BAB II Staf Ici
BAB II Staf Ici
TINJAUAN TEORI
A. Hakekat Ketenagakerjaan
b. Program perekrutan
c. Metode perekrutan
e. Prosedur penerimaan, yang melalui tahap seleksi, penentuan kualifikasi, dasar seleksi,
proses seleksi, dan prosedur lamaran.
Selain kriteria perekrutan diatas hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
Hal ini dilakukan untuk melanjutkan edukasi secara bebas dan mengembangkan
potensi secara penuh dari seseorang, dengan estetika, teknis, dan pendidikan
professional.
b) Mempertimbangkan senioritas
b) Menciptakan keseimbangan
c) Memotivasi
a) Persentase absensi :
x 100%
b) Rata-rata frekuensi absensi per tahun :
x 100%
d) Pola absensi
b) Peningkatan penugasan
c) Perubahan job-description
d) Pengembangan
x 100%
3) Kejenuhan/burn-out
b) Perasaan terisolasi
2. Pengembangan Staf
Tujuan pengembangan staf adalah membantu individu meningkatkan diri dalam
pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman dibidangnya, melalui kegiatan pendidikan
berkelanjutan, program pelatihan, dan lain sebagainya (Suarli,2008). Berbagai macam
pengembangan, penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan, baik pelatihan maupun
pendidikan, yang bermanfaat untuk pekerjaan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap
perawat. Kegiatan ini meliputi :
a. Di rumah sakit yang besar terdapat bagian tersendiri yang ada kaitannya pada bagian
personalia
C. Sistem Penugasan
Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marquis dan Huston (1998), terdapat lima model
asuhan keperawatan professional (MAKP) ayng sudah ada dan akan terus dikembangkan di
masa depan, dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1. Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan. Hal
itu dilakukan sebagai pilihan utama sejak Perang Dunia Kedua. Waktu itu, karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi keperawatan (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
Perawat :
Perawat: Perawat : Perawat :
Merawat
Pengobatan Merawat Luka Pengobatan
Luka
Pasien/klien
Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Fungsional (Marquis & Huston, 1998, Hal. 138)
2. Keperawatan Tim
Model ini merupakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda, dalam
memberikan asuhan keperawatan teradap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, tenaga teknis, dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Komunikasi angtaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu karena sulit untuk melaksanakannya pada waktu-waktu
sibuk.
Kepala Ruangan
Pasien/klien Pasien/klien
Pasien/klien
Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan Tim
Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri dari atas beberapa poin yang
harus dilaksanakan, yaitu:
3) Memberikan laporan
1) Membuat perencanaan
5) Menyelenggarakan konferensi
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
c) Membuat rentang kendali kepala ruangan yang memawahi dua ketua tim dan
ketua tim yang membawahi 2-3 perawat
3) Pengarahan
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
4) Pengawasan
3. Keperawatan Primer
Keperawatan primer ialah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. Secara garis besar,
system keperawatan primer memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
Kelebihan dari keperawatan primer antara lain:
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit. (Gillies,
1989)
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memilki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan criteria asertif, self direction, memilki kemampuan untuk mengambil
keputusanyang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabilitas, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Sarana Rumah
Dokter Kepala Ruangan
Sakit
Perawat primer
Pasien/Klien
Perawat Perawat
Perawat Pelaksana Pelaksana
Pelaksana (Malam) (Harian)
(Siang)
Sistem asuhan keperawatan dengan model keperawatn primer
b) Ada otonomi
f) Membuat 1-2 pasien utnuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
4. Managemen Kasus
Dalam model ini, setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Penugasan untuk kasus biasanya menggunakan metode satu pasien-satu
perawat. Hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau untuk perawatan
khusus, seperti ruang isolasi dan intensive care.
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruangan
Pasien/klien Pasien/klien
Pasien/klien
Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan Tim
Model ini memerlukan kombinasi dalam sistem, yaitu keperawatan tim dan keperawatan
primer. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penetapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan, yaitu:
a) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
memerlukan latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau yang setara
b) Metode keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuha
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
Kepala
Ruangan
PP 2 PP 3 PP 4
PP 1
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini adalh
sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf,
rencana penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK).
Perawat manajer dapat melihat perbedaan dari tujuan yang ada di divisi keperawatan,
filosofi, dan berbagai nilai objektif yang berhubungan dengan pengaturan staf. Filosofi
mengatur staf dapat menekankan keyakinan tentang penggunaan sistem kemandirian
pasien atau sistem klasifikasi pasien (SKP) untuk mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan pasien. Hal ini dapat meliputi penutupan keyakinan tentang penggunaan
personel sebagai staf inti dengan dipenuhi pengaturan staf suplemen. Ini juga
menguraikan siapa yang akan bertanggung jawab untuk menyewanya.
Dalam rangka meningkatkan kinerja staf keperawatan, Chintya Chew dalam tulisannya
yang berudul “ Be A Better Boss” dalam The Straits Times, 11 juli 1988, menyatakan
bahwa ada 11 hal yang harus dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan atau staf untuk
dapat meningktakan kijerjanya, yaitu :
a. Pemberian instruksi yang jelas. Staf perlu diketahui secar jelas apa yang
diinginkan melaui penjabaran kegiatan dalam bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
b. Belajar untk menjadi pendengar yang baik. Seringkali pimpinan mala untuk
mendengar keluhan stafnya. Pimpinan akan kehilangan informasi yag semestinya
sangat bermanfaat untuk mengembangkan kearah kemajuan yag diinginkan.
c. Menghargai staf yang berprestasi. Pada hakekatnya, semua orang merasa senang
bila mendapatkan penghargaan dala bentu apapun.
d. Mengetahui kapan dan dimana memberi kritik. Memberitahukan staf bila mereka
baik atau sebaiknya. Bila baik, beritahu reaksi anda dan jangan menunmpuk berbagai
kelemahan untuk menumpahkannya sekaligus, dan jangan mengkritik orang atau staf
anda didepan orang lain.
h. Menghargai bawahan dan mereka adalah orang yang dibutuhkan. Semua orang
memilki keinginan untuk dibutuhkan oleh orang lain. Paada banyak kondisi, mintalah
masukan atau pendapat dari staf mengenai hal apapun terutama dalam pengambilan
keputusan.
i. Tetaplah konsisten. Perilaku tidak konsisten hanya akan membuat staf menjadi
bigung, frustasi, dan pasif terhadap tugas yag diberikan.
Tahu bagaimana berkata “tidak”. Ada kalanya seorang pemimpin harus mengatakan
tidak, terutama yag menyangkut visi dan misi. Meskipun demikian, pimpinan harus
mampu memberikan alasan yang kuat mengapa harus menolak suatu keputusan atau
usulan tertentu.
Studi pengaturan staf sebaiknya mengumpulkan data tentang faktor lingkungan baik di
dalam maupun diluar organisasi yang mempengaruhi keperluan pengaturan staf.
Rumus pengaturan staf menurut Medicus (University of South Alabama Medikal Center):
Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada satu unit keperawatan adalah kenyataan
bahwa personel keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah mencukupi dan
adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 52
minggu setahun, setiap rencana pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana.
Ada beberapa bentuk pengembangan staf yang akan dilakukan, antara lain :
b. Orientasi. Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk
mengenalkan tugas-tugas yang harus dilakukannya atau mengetahui adanya
perkembangan teknologi dibidang kesehatan.
c. Job training. Dilakukan melalui program enelitian bagi staf sesuai dengan bidang
penugasannya atau job tertentu.
h. Penilaian kinerja. Seluruh staf diberikan penilaian terhadap kinerja melalui sistem
penilaian yang berlaku. Cakupannnya antara lain tanggung jawab, loyalitas,
kerajinan, kedisiplinan, kepemimpinan, dan kejujuran.
j. Magang dirumah sakit yang lebih maju. Harus diakui bahwa rumah sakit lain
yang memiliki nilai lebih harus menjadi target untuk ngangsuh kawruh atau mencari
serta menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat.
l. Pengembangan kerja tim di ruangan. Konsep kerja tim ini masih banyak kendala
dalam pelaksanaannya, namun semua komponen dalam tim tersebut perlu
mengidentifikasi semua masalah dilapangan dilakukan oleh semua profesi
keperawatan yang terlibat.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien
yang dirawat, rasio perawat dan klien untuk memenuhi standar praktik keperawatan (Arwani,
2006). Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
1. Rasio perawat-klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data
sensus.
2. Pendekatan teknik industri yaitu identifikasi tugas perawat dengan menganalisa alur
kerja perawat atau work flow. Rata-rata frekuensi dan waktu kerja ditentukan dengan
data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:
Ada beberapa metoda perhitungan ketenagaan dalam keperawatan yang sering digunakan
yaitu :
a. Cara rasio
Metode rasio didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 262 tahun
1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas
masing-masing. Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah. Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa
mengetahui produktifitas sumber daya manusia rumah sakit, dan kapan personal
tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan.
Cara rasio bisa digunakan bila kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan
personal terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil. Cara rasio
yang umum digunakan adalah berdasarkan Surat Keputusan Menkes R Menkes R.I
nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan Rumah Sakit, dengan standar sebagai
berikut :
contoh perhitungan:
Suatu rumah sakit tipe B dengan jumlah tempat tidur 300 buah, maka seorang
pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan
adalah :
1) x 300 = 450
2) x 300 = 600
Maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut adalah
antara 450 orang sampai 600 orang.
b. Cara Need
Cara ini berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan
memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan
terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama
dirumah sakit. Contohnya pada klien yang berobat jalan, maka mendapatkan
pelayanan harus melalui pembelian karcis, pendaftaran, pemeriksaan perawat/dokter,
penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung
standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. Hudgins
(1992) menggunakan standar waktu pelayanan sebagai berikut :
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7
Contoh :
Rumah Sakit A tipe B memberikan pelayanan kepada pasien rata-rata 500 orang
perhari dimana 50 % adalah pasien baru, maka seorang pemimpin keperawatan akan
memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut:
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1948) menyampaikan standard waktu pelayanan
pasien rawat inap sebagai berikut: perawatan minimal memerlukan waktu = 1-2
jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu = 3-4 jam/24 jam, dan
perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibuthkan pada pagi, sore, dan malam tergantung
pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada table dibawah ini :
Dst
Contoh perhitungan :
Di ruang cendrawasih I RSUD Arifin Ahmad dirawat 17 orang klien, dimana 3 orang
dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang
dengan ketergantungan total. Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
Minimal Partial Jumlah Total
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
d. Metoda Gillies
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu :
Rata-rata klien perhari, adalah jumlah klien yang dirawat disuatu unit. Berdasarkan
rata-rata atau menurut “ Bed Occupancy Rate (BOR) “ dengan rumus :
b) Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu : 128 hari (hari minggu
= 52 hari, hari sabtu = 52 hari). Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga
sebaliknya. Hari libur nasional = 12 hari, dan cuti tahunan = 12 hari.
c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah : 40 jam perminggu ( kalau hari
kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam perhari, kalau hari kerja efektif 6 hari
perminggu maka 40/6 = 6.6 jam perhari.
Contoh perhitungan :
Dari hasil observasi dan sensusu harian selama 6 bulan disebuah rungan di rumah
sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata
klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut
adalah 5 orang dapat melakukan perawatan individu/mandiri, 5 orang perlu diberikan
perawatan sebagian, dan 5 orang diberikan perawatan secara total. Tingkat
pendidikan perawat yaitu SPK dan D III keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari
perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan
tenaga perawat diruang tersebut adalah :
Keperawatan langsung :
Jumlah = 55 jam
= 16 + 20 % = 16 + 3 = 19 orang
c) 16 % = 1.76 SPK
Jam kerja/hari
Pada RS A jumlah tempat tidur pada unit bedah 20 buah. Rata-rata pasien perhari 15
orang jumlah jam perawatan 5 jam/pasien/hari. Dan jam kerja 7 jam/hari.
Cara menghitung :
Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja perminngu dan 7 jam
perhari maka jumah perawat yang dibutuhkan adalah = 77 : 6 = 12.83 atau 13 orang.
Contoh perhitungan :
Hasil observasi terhadap RS.A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatkan jumlah
rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60%, sedangkan rata-rata jam perawatan adalah 4
jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan
tenaga perawat diruang tersebut adalah :
Tahap I: dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam perklien. Dari
contoh diatas A = 4 jam/hari
Tahap II : dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh klien dalam
satu hari. B = A X tempat tidur = 4 X 300 = 1200 jam perawatan.
Tahap III : dihitung C = jumlah jam perawtan seluruh klien selama setahun. C= B X
365 hari = 1200 X 365 hari = 438000 jam
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertama (365-52 hari minggu = 313 hari dan
dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (7-1 = 6 jam)
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI tahun 1989), rumusan yang dapat
digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah :
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus Gillies (1989) di atas, tetapi
ada penambahan pada rumusan ini yaitu 25 % untuk penyesuaian produktivitas
( sedangkan angka 7 tersebut adalah jumlah hari dalam seminggu).
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut Direktor
pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan
unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang
dipergunakan :
1) Rawat inap
a b c d e
2 Pasien bedah 8 10 32
Jumlah 23 93,0
Keterangan:
* Berdasarkan penelitian dari luar negeri, jadi jumlah tenaga keperawatan yang
diperlukan adalah :
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu diambil factor koreksi dengan:
Jumlah hari minggu dalam setahun + cuti + hari besar X jumlah perawat tersedia
286
2) Perawat/ bidan yang mengerjakan tugas- tugas non profesi (non nursing
jobs)
100 100
Contoh kasus:
a B c d e
1 Askep minimal 7 2 14
Jumlah 26 87,37
286
100 100
1) Dikamar operasi
Contoh kasus :
Cara perhitungan :
7jam
Perhitungan diatas dengan kondisi : alat tenun dan set operasi disediakan oleh CSSD.
Contoh kasus :
7 286
l. Kritikal care
7 286
m. Rawat jalan
Metode ini didasarkan pada jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, hari
kerja efektif perawat dalam satu tahun dan jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun.
Jumlah jam perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat inap selama 24 jam yang
terdiri dari penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah dan penyakit
dalam (3,4 jam), postpartum (3 jam), bayi atau neonatus (2,5 jam) dan anak (4 jam)
sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3
jam yaitu unit rawat jalan yang jam perawatan per pasien nya adalah 0,5 jam. Kamar
operasi untuk rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam), untuk rumah sakit tipe C
dan D (3 jam), dan kamar bersalin sebanyak 5-8 jam. Hari kerja efektif perawatan
dalam satu tahun diperinci berdasarkan jumlah hari dalam satu tahun (365 hari),
jumlah hari kerja non efektif dalam satu tahun (jumlah hari minggu 52 hari, libur
nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah hari efektif dalam satu tahun yaitu
365-76 = 289 hari, dan jumlah hari efektif perminggu yaitu 289:7 = 41 minggu.
Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun, yaitu jam kerja dalam satu tahun adalah 41
minggu x 40 jam = 1640 jam/tahun.
Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakan rumus berikut :
+ koreksi 25%
+ koreksi 25%
+ koreksi 25%
+ koreksi 10%
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah
dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang digunakan dalam
metoda ini adalah beban kerja dari tiap-tiap unit atau institusi. Setiap unit harus
memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan dihasilkan pada masa yang akan
datang. Tiga faktor yang mendasari formula ISN, yaitu :
2) Bobot (weighting)
3) Kapasitas tenaga
Berikut adalah contoh perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan cara yang diatas.
Diketahui kondisi tenaga keperawatan disalah satu RS A berdasarkan laporan tahunan
tahun 1998 sebagai berikut
Berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk UPI, bagian bedah dan bagian non
bedah berdasarkan data diatas.
Jawab :
3) Asumsi jumlah jam kerja perhari adalah 8 jam. Jadi kebutuhan tenaga
keperawatan adlah untuk masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a) UPI = 4 orang
b) Bedah = 45 orang