Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain (Gillers,1989). Swanburg (2000) mendefinisikan mendefenisikan sebagai
ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien,efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak
orang sehingga perlu menerapkan menejemen yaitu dalam bentuk manajemen
keperwatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawtan untuk memberikan asuhan pengobatan dan bantuan
terhadap para pasien (Gillers,1989).
Model praktek keperwatan masyarakat pendekata menajemen
(manajement approach) sebagai pilar praktek professional yang pertama oleh
kerena itu proses manajeman harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin
pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga merupakan praktek yang
professional.
Pemberian asuhan keperawatan dengan metode model praktik keperawatan
professional (MPKP), secara profesional diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan klien dan kepuasan perawat yang tinggi secara kuantitatif dan secara
kualitatif, staf keperawatan lebih memberi perhatian terhadap pekerjaannya.
Penciptaan iklim motivasi dalam MPKP, merupakan hal yang positif yang
dapat di ambil dan memberikan kinerja yang baik pula untuk perawat. Karena
dalam menciptakan iklim motivasi ini seluruh perawat dapat dilibatkan dalam
2

berbagai kegiatan seperti, pengambilan keputusan,menciptakan/mengontol


suasana kerja yang kondusif.
Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia
belum mencerminkan model praktik keperawatan professional (MPKP).
Berdasarkan analisis tentang struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan
yang ada di rumah sakit, sulit untuk menerapkan proses seperti yang dilakukan di
luar negeri yang juga menggunakan metode MPKP disebabkan oleh jumlah
tenaga tidak berdasarkan derajat ketergantungan pasien, kurang mampu
melakukan tindakan terapi keperawatan tetapi lebih pada tindakan kolaborasi,
kurang mampu mengintroduksi hal-hal baru dan cenderung bekerja secara rutin,
kurang mampu menunjukkan kemampuan kepemimpinan dan tidak ada otonomi
dalam mengambil keputusan untuk asuhan keperawatan klien.
Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat
diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan
keperawatan. Sehingga penciptaan iklim motivasi dalam keperawatan juga dapat
terlaksana dengan baik.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keberadaan keperawatan dalam
memberikan ASKEP dalam situasi yang komplek selain 24 jam secara
berkesinambungan melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga
kesehatan yang lain.
Pendekatan manajemen di MPKP
Diruang MPKP pendekatan manajemen, manajeman ditetapkan dalam bentuk
proses manajemen yang terdiri di tahapan proses:
1. Perencanaan (planning) modul 1A
2. Pengorganisasian (organizing) modul 1B
3. Pengarahan (directing) modul 1C
4. Pengendalian (controling) modul 1D
3

Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah


manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian focus
keperawatan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik
actual maupun potensial, sehingga lingkup garapan perawat adalah
penyimpangan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Proses manajemen satu
unit pelayanan kesehatan mencangkup manajemen asuhan dan manajemen
pelayanan. Dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan saling
terintegrasi. Rumah sakit jiwa prof. Dr. Soeroyo Magelang adalah salah satu
rumah sakit tipe A yang merupakan rumah sakit jiwa rujukan nasional yang
menerima pasien dari berbagai daerah disekitarnya baik yang berasal dari pulau
jawa sendiri maupun yang berasal dari berbagai daerah lainnya di Indonesia.
Untuk itu perlu menampilkan metode pemberian ASKEP yang tepat sehingga
dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.
Sejak tahun 2002 secara bertahap telah dibentuk 4 ruang yang
menerapkan metode asuhan keperawatan baru yang disebut Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan di RS Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang.
Hasil observasi wawancara yang dilakukan kelompok praktik preklinik
keperawatan tanggal 21-24 Maret 2011 di bangsal P9 Wisma Gatutkaca RSJ
Soeroyo Magelangm, yaitu bangsal pasien gangguan jiwa khusus pria didapatkan
beberapa masalah diantaranya metode asuhan keperawatan yang belum optimal.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 hari dinas, calon
praktisi keperawatan mampu melaksanakan proses manajemen keperawatan yang
ada di bangsal P9 Wisma Gatutkaca RSJ Soeroyo Magelang dan Setelah
mempelajari modul ini diharapkan pembaca mampu:
1. Menerapkan perencanaan MPKP
2. Menerapkan pengorganisasian di MPKP
4

3. Menerapkan proses pengarahan di MPKP


4. Menerapakan pengendalian di MPKP
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik selama 3 hari dinas, calon praktisi keperawatan
mampu mencapai kompetensi pada siklus manajemen keperawatan meliputi :
1. Melakukan pengkajian situasi di bangsal wanita W9 sebagai dasar untuk
menyusun rencana strategi dan operasional.
2. Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah di ruangan.
3. Memenuhi salah satu tugas untuk preklinik keperawatan manajemen S1
Keperawatan STIKES TMS Bengkulu.
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan preklinik manajemen keperawatan jiwa ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Jumat/25 Maret-Senin/27 Maret 2011
Tempat : RSJ Soeroyo Magelang
Waktu : Mulai pukul 07.00-14.00 WIB

D. Praktikan
Praktek Preklinik ini dilakukan pada gelombang kedua, angkatan ‘07 Mahasiswa
keperawatan STIKES TMS Bengkulu tahun anggaran 2010/2011, dengan anggota
kelompok adalah sebagai berikut :
1. Reka Nopriana
2. Meri Hastuti Alta
5

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)


Kegiatan usaha kerja sama dengan kerja sama dengan cara membagikan,
mengelompokan pekerjaan yang harus dilakukan, menerapkan dan menjalin
hubungan kerja antar bagian dan menjalani hubungan antar staf dan batasan.
1. 3 hal dalam pengorganisasian
1) Pola sruktur yang berarti proses hubungan interaksi yang berhubungan secara
efektif
2) Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3) Sruktur kerja organisasi termasuk kelompok kerja kegiatan yang sama, pola
hubungan antar kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang
efektif antar perawat.
2. Prinsip-prinsip dalam pengoraganisasian
1) Pembagian kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga
setiap orang memiliki tugas tertentu.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Jumlah tugas yang dibebankan seseorang tebatas dan sesuai dengan
kemampuannya
• Tiap bangsal/bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
• Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
• Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau jelas atau erat hubungannya
• Mencegah terjadinya pengotakan antar staf/kegiatan
• Penggolongan tugas berdasarkan kegiatan mendesak, kesulitan atau waktu
2) Pendelegasian tugas
Yaitu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak
dalam batas-batas tertentu.
6

a) Keuntungan pendelegasian bagi staf


• Mengembangkan rasa tanggung jawab
• Meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri
• Lebih berkualitas
• Lebih puas terhadap pekerjaan
b) Keuntungan pemimpin
• Mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal seperti perencanaan
dan evaluasi
• Meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri
• Memberikan pengaruh dan power baik interen maupun eksteren, dapat mencapai
pelayanan dan saran keperawatan melalui usaha lain
Hal yang mempengaruhi pendelegasian :
• Sifat kegiatan; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih
besar kepada staf
• Kemampuan staf; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu
berat
• Hasil yang diharapkan; agar pemimpin jangan mendelegasikan tugas yang utuh
daripada mendelegasikan sebagian aspek dari suatu kegiatan.
Pendelegasian Efektif :
• Jangan membaurkan dengan pelemparan tugas, oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang tidak mau melakukannya
• Jangan takut salah
• Jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki
keterampilan atau pengetahuan untuk sukses
• Kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka dapat
melakukan tugas yag didelegasikan
• Perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
• Antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan
masalahnya
7

• Hindari kritik jika terjadi kesalahan


• Berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung
gugat dan dukungan yang tersedia
• Berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan
baik
Langkah Pendelegasian Efektif :
• Tetapkan tugas yang akan didelegasikan
• Pilihlah orang yang akan diberi delegasi
• Berikan tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
• Uraikan hasil spesifik yang diharapkan dan kapan hasil tersebut diharapkan
selesai
• Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
• Minta satf tersebut menyiapkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut
atas tugas yang didelegasikan
• Berikan dukungan
• Evaluasi hasilnya
3) Koordinasi
Yaitu keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada
dibangsal. Keselarasan ini dapar terjalin antar perawat dengan ktua tim
kesehatan lain maupun tenaga dari bagian lain.
Manfaat koordinasi :
• Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada di bangsal/bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
• Menumbuhkan rasa saling membantu
• Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi :
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.
8

4) Manajemen waktu
• Analisa waktu yang dipakai; menentukan kategori kegiatan yang ada
• Memeriksa kembali masing-masing posisi dari tiap aktivitas
• Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan dan perkembangan serta
tujuan yang akan dicapai
• Mendelegasikan

3. Srtuktur organisasi
1. Terdiri dari struktur bentuk dan bagan
2. Tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai
3. Menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertical maupun
horizontal
4. Melihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat
5. Disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.
4. Pengelompokan kegiatan
1. Organisasi dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan
2. Kegiatan dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi
3. Pengorganisasian untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5. Metode Pemberian pelayanan kesehatan
Metode pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah ada dan
akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi trend pelayanan
keperawatan yaitu :
I. Metode funsional
• Perawat melakukan tugas tertentu sesuai jadwal kgiatan yang ada
9

• Perawat senior akan sibuk melakukan tugas manjerial sedangkan asuhan


keperawatan pada pasien dilakukan ole perawat yunior atau yang belum
punya pengalaman
• Penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada
tindakan tertentu.
A. Kelebihan
• Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang jelas
dan pengwasan yang baik
• Sangat baik untuk rumah sakit yang tenaga dengan perbandingan tenaga
professional (pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih sedikit di
bandingkan dengan tenaga perawat pelaksana dan perawat pembantu
(pemula).
B. Kekurangan
• Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat
• Pelayanan keperawatan dilakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
• Perawat cendrung berorientasi pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
II. Metode Alokasi Klien Keperawatan Total
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk suatu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat apad saat bertugas selama periode waktu
tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
A. Kelebihan
• Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
• Memberikan kesempatan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
komperehensif
10

• Motivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, non


keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat
• Mendulang penerapan proses keperawatan kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai
B. Kekurangan
• Jumlah beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan
• Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar,
misalnya: menyuntik dan mengukur suhu
• Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
III. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang tersiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawt dibagi menjadi 2-3 yang terdiri
dari tenaga professional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu dengan jumlah 6-7 orang dalam satu tim.
Konsep Metode Tim
• Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
• Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan
pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan terjamin
• Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
• Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan
berhasil baik bila di dukung oleh KARU
Tanggung Jwab Ketua tim
• Membuat perencanaan
• Membuat koordinasi, supervise, dan evaluasi
• Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
11

Tanggung jawab anggota tim


• Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara
langsung
• Kerja sama antara anggota tim dan antr tim
• Memberikan laporan
• Mengembangkan kepemimpinan anggota
• Menyelenggarakan konferwnsif selama 15-20 menit setiap hari
untuk pengembangan dan revisi rencana asuhan keperawatan
A. Kelebihan
• Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruhkan
• Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
• Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di
atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
B. Kekurangan
• Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu di mana sulit
melaksanakan di waktu sibuk
IV. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit,
mendorong pratik mandiri perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
askep pelaksan. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat yang
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi askep selama pasien di rawat.
Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab, tanggung
gugat serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan pasien dan
keluarga.
Tugas perawat primer
• Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
12

• Membuat tujuan dan rencana keperawatan


• Melaksanakan rencana yang telah di buat selama dinas
• Mengkominikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
telah di berikan dokter maupun perawat lain
• Mengevaluasikan keberhasilan yang dicapai
• Menerima dan menyesuiakan rencana
• Menyiapkan penyulauhan pulang
• Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan
lembaga social ,masyarakat
• Membuat jadwal perjanjian klinik
• Mengadakan kunjungan rumah sakit
Ketenagaan Metode Primer
• Setiap perawat adalah perawat bed side
• Beban kasus 4-6 orang perawat atau dengan rasio perawat dan
pasien sebesar 1-4 atau 1-5 disesuaikan dengan jumlah yang ada di
ruangan dan jumlah perawat yang ada
A. Kelebihan
• Bersifat kontinuinitas dan komprehensif
• Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
• Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter
dan rumah sakir (Gallies, 1989)
• Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di
manusiawikan karena terpenuhi kebutuhan secara individu
• Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapaian
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi
informasi dan advokasi
• Pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu
diperbaharui dan kolprehensif kekurangan
13

• Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki


pengalaman pengetshuan yang memadai dengan criteria insertif,
sel direction. Kemampuan pegambilan keputusan yang tepat
menguasai keperawatan clinik accountable serta mampu
berkolaborasi dan berbagai di siplin
V. Metode Modular
Yaitu pengorganisasian pelayanan / asuahan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat professional dan non profesional (terampil) untuk kelompok klien
dari mulai masuk rumah sakit sampai pilang di sebut tanggung jawab total atau
keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan kepemiminan. Ideal 2-3 untuk 8-12 orang klien.
A. Kelebihan dan kerigiam
Sama dengan gabungan antara metode tim demgan metode perawatan
primer.
VI. Metode Pengelolaan Kasus
Metode ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan
dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
selama jam dinasnya. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda-beda untuk
setiap shif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penggunaan penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat. Dalam hal ini umumnya dilaksanakan oleh
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi. Intensive care
A. Kelebihan
• Perawat lebih memahami kasus per kasus
• Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah
B. Kekurangan
• Belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab
• Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yng
sama
14

2.6 Pengelolaan Pemberian Pelayanan Kesehatan


2.6.1 Kepala Ruangan
Pengertian
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung
jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalidakan kegiatan keperawatan
di ruang rawat.
Tanggung jawab kepala ruangan
• Mengatur pembagian tugas pegawai
• Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
• Mengatur dan mengendalikan ligostik / administrasi ruangan
• Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
• Mengikuti ronde tim medis
• Mengadakan ronde keperawatan
• Membimbing siswa / mahasiswa dalam proses keperawatan di ruangan rawat
• Menilai kerja staf ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
• Memberikan administrasi, membuat jadwal dinas dan surat menyurat
• Memberikan orientasi pada pegawai baru, termasuk kepada residen, mahasiswa
kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di
ruangan dan melakukan pembinaan tenaga keperawatan
• Menciptakan dan memelihara kerja yang harmonis dengan klien, keluarga, dan
tim kesehatan lain.
Wewenang Seorang Karu
• Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
• Member petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf keperawatan
• Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan
peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruangan rawat
• Menanda tangani surat dan ketetapan yang menjadi keputusan ruangan
15

• Menghadiri rapat berkala dengan kepala instasi atau kepala RSuntuk kelancaran
palaksanaan keperawatan
Peran Kepala ruangan menurut burges (2988) dan Swanaburg (1990)
1. Peran Interpersonal
Seorang kepala ruangan berperan sebagai symbol pimpinan organisasi dengan
pekerja rutin organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab memberikan
motivasi dan mengaktifkan anggotanya
2. Peran Informasional
Peran monitor, mencari dan menerima berbagai informasi untuk
menembangkan organisasi. Merupakan pusat informasi internal dan eksternal,
peran deseminator, menginterpestasikan dan mentranformasikan informasi yang
diperoleh dari luar maupun dari dalam organisasi. Peran pembicara :
meneruskan informasi kepada orang lain tentang rencana organisasi dan lain-
lain. Peran decisional, yaitu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.

Uraian Tugas Karu


1. Perencanaan
• Menunjukkan ketua tim dan bertugas diruangan masing-masing
• Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
• Mengindentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi,
dan persiapan pulang bersama ketua tim
• Mengindetifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan /
penjadwalan
• Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
• Mebgikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
• Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
16

 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan


 Membimbing diskusi untuk pemecahan masalah
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien / keluarga yang baru masuk
• Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latiahan diri
• Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
• Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS
• Ronde keperawatan, yaitu merupakan suatu metode yang
dilakukan dalam ruangan keperawatan oleh kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana
2. Pengorganisasian
• Merumuskan metode penugasan yang digunakan
• Merumuskan tujuan metode penugasan
• Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas
• Membuat rentang kendali, karu membawahi 2 katim dan katim
membawahi 23 PP
• Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan , membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
• Mengatur dan mengendalikan situasi tempat pratek
• Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
• Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat, kepada
katim
• Memberikan wewnang tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien
• Mengatur penugasan jadwal pos dan prakarya
• Identifkasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan dan pengawasan
• Pengarahan
17

 Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada katim


 Memnerikan pujian kepada anggota tim yang melaksankan tugas
yang baik
 Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan
keterampilan dan sikap
 Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir
 Meninggalkan kolaborasi dengan anggota lain
• Pengawasan
 Melakukan komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan katim maupun pelaksanaan askep yang diberikan pasien
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir katim,
membaca dan memeriksa intervensi serta semua dokumentasi,
mendengarkan laporan katim tentang pelaksanaan tugas
2.6.2 Ketua Tim
Ketua tim aalah seorang perawat yang bertugas mengepalai sekelompok
tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat dan
bertanggung jawab langsung kepada karu.
Tanggung Jawab Ketua Tim
• Mengkaji klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan, tanpa
melakukan surat terima tugas.
• Mengkoordinasikan rencana perawat yang tepat waktu membimbing
anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan
• Meyakinkan semua evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan
• Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung / laporan
anggota tim
Ketua tim harus memiliki kemampuan :
• Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim
18

• Menjadi kesulitan dalam asuhan keperawatan


• Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
• Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
• Merevisi dan meyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien
• Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun
kerja dari anggota tim
• Menjadi guru dan pengajar
• Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

Uraian Tugas
1. Perencanaan
• Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap
pergantian dinas
• Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasrkan
ketergantungan klien
• Menyusun rencana asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
intervensi, dan kreteria evaluasi
• Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi :
 Menyiapkan format pencatatan
 Menyiapkan alat untuk pemantauan pasien
 Menyiapkan peralatan obat
• Mengikuti visite dokter
• Menilai hasl pengkajian kelompok da mendiskusikan
permasalahan yang ada
• Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara
anggota tim
• Memberikan pertolongan segera pada klien yang kedaruratan
• Membuat lapoaran klien
19

• Melakukan ronde keperawatan bersama dengan karu


• Memberikan orientasi pada klien baru
2. Pengorganisasian
• Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan
yaitu tercapainya proses askep sesuai dengan kondisi dan
ebutuhan klien secara profesioanal melalui pembagian kerja
yang tepat, pemanfaatan alat dan barang yang tersedia tanpa
menyimpang dari prinsip tindakan
• Melakukan pembagian tugas bersama karu sesuai perencanaan
terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya
• Pembagian tugas / kerja berdasarkan tingkat ketergantungan
klien dimna seorang perawat bertanggung jawab terhadap 2 – 3
orang klien dan saling bekerja sama dengan perawat lain serta
tidak mengabaikan klien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
• Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
• Mendelegasika pelaksanaan proses asuhan keperawatan kepada
anggota kelompok dan pelimpahan wewenang yang meliputi
wewenang mengambil keputusan, wewenang dalam
menggunakan sumber daya seperti sama perawat, pasien
termasuk anggota pasien
• Membuat rincian tugas meliputi :
 Melaksnakan asuhan keperawatan sesuai rencana
 Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah
dilaksanakan
 Membuat laporan keadaan klien dan asuhan keperawatan
 Mengevaluasi hasil dan proses keperawatan yang telah
diberikan
 Melaksanakan kerja sama dengan anggota tim lainnya
20

3. Pengarahan
• Memberikan pengaraha tentang tugas stiap anggota tim dalam
waktu melakukan askep
• Memberikan petunjuk kepada anggota tim alam melaksanakan
askep
• Memberikan teguran, pengarahan pada anggota tim yang
melakukan tugas / berbuat kesalahan
• Memberi pujian pada anggota tim yang melaksankan tugasnya
tepat sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip tindakan, rasional
sesuai dengan kebutuhan serta kondisi klien
4. Pengawasan
• Melakukan komunikasi langsung terhadap pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien
• Melakukan supervise
 Secara langsung melihat / mengawasi proses keperawatan
yang dilaksanakan oleh anggota
 Secara tidak langsung melihat daftar perawat pelaksana,
membaca dan memeriksa caper, membaca catatan perawat
selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara
lisna dari anggota tim tugas yang dilkaukan
 Melakukan evaluasi
• Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota
tim
• Meningkatkan kemampuan analisa (pengetahuan) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan
• Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep
yang dilakukan oleh anggota tim
• Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang dilakukan
21

2.6.3 Perawat Pelaksana


Perawat pelaksan adalah seorang tenga keperawatan yang diberi wewenang
untuk melaksnakan pelayanan asuhan keperawatan diruang rawat.
1. Tugas dan bertanggung jawab perawat pelaksana
• Mengikuti serah terima klien dari dinas pagi, bersama perawat
primer sore dan malam
• Mengikuti pre-comprence/post-comprence dengan perawat primer
• Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer
tidak ada ditempatnya
• Melakukan implementasi kepada klien berdasarkan rencana askep
yang telah dibuat oleh perawat primer
• Melakukan evaluasai terhadap tindakan yang telah dilakukan
• Melakukan pencatatan dan pelaoparan berdasarkan format
dokumentasi kepaerawatan yang ada di ruangan
• Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic/laboratrium,
pengobatan dan tindakan
• Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien/keluarga dengan
kalimat yang mudah dimengerti, bersikap sopan dan ramah tamah
• Berperan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada klien
dan keluarga
• Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang
rawat
• Menyimpan, memelihara dan menyiapkan perawata yang
diperlukan sehingga siap pakai
• Melakukan dinas roatasi sesuai dengan jadwal yang sudah di buat
oleh karu rawat
• Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan
rawat.
Uraian tugas perawat pelaksana
22

a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses


keperawatan dengan proses kasih sayang
• Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah klien
• Melakasnakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
• Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
• Mencatat atau melaporkan semua tindakan keperawatan dan
respon klien pada cacatan keperawatan
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
• Pemberian obat
• Pemeriksaan laboratorium
• Persiapan klien yang akan di operasi

c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, social, dan


spiritual dari klien
• Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
• Penderitaan klien dengan member rasa aman, nyaman dan
ketenangan
• Pendekatan dan komunikasi terapeutik
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobtan/diagnosis
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan
dirinya
f. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat/sakaratul maut
g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksnaan ruangan/pulang secara
administratif
• Menyiapkan data klien baru meninggal/pulang misalnya :
menyediakan surat izin pulang, surat keterngan istirahat sakit,
23

petunjuk diet, resep obat untuk di rumah jika diperlukan, kartu


control, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dll
• Sensus harian/formulir
• Rujukan harian/formulir
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
j. Melakuka tugas pagi, sore, malam/hari libur secara bergantian sesuai
harian tugas
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai dengan penyakitnya (PKMRS)
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan atau
tulisan
m. Melatih pasien untuk melaksanakn tindakan perawatan di rumahny,
misalnya : perawat, dan melatih anggota gerak
n. Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti rodstool,
tongkat penyanggah, protesa.
2. Wewenang pelaksana
a. Membina informasi dan petunjuk pada atasan
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien atau keluarga pasien sesuai
kemapuan dan batas kewenangannya

3) Pengarahan (Directing)
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adlah
pengorganisasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya akan bermuara pada melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya ( Marquis dan Huuton, 1998).
24

Pengarahan (directing) adalah suatu proses menggerakkan orang-


orang agar mau bekerjasama dengan ikhlas dan bersemangat dalam
mencapai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan dan
pengorganisasian yang telah disusun (Wijono,1997). Pengarahan juga
berkaitan dengan manajemen sumberdaya manusia yaitu : motivator,
manajemen konflik, pendelegasiaan, komunikasi dalam tim, dan
memfasilitasi kolaborasi antar anggota tim. Salah saru proses pengarahan
dalam keperawatan adlah serah terima tugas atau overran.
4) Pengendalian (Controlling)
Proses akhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol (1998) mendefinisikan control sebagai pemeriksaan apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi
yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar diperbaiki dan tidak
terjadi lagi.
Pengendalian (controlling) berhubungan erat dengan perencanaan
karena proses pngendalian mengacu pada tujuan dan perencanaan yang telah
dibuat. Terutama pengendalian dalam pendokumentasian pencatatan asuhan
keperawatan.
Menurut Mockler (1984), pengendalian menajemen adalah usaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya degan standar yang telah
ditetapkan. Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebanarnya sesuai yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin kualitas serta pengevaluasi penampilan, langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam pengendalian dan pengontrolan meliputi :
a. Menetapkan standard an menetapkan metode pengukuran prestasi
kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
25

c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar


d. Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standart yang telah dicapai. Audit merupakan pekerjaan yang
telah dilakukan, kategori audit terdiri dari :
a. Audit struktur
b. Audit proses
c. Audit hasil
Pada model MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk
kegiatan pengukuran :
a. Indicator muti umum :
 Perhitungan lam hari perawatan (BOR)
 Penghitungan rata-rata lama rawat (ALOS)
 Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI)
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempat dari saat di isi ke saat terisi
kembali. Indicator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari saja.
b. Indicator mutu rumah sakit :
• Penghitungan pasien dengan Decubitus
• Penghitungan pasien infeksi saluran kemih
• Penghitungan pasien infeksi luka operasi
• Penghitungan pasien infeksi luka infuse

c. Kondisi pasien :
• Audit dokumentasi asuhan keperawatan
• Survey masalah baru
• Kepuasan pasien dan keluarga
• Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
26

d. Kondisi SDM :
• Kepuasan tenaga kesehatan, perawat dan dokter
Penilaian kinerka perawat

Survey Masalah Keperawatan


Survey masalah keperawatan adalah survey maslah keperawatan dengan
standart NANDA untuk klien baru opname yang dilakukan selama satu periode
waktu tertentu (satu bulan).
Audit Dokumentasi Asuhan Keerawatan
Audit dokementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan megevaluasi
dokumen asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
Di MPKP audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada setiap status klien yang
telah pulang atau meninggal dan hasil audit di buat rekapan dalam satu bulan.

B. TIMBANG TERIMA (OVERRAN)


1. Pengertian Timbang Terima
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komnikasi yang
efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan liannya. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus di tingkatkan efektivitasnya adlah saat
pergantian shift (timbang terima pasien).
Timbang terima pasien (overan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang dismapaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
27

sempurna. Timbangan terima dilakukan oleh perawat primer (penanggung


jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis an lisan.
2. Manfaat Timbang Terima
a. Bagi Perawat
• Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
• Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
• Pelaksnaan asuhan keperawatan yang berkesinambungan
• Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
b. Bagi Pasien
• Klien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap
c. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Timbang Terima
1. Dilaksnakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau pananggung jawab pasien
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yng akan dinas
4. Hal-hal yang harus dilaporkan harus sesuai dengan kondisi klien
5. Adanya unsure bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab

C. RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian :
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruangan, perawat asociate yang melibatkan seluruh anggota tim. Adapun
kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien
merupakan fokus kegiatan, PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler
mengfasilitasi kreatifitas dan konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan
PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
28

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien


yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan
oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
2. Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

3. Tujuan :
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan vadilitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.

1. Peran
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
29

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler


1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

2. Langkah-Langkah
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Pesiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga

b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan
2) Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
30

3) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana


tindakan yang akan dilakukan
4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan

c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan
tindakan yang perlu dilakukan
31

Langkah – langkah Ronde Keperawatan

D. KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. Proses Komunikasi
Tappen (1995) mengemukakan pendapat bahwa komunikasi adalah
suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasehat yang
terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Komunikasi juga
merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantar suatu seni
32

untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan cara yang mudah
sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan
pemberan pesan.
Pesan tersebut dapat berupa pesan verbal, tertulis, maupun non
verbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, di
mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkay stress pengirim dan penerima pesan,
sedangkan factor eksternal meliputi: keadadaan cuaca, suhu, faktor
kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak antara penerima dan pengirim
pesan haris peka terhadap factor internal dan factor eksterna, seperti persepsi
dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
2. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat komplek,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap
trsebut dibawah ini:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan
yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagi proses
yang tak terpisahkan dalam kebijakan orgnisasi. Jika bagian lainnya akan
terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang
isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang komperen
sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Dalam buku Nursalam
(2001) di tekankan bahwa prinsip komuniksi seorang perawat
prosfesional adalah CARE : complete, Acurate: Rapid, dan Engelish yang
artinya adlah sebagai berikut :
Cirri khas perawat professional di masa depan dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap,
33

adekuat, dan cepat. Artinya setiap melakukan komunikasi ( lisan maupun


ulis ) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus
memenuhi ketiga unsur di atas dengan di dukung suatu fakta yang
memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu
berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahaa inggris. Hal ini di
maksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan /pasar bebas pada
abad ke-21 ini.
d. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat di terima
secara akurat. Salah satu cara untuk melakuknaya pada proses ini adalah
meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang di
sampaikan.
e. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer. Hal yang perlu di lakukan adalah menerima semua informasi
yang di sampaikan orang lain, dan menunjukan rasa menghargai dan ngin
tahu terhadap pesan yang di sampaikan.
3. Model Komunikasi
1. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian terpenting dalam organisasi. Dalam
mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan
pengelolaan, miasalnya publikasi peerusahaan, surat-menyurat ke staf,
pembayaran dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis,
khususnya kepada stafnya.
2. Komunikasi Secara Langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik
secara formal maupun informal. Mereka harus melakukan komunikasi secara
verbal saat pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok dan
presentasi secara formal.
Tujuan komuniksai verbal adalah “assertiveness”. Perilakun asertif adalah suatu
cara komunikasi yang memberikan kesempatanj individun untuk
34

mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur, dan dengan cara yang


sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus di hindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan
agresif, khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika
individu tidak tertarik terhadap topik atau hanya engganm berkomunikasi,
sedangkan komunikiasi agresif terjadi jika individu merasa superior terhadap
topik yag dibicarakan.

3. Komunikasi non-verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekpresi
wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh. Menurut Arnold dan boggs(1989),
karena komunikasi nonverbal meliputi kompenen emosi terhadap pesan yang
diterima atau disampaikan, maka komunikasi nonverbal lebih mangandung
arti yang signifikan dibandingkan komunuikasi verbal. Tetapi akan menjadi
sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa
adanya penjelasan secara verbal.
Dibawah ini adalah kunci bagian komunikaso nonverbal yang dapat terjadi
tanpa atau dengan komunikasi verbal :
• Lingkungan
• Pakaian
• Kontak mata
• Postur tubuh dan gesture
• Ekspresi wajah
• Suara; intonasi, volume, dan refleksi
4. Komunikasi Via Telepon
Pada era milenium ini, manajer sangat tergantung melakukan komunikasi
menggunakan telepon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan manajer untuk merespon setiap perkembangan dan masalah
dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer,
35

dan semua staf harus belajar dan sopan serta menghargai setiap menjawab
telepon. Jika orang lain harus menunggu untuk berbicara, maka waktu yang
diperlukan harus singkat untuk menghindari kesan yang negatif.
Tahapan proses komunikasi kelompok yaitu :
• Sumber Komunikasi: Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang
menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.
• Pengkodean (encoding): Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk
simbolik. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan,
sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya.
• Pesan (Apa yang dikomunikasikan): Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol
yang kita gunakan untuk mentransfer makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan
yang kita ambil dalam memilih dan menata baik kode maupun isi.
• Saluran (channel): Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan.
Medium dipilih oleh sumber, yang harus menentukan saluran mana yang formal dan
informal.
• Pendekodean: Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima
merupakan sasaran arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima, simbol-simbol
harus di terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima.
• Penerima
• Umpan Balik: Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan
kedalam sistem guna memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu
penentu apakah pesan itu telah dipahami. (Stephen Robbins, Perilaku Organisasi,
hal. 6-7)

Kegiatan Perawat yang memerlukan komunikasi adalah :


• Komunikasi saat timbang terima: Komunikasi yang jelas tentang kebutuhan
klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon
pasien yang terjadi.
• Interview/Anamnese: Komunikasi dengan tujuan untuk memperoleh data
tentang keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah yang
dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan dengan akurat. Anamnese ini bisa
dengan pasien, keuarga, dokter dan tim lainnya.
36

Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat dalam komunikasi ini


 Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan
suasana yang hangat dan kekeluargaan
 Hindari interupsi
 Hindari respon dengan kata hanya ya dan tidak (perawat kurang tertarik
degan topik yang dibicarakan)
 Jangan memonopoli pembicaraan
 Hindari hambatan personal (Jika perawat menunjukan rasa tidak senang
pada klien, maka hasil yang didapat tidak optimal.

• Komunikasi melalui komputer: Melalui komputer, informasi-informasi


terbaru dapat cepat didapatkan dengan menggunakan internet bila perawat
mengalami kesulitan dalam menangani masalah klien.
• Komunikasi tentang kerahasiaan: Pasien yang masuk menyerahkan rahasia
dan rasa percaya kepada Institusi. Oleh karena itu perawat harus berusaha menjaga
dengan baik.
• Komunikasi melalui sentuhan: Metode ini merupakan metode dalam
mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh
perawat juga dapat sebagai terapi pagi pasien, khususnya pasien dengan depresi,
kecemasan dan kebingungan, dalam mengambil suatu keputusan.
• Dokumentasi sebagai alat komunikasi: Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat.

• Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya: Komunikasi yang baik akan
meningkatkan hubungan profesional antar perawat dan tim kesehatan lainnya :
dokter, ahli gizi, fisioterapi, dll.(Doc Stoc, Komunikasi dalam Manajemen
Keperawatan, 23-12-2009).

Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan


Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks, manajer harus
dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap tersebut dibawah ini antara lain:
37

• Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk


pemahaman tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan
yang telah dibuat.
• Komunikasi bukan hanya sebagai perantara akan tetapi sebagai
bagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi.
• Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
• Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat.
• Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting
bagi manajer.
38

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL
1. Profil/Gambaran Umum Ruang Keperawatan wisma Banowati W9 Rumah Sakit
Prof. dr. Soeroyo
Terletak di dibelakang ruang kep.P13,samping kiri ruangan W10 dan samping
kanan jalan menuju rehabilitasi dan belakangnya W6.dan di ruangan wisma Banowati
terdapat perawat berjumlah 11 orang, dimana diruangan ini perawat perempuan
semua dengan tingkat pendidikan D3 perawat 9 orang, S1 keperawatan 2 orang, dan
dirungan ini juga dibantu dengan tenaga kesehatan professional yang lain nya yaitu 1
psikiatri ,1 dokter umum dan 1 psikolog dan dengan status pekerjaan PNS 13 orang
dan non PNS 2 orang. Dimana pasien yang terdapat di ruangan wisma banowati
sebanyak 25 pasien,adapun gangguan jiwa yang terdapat di ruangan wisma banowati
w9 adalah hallusinasai ,waham ,isolasi sosial, PK.
Di ruang w9 Wisma Banowati juga terdapat ruang perawat, ruang pemeriksaan
kesehatan, ruang pasien, ruang makan, kamar mandi pasien, kamar kecil
pasien,dibelakang tempat cuci piring, serta ruangan yang dilengakapi dengan TV
sekaligus ruangan makan, ruangan untuk penkes keluarga dan pasien agar dapat
mendiskusi kasus klien, teras depan untuk ruangan berkunjung keluarga pasien.
39

2.Struktur Organisasi wisma banowati


STRUKTUR ORGANISASI
WISMA BANOWATI

Ka. Instalansi Rawat Inap Jiwa

Ka. Instalansi Rawat Inap


Wanita

Kepala wisma

Sri Hartuti S.kep

Ketua tim Ketua tim II

Suryant Amki Hj. Siti uswatun H


S.kep

Perawat pelaksana

1. Markamah Perawat pelaksana

2. Sri susilowati,Amk 1. Supriyati,Amk

3. Sih winarni,Amk 2. Lastriyati, Amk


4. Soehariyadiningsih,Am 3. Suswati P, Amk
k
4. Wahyu chonifah, Amk
5. Indah susilowati, S.kep

6. Dian Citra S.kep


40

Magelang , 23 juni 2010

DIREKTUR UTAMA

Dr. Bella Patrianay Spk


Nip : 19610226 198902 1 001

3.Metode MPKP yang digunakan


Metode yang yang digunakan dalam ruangan Wisma Bamowati(W9) adalah
metode tim dimana terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan askep
terhadap pasien ,dimana dalam 1 tim terdiri dari 6-7 orang,dan dari tim itu dibagi
menjadi 2-3 yang terdiri dari tenaga professional dan teknikal pembantu dalam grup
kecil yang saling membantu dan saling tukar pikiran dalam pemberian askep pada
pasien.
Daftar team parawatan bangsal WIX
Team 1 = Surjanti Amk Pengelola
1. Isngati Subrianti Amk
2. Puji astute Sri susilawati Amk
3. Esa sri afiah Sih winarni Amk
4. Sarilah Soehariyadiningsih Amk
5. Nur utami Dian citra P S.kep
6. Marwati Malia agustina Amk
7. Siti qoriah Surjanti Amk
41

8. Nurkhasanah Sri susilawati Amk


9. Siti fatinah Sih winarni Amk
10. Satiti K Sih winarni Amk
11. Sri dadi Soehariyadiningsih Amk
12. Supriyatun Dian Citra P S.kep
13. Sri suparyani Maria agustina Amk

Team II= Hj. Siti Uswatun H S.kep Pengelola


1. Darmi Hj seuswatun S.kep
2. Sri ningsih Supriyanti Amk
3. Fatonah Lastriyanti Amk
4. Zulaidah Suswati Amk
5. Poniyem Faridatul S.kep
6. Tri wahyuni Wahyu K, Amk
7. Supriyanti Hj.seuswatun S.kep
8. Istiyah Supriyati Amk
9. Suprmi Lastriyati, Amk
10. Sukirah Suswati, Amk
11. Paryati Falidatul S.kep
12. Hululul wafizah Wahyu K, Amk
4.tugas dan fungsi
1. Karu
Tugas dan Fungsi Karu:
a. Perencanaan
• dimana Karu yang menentukan/menunjuk ketua
tim,mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
• mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien ,jumlah
perawat yang dibutuhkan
42

• ,merencanakan strategi pelaksana perawat dan mengikuti


visit dokter,untuk mengetahui kondisi,
• patofisiologi dan tindakan medis yang dilaku dan
mengkonsultasikan tindakan yang baru diberikan pada
pasien .

b.Pengorganisasian
• Dimana Karu yang merumuskan Metode penugasan yang
digunakan
• tujuan metode penugasan ,membuat rincian tugas katim dan
anggota tim secara jelas
• ,membuat rentang kendali,karu membawahi 2 katim dan setiap
katim membawahi 5-6 PP
• Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan , membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll.
c.Pengarahan dan Pengawasan
• Dimana karu Memberikan pengarahan tentang penugasan
kepada katim
• Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksankan
tugas yang baik,Memberikan motivasi dalam peningkatan
pengetahuan keterampilan dan sikap
• Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir,Meninggalkan
kolaborasi dengan anggota lain ,
• Melakukan komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan katim maupun pelaksanaan askep yang
diberikan pasien
• Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
katim, membaca dan memeriksa intervensi serta semua
43

dokumentasi, mendengarkan laporan katim tentang


pelaksanaan tugas

2. Katim
Perencanaan
• Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap
pergantian dinas
• Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan
ketergantungan klien
• Menyusun rencana asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
intervensi, dan kreteria evaluasi
Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi :
 Menyiapkan format pencatatan
 Menyiapkan alat untuk pemantauan pasien
 Menyiapkan peralatan obat

• Mengikuti visite dokter


• Menilai hasil pengkajian kelompok dan mendiskusikan
permasalahan yang ada
• Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara
anggota tim
• Memberikan pertolongan segera pada klien yang kedaruratan
• Membuat lapoaran klien
• Melakukan ronde keperawatan bersama dengan karu
• Memberikan orientasi pada klien baru

Pengorganisasian
• Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan
yaitu tercapainya proses askep sesuai dengan kondisi dan
44

kebutuhan klien secara profesioanal melalui pembagian kerja


yang tepat, pemanfaatan alat dan barang yang tersedia tanpa
menyimpang dari prinsip tindakan
• Melakukan pembagian tugas bersama karu sesuai perencanaan
terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya
• Pembagian tugas / kerja berdasarkan tingkat ketergantungan
klien dimana seorang perawat bertanggung jawab terhadap 2 – 3
orang klien dan saling bekerja sama dengan perawat lain serta
tidak mengabaikan klien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
• Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
• Mendelegasika pelaksanaan proses asuhan keperawatan kepada
anggota kelompok dan pelimpahan wewenang yang meliputi
wewenang mengambil keputusan, wewenang dalam
menggunakan sumber daya seperti sama perawat, pasien
termasuk anggota pasien
Membuat rincian tugas meliputi :
 Melaksnakan asuhan keperawatan sesuai rencana
 Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah
dilaksanakan
 Membuat laporan keadaan klien dan asuhan keperawatan
 Mengevaluasi hasil dan proses keperawatan yang telah
diberikan
 Melaksanakan kerja sama dengan anggota tim lainnya
Pengarahan
Memberikan pengaraha tentang tugas stiap anggota tim dalam waktu
melakukan askep
Memberikan petunjuk kepada anggota tim alam melaksanakan askep
45

Memberikan teguran, pengarahan pada anggota tim yang melakukan


tugas / berbuat kesalahan
Memberi pujian pada anggota tim yang melaksankan tugasnya tepat
sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip tindakan, rasional sesuai dengan
kebutuhan serta kondisi klien
Pengawasan
• Melakukan komunikasi langsung terhadap pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien

Melakukan supervise
 Secara langsung melihat / mengawasi proses keperawatan
yang dilaksanakan oleh anggota
 Secara tidak langsung melihat daftar perawat pelaksana,
membaca dan memeriksa caper, membaca catatan perawat
selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara
lisna dari anggota tim tugas yang dilkaukan
• Melakukan evaluasi
• Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota
tim
• Meningkatkan kemampuan analisa (pengetahuan) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan
• Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep
yang dilakukan oleh anggota tim
• Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang dilakukan

3. PP(Perawat pelaksana)
46

1. Uraian tugas perawat pelaksanaMemberikan pelayanan keperawatan


secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan proses kasih
sayang Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah klien
• Melakasnakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
• Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
• Mencatat atau melaporkan semua tindakan keperawatan dan respon klien pada
cacatan keperawatanMelaksanakan program medis dengan penuh tanggung
jawab
• Pemberian obat
• Pemeriksaan laboratorium
• Persiapan klien yang akan di operasi
2 Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, social, dan
spiritual dari klien
• Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
• Penderitaan klien dengan member rasa aman, nyaman dan ketenangan
• Pendekatan dan komunikasi terapeutik

3 Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi


tindakan keperawatan dan pengobtan/diagnosis
4 Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan
dirinya
5 Memberikan pertolongan segera pada klien gawat/sakaratul maut
6 Membantu kepala ruangan dalam penatalaksnaan ruangan/pulang secara
administrative
• Menyiapkan data klien baru meninggal/pulang misalnya :
menyediakan surat izin pulang, surat keterngan istirahat sakit,
petunjuk diet, resep obat untuk di rumah jika diperlukan, kartu
control, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dll
• Sensus harian/formulir
47

• Rujukan harian/formulir

7 Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan


keindahan ruangan
8 Melakuka tugas pagi, sore, malam/hari libur secara bergantian sesuai
harian tugas
9 Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai dengan penyakitnya
(PKMRS)
10 Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
atau tulisan
11 Melatih pasien untuk melaksanakn tindakan perawatan di rumahnya,
misalnya : merawat, dan melatih anggota gerak
12 Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti
rodstool, tongkat penyanggah, protesa.
5.Pelaksanaan Timbang Overan
Pelaksanaan timbangan overan dilakukan pada pada pertukaran shif baik itu
pada shif malam-pagi yang dilaksana kan pada jam 07.00 , shif pagi –siang dilakukan
pada jam 14.00 dan overan dilakukan pada shif siang-malam yang dilakukan pada
jam 20.00 dan itu dilakukan rutin untuk hari-hari seterusnya.
6.Pelaksanaan Komunikasi Therapeutik
Model Komunikasi yang digunakan di rumah sakit jiwa Prpf.Dr. Soeroyo
magelang antara lain sebagai berikut :
• Komunikasi tertulis: Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan
pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran,
dan jurnal.
• Komunikasi secara langsung: Manajer selalu mengadakan komunikasi
verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal.
48

• Komunikasi non-verbal: Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan


menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh atau “ body language”
.
• Komunikasi via telepon : Pada era milinium ini, manajer sangat tergantung
melakukan komunikasi menggunakan telpon. Dengan kemudahan sarana
komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespons setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi.

B.PEMBAHASAN
1. Pembahasan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan di ruang perawat Wisma Banowati Rumah
Sakit Jiwa Prof.Dr.Soeroyo Magelang adalah :
• 07.00 Overan dinas,
pre conference,
Membimbing makan dan memberi obat,
Membimbing membersihkan ruangan.
• 08.00 Interaksi
• 09.00 TAK
• 10.00 Interaksi
• 11.00 Pendokumentasian
• 12.00 Post conference
• 12.30 Membimbing makan dan memberi obat
Membimbing membersihkan ruangan
• 14.00 Operan
• 14.30 Mengobservasi kondisi klien
• 15.00 Interaksi
• 16.00 Bimbingan ADL dan bimbingan spiritual
49

• 17.00 Bimbingan makan dan minum obat


Bimbingan membersihkan ruangan
• 18.00 Membimbing sholat isya
Pendokumentasian
• 20.30 Operan
• 22.00 Mengobservasi kondisi klien
• 05.00 Membimbing sholat shubuh
Membimbing kebutuhan personal hygien
• 06.00 Menyiapkan alat makan
Pendokumentasian

Metode MPKP yang digunakan di ruang Wisma banowati adalah Metode


keperawatan yang menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 yang terdiri dari tenaga
professional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu dengan
jumlah 6-7 orang dalam satu tim.
Adapun rencana dalam sistem overran yaitu kedua kelompok shift dalam keadaan sudah
siap. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
disampaikannya. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab
shift yang selanjutnya meliputi :Kondisi atau keadaan klien secara umum, Tindak lanjut untuk
dinas yang menerima operan dan Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
Timbang terima ruang keperawatan Wisma Banowati ini dilaksanakan setiap
penggantian shift/operan dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan. Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
Komunikasi terapheutik yang digunakan di Wisma Banowati adalah Komunikasi
Tertulis yang dalam mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Kepala Ruangan juga selalu
50

mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal
dan komunikasi non-verbal dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh, dan sikap
tubuh. Serta menggunakan komunikasi via telepon dimana kepala ruangan sangat tergantung
melakukan komunikasi menggunakan telpon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan kepala ruangan untuk merespons setiap perkembangan dan masalah dalam
organisasi.

2. Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan yg diambil dari huruf depan kata Strength, Weakness,
Opportunity dan Threat, yg dalam bahasa Indonesia mudahnya diartikan sbg Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
Metode analisa SWOT bisa dianggap sebagai metode analisa yg paling dasar, yg
berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya
adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari
peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.

ANALISA SWOT
S ( kekuatan ) W ( kelemahan ) O T ( hambatan )
(kesempatan)
1 Pendidikan Adanya ruang khususRasio CI denganRumah sakitKurikulum
51
untuk praktikan yangpeserta didikjiwa prof. Dr.pendidikan yang
dilengkapi dengan buku-kadang-kadang tidakSoeroyo membuat distribusi
buku yang berhubunganmemadai merupakan praktikan
dengan keperawatan rumah sakitmenumpuk di
jiwa rujukan ruangan diwaktu-
tertinggi danwaktu tertentu
rumah sakit
tertua di
Indonesia
2. Nutrisi Makanan datang padaMakanan disajikanAdanya Pasien yang
waktu yang relatif samadengan ketentuan RS mahasiswa mengkosumsi
setiap harinya Pengawasan keperawatan dimakanan dari luar
terhadap makananruangan dapat
yang dikonsumsimembantu
pasien dari luarmengawasi
masih kurang,pemenuhan
kecuali jika pasienkebutuhan
yang menanyakan nutrisi klien
3. Istirahat danAdanya peraturan danMasih adanyaAdanya Kondisi penyakit
tidur tata tertib tentangkeluarga pasien yangmahasiswa dan efek samping
jumlah dan waktuberkunjung padakeperawatan diobat
berkunjung jam-jam istirahat ruangan danmengakibatkan
keluarga dapatpasien sulit untuk
membantu tidur seperti sesak
pemenuhan napas dan batuk
kebutuhan
istirahat dan
tidur pasien
4. Personal Perawat mengajarkanMasih kurangnyaAdanya Masih kurangnya
hygiene keluarga dan pasienkesadaran keluargapraktikan yangtingkat
tentang tata carauntuk melakukanpraktek di ruangpengetahuan pasien
personal hygiene personal higiene ,danperawatan tentang pentingnya
masih kurangnya personal hygiene
keinginan praktikan
untuk belajar
melakukan personal
hygiene ,hal ini
terlihat dari kondisi
klien
5. Keamanan danLingkungan yangkurang terjaminAdanya Tidak adanya
52

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode MPKP yang digunakan di ruang Wisma Banowati adalah Metode
keperawatan yang menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 yang terdiri
dari tenaga professional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu dengan jumlah 6-7 orang dalam satu tim
Timbang terima ruang keperawatan Wisma Banowati ini dilaksanakan setiap
penggantian shift/operan dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal
53

ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
Komunikasi terapheutik yang digunakan di Wisma Banowati adalah Komunikasi
Tertulis yang dalam mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Kepala Ruangan juga selalu
mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun
informal dan komunikasi non-verbal dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh,
dan sikap tubuh. Serta menggunakan komunikasi via telepon dimana kepala ruangan
sangat tergantung melakukan komunikasi menggunakan telpon. Dengan kemudahan
sarana komunikasi tersebut, memungkinkan kepala ruangan untuk merespons setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi
B. SARAN
Demi tercapainya suatu keberhasilan mencapai usaha yang maksimal untuk
penyempurnaan Laporan Preklinik Manajemen Keperawatan, maka diharapkan agar
Mahasiswa serta Dosen dapat berpartisipasi dan memberikan saran dari semua kalangan
pendidikan untuk menuju hasil yang lebih baik sangat penulis harapkan sehingga
penyempurnaan laporan ini dapat kita rasakan bersama manfaatnya. Amin !!!

DAFTAR PUSTAKA

Swansburg. R.C. 2000 Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan


untuk perawat klinis. Terjemahan. Jakarta; EGC
Nursalam, Mnurs (Honours). 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam
Praktik keperawatan ProfesionalI; Salemba Medika.
Modul model keperawatan profesional jiwa (MPKP jiwa) oleh : Tim MPKP
http//:w ww .iklimmo tivas id ala mpraktekk eperaw at an.com
http//:ww w .perananiklim motiv as idala mM PK P.com
http//:ww w .penerapanM P K P dalamikli mmot ivas i.com
http://as-kep.blogspot.com/2009/04/pre-dan-post-conference.html
http://blog-indonesia.com/blog-archive-12361-28.html
54

Anda mungkin juga menyukai