemerian : Butiran atau serbuk hablur: putih: tidak berbau, atau hampir
tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P
Stabilitas : Larutan encer dapat disterilkan dengan ............... atau
penyaringan
Inkompabilitas : Tidak cocok dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi,
garam kalsium, dan garam logam berat,termasuk perak, timah
dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan
interaksi dengan koin atau surfaktan non ion
Titik leleh : -
Titik didih : -
Titik beku : 0,24 0C
Bobot jenis : 1,497 – 1,527
Penyimpanan : Bahan curah harus disimpan di tempat yang tertutup rapat, di
tempat sejuk dan kering.
Fungsi : Sebagai pengawet
8. Air Suling (FI Edisi III, 1979:96) (HPE, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILIATA
Nama lain : Air Suling
RM/BM : H2O/
Rumus struktur : O

H H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak mempunyai
rasa
Kelarutan : -
Stabilitas : Air secara alami stabil dalam semua stabil fisik (es cair, uap air)
Titik lebur : -
Titik didih : 1000C
Titik beku : 00C
Bobot jenis : 1
Inkompabilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat exipien
lain yang bereaksi terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
adanya air/uap air) pada ruangan atau suhu tinggi.

9. Natrium Klorida (FI III 1929:403) (HPE, 2019)


Struktur kimia : NaCl
Struktur molekul : Na-Cl
BM : 68,5
Pemerian : Hablur Heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserolP, sukar larut dalam etanol
(95%) P
Khasiat : Sumber ion klorida dari ion natrium
Inkompabilitas : Larutan natrium klorida, encer bersifat korosif terhadadp zat
besi. Mereka juga bereaksi membentuk endapan dengan perak,
timah, dan merkuri garam, zat pengoksidasi kuat membebaskan
klorin dari yang diasamkan larutan natrium klorida kelarutan
metil paraben, pengawet antimikroba menurun dalam air
larutan natrium klorida dan viskositas gel dan larutan hidroksietil
selulosa atau hidroksi propil selulosa dikurangi dengan
penambahan natrium klorida.
Stabilitas : Larutan natrium klorida berair stabil tetapi dapat menyebabkan
pemisahan partikel basa dari jenis kaca wadah tertentu. Larutan
berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan
penyaringan. Bahan padat stabil dan harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering. Tidak
ditunjukkan bahwa karakteristik pemudaran dan sifat mekanik
tablet dipengaruhi oleh kelembaban relatif tapi kondisi
penyimpanan dimana natrium klorida disimpan
PH : 6,7 – 7,3
Konsentrasi - Flokulasi : ≤ 1%
Titik didih : 14130C
Titik beku : 6,900C (di larutan 11,69% V/V)
Konstanta dielektrik : 5,9 pada MH2

V. KESIMPULAN FORMULA
Bahan Range Jumlah Fungsi
Alumunium - 2,4 gram Zat aktif
hidroksida
Magnesium - 2,4 gram Zat aktif
hidroksida
Simetikon - 0,24 gram Zat aktif
Na-CMC 0,1 – 1 % 0,6 gram Zat pensuspensi
Natrium Benzoat 0,02 – 0,5 % 0,15 gram Pengawet
Gliserin ≤ 20% 10,8 ml Agen pembasah
Natrium klorida ≤ 1% 0,6 mg Flokuleting Agents
Menthol 0,003 % 0,0018 mg Perisa dan pengaroma
Alkohol Variabel 0,1 ml Kosolven
Sorbitol 70% 18 ml Pemanis
Air Suling Variabel ad 60 ml Pelarut

Menurut Shann (2017) formulasi antasida yaitu


Al (OH)3 40 mg /ml
Mg (OH)2 40 mg /ml
Simetikon 4 mg /ml
Formulasi dalam 100 ml
= Jadi Al (OH)3 : 40 mg/ml x 60 ml = 2.400 mg = 2,4 gram
Mg (OH)2: 40 mg/ml x 60 ml = 2.400 mg = 2,4 gram
Simetikon : 4 mg/ml x 60 ml = 240 mg = 0,24 gram

- Zat tambahan (1 ml = 1 gram)


NaCMC = 1 x 60 ml = 0,6 ml = 0,6 gram
100
Na Benzoat = 0,25 x 60 ml = 0,15 ml = 0,15 gram
100
Gliserin = 18 x 60 ml = 10,8 ml
100
Na Sitrat = 1 x 60 ml = 0,6 ml = 0,6 gram
100
Menthol = 0,003 x 60 ml = 0,0018 ml = 0,0018 gram
100
Alkohol = Variable untuk melarutkan menthol cukup 0,1 ml
Sorbitol = 30 x 60 ml = 18 ml
100
VI. PERALATAN YANG DIBUTUHKAN

No. Nama Alat Jumlah


1. Timbangan 1
2. Gegep kayu 1
3. Lumpang dan alu 1
4. Tabung reaksi 2
5. Gelas kimia 3
6. Sendok tanduk 3
7. Botol cokelat 3
8. Gelas ukur 1
9. Sudip 1
10. Lap kasar 1
11. Lap halus 1
12. Pipet tetes 1
13. Batang pengaduk 2

VII. PENIMBANGAN DAN PERHITUNGAN

Tiap 60 ml formula mengandung:


Alumunium hidroksida 2,4 gram
Magnesium hidroksida 2,4 gram
Simetikun 0,24 gram
Sorbitol 48 ml
Natrium Benzoat 0,15 gram
Gliserin 10,8 ml
Alkohol 0,1 ml
Natrium sitrat 0,6 gram
Menthol 0,0018 gram
Na CMC 0,6 gram
Air suling ad 60 ml

VIII. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang 2,4 gram A(OH)3 2,4 gr mg (OH)2, simelikun 0,24 gr, o,6 gram Na CMC, 0,15 gram
Na karbonat, 0,0018 gram menthol, pada nerasa analitik dilakukan 3 kali penimbangan.
3. Diukur volume bahan tambahan yang digunakan yaitu 10,8 ml gliserin, 0,1 ml alkohol, 18 ml
sorbitol lalu ditempatkan dalam wadah, dilakukan 3 kali pengukuran volume dengan wadah
berbeda.
4. Diambil gelas kimia 100 ml lalu dimasukkan zat aktif ke dalam gelas kimia ditambahkan
gliserin untuk menurunkan tegangan antar muka lalu diaduk secara konstan.
5. Dipanaskan air dalam gelas kimia, dituangkan ke dalam lumpang alu ditaburi Na CMC sampai
mengembang kira-kira 30 detik lalu diaduk konstan dengan air.
6. Ditambahkan segera larutan zat aktif ke dalam lumpang sambil terus diaduk homogen
7. Ditambahkan zat tambahan lain secara sedikit demi sedikit
8. Dilarutkan menthol ke dalam etanol di dalam kaca arloji, lalu dimasukkan ke dalam lumpang
9. Digerus hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam botol cokelat, ditutup
10. Dimasukkan ke dalam wadah lalu diberikan brosur dan sendok.

IX. RANCANGAN BAHAN KEMAS


1. Rencana nomor registrasi : GTL 7278934533A1
2. Rencana nomor batch : 19001 T
3. Rencana klaim etiket : Kertas A4 70 GSM
4. Rencana bahan kemas primer : Botol kaca
5. Rencana bahan kemas sekunder : Kertas foto
6. Rencana bahan label/etiket : Kertas A4s 70 GSM
7. Rencana bahan brosur : Kertas A4s 70 GSM

X. PUSTAKA ACUAN
1. Anief (M), (2000). Farmasetika Yogyakartta: Gadjah Mada. University Press.
2. Athfah U, (2011). Buku ajar preskripsi obat dan resep jilid I. Surabaya : Airlangga University
Press
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (1979). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
5. Djaeni. A, Tungadi R Mustafa A,M, (2015). Pengaruh Kombinasi HPMC dan Veegum
Terhadap Evaluasi Kestabilan Fisik Lotio Sulfur. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
6. Kee, S.L Hages, Ein, (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta : EGC
7. Kumar, S,et, al, (2016). Production of Atnic Acid by Trichoderma Niride. Jaemal Anim: SCI
29(n)
8. Medscape, (2009). Alumunium Hydrokside, Magnesium Hydrokside, Simetichone. Diakses
pada tanggal 15 maret 2019
9. Niazi, K.S, (1949). Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Liquids Product,
Volume Three. New York : Informa
10. Praja, I.D, (2015). Zat Aktif Makanan Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta : Penerbit
Granhawara
11. Rowe, CIR, Sheskeg, J.D, Owen C.S, (2006). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5 th ecl,
USA : American Pharmaast Association
12. Shanin F., (2012). Drug Doses. Australia : University of Melbourne
13. Soesilo, D Santoso, E.R, Digairi I, (2015). Peranan Sorbitol Dalam Mempertahankan
Kestabilan PH Sama Pada Proses Pencegahan Karles. Surabaya : Universitas Airlangga
14. Staf Pengajar Departemen Farmakologi, (2008). Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC

XI. PEMBAHASAN

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan system heterogen yang
terdiri dari dua fase. Fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan
fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut,
tetapi terdisper seluruhnya dalam fase kontinu (Priyambodo , 2007)
Menurut (Ansel et all 1995). Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan suspense
yang baik yaitu :
a. Fase dispersi mengendap secara lambat, dan jika mengendap tidak boleh membentuk cake
yang keras dan dapat segera terdispersi kembali menjadi campuran yang homogen jika
digojok
b. Ukuran partikel yang terdispersi tetap konstan selama waktu penyimpanan
c. Suspensi tidak boleh terlalu kental agar dapat dituang dengan mudah melalui botol atau
dapat mengalir melalui jarum injeksi
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, lumping alu, gelas kimia, gelas uku, cawan
porselin, pipet tetes, pot salep, penangas air. Bahan yang digunakan yaitu alumunium hidroksida,
magnesium hidroksida, sorbitol, Na-CMC, mentol, alcohol 70%, aquadest, Nacl, Gliserin, dan natrium
benzoate.
Adapun cara kerja yng dilakukan di dalam laboratorium yaitu, dipanaskan aquadest di atas
hot plate, dimasukkan air panas ke dalam lumpang alu, dan masukkan Na-CMC kedalam lumpang
yang berisi air panas dan gerus secara konstan, gerus zat tambahan pada lumpang kedua,
alumunium hidroksida, magnesium hidroksida, sorbitol, Nacl, gliserin dan natrium benzoate secara
konstan. Tetesi mentol dengan alcohol pada cawan porselin, kemudian dimasukkan semua zat
tambahan pada lumpang yang berisi Na-CMC dan air panas yang telah digerus konstan dan gerus
semua bahan secara konstan sampai membentuk suspense, setelah itu masukkan suspense ke dalam
botol coklat yang telah di kalibrasi dan diberi etiket dan masukan ke dalam kemasan obat.
Adapun hasil dari evaluasi sediaan suspensi antasida yaitu pada pemeriannya jika ditinjau
dari baunya menyengat seperti bau mint rasa manis diikuti rasa pedas serta warna putih susu
sementara itu derajat keasaman PH dari sediaan ini yaitu 7,8. Viskositas dari sediaan ini diuji dengan
menggunakan viskometer brokfield diperoleh pada spindel no. 3 yaitu pada kecepatan 20 Rpm 0 cp,
pada kecepatan 30 Rpm 0 cp, pada kecepatan 50 Rpm 0 cp, dan pada kecepatan 100 Rpm 0 cp.
Adapun volume terpindahkan dari sediaan ini antara lain diperoleh volume rata-rata dari 2 kali
pengukuran volume yaitu 56,5 sehingga diperoleh persen yaitu 94,16 %.
Adapun volume sedimentasi pada hasil pertama yaitu 2,7 ml dan pada hari kedua yaitu 2,7
ml. Sehingga diperoleh presentase volume sedimentasi yaitu 4,5 % dan 4,5 % dari hasil pengukuran
awal sebelum diamati yaitu 60 ml jadi 100% dari hasil tersebut. Suspensi ini dapat dikatakan sebagai
suspensi antasida flokulasi. Menurut Ivalia 2013 uji sedimentasi untuk membandingkan antara
volume akhir (FA) besar nilai FA semakin baik suspendibilitasnya.
Aplikasi dalam bidang farmasi, yaitu farmasi dapat meningkatkan skill dan pemahaman
dalam formula obat dan mengetahui formulasi obat yang baik dilihat dari stabilitas obatnya sehingga
farmasis dapat berkreasi membuat formula baru yang dapat menarik dan tetap rasional.
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

KELAS D (SELASA)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

Anda mungkin juga menyukai