BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain (Gillers,1989). Swanburg (2000) mendefinisikan mendefenisikan sebagai
ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien,efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak
orang sehingga perlu menerapkan menejemen yaitu dalam bentuk manajemen
keperwatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawtan untuk memberikan asuhan pengobatan dan bantuan
terhadap para pasien (Gillers,1989).
Model praktek keperwatan masyarakat pendekata menajemen
(manajement approach) sebagai pilar praktek professional yang pertama oleh
kerena itu proses manajeman harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin
pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga merupakan praktek yang
professional.
Pemberian asuhan keperawatan dengan metode model praktik keperawatan
professional (MPKP), secara profesional diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan klien dan kepuasan perawat yang tinggi secara kuantitatif dan secara
kualitatif, staf keperawatan lebih memberi perhatian terhadap pekerjaannya.
Penciptaan iklim motivasi dalam MPKP, merupakan hal yang positif yang
dapat di ambil dan memberikan kinerja yang baik pula untuk perawat. Karena
dalam menciptakan iklim motivasi ini seluruh perawat dapat dilibatkan dalam
2
D. Praktikan
Praktek Preklinik ini dilakukan pada gelombang kedua, angkatan ‘07 Mahasiswa
keperawatan STIKES TMS Bengkulu tahun anggaran 2010/2011, dengan anggota
kelompok adalah sebagai berikut :
1. Reka Nopriana
2. Meri Hastuti Alta
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4) Manajemen waktu
• Analisa waktu yang dipakai; menentukan kategori kegiatan yang ada
• Memeriksa kembali masing-masing posisi dari tiap aktivitas
• Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan dan perkembangan serta
tujuan yang akan dicapai
• Mendelegasikan
3. Srtuktur organisasi
1. Terdiri dari struktur bentuk dan bagan
2. Tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai
3. Menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertical maupun
horizontal
4. Melihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat
5. Disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.
4. Pengelompokan kegiatan
1. Organisasi dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan
2. Kegiatan dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi
3. Pengorganisasian untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5. Metode Pemberian pelayanan kesehatan
Metode pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah ada dan
akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi trend pelayanan
keperawatan yaitu :
I. Metode funsional
• Perawat melakukan tugas tertentu sesuai jadwal kgiatan yang ada
9
• Menghadiri rapat berkala dengan kepala instasi atau kepala RSuntuk kelancaran
palaksanaan keperawatan
Peran Kepala ruangan menurut burges (2988) dan Swanaburg (1990)
1. Peran Interpersonal
Seorang kepala ruangan berperan sebagai symbol pimpinan organisasi dengan
pekerja rutin organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab memberikan
motivasi dan mengaktifkan anggotanya
2. Peran Informasional
Peran monitor, mencari dan menerima berbagai informasi untuk
menembangkan organisasi. Merupakan pusat informasi internal dan eksternal,
peran deseminator, menginterpestasikan dan mentranformasikan informasi yang
diperoleh dari luar maupun dari dalam organisasi. Peran pembicara :
meneruskan informasi kepada orang lain tentang rencana organisasi dan lain-
lain. Peran decisional, yaitu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
Uraian Tugas
1. Perencanaan
• Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap
pergantian dinas
• Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasrkan
ketergantungan klien
• Menyusun rencana asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
intervensi, dan kreteria evaluasi
• Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi :
Menyiapkan format pencatatan
Menyiapkan alat untuk pemantauan pasien
Menyiapkan peralatan obat
• Mengikuti visite dokter
• Menilai hasl pengkajian kelompok da mendiskusikan
permasalahan yang ada
• Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara
anggota tim
• Memberikan pertolongan segera pada klien yang kedaruratan
• Membuat lapoaran klien
19
3. Pengarahan
• Memberikan pengaraha tentang tugas stiap anggota tim dalam
waktu melakukan askep
• Memberikan petunjuk kepada anggota tim alam melaksanakan
askep
• Memberikan teguran, pengarahan pada anggota tim yang
melakukan tugas / berbuat kesalahan
• Memberi pujian pada anggota tim yang melaksankan tugasnya
tepat sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip tindakan, rasional
sesuai dengan kebutuhan serta kondisi klien
4. Pengawasan
• Melakukan komunikasi langsung terhadap pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien
• Melakukan supervise
Secara langsung melihat / mengawasi proses keperawatan
yang dilaksanakan oleh anggota
Secara tidak langsung melihat daftar perawat pelaksana,
membaca dan memeriksa caper, membaca catatan perawat
selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara
lisna dari anggota tim tugas yang dilkaukan
Melakukan evaluasi
• Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota
tim
• Meningkatkan kemampuan analisa (pengetahuan) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan
• Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep
yang dilakukan oleh anggota tim
• Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang dilakukan
21
3) Pengarahan (Directing)
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adlah
pengorganisasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada
akhirnya akan bermuara pada melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya ( Marquis dan Huuton, 1998).
24
c. Kondisi pasien :
• Audit dokumentasi asuhan keperawatan
• Survey masalah baru
• Kepuasan pasien dan keluarga
• Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
26
d. Kondisi SDM :
• Kepuasan tenaga kesehatan, perawat dan dokter
Penilaian kinerka perawat
C. RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian :
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruangan, perawat asociate yang melibatkan seluruh anggota tim. Adapun
kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien
merupakan fokus kegiatan, PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler
mengfasilitasi kreatifitas dan konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan
PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
28
3. Tujuan :
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan vadilitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
1. Peran
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
29
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Langkah-Langkah
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Pesiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan
2) Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
30
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan
tindakan yang perlu dilakukan
31
untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan cara yang mudah
sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan
pemberan pesan.
Pesan tersebut dapat berupa pesan verbal, tertulis, maupun non
verbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, di
mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkay stress pengirim dan penerima pesan,
sedangkan factor eksternal meliputi: keadadaan cuaca, suhu, faktor
kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak antara penerima dan pengirim
pesan haris peka terhadap factor internal dan factor eksterna, seperti persepsi
dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
2. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat komplek,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap
trsebut dibawah ini:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan
yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagi proses
yang tak terpisahkan dalam kebijakan orgnisasi. Jika bagian lainnya akan
terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang
isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang komperen
sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Dalam buku Nursalam
(2001) di tekankan bahwa prinsip komuniksi seorang perawat
prosfesional adalah CARE : complete, Acurate: Rapid, dan Engelish yang
artinya adlah sebagai berikut :
Cirri khas perawat professional di masa depan dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap,
33
3. Komunikasi non-verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekpresi
wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh. Menurut Arnold dan boggs(1989),
karena komunikasi nonverbal meliputi kompenen emosi terhadap pesan yang
diterima atau disampaikan, maka komunikasi nonverbal lebih mangandung
arti yang signifikan dibandingkan komunuikasi verbal. Tetapi akan menjadi
sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa
adanya penjelasan secara verbal.
Dibawah ini adalah kunci bagian komunikaso nonverbal yang dapat terjadi
tanpa atau dengan komunikasi verbal :
• Lingkungan
• Pakaian
• Kontak mata
• Postur tubuh dan gesture
• Ekspresi wajah
• Suara; intonasi, volume, dan refleksi
4. Komunikasi Via Telepon
Pada era milenium ini, manajer sangat tergantung melakukan komunikasi
menggunakan telepon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan manajer untuk merespon setiap perkembangan dan masalah
dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer,
35
dan semua staf harus belajar dan sopan serta menghargai setiap menjawab
telepon. Jika orang lain harus menunggu untuk berbicara, maka waktu yang
diperlukan harus singkat untuk menghindari kesan yang negatif.
Tahapan proses komunikasi kelompok yaitu :
• Sumber Komunikasi: Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang
menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.
• Pengkodean (encoding): Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk
simbolik. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan,
sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya.
• Pesan (Apa yang dikomunikasikan): Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol
yang kita gunakan untuk mentransfer makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan
yang kita ambil dalam memilih dan menata baik kode maupun isi.
• Saluran (channel): Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan.
Medium dipilih oleh sumber, yang harus menentukan saluran mana yang formal dan
informal.
• Pendekodean: Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima
merupakan sasaran arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima, simbol-simbol
harus di terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima.
• Penerima
• Umpan Balik: Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan
kedalam sistem guna memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu
penentu apakah pesan itu telah dipahami. (Stephen Robbins, Perilaku Organisasi,
hal. 6-7)
• Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya: Komunikasi yang baik akan
meningkatkan hubungan profesional antar perawat dan tim kesehatan lainnya :
dokter, ahli gizi, fisioterapi, dll.(Doc Stoc, Komunikasi dalam Manajemen
Keperawatan, 23-12-2009).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
1. Profil/Gambaran Umum Ruang Keperawatan wisma Banowati W9 Rumah Sakit
Prof. dr. Soeroyo
Terletak di dibelakang ruang kep.P13,samping kiri ruangan W10 dan samping
kanan jalan menuju rehabilitasi dan belakangnya W6.dan di ruangan wisma Banowati
terdapat perawat berjumlah 11 orang, dimana diruangan ini perawat perempuan
semua dengan tingkat pendidikan D3 perawat 9 orang, S1 keperawatan 2 orang, dan
dirungan ini juga dibantu dengan tenaga kesehatan professional yang lain nya yaitu 1
psikiatri ,1 dokter umum dan 1 psikolog dan dengan status pekerjaan PNS 13 orang
dan non PNS 2 orang. Dimana pasien yang terdapat di ruangan wisma banowati
sebanyak 25 pasien,adapun gangguan jiwa yang terdapat di ruangan wisma banowati
w9 adalah hallusinasai ,waham ,isolasi sosial, PK.
Di ruang w9 Wisma Banowati juga terdapat ruang perawat, ruang pemeriksaan
kesehatan, ruang pasien, ruang makan, kamar mandi pasien, kamar kecil
pasien,dibelakang tempat cuci piring, serta ruangan yang dilengakapi dengan TV
sekaligus ruangan makan, ruangan untuk penkes keluarga dan pasien agar dapat
mendiskusi kasus klien, teras depan untuk ruangan berkunjung keluarga pasien.
39
Kepala wisma
Perawat pelaksana
DIREKTUR UTAMA
b.Pengorganisasian
• Dimana Karu yang merumuskan Metode penugasan yang
digunakan
• tujuan metode penugasan ,membuat rincian tugas katim dan
anggota tim secara jelas
• ,membuat rentang kendali,karu membawahi 2 katim dan setiap
katim membawahi 5-6 PP
• Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan , membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll.
c.Pengarahan dan Pengawasan
• Dimana karu Memberikan pengarahan tentang penugasan
kepada katim
• Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksankan
tugas yang baik,Memberikan motivasi dalam peningkatan
pengetahuan keterampilan dan sikap
• Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir,Meninggalkan
kolaborasi dengan anggota lain ,
• Melakukan komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan katim maupun pelaksanaan askep yang
diberikan pasien
• Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
katim, membaca dan memeriksa intervensi serta semua
43
2. Katim
Perencanaan
• Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap
pergantian dinas
• Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan
ketergantungan klien
• Menyusun rencana asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
intervensi, dan kreteria evaluasi
Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi :
Menyiapkan format pencatatan
Menyiapkan alat untuk pemantauan pasien
Menyiapkan peralatan obat
Pengorganisasian
• Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan
yaitu tercapainya proses askep sesuai dengan kondisi dan
44
Melakukan supervise
Secara langsung melihat / mengawasi proses keperawatan
yang dilaksanakan oleh anggota
Secara tidak langsung melihat daftar perawat pelaksana,
membaca dan memeriksa caper, membaca catatan perawat
selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara
lisna dari anggota tim tugas yang dilkaukan
• Melakukan evaluasi
• Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota
tim
• Meningkatkan kemampuan analisa (pengetahuan) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan
• Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep
yang dilakukan oleh anggota tim
• Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang dilakukan
3. PP(Perawat pelaksana)
46
• Rujukan harian/formulir
B.PEMBAHASAN
1. Pembahasan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan di ruang perawat Wisma Banowati Rumah
Sakit Jiwa Prof.Dr.Soeroyo Magelang adalah :
• 07.00 Overan dinas,
pre conference,
Membimbing makan dan memberi obat,
Membimbing membersihkan ruangan.
• 08.00 Interaksi
• 09.00 TAK
• 10.00 Interaksi
• 11.00 Pendokumentasian
• 12.00 Post conference
• 12.30 Membimbing makan dan memberi obat
Membimbing membersihkan ruangan
• 14.00 Operan
• 14.30 Mengobservasi kondisi klien
• 15.00 Interaksi
• 16.00 Bimbingan ADL dan bimbingan spiritual
49
mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal
dan komunikasi non-verbal dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh, dan sikap
tubuh. Serta menggunakan komunikasi via telepon dimana kepala ruangan sangat tergantung
melakukan komunikasi menggunakan telpon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan kepala ruangan untuk merespons setiap perkembangan dan masalah dalam
organisasi.
2. Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan yg diambil dari huruf depan kata Strength, Weakness,
Opportunity dan Threat, yg dalam bahasa Indonesia mudahnya diartikan sbg Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
Metode analisa SWOT bisa dianggap sebagai metode analisa yg paling dasar, yg
berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya
adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari
peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.
ANALISA SWOT
S ( kekuatan ) W ( kelemahan ) O T ( hambatan )
(kesempatan)
1 Pendidikan Adanya ruang khususRasio CI denganRumah sakitKurikulum
51
untuk praktikan yangpeserta didikjiwa prof. Dr.pendidikan yang
dilengkapi dengan buku-kadang-kadang tidakSoeroyo membuat distribusi
buku yang berhubunganmemadai merupakan praktikan
dengan keperawatan rumah sakitmenumpuk di
jiwa rujukan ruangan diwaktu-
tertinggi danwaktu tertentu
rumah sakit
tertua di
Indonesia
2. Nutrisi Makanan datang padaMakanan disajikanAdanya Pasien yang
waktu yang relatif samadengan ketentuan RS mahasiswa mengkosumsi
setiap harinya Pengawasan keperawatan dimakanan dari luar
terhadap makananruangan dapat
yang dikonsumsimembantu
pasien dari luarmengawasi
masih kurang,pemenuhan
kecuali jika pasienkebutuhan
yang menanyakan nutrisi klien
3. Istirahat danAdanya peraturan danMasih adanyaAdanya Kondisi penyakit
tidur tata tertib tentangkeluarga pasien yangmahasiswa dan efek samping
jumlah dan waktuberkunjung padakeperawatan diobat
berkunjung jam-jam istirahat ruangan danmengakibatkan
keluarga dapatpasien sulit untuk
membantu tidur seperti sesak
pemenuhan napas dan batuk
kebutuhan
istirahat dan
tidur pasien
4. Personal Perawat mengajarkanMasih kurangnyaAdanya Masih kurangnya
hygiene keluarga dan pasienkesadaran keluargapraktikan yangtingkat
tentang tata carauntuk melakukanpraktek di ruangpengetahuan pasien
personal hygiene personal higiene ,danperawatan tentang pentingnya
masih kurangnya personal hygiene
keinginan praktikan
untuk belajar
melakukan personal
hygiene ,hal ini
terlihat dari kondisi
klien
5. Keamanan danLingkungan yangkurang terjaminAdanya Tidak adanya
52
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode MPKP yang digunakan di ruang Wisma Banowati adalah Metode
keperawatan yang menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 yang terdiri
dari tenaga professional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu dengan jumlah 6-7 orang dalam satu tim
Timbang terima ruang keperawatan Wisma Banowati ini dilaksanakan setiap
penggantian shift/operan dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal
53
ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
Komunikasi terapheutik yang digunakan di Wisma Banowati adalah Komunikasi
Tertulis yang dalam mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Kepala Ruangan juga selalu
mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun
informal dan komunikasi non-verbal dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh,
dan sikap tubuh. Serta menggunakan komunikasi via telepon dimana kepala ruangan
sangat tergantung melakukan komunikasi menggunakan telpon. Dengan kemudahan
sarana komunikasi tersebut, memungkinkan kepala ruangan untuk merespons setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi
B. SARAN
Demi tercapainya suatu keberhasilan mencapai usaha yang maksimal untuk
penyempurnaan Laporan Preklinik Manajemen Keperawatan, maka diharapkan agar
Mahasiswa serta Dosen dapat berpartisipasi dan memberikan saran dari semua kalangan
pendidikan untuk menuju hasil yang lebih baik sangat penulis harapkan sehingga
penyempurnaan laporan ini dapat kita rasakan bersama manfaatnya. Amin !!!
DAFTAR PUSTAKA