BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan menyeluruh
baik dari pelayanan medis maupun pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan harus dikelola dengan sebaik-
baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat
menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Pencapaian mutu pelayanan
keperawatan yang optimal memerlukan manajemen keperawatan yang efektif dan
efisien (Nursalam, 2011).
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan
melalui anggota staf perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan professional kepada pasien dan keluarganya.
Penjelasan Sitorus (2011) menjelaskan tugas manajemen keperawatan adalah
melakukan koordinasi dan integrasi sumber-sumber yang tersedia melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang paling efektif bagi pasien dan keluarganya.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan ketenagaan, pengarahan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan. Selain pelayanan yang diberikan terhadap semua pasien, RS tersebut
juga merupakan salah satu lahan praktik pendidikan dan penelitian bagi perguruan
tinggi kesehatan di kota samarinda dan sekitarnya, telah banyak penelitian yang
dilakukan baik dari profesi kedokteran, keperawatan ataupun profesi kesehatan
lainnya. Hasil praktik keperawatan stase manajemen yang dilakukan mahasiswa
Program Profesi Ners Stikes Wiyata Husada Samarinda telah memberikan dampak
positif terhadap pelayanan keperawatan namun masih ada beberapa hal yang perlu
ditindak lanjuti lagi, sehingga atas dasar tersebut penulis tertarik melakukan Praktek
Stase Manajemen Keperawatan.
66
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan konsep manajemen keperawatan (POAC) dalam tatanan
pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dalam pelaksanaan manajemen
keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di ruang Flamboyan.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama diruang Flamboyan.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.
d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknis operasional bagi ruang Flamboyan
e. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang disepakati bersama unit terkait di ruang Flamboyan.
67
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi program Studi Profesi Ners Stase Manajemen Stikes Wiyata Husada
Samarinda, manfaat praktik ini adalah sebagai evaluasi pelaksanaan proses
belajar mengajar stase manajemen.
b. Bagi ruang Flamboyan RSUD AWS Samarinda, diharapkan dapat membantu
ruangan untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional,
sehingga diharapkan dapat membantu ruang Flamboyan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu pelayanan keperawatan.
c. Bagi mahasiswa profesi ners, kegiatan praktik ini dapat memperluas
wawasan dan mengaplikasikan ilmu kepemimpinan dan manajemen
keperawataan secara nyata di ruang Flamboyan.
68
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3) Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari
prestasi kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil
kesimpulan yang meyakinkan antara dua variabel tersebut. Hasil riset
menunjukkan bahwa suatu hubungan yang positif antara senioritas dan
produktivitas pekerjaan. Masa kerja yang diekspresikan sebagai
pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap
produktivitas karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas
berkaitan negatif dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif
dengan keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal
tunggal paling baik tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara,
2003).
4) Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005)
yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya
keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan
dalam hubungan interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat
adalah vokasional (D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin
menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3
Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin
menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1
Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan
ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke
Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan.
71
5) Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian
yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya
manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan
pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya
diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara
maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku,
dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai
usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan
pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun
lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan
dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas sematamata hanya
untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan
diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik
biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula
dari pada individu yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada
peningkatan pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan
sikap peserta pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau
pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora
yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas
yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman
72
BOR/bulan =
BOR/tahun =
( )
Keterangan:
A = Rata-rata jumlah perawatan/ pasien/ hari
B = Rata-rata jumlah pasien / hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care
dan intensive care. Kebutuhan keperawatan langsung setiap
pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
a) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
2. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha
Detroit (Gillies, 1989) = 38 menit/ pasien/ hari, sedangkan
menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989) = 60 menit/ pasien/ hari
dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60
menit/ pasien (Gillies, 1994)
3. Pendidikan kesehatan, yang diberikan kepada klien meliputi:
aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ pasien/ hari
Tabel 2.2
Alat Tenun
Tabel 2.3
Alat Rumah Tangga Menurut DEPKES (2001)
No Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Kursi roda 2-3/ruangan
2 Komot 1/ruangan
3 Lemari obat emergency 1/ruangan
4 Light cast 1/ruangan
5 Meja pasien 1:1
6 Over bed table 1:1
7 Standard infuse 2-3/ruangan
8 Standard Waskom double 4-6/ruangan
9 Waskom mandi 8-12/ruangan
10 Lampu sorot 1/ruangan
11 Lampu senter 1-2/ruangan
12 Lampu kunci duplikat 1/ruangan
13 Nampan 2-3/ruangan
14 Tempat tidur fungsional 1:1ruangan
15 Tempat tidur biasa 1:1/2 /ruangan
16 Troly obat 1/ruangan
17 Troly balut 1/ruangan
18 Troly pispot 1/ruangan
19 Troly suntik 1/ruangan
20 Timbangan BB/TB 1/ruangan
21 Timbangan bayi 1/ruangan
22 Dorongan O2 1/ruangan
23 Plato/ piring makan 1:1/ruangan
24 Piring snack 1:1/ruangan
25 Gelas 1:2/ruangan
26 Tatakan dan tuutp gelas 1:2/ruangan
27 Sendok 1:2/ruangan
28 Garpu 1:2/ruangan
29 Kran air 1:1/ruangan
30 Baki 5/ruangan
31 Tempat sampah pasien 1:1/ruangan
32 Tempat sampah besar tertutup 4/ruangan
Sumber: Depkes 2001.
33 Senter 2/ruangan
Sumber: Depkes 2001.
81
Tabel 2.4
Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap
2) Reward
Hazli (2002) mendefinisikan reward yaitu hadiah dan hukuman
dalam situasi kerja, hadiah menunjukkan adanya penerimaan terhadap
perilaku dan perbuatan, sedangkan hukuman menunjukkan penolakan
perilaku dan perbuatannya. Wahyuningsih (2009) juga
mendefinisikan reward adalah penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal
yang tercapai. Francisca (2006) memfokuskan definisi reward sebagai
hadiah atau bonus yang diberikan karena prestasi
seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa
kata-kata seperti pujian adalah salah satu bentuknya. Reward biasanya
digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam organisasi
(Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya
sesuai evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya,dengan reward seseorang
dapat meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan.
Hal ini juga ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006)
bahwa reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai
konsekwensi dari apa yang mereka kerjakan akan merubah perilaku
manusia secara fundamental.
3) Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang
pasti beda persepsi dan beda pendapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan
dalam perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti
hukuman dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat
mendidik. Selain itu punishment juga merupakan alat pendidikan
regresif, artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk
menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar. Ngalin purwanto
membagi punishment menjadi dua macam yaitu:
83
e) Efisiensi
f) Ketepatan waktu
g) Responsif
h) Adaptif
Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah
Indonesia untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan
sektor publik. Salah satu produk peraturan pemerintah terbaru tentang
pelayanan publik yang telah dikeluarkan untuk melakukan penilaian dan
evaluasi terhadap kinerja unit pelayanan publik instansi pemerintah
adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah. Ke-14 indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran
berdasarkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara di atas
adalah sebagai berikut :
a) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan.
b) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif
yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
c) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan
tanggung jawab). Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan
petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi
waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab petugas
pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
d) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
85
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Menurut Muninjaya, (2009) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan
akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian
tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2010) mengatakan bahwa planning
adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan
siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap Dalam Perencanaan
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
87
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang
beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2009). Berdasarkan penjelasan
tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu
kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan
jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
89
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24
jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana
pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak
90
dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana.
Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat
dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi
oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan.
Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-
obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi
penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana. Komponen yang termasuk dalam
fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru,
penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses
pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di
perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka
terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara
terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat
untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu
tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan
menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat
dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah
91
5. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi
yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 2008).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 2008). Tugas
seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah
diukur, misalnya menepati jam kerja.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta
alat untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
3) Harus memandang ke depan
93
2. Tujuan MAKP
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
1) Kelebihan:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik;
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c) Prawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
2) Kelemahan
a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan;
c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. MAKP Tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit
rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
1) Konsep metode Tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan;
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin;
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
2) Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
97
d. MAKP kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan
perawatan intensif (intensive care).
1) Kelebihannya
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus;
b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
2) Kekurangannya
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
5. Metode MAKP
a. Penerapan MAKP
Contoh Metode TIM.
Mekanisme pelaksanaan.
1) Ketua Tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2) Komunikasi efektif agar kontunuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota Tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Tupoksi (Tanggung jawab Ketua Tim).
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
99
b. Timbang Terima
Persiapan (Pra).
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sif/operan.
2) Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi.
3) Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan dilaporkan dan
dioperkan.
Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien.
1) Kedua kelompok dinas sudah siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4) Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima kepada perawat
berikutnya.
5) Perawat sift dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan validasi.
6) Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
Pasca.
1) Diskusi/klarifikasi.
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung tanda tangan
pergantian sif serta penyerahan laporan.
3) Ditutup oleh kepala ruangan.
100
c. Ronde Keperawatan
Persiapan (Pra).
1) Menentukan kasus dan topik.
2) Menentukan tim ronde.
3) Mencari sumber atau literatur.
4) Mempersiapkan pasien: informed consent.
5) Membuat proposal (Studi Kasus/resume keperawatan).
Pelaksanaan.
1) Penjelasan/penyajian tentang pasien oleh perawat yang mengelola pasien.
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Ke bed pasien, perawat lain/konselor/tim kesehatan lainnya melakukan
pemeriksaan/validasi dengan cara observasi; membaca status/dokumen
lainnya; dan menayanyakan.
Pasca di nurse station.
1) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data, masalah pasien, rencana,
tindakan yang akan dilakukan dan kriteria evaluasi.
2) Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan keperawatan selanjutnya oleh
Kepala Ruang/pimpinan ronde.
f. Supervisi
1) Prasupervisi.
Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap kinerja dari tim (ketua
dan anggota) dan atau Perawat Primer dalam melaksanakan ASKEP
2) Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung jawab, kemampuan, dan
kepatuhan dalam menjalankan delegasi
3) Pascasupervisi-3F:
a) penilaian (fair),
b) feedback dan klarifikasi,
c) reinforcement dan follow up perbaikan.
g. Discharge Planing
1) Persiapan.
Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien, kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang,
antara lain: pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan
psikologis; bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan
aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-
lain; sumber dan sistem yang ada di masyarakat; sumber finansial;
fasilitas saat di rumah; kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
2) Pelaksanaan.
dilakukan secara kolaboratif serta disesuaikan dengan sumber daya
dan fasilitas yang ada.
102
h. Dokumentasi
Format model dokumentasi yang digunakan (pengkajian dan catatan
asuhan keperawatan). Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap, akurat,
relevan, baru (LLARB).
d. Indikator statistik
Indikator statistik adalah alat untuk menilai kinerja suatu rumah sakit
baik secara internal maupun eksternal. Indikator didesain agar dapat
mencapai tujuan secara objektif.
Ada 12 (dua belas) indikator kinerja rumah sakit yang disepakati telah
memenuhi persyaratan :
1) Rerata jam pelatihan per karyawan pertahun.
2) Persentase tenaga terlatih di unit khusus.
3) Kecepatan penanganan penderita gawat darurat.
4) Waktu tunggu sebelum operasi efektif.
5) Angka kematian ibu karena persalinan (perdarahan,
preklampsia/eklampsia dan sepsis, khusus untuk kasus non rujukan).
6) Angka infeksi nosokomial.
7) Kelengkapan pengisian rekam medis.
8) Persentasi kepuasan pasien (survei).
9) Persentasi kepuasan karyawan (survei).
10) Baku mutu limbah cair.
11) Status keuangan rumah sakit.
12) Persentase penggunaan obat generik di rumah sakit.
Berdasarkan standar pengukuran jasa pelayanan kesehatan nasional
(Depkes RI., 2005), indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan
rumah sakit.Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat
inap :
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara60-85% .
Rumus :
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR = x 100 %
(Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode)
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali.
Rumus :
(Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
BTO =
Jumlah tempat tidur
Tabel 2.5
Indikator dan standar pelayanan ruang rawat inap
No INDIKATOR STANDAR
1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap a. Dr. Spesialis
b. Perawat minimal pendidikan D3
2. Dokter penanggung jawab pasien rawat 100%
inap
3. Ketersedian pelayanan rawat inap a. Anak
b. Penyakit Dalam
c. Kebidan
d. Bedah
4. Jam viste Dokter Spesialis 08.00 s/d 14.0 setiap hari kerja
5. Kejadian infeksi pasca operasi ≤ 1,5 %
6. Kejadian infeksi nasokomial ≤ 1,5 %
7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang 100%
berakibat kecacatan / kematian
8. Kematian pasien > 48 jam ≤ 0.24 %
9. Kejadian pulang paksa ≤5%
10. Kepuasan pelanggan ≥ 90 %
11. Rawat Inap TB a. ≥ 60 %
a. Penegakan diagnosis TB melalui b. ≥ 60 %
pemeriksaan mikroskopis TB
b. Terlaksanana kegiatan pencatatan
dan pelaporan TB di Rumah Sakit
12. Ketersediaan pelayanan rawat inap di NAPZA, Gangguan Psikotik, Gangguan
rumah sakit yang memberikan pelayanan Nerotik, dan Gangguan Mental Organik
jiwa
Tabel 2.6
Indikator Angka Dekubitus
Topik Indikator Angka Kejadian Dekubitus
Tabel 2.7
Indikator Angka Tatalaksana Pasien Nyeri
Topik Indikator Tatalaksana Pasien Nyeri
Rasional a. Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari pelayanan
keperawatan. Buruknya pelayanan keperawatan dalam
penatalaksanaan nyeri adalah merupakan indikator
buruknya KUALITAS pelayanan.
b. Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memperbaiki kualitas kehidupan
pasien.
Tujuan a. Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan
mencakup skala nyeri yang dialami pasien seperti yang
didefinisikan dalam standar nyeri.
b. Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat
adalah respon terhadap nyeri yang dikemukakan oleh
pasien untuk mencapai kriteria nyaman/ nyeri
terkontrol.
Formula Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam
askep:
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu
Persentase tatalaksana pasien nyeri:
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100 %
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per
periode waktu tertentu
Definisi Operasional a. Tindakan perawat adalah berbagai tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
merespon nyeri sesuai ambang skala yang ditetapkan
dan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat,
termasuk kunjungan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan lain
b. Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman yang
bersifat subjektif yang diutarakan/digambarkan oleh
pasien dan perlu ditangani/ dilakukan tatalaksanan
nyeri.
c. Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan
tindakan adalah berbagai tindakan yang dilakukan
sebagai respon terhadap ambang nyeri pada skala nyeri
4 atau lebih TIDAK termasuk follow-up pengkajian
karena termasuk pada kewajiban
Numerator ( Pembilang ) Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri
Dumerator Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala 4/> per
periode waktu tertentu
Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi Per bulan
110
Tabel 2.8
Indikator Angka Kenyamanan Pasien
Topik Indikator Pasien merasa nyaman: Pasien dengan rasa nyeri
terkontrol
Rasional Nyeri mengakibatkan ketidaknyamanan pasien. Pasien akan
puas dengan mempertahankan tingkat kenyamanan (nyeri
terkontrol) pada skala nyeri kurang dari 4 pada skala 0-10,
dengan, dengan mengidentifikasikan 0 sebagai skala nyeri
terendah (tidak nyeri).
Formula Angka kenyamanan pasien=
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100 %
Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu
tertentu
Definisi Operasional Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekadar
sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu,
bersifat subjektif dan sangat individual
Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien yang
menunjukkan skala nyeri dibawah 4 sampai dengan 0
pada skala 0-10 atau dengan gold standard : pasien
menyatakan tidak merasakan nyeri, tidak ada ketakutan,
kecemasan dan depresi setelah diberikan tindakan
keperawatan selama periode waktu tertentu.
Numerator ( Pembilang ) Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
Dumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu
tertentu
Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi Per bulan
111
Tabel 2.9
Indikator Cemas
Topik Indikator Identifikasi kecemasan pasien
Rasional Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien
karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya
hari rawat dan pasien dapat mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Formula Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Umum:
4. Pasien Safety
a. Definisi Patient Safety
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn,
Corrigan & Donaldson, 2009). Keselamatan pasien (patient safety) adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
112
c. Isu, elemen, dan akar penyebab kesalahan yang paling umum dalam patient
safety:
1) isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a) keselamatan pasien;
b) keselamatan pekerja (nakes);
c) keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
d) keselamatan lingkungan;
e) keselamatan bisnis.
2) Elemen Patient Safety:
a) Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan
obat/kesalahan pengobatan).
b) Restraint use (kendali penggunaan)
c) Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d) Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e) Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f) Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
g) Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h) Immunization program (program imunisasi)
114
i) Falls (terjatuh)
j) Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan
kateter pembuluh darah)
k) Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan
pasien/pengunjung laporan kejadian)
3) Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang
Paling Umum):
a) Communication problems (masalah komunikasi)
b) Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c) Human problems (masalah manusia)
d) Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e) Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f) Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g) Technical failures (kesalahan teknis)
h) Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai).
5) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden
Bagi Tim:
1) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
2) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
3) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.
BAB III
ANALISA SITUASI
4. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, tingkat kepuasan perawat, kinerja Clinical Care Manager (CCM),
Kinerja Karu, Kinerja Katim, Kinerja Perawat Pelaksan serta untuk mengetahui
kepuasan kerja perawat pelaksana dan pada pasien safety.
5. Studi Kepustakaan
Berasal dari literatur yang memiliki materi manajemen keperawatan
mencakup pengolahan sistem manajemen rumah sakit.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Mei 2019 – 23 Mei 2019
dengan metode wawancara, observasi dan pembagian kuesioner untuk melihat
model praktik keperawatan professional (Supervisi, ronde keperawatan,
dokumentasi, timbang terima, sarana dan prasarana, ketenagaan) yang
diaplikasikan di ruang Flamboyan, selanjutnya data yang diperoleh akan
dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT sehingga diproleh beberapa
rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.
1. Sumber Daya Manusia (M1- Man)
a. Struktur Organisasi Ruang Flamboyan dipimpin oleh 1 kepala ruang
serta didampingi oleh 1 orang CCM (Clinical Care Manager), 2 orang
ketua Tim dan 24 orang perawat pelaksana.
b. Tenaga Keperawatan
1) Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Jenis Kelamin
Kepegawaian.
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pegawai
Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki – Laki 7 25
Perempuan 21 75
Total: 28 100
Sumber Data Primer Ruang Flamboyan 2019.
Dari data tabel 3.1 ditemukan banyaknya perawat yang bertugas
di ruang Flamboyan adalah berjenis kelamin perempuan hal ini
dikarenakan bahwa tenaga perawat yang mendaftar lebih banyak
perempuan di bandingkan dengan yang laki – laki.
131
Tabel 3.6
Jumlah Tingkat Ketergantungan Pasien
Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda 21 Mei 2019
Klasifikasi tingkat Jumlah klien Persentase (%)
ketergantungan
Minimal 16 44,4
Parsial 20 55,6
Total 0 0
Jumlah 36 100
Sumber Data Ruang Flamboyan 2019.
Tabel 3.7
Jumlah Tingkat Ketergantungan Pasien
Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda 22 Mei 2019
Klasifikasi tingkat Jumlah klien Persentase
ketergantungan (%)
Minimal 14 41,2
Parsial 20 58,8
Total 0 0
Jumlah 34 100
Sumber Data Ruang Flamboyan 2019.
Keterangan :
Σ TT = Jumah tempat tidur
BOR = Bed Occupancy Rasio
Minimal = (17 x 1 jam) + (17 x 1 jam) + (17 x 0,5 jam)
= 17 x 17 0,5
= 42,5 jam
Parsial = (13 x 3 jam) + (13 x 1 Jam) + (13 x 0,25 jam)
= 39 + 13 + 6,5
= 58,5 jam
Total = (0 x 6 jam) + (0 x 1 jam) + (0 x 0,25 jam)
= 0
ΣJam perawatan = Jumlah jam perawatan
Jumlah pasien
= 101
30
= 3,4
+ Koreksi 25%
= 10,36 = 10 hari
Dari hasil perhitungan data dalam 1 tahun didapatkan bahwa
nilai ALOS adalah 10 hari sehingga dapat disimpulkan bahwa
rata-rata lama rawat seseorang diruangan Flamboyan sudah
memenuhi nilai ideal pada tahun 2019.
=2,79 hari.
Dari hasil perhitungan data 1 tahun didapatkan nilai TOI 2,79
hari sehingga, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hari
tempat tidur tidak ditempati telah sesuai standar ideal yaitu
dikisaran 1-3 hari.
137
Tabel 3.8
Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur Di Ruang Flamboyan
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
TIM 1 TIM 2
Kamar Jumlah tempat Kamar Jumlah Bed
tidur
2001 5 TT 3001 5 TT
2002 5 TT 3002 5 TT
2003 5 TT 3003 5 TT
2004 5 TT 3004 5 TT
2005 5 TT 3005 2 TT
ISO 2 TT
Jumlah total tempat tidur tim 1 + tim 2 = 27 + 22 = 49 tempat tidur
Sumber Data Ruang Flamboyan Tahun 2019.
20 Lemari Obat 2 2 -
21 Lemari 1 1 -
Kelontongan
22 Lemari Pasien 50 50 -
23 Lemari Tenun 1 1 -
24 Lemari Instrumen 1 1 -
25 Lemari Loker 3 3 -
26 Lampu emergensi - - -
27 Lampu Sorot - - -
28 Meja Tulis 1 1 -
29 Meja Konter 2 2 -
30 Matras Dewasa 3 3 -
31 Papan WB 4 4 -
32 Senter / Sepeda 2/1 2/1 -
33 Sampiran kain - - -
34 Tempat Tidur Biasa 47 47 -
35 Televisi - - -
36 Telepone 2 2 -
37 Tempat Sampah 1 1 -
Injak
38 Tempat Sampah 9 9 -
Tutup
39 Troli Obat / Visite - - -
40 Troli Balut 2 2 -
41 Troli Suntik 1 1 -
42 Troli Cucian 1/1 1/1 -
bersih\kotor
43 Troli Seka 3 3 -
44 Waskom Seka 4 4 -
45 Tempat Sampah 2 2 -
Medis
46 Tempat Sampah 10 10 -
Non Medis
47 Tempat sampah 4 4 -
Kuning Injak
48 Troli Obat 1 1 -
Emergency
Sumber Data Ruang Flamboyan 2019
140
39 Tempat Muntah + 2 2 -
tutup
40 Termometer Digital 3 3 -
41 Tromol Besar / Kecil - - -
/ Sedang
42 Timbangan BB - - -
43 Timbangan BB + TB 1 1 -
44 Tabung O2 Kecil 5 5 -
45 Tang Spatel 4 4 -
46 Urinal Plastik 3 3 -
47 Urinal Stanles 11 11 -
48 Lampu Baca RO 1 1 -
49 USG 1 1 -
50 Pulse Oximetri 1 1 -
4) Administrasi Penunjang
Tabel 3.11
Daftar Administrasi Penunjang di Ruang Flamboyan
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
Tabel 3.12
Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Manajemen
Kepala Ruangan Di Ruang Flamboyan
Fungsi Manajemen %
Fungsi perencanaan 100%
Fungsi pengorganisasian 100%
Fungsi pengawasan 100%
Fungsi ketenagaan 100%
Fungsi pengendalian 100%
Sumber data Primer ruang Flamboyan 2019
Tabel 3.13
Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Manajemen
Crinical Case Manager (CCM)
Fungsi Manajemen %
Supervisi 100%
Sumber data Primer ruang Flamboyan 2019
Tabel 3.14
Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Manajemen
Primary Nursing
Fungsi Manajemen %
Perencanaan 100%
Pengorganisasian 100%
Ketenengaaan 100%
Pengarahan 100%
Pengendalian 100%
Sumber data primer ruang Flamboyan 2019
Dilakukan 12 46,2
Kurang Dilakukan 14 53,8
Total 26 100
Sumber Data Patient Safety Ruang Flamboyan 2019
147
Tabel 3.16
Kategori Sikap Perawat terhadap Patient Safety
Di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2019
Jumlah Persentase ( % )
Dilakukan 26 100
Kurang Dilakukan 0 0
Total 26 100
Sumber Data Patient Safety Ruang Flamboyan 2019
148
Tabel 3.17
Distribusi Frekuensi Manajemen Perawat Pelaksana
Di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2019
Fungsi manajemen F %
Perencanaan
Optimal 22 84
Belum optimal 4 16
Total 26 100
Perorganisasian
Optimal 23 88
Belum optimal 3 12
Total 26 100
Pengarahan
Optimal 25 98
Belum optimal 1 2
Total 26 100
Pengendalian
Optimal 24 96
Belum optimal 2 4
Total 26 100
Sumber Data Primer Manajemen Perawat Pelaksana Ruang Flamboyan 2019
Puas 16 53,3
Tidak Puas 14 46,7
Sumber Data Kuesioner Kepuasan Pasien
Puas 13 50
Tidak Puas 13 50
Sumber Data Kepuasan Kerja Perawat.
B. Analisa SWOT serta peta kekuatan di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tabel 3.20
Analisis SWOT Ruang Flamboyan
No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot
x Rating
1 Sumber daya manusia (M1)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya system pengembangan staf berupa 0,5 2 1
pendidikan berkelanjutan 100%
2. Jenis Ketenagaan
a) S-1 Keperawatan (Ners) : 5 orang
b) D-3 Keperawatan : 23 orang
c) Pramu Bhakti : 2 orang 0,5 2 1
d) Petugas administrasi: 2 orang
e) Petugas kebersihan : 4 orang
Theath
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0,3 3 0,9
pelayanan yang lebih profesional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan 0,3 3 0.9
O-T=
hukum
3. Makin tingginya kesadaran masyarakatakan 0,2 2 0,4 3-2,8=
0,2
pentingnya kesehatan
4. Persaingan antar RS yang semakin kuat 0,2 3 0,6
Weakness
1. Air Conditioner yang tidak berfungsi secara 0,5 2 1,0 S-W=
maksimal 3,2-
2. Alat kesehatan yang mengalami kerusakan 0,5 3 1,5 2,5=
dan masih menunggu proses perbaikan 0,7
TOTAL 1,0 5 2,5
Treathened
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0,7 3 2,1 O-T=
melengkapi sarana dan prasarana 2-2,1=
- 0,1
TOTAL 0,7 3 2,1
3
3 Methode(3)
MAKP
Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang 0,1 4 0,4
terima setiap pagi 0,2 4 0,8
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,1 4 0,4
3. Adanya buku khusus untuk pelaporan
timbang terima 0,1 3 0,3
4. Tersedianya sarana dan prasarana discharge
planning diruangan untuk pasien pulang
(format) 0,1 4 0,4
5. Adanya lembar control untuk pasien pulang
6. Perawat memberikan pendidikan kesehatan 0,1 4 0,4
secara informal kepada pasien atau keluarga
selama dirawat atau pulang S-W=
7. Format Asuhan Keperawatan sudah tersedia 0,1 4 0,4 3,7 –
8. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung 2,9 =
jawab dan tanggung gugat 0,1 3 0,3 0,8
9. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam
153
Weakness
a) Timbang Terima
1. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik 0,2 4 0,8
(PP melaporkan identitas pasien, keluhan
utama, DS, DO, MK dan Intervensi)
2. Format timbang terima sudah mencakup
nama dan paraf perawat pada kedua shift 0,1 3 0,3
3. Keterbatasan waktu tenaga perawat
4. Dari observasi status pasien, pengisian 0,1 3 0,3
dokumentasi tidak lengkap, nama perawat, 0,1 3 0,3
waktu, paraf
5. SOP yang ada tahun 2015 belum direvisi
6. Karakteristik tenaga yang memenuhi 0,1 3 0,3
kualifikasi belum merata 0,1 3 0,3
7. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan
jumlah tingkat ketergantungan pasien 0,2 3 0,6
TOTAL 1,0 22 2,9
Treathened
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang 0,1 3 0,3
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang
semakin ketat 0,2 4 0,8
3. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin
tinggi terhadap peningkatan pelayanan 0,1 4 0,4
keperawatan yang lebih professional
4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
5. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan 0,2 4 0,8
6. Persaingan antar ruang semakin kuat dalam
pemberian pelayanan 0,2 4 0,8
0,2 4 0,8
TOTAL 1,0 23 3,9
154
4 Keuangan(M4)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya pendapatan jasa pelayanan, untuk 0,5 3 1,5
pasien dengan biaya BPJS yang dapat
diklaim setelah perawatan
2. Adanya pendapatan dari jasa pelayanan 0,5 3 1,5
rumah sakit
TOTAL 1,0 6 3,0
Weakness
1. Kurangnya sumber dana 1,0 2 2,0 S-W=
3,0-
2,0=
TOTAL 1,0 2 2,0 1,0
EkternalFaktor (EFAS)
Opportunity
1. Pengeluaran dibiayai instansi rumah sakit 1,0 2 2,0
Weakness
1. ALOS yang memanjang karena perawatan yang lama 0,1 3 0,3
2. Kurang sosialisasi pada pasien mengenai stiker
falss/resiko jatuh 0,1 4 0,4 S-W=
3. Tidak terpasang tanda resiko jatuh pada bed pasien 3,5-
4. Penyediaan instrument GV dan sarana pemasangan 0,1 3 0,3 3,3=
infus masih belum memadai atau kurang 0,2
5. Pagar pengaman tempat tidur kadang tidak dinaikan 0,1 3 0,3
155
EkternalFaktor (EFAS)
Opportunity
1. Mahasiswa S1-Keperawatan praktik manajemen 0,2 3 0,6
2. Kerjasama yang baikantara perawat dan mahasiswa 0,2 3 0,6
3. Pencegahan terjadinya kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan 0,2 4 0,8
4. Peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan
0,4 4 1,6
TOTAL 1,0 14 3,6
O-T=
1. Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus 0,2 3 0,6 3,6-
dipenuhi 3,0=
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan 0,2 3 0,6 0,6
keperawatan
3. Meningkatnya angka kejadian infeksi silang 0,2 3 0,6
4. Terjadinya penurunan mutu layanan rumah sakit 0,2 3 0,6
5. Meningkatnya jumlah hari rawat dan biaya 0,2 3 0,6
pengobatan pasien
TOTAL 1,0 15 3,0
Bobot masing–masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0
(Tidak penting ).
0,0 : Tidak penting
0,1-0,3 : Kurang penting
0,4-0,6 : Penting
0,7-1,0 : Paling penting
Keterangan:
M1 (ketenagaan)
M2 (sarana dan prasarana )
M3 (metode)
M4 (keuangan)
M5 (Mutu)
D. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, digunakan kriteria penilaian meliputi :
1. Mg / Magnitude : kecendrungan besar dan seringnya kejadian
2. Sv / Severity : besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Mn / Managebility : berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
perubahannya
4. NC / Nursing Concern : perhatian terhadap bidang keperawatan
5. Af / Affordability : ketersediaan sumber dana
Dengan rentang nilai :
5 : sangat penting
4 : penting
3 : cukup penting
2 : kurang penting
1 : sangat kurang penting
Tabel 3.21
Skor akhir dirumuskan dengan cara : M x S x Mn x N x A
No Masalah Pembobotan Total Prioritas
Mg Sv Mn NC Af
1 Perbandingan jumlah 4 3 3 4 3 432 IV
tenaga dan jumlah
pasien belum sesuai
standar ketenagaan
menurut DepKes
2 Pelaksanaan pasien 5 5 5 4 3 1500 I
safety kurang maksimal
3 Kurang optimal perawat 3 3 3 3 5 405 V
dalam melaksanakan
motode yang ada
(Metode tim)
4 Tidak lengkapnya 5 4 5 3 3 900 II
pendokumentasian
(nama pasien,tempat
tanggal lahir, waktu, dan
paraf,TTV)
5 ALOS yang memanjang 4 4 3 3 4 576 III
karena perawatan yang
lama
Prioritas masalah :
1. Pelaksanaan pasien safety kurang maksimal
2. Tidak lengkapnya pendokumentasian (nama pasien,tempat tanggal,waktu,
dan paraf,TTV).
160
161
162
LAMPIRAN
165
Hasil pengkajian pada praktik manajemen merupakan tahap awal dari kegiatan
praktik yang dilakukan dari tanggal 20 Mei – 22 Mei 2019 didapatkan data sebagai
berikut :
a) Kepala Ruangan:
Fungsi Perencanaan
1) Apakah karu menyusun visi dan misi ruangan?
Hasil wawancara dan observasi: Karu menyatakan visi dan misi ruangan sudah
tidak diberlakukan sejak tahun 2014 sejauh ini visi dan misi hanya mengikuti
visi dan misi secara umum dari rumah sakit.
2) Dalam peyusunan rencana strategik bidang perawatan apakah diikutsertakan
didalamnya
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan secara umum bidang
keperawatan diikutsertakan, namun tidak detail karena pekerjaan bidang
keperawatan mengawasi banyak hal.
3) Kepala ruangan mempunyai rencana harian, bulanan, dan tahunan dan
terdokumentasi dengan baik.
Hasil wawancara dan observasi: Kepala ruangan mengatakan rencana harian
yang dilakukan seperti rapat, pre dan post-conference namun tidak selalu
terdokumentasi, untuk rencana bulanan dan tahunan semua ruangan telah
mendapatkan plan of action dari bidang keperawatan, dan biasanya plan khusus
kembali ke program dari ruangan masing-masing jika ruangan tersebut memiliki
program khusus.
4) Kepala ruangan mempunyai perencanaan peningkatan SDM diruangan.
Hasil wawancara dan observasi: Kepala ruangan mengatakan ada. Kepala
ruangan mengatakan bahwa setiap tahun dari diklit memberikan formulir untuk
diisi seperti kebutuhan seminar atau pun pelatihan yang dibutuhkan perawat
ruangan, yang kedua seminar ataupun workshop merupakan kebutuhan yang
mau tidak mau harus diikuti perawat ruangan untuk memenuhi syarat
upgrade/perpanjangan surat tanda registrasi.
166
Fungsi Pengorganisasian
Fungsi Pengawasan
Fungsi Ketenagaan
tertentu yang dialami perawat semisal hamil, ataupun ijin dikarenakan faktor-
faktor tertentu.
21) Kepala ruangan diikutsertakan pada rencana rotasi dan mutasi perawat.
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan ya, bahwa dirinya terlibat dalam
rencana rotasi dan mutasi perawat.
Fungsi Pengarahan
22) Apakah kepala ruangan memotivasi staf untuk bekerja lebih baik.
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan iya, pasti.
23) Kepala ruangan menyatakan ada pertemuan rutin diruangan.
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan ada seperti pre conference yang
dilaksanakan setiap hari. Akan tetapi untuk pertemuan bulanan, dilakukan 2-3
bulan sekali, mengingat sumber dana yang digunakan berasal dari iuran masing-
masing staff ruangan flamboyan.
24) Kepala ruangan melakukan supervisi, apakah sudah terjadwal dan terstruktur
dengan baik.
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan supervisi itu ada yang langsung
dan tidak langsung, sementara ini yang dilakukan adalah supervisi tidak
langsung, jadwalnya setelah habis lebaran akan dilakukan supervisi secara
langsung.
25) Kepala ruangan memberikan umpan balik pada saat supervisi.
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan supervisi dilakukan secara
berkala baik manajerial dan klinis. Secara manajerial selalu dilakukan saat pre
dan pos conferens sedangkan supervisi secara klinis dilakukan secara langsung
pada saat perawat pelaksana melakukan tindakan apakah sesuai dengan SOP
atau tidak.
26) Kepala ruangan menerapkan manajemen konflik bila ada permasalahan di
ruangan.
Hasil wawancara: Kepala ruangan mengatakan iya, tentu ada manajemen
konflik. Contohnya ketika ada kesalahan komunikasi antara petugas piket dan
perawat yang dinas malam karu membantu menengahi masalah mencari jalan
tengah agar masalah tidak terlalu diperpanjang.
170
Fungsi Pengendalian
dan cara yang kedua yaitu bimbingan dilakukan setiap hari pada saat
melakukan pre conference dan post conference.
7) Clinical care manager melakukan controling dengan menggunakan buku
aplusan dan melakukan controlling secara langsung.
8) Clinical care manager berupaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
dengan mengevaluasi teman-teman perawat dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan dengan tepat serta clinical care manager berja sama dengan kepala
ruangan untuk menyediakan 10 diagnosa keperawatan yang sering muncul
sesuai dengan standar SDKI .
9) Clinical care manager dan kepala ruangan pasti melalukan kerja sama untuk
mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan kepada staff.
10) Clinical care manager selalu mendiskusikan dengan kepala ruangan untuk
membahas hasil evaluasi dari asuhan keperawatan yang sudah diterapkan.
c) Ketua Tim 1 & 2
Fungsi Perencanaan
1) Kedua Ka-Tim mengetahui visi dan misi rumah sakit
Hasil observasi : Terdapat visi dan misi rumah sakit di ruang Flamboyan
2) Kedua Ka-Tim memiliki rencana harian, rencana harian tersebut di tulis oleh
Katim pada catatan seperti memo. Memo berisi tentang rencana kegiatan yang
akan dilakukan pada hari ini.
Fungsi Pengorganisasian
6) Katim melakukan preconference dan post conference namun tidak setiap hari
dilaksanakan.
7) Katim mengatakan dampak metode yang digunakan tersebut terhadap asuhan
keperawatan di ruangan menghasilkan pasien dan keluarga puas dengan
pelayanan di ruang flamboyan.
8) Katim menyatakan bekerja sesuai dengan SOP, yang ada karena sesuai dengan
standar di rumah sakit.
9) Katim melakukan penilaian / klasifikasi tingkat ketergantungan pasien
10) Katim mengatakan bahwa pendokumentasian askep telah dilakukan dengan
tepat dan lengkap. Bahwa apa yang dilakukan telah sesuai dengan yang
didokumentasikan.
Fungsi Ketenagaan
11) Katim merasa puas dengan sistem penjadwalan dinas yang sudah ada saat ini.
12) Katim memberikan orientasi dan mentoring kepada perawat baru.
13) Katim diberi kesempatan untuk memiliki jenjang karir yang jelas.
14) Perawat diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
bentuknya seperti pelatihan dan supervisi
Fungsi Pengarahan
Fungsi Pengendalian
18) Katim mengatakan bahwa Katim dan perawat pelaksana telah melakukan tugas
dan kewajiban sebagai perawat sesuai dengan standar pelayanan minimal yang
telah diberikan.
19) Penampilan kerja katim dinilai secara berkala, dan dilakukan pergantian katim
setiap 6 bulan sekali
174
20) Secara keseluruhan katim merasa puas bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie.
175
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 42.00 1.553
95% Confidence Interval for Lower Bound 38.80
Mean Upper Bound 45.20
5% Trimmed Mean 42.23
Median 41.00
Variance 62.720
px_safety Std. Deviation 7.920
Minimum 25
Maximum 54
Range 29
Interquartile Range 14
Skewness -.201 .456
Kurtosis -.789 .887
Mean 24.73 .651
95% Confidence Interval for Lower Bound 23.39
Mean Upper Bound 26.07
5% Trimmed Mean 25.32
Median 26.00
Variance 11.005
item Std. Deviation 3.317
Minimum 11
Maximum 26
Range 15
Interquartile Range 1
Skewness -3.376 .456
Kurtosis 12.219 .887
TESTS OF NORMALITY
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
px_safety .113 26 .200* .964 26 .475
item .380 26 .000 .451 26 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
176
PASIEN SAFETY
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Dilakukan 12 40.0 46.2 46.2
Valid kurang dilakukan 14 46.7 53.8 100.0
Total 26 86.7 100.0
Missing System 4 13.3
Total 30 100.0
ITEM PX SAFETY
Fungsi Manajemen f %
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 137.38 1.210
95% Confidence Interval for Lower Bound 134.86
Mean Upper Bound 139.91
5% Trimmed Mean 137.76
Median 138.00
Variance 30.748
KEPUASAAN Std. Deviation 5.545
Minimum 123
Maximum 145
Range 22
Interquartile Range 5
Skewness -1.630 .501
Kurtosis 3.063 .972
TESTS OF NORMALITY
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KEPUASAA
.191 21 .044 .824 21 .002
N
a. Lilliefors Significance Correction
KEPUASAN PASIEN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
PUAS 13 61.9 61.9 61.9
Valid Kurang PUAS 8 38.1 38.1 100.0
Total 21 100.0 100.0
Dari total 21 pertanyaan tentang kepuasan pasien terdapat 8 pertanyaan yang
dinyatakan kurang puas yaitu yaitu pada pertanyaan nomor 3,4,7,8,11,12,17,20
178
Perencanaan
Optimal 22 84
Belum Optimal 4 16
Total 26 100
Pengorganisasian
Optimal 23 88
Belum Optimal 3 12
Total 26 100
Pengarahan
Optimal 25 98
Belum Optimal 1 2
Total 26 100
Pengendalian
Optimal 24 96
Belum Optimal 2 4
Total 26 100
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI MANAJEMEN PERAWAT PELAKSANA DI RUANG
FLAMBOYAN