Anda di halaman 1dari 6

Maknai mencium Ramadhan Sejak Sekarang

oleh: M. Lili Nur Aulia, Majalah Tarbawi Edisi 233, 29 Juli 2010
Orang-Orang shalih selalu merindukan Ramadhan. Mereka bahkan merindukan Ramadhan, dari jarak yang sangat jauh hingga berharap sepanjang tahun adalah Ramadhan. Mereka merindukan Ramadhan seperti penciuman Nabi Ya'qub alaihissalam terhadap bau Yusuf alaihissalam. Kita tentu ingin sekali memiliki gemuruh rindu menerima sesuatu yang dicintai, yang sudah lama dinanti. Merasakan bau Ramadhan dari jarak yang masih jauh, lalu masuk orang-orang yang melakukan persiapan dirindukan. Kerinduan itu mereka tuangkan dalam sikap yang mendorong mereka mempersiapkan secara baik, bulan yang dirindu itu. Diantara mereka ada yang mengatakan, Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban adalah bulan menyira. Ramadhan adalah bulan saat pohon berbuah. Bila anda ingin memetik buah di bulan Ramadhan, anda harus menananmnya di bulan Rajab dan menyirami tanaman itu di bulan Sya'ban. Ungkapan indah ini sebenarnya mengacu pada hadits Rasulullah saw yang mengutamakan banyak amal ibadah dibulan Sya'ban, melebihi bulan lainnya kecuali bulan Ramadhan. Semoga kita sudah mulai menanam di bulan Rajab. Lalu kita sekarang berada di fase menyiram pohon, agar bisa berbuah dan dipetik di bulan berikutnya, bulan Ramadhan. Fase menyiram, yang membutuhkan keseriusan, ketelatenan, kesungguhan dan kehati-hatian. Artinya juga merasakan kehadiran Ramadhan sejak sekarang. Menghayati bagaimana kita bisa menjalani puasa dengan baik, melakukan ragam kebaikan setiap hari, memperbanyak amalan shalat dan puasa, melatih hati untuk benar-benar terjaga dari semua aktifitas yang menjauhkannya dari Allah SWT. Sirami dengan sungguh - sungguh bertaubat. Seorang hamba yang melakukan perjalanan menujuSekali lagi, taubat tidak hanya dengan mengucapkan saya taubat atau ucapan istighfar tanpa menyadari kesalanan dan memohon ampunan kepada Allah SWT dengan tekad yang kuat meninggalkan kesalahan. Taubat juga tidak hanya pada lingkup kesalahan kita melihat sesuatu tidak diridhai Allah, membicrakan sesuatu yang dilarang Allah atau semacamnya. Tapi taubat yang dimaksud menjelang Ramadhan, harus lebih luas dari itu. Taubat dari kehidupan yang kita jalani seluruhnya. Taubat dari cara berpikir kita yang tidak sesuai dengan perintah Allah SWT. Taubat dari keinginan dan mimpi-mimpi yang bukan mendekatkan kepada Allah SWT. Taubat dari menyia-nyiakan waktu sepanjang hidup. Taubat dari interaksi ekonomi atau hubungan sosial kita yang tidak diridhai Allah SWT. Taubat hati yang tidak diridhai Allah SWT. Taubat hati1 Of 6

Allah, ada di antara sikap untuk selalu menyaksikan apa saja karunia yang Allah berikan padanya. Sementara disisi lain ia juga membandingkan antara karunia itu dengan kekeliruan yang dilakukan oleh jiwa dan dalam amalannya. Itu perkataan Ibnu Qayyim rahimahullah. Memulai pertaubatan menyeluruh, sangat baik bila diawali dengan perenungan tentang kesyukuran atas karunia dan nikmat Allah SWT. Perenungan seperti ini akan mengantarkan gambaran perilaku yang sangat jauh dari pada yang seharusnya. Hingga mengantarkan kita untuk bertaubat kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Tentu saja bukan sekedar bertaubat seperti yang biasa kita lakukan dengan mengatakan saya bertaubat. Renungkanlah sudah berapa Ramadhan kita lewati dalam penggalan usia kta ini? Mengapa selalu saja kita gagal memanfaatkan kesempatan dan kenikmatan yang Allah SWT berikan itu? Berapa banyak Ramadhan berlalu dan dosa-dosa kita tidak juga terampuni oleh Allah SWT karena kurang optimalnya kita memanfaatkan bukan Ramadhan? Berapa kali Ramadhan kita lewati, dan kita belum pernah merasakan mendapat Lailatul Qadar?

optimal

untuk

memasuki

bulan

yang

- dari beragam keinginan, lintasan, yang bernilai maksiat kepada Allah SWT. Taubat karena sering menunda amal kebaikan. Taubat dari sikap ujub, sombong, dengki, riya dan sebagainya. Taubat dari rasa malas menjalani ibadah. Taubat dari seluruh kehidupan kita, ya semuanya. Sirami dengan konsistensi lisan dan amal Bicara itu mudah. Mengkhayal itu lebih mudah lagi. Tapi bekerja, beramal, melaksanakan yang dikatakan itu harus meskipun berat. Barangkali banyak di anatara kita yang belum banyak beramal, belum banyak berusaha serius, tapi kemudian mengadu karena tidak bisa khusyu. Mengadu karena kekasatan hati. Mengeluh karena dirinya dilanda kelemahan (futur). Jawabannya adalah kurang beramal, kurang berkorban untuk mencapai sesuatu, dan ini artinya, bekerjalan, beramallah terus. Jangan berhenti. Perhatikanlah bagaimana keseriusan bicara Abu Muslim Al Khaulani, seorang yang hidup di zaman Rasulullah SAW tapi tak sempat Rasulullah SAW karena kedatangannya ke Madinah, di dahului wafatnya Rasulullah SAW. Ia merasakan kedukaan yang sangat mendalam, lalu bertekad pada dirinya untuk bisa menyaingi prestasi para sahabat Rasulullah SAW dalam hal ibadah. Tak hanya menyesal dan bertekad. Ia lalu menggantungkan seutas cambuk di tempat shalat di rumahnya. Cambuk itu digunakan bila ia mulai letih melakukan shalat. Ia mengatakan, Ayo bangun kakiku. Ketika ia berdiri ia bergumam, Apakah para sahabat Nabi Muhammad bisa memperoleh keutamaan tanpa kesertaan aku diantara mereka? Sekalipun tidak. Demi Allah, saya akan berdesakan dengan mereka dalam keutamaan itu. Sehingga mereka sadar ahwa mereka meninggalkan orang yang bermental pejuang di generasi setelah mereka. Sudah tidak terhitung kita memiliki keinginan, tekad dan niat baik. Tapi kebanyakan keinginan, tekad dan niat baik itu hilang begitu saja. Tidak ada yang mengingatkannya, tidak ada juga usaha kita untuk mewujudkannya. Karenanya, rencana kebaikan itu -

harus diucapkan atau ditulis, untuk mengingatkan dan sekaligus memperukat dorongan kita melakukannya. Ambillah pelajaran dari apa yang diucapkan Anas bin Nadhr radhiallahuanhu. Ia tidak terlibat dalam perang Badar dan mendengar bahwa Allah SWT menurunkan firman-Nya, Sesungguhnya orang - orang yang beriman, yang berhijrah, yang berjihad di jalan Allah, mereka itu adalah orang orang yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Q.S Al Baqarah: 218). Setelah mendengar firman Allah SWT tersebut, Anas bin Nadhr mengatakan, demi Allah seandainya Allah SWT menjadikanku hadir dalam satu peperangan, pasti Dia akan melihat apa yang aku lakukan. Anas bin Nadhr akhirnya disempatkan Allah SWT untuk terlibat dalam perang Uhud. Dan di sana ia benarbenar menunjukkan tekadnya yang begitu kuat hingga akhirnya Allah memilihnya sebagai salah satu syuhada yang gugur di perang Uhud. Kaitkan analogi ini dengan tekad yang harus kita miliki menjelang bulan Ramadhan. Katakan atau tulis, Demi Allah, bila Allah SWT menyampaikan usiaku hingga bulan Ramadhan, kalian akan saksikan sendiri apa yang aku perbuat... Sirami dengan sama sekali tak beargumen dalam beramal. Sudah lumrah, jika seseorang bertekad melakukan suatu kebaikan, akan muncul bisikan atau anggapan yang membuat orang tersebut tidak jadi melakukan kebaikan tersebut. Umumnya juga, bisikan dan anggapan itu logis. Dengan segala argumen logika bisikan itu bisa saja dibenarkan. Tapi sebenarnya, itu datang dari syetan yang ingin menunda atau menghambat seseorang melakukan amal shalih. Buang semua candu alasan yang membuat lalai. Kita memerlukan langkah awal yang tulus, bersih, jauh dari semua bentuk tipu daya yang membuat kita menunda amal baik, yang membuat kita terperdaya hanya oleh niat dan keinginan, hanya tertipu oleh harapan harapan tapi kosong dari usaha melakukan kebaikan. Jauh dari jerih payah dan pengorbanan -

2 Of 6

Untuk menerapkan upaya mencapai keinginan baik Allah SWT menggambarkan dua bentuk golongan manusia yang menipu dan memperdaya. Mereka yang memperdaya Allah, sesungguhnya memperdaya diri sendiri. (QS. An Nisa: 142-143) Contoh argumen membius itu adalah, alasan dengan mengatakan akan meningkatkan kebaikan secara bertahap dan sedikit demi sedikit menambahkan kuantitas dan kualitas dalam beribadah, dalam dzikir, dalam tilawah dan semacamnya. Mungkin saja alasanalasan seperti itu bisa digunakan di luar bulan-bulan yang berada jauh dari bulan Ramadhan. Sedangkan untuk bulan ini, menjelang bulan Ramadhan, tidak ada waktu untuk melakukan kebertahapan dalam ibadah. Jangan menggunakan alasan yang bisa memunculkan ketenangan yang mengurangi menjadikan sikap santai atau rela dengan keseriusan. Jangan

bulan itu. Juga agar kita tidak terhalang untuk menambah ketaatan saat Ramadhan telah tiba. Ibarat menyongsong sebuah peperangan, suasana menjelang Ramadhan adalah fase melewati persiapan yang sangat serius. Persiapan dengan menata seluruh perbekalan, mempersiapkan kekuatan mental, hingga persiapan memakai pakaian perang untuk menyongsong musuh. Tentu saja, Ramadhan bukanlah musuh. Analogi ini hanya diperlukan untuk menggambarkan bahwa kita akan memasuki fase peristiwa yang sangat penting, lebih penting dari peristiwa apapun. Lebih penting dari kehidupan kita sendiri dan nilai kekalahan kita didalamnya bisa jadi merupakan kematian. Rasulullah SAW saat menyongsong perang Uhud pernah diminta oleh sejumlah sahabat untuk tetap bertahan di Madinah. Tapi Rasul SAW mengatakan, Tidaklah seorang nabi bila telah mengenakan pakaian perangnya lalu ia lepas Ahmad) Maka, Persiapan menyambut Ramadhan itu harus dilakukan sekarang dan jangan pernah mundur kembali. Lakukanlah dan jangan pernah menunda. Jangan pernah lagi mengatakan saya akan berusaha, saya akan mencoba, saya akan melihat waktu yang tepat. Lakukan, sekarang. Lucuti semua penyakit penyakit hati yang ada dalam hati. Tinggalkan semua kemaksiatan yang telah dilakukan secara lahir maupun bathin. Bangkit dari kelalaian. Selamatkan diri dari apapun yang bisa menghalangi kita dari Ridha Allah SWT. Jauhi semua yang bisa menambah jarak kita semakun jauh dari surga. Sirami dengan Jiwa yang Prioritaskan Allah Kapanpun Dimanapun. Menata hati untuk menjadikan Allah SWT di atas segalanya. Mengutamakan taat dan tunduk kepada Allah SWT meskipun dalam kondisi yang sulit sekalipun. Contoh sederhananya, memprioritaskan shalat di awal waktu dengan berjamaah dalam situasi apapun, atau mengutamakan tidak marah di saat ingin marah karena Allah SWT, atau juga menjauhi
3 Of 6

bermacam ungkapan yang bisa membius, yang sangat mungkin datang dari syaitan. Lakukanlah segera. Sekarang. Muhammad Husein Ya'qub dalam kitab Asrar Muhibbin fi Ramadhan, mengakatakan tiga prinsip yang dilakukan para salafushalih dalam mempersiapkan diri menyongsong Ramadhan. Yaitu, obsesi tinggi, jangan beralasan, lakukan segera. Sirami dengan Kesungguhan seperti Persiapan Berperang. Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, Hati-hatilah, hati-hatilah dengan dua hal. Pertama, jika datang kewajiban waktu yang tak mungkin ditunda, sementara engkau tidak siap melakukan kewajiban itu atau tidak bisa melakukannya. Berarti engkau akan mendapatkan hukuman karena tidak melakukannya, dan juga tidak mendapatkan pahala yang harusnya bisa engkau peroleh dengan melakukannya. Dan kedua, hatihatilah terhadap situasi tidak melakukan diawal perintah karena itu berlawanan dengan keinginanmu. Lalu hatimu menjadi terbalik. Dari sinilah berarti kita menyadari perlunya mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan. Agar kita tidak telambat atau menunda nunda beragam amal kebaikan di -

kembali,

sampai dengan

Allah musuhnya.

SWT (HR.

mempertemukannya

perilaku-

4 Of 6

Kurang baik meskipun hal itu kita sukai atau sudah menjadikan kebiasaan, karena Allah SWT. Ada banyak cara yang bisa memotifasi sikap seperti ini. Antara lain berusaha mencari rahasia di balik ketaatan dan ketundukan yang kita lakukan. Tidak sekedar melakukannya sebagai rutinitas, tapi meraba dan merasakan nilai di balik amal-amal shalih itu. Baca Al Qur'an dengan tidak melupakan tadabbur kandungannya, mengucapkan lafazh atau bacaan shalat dengan menghayati artinya, melakukan puasa sunnah dengan menghadirkan keteduhan hati karena Allah SWT dan sebagainya. Salah satu kaidah ulama terkait pahala adalah, idzaa qawiya ad daa'i, wa tamma at takru azumal ajru, wa idzaa dha'ufad daa'i wa tammal fi'lu azumal wizru. Bila dorongannya kuat untuk melakukan kesalahan tapi akhirnya kesalahan itu ditinggalkan, makan pahalanya akan besar. Sebagaimana kesalahan itu bila kecil, dorongan tapi untuk melakukan kemudian

shalat

sunnah.

Memperpanjang

saat

ruku,

memperpanjang saat sujud, memperpanjang dzikir kepada Allah, memperbanyak tilawah Al Qur'an dan sebagainya. Termasuk melatih menghadirkan pikiran dan rasa untuk beribadah sebelum waktunya. Apakah anda bisa melihat diri anda ketika anda sedang sujud? Berusahalah membayangkan pemandangan itu. Saat kening anda terletak diatas tanah. Hidung anda menyentuh tanah. Lalu badan anda mengarah ke bumi. Khusyu tunduk tak ada yang anda lihat melalui kedua mata anda kecuali tanah. Dua tangan yang menekan diatas tanah, dan dua siku. Penggambaran seperti ini penting untuk mengantarkan konsentrasi dan kehadiran hati dalam melakukan ibadah. Menghadirkan perasaan sebelum melakukan ibadah shalat seperti ini, substansinya ada dalam hadits Rasulullah SAW, Jika kalian mendirikan shalat, jangan datangi shalat dengan berlari. Tapi datangilah dengan berjalan dengan tenang. Dan pada posisi apa kalian bisa melakukan shalat berjamaah, shalatlah, dan apa yang tertinggal dari shalat berjamaah tunaikanlah, mengatakan, Dalam Jika riwayat kalian lain Rasulullah shalat mendatangi

kesalahan itu dilakukan, akan besar juga dosanya. Karenanya setiap kita penting mengekang diri dari kesalahan sejak sekarang agar tidak terjerumus dalam kesalahan di bulan Ramadhan. Sebab, bila di bulan Ramadhan seorang masih melakukan kemaksiatan, ia akan mendapatkan dosa yang lebih besar dibanding di bulan lainnya. Alasannya, di bulan Ramadhan dorongan dan pengaruh untuk melakukan kemaksiatan lebih kecil. Tapi bila di tengah kondisi ketaatan masal itu, masih ada orang yang melakukan kemaksiatan, tentu dosa dan bobot kesalahannya akan semakin berat. Sirami dengan Menambah Bobot Ibadah. Abu Darda itu radhiallahuanhu dilakukan mengatakan kepada Dan Subaih, Ya Subaih, biasakanlah beribadah. Karena ibadah dengan kebiasaan. sesungguhnya tak ada yg lebih berat melakukan ibadah diatas bumi ini melebihi orang kafir Memperbanyak puasa sunnah, menambah beberapa rakaat shalat sunnah seperti yang dijelaskan dalam hadits-hadits Rasulullah, memanjangkan rakaat dengan membaca ayat yang lebih panjang dalam -

datangilah dengan tenang dan diam. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, salah satu manfaat dari hadits ini adalah terkait upaya menghadirkan hati dan menghimpun pikiran serta konstrasi dalam ibadah yang dilakukan Jilka Usia Kita Sampai ke Bulan Ramadhan Sampainya Ramadhan itu adalah kenikmatan. Dahulu ada dua orang masuk islam di hadapan Rasulullah SAW. Tak lama kemudian, salah satu dari kedua orang itu gugur syahid dalam satu peperangan. Sementara yang satu lagi meninggal satu tahun kemudian. Thalhah bin Ubaidillah bermimpi dan mengatakan, dalam mimpi aku melihat yang meninggal belakangan, yang lebih dahulu dimasukan ke surga sebelum yang mati syahid pertama. Lalu esok harinya Thalhah menyampaikan mimpinya itu kepada Rasulullah SAW. Rasul bersabda, Bukankah-

5 Of 6

Yang meninggal belakangan itu telah berpuasa di bulan Ramadhan, dan shalat 6000 rakaat ini dan itu, lalu juga melakukan shalat sunnah?. Dalam Riwayat lain Rasulullah mengatakan, Bukankah ia telah memasuki bulan Ramadhan dan ia puasa. Lalu ia puasa dan sujud dalam satu tahun itu? Lalu Rasulullah SAW mengatakan Sesungguhnya jarak diantara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi (HR. Ahmad) Apakah, jika usia kita sampai ke bulan Ramadhan kita siap menjadikan karunia Allah SWT itu dengan amal amal yang mengantarkan kita pada Ridha-Nya?

CaraDetoksifikasiTubuhdariNikotin
MEROKOKselama ini dikenal sebagai kebiasaan yang tidak sehat karena memaparkan banyak zat adiktif dan racun ke dalam tubuh. Termasuk polusi yang bisa menyebabkan kesehatan seseorang memburuk dari waktu ke waktu. Karbon monoksida dan tar dalam rokok juga sangat merusak tubuh manusia. Karbon monoksida merusak sel sehat dengan mencegah oksigen berperan mengisi dan menyembuhkan. membuat orang Adapun lebih tar rentan melapisi paru-paru, penyakit terhadap

pernapasan seperti emphysema dan bronkitis. Tak hanya perokok, bahaya ini juga berlaku bagi mereka yang sering terpapar asap rokok. Mau membersihkan diri Anda dari paparan nikotin? Berikut caranya seperti dikutip dari eHow.com: 1. Pertama, jika Anda merokok, berhentilah. Bila serius ingin mendetoksifikasi tubuh dari racun nikotin, Anda seharusnya mempertimbangkan segala cara yang diperlukan untuk berhenti merokok. Ada beberapa cara berhenti merokok, bisa melalui terapi, permen, atau hipnosis. 2. Minum banyak air. Ini akan membantu untuk mengelurkan racun dan nikotin yang telah terakumulasi dalam tubuh Anda setelah bertahun-tahun merokok. 3. Makanlah makanan yang kaya serat untuk membersihkan perut dan sistem pencernaan. Nikotin mungkin telah melemahkan sistem ekskretoris yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan limbah dari tubuh. Mengkonsumsi serat akan memungkinkan Anda untuk memiliki gerakan usus rutin yang akan membersihkan sistem metabolisme tubuh. 4. Mempertahankan pola makan sehat yang meliputi banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan makanan kaya antioksidan seperti buah beri. Hindari alkohol, soda, kafein dan makanan yang digoreng. Mengkonsumsi gizi dan makanan kaya antioksidan akan membantu memperbaiki kerusakan sel yang disebabkan oleh karbon monoksida dalam rokok. 5. Memperkuat paru-paru dengan melakukan latihan pernapasan setiap hari. Duduklah di tempat yang tenang dan nyaman. Buat tubuh rileks dan tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan napas melalui mulut selama sekitar 5 sampai 10 menit.
Sumber:http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/in dex.php/read/2011/05/31/4095/4/Cara-Detoksifikasi-Tubuhdari-Nikotin

6 Of 6

Anda mungkin juga menyukai