Anda di halaman 1dari 18

Sri Madhvanama

Kemuliaan Vayudeva dan Tiga Avataranya


karya Srila Sripadaraja Tirtha Svami

Terjemahan dan ulasan dalam bahasa Indonesia, berdasarkan terjemahan dan ulasan bahasa Inggris dari Sriman Hunshur Shri Prasad.

Penyusun: Penyunting:

B.P.B.Rangaraja Sundarananda dasa

Ananda Neelayam Production

Dasan VR e-Books

Srimad Sripadaraja Tirtharu

ii Dasan VR e-Books

PENGANTAR Terpesona oleh kemuliaan Srimadacharya yang tiada bandingannya, Sri Sri Purnaprajna Anandatirtha Madhvacharya Bhagavatapada yang agung, dan dengan dipenuhi rasa hormat serta cinta yang mendalam kepada kaki padmanya yang suci. Hamba seorang insan nan remeh, yang terlahir dalam silsilah para pelayan Sang Mempelai Pria nan Tampan, Yang Berbaring di tepian Kaveri, Penguasa Keanekawarnaan, Raja Segala Keindahan, walaupun tidak memiliki sedikitpun kemampuan maupun sifat-sifat baik seorang hamba Tuhan sejati, memaksakan dirinya menahan rasa malu, menulis rangkaian sejumlah kata-kata yang tak berharga, yang terlintas dalam pikirannya berkat kemurahan hati Srila Gurudeva, demi mengagungkan Srimadacharya yang termulia. Setelah mendengarkan betapa besarnya belas kasih Srimad acharya, pula merasakannya, sebagaimana tercurah dalam silsilah perguruannya yang terluhur, sumber keselamatan dan sukacita bagi seluruh alam semesta. Siapakah yang akan tahan untuk tidak membuka mulutnya memuji beliau? Bila keagungannya dinyanyikan di surga oleh para Gandharva, di bumi oleh para pujangga suci dan batu-batu pun akan meleleh bila mendengarnya, apalah halangannya bagi hamba untuk turut bersukacita memuji beliau bersama-sama dunia? Srila Gurudeva telah berbelas kasih menempatkan hamba dalam pelayanan menyebarluaskan keagungan para Vaishnava, sekalipun kata-kata, tulisan, dan pikiran hamba tiada berharga. Maka tidak ada cara lain bagi hamba untuk membalas kasih Srila Gurudeva selain dengan meneruskan pelayanan ini sampai akhir segalanya. Sri Narayana Panditacharya yang mulia, penulis Sri-sumadhvavijaya dan berbagai karya agung lainnya menyebut dirinya sebagai manda-buddhe, orang dengan kecerdasan tumpul, dan mengatakan bahwa hanyalah Devata seperti Rudra dan Sesha saja yang mampu menguraikan keagungan Sri Madhvacharya dengan baik. Namun dengan belas kasihnya kepada segenap makhluk, beliau telah memberkati dunia dengan kitab karyanya, yang membuka rahasia ajaibnya kisah kehidupan Srimadacharya kepada dunia dan memberikan kesejahteraan, kemujuran, serta kesukacitaan bagi

Dasan VR e-Books

iii

semuanya. Sungguh sebenarnya beliau adalah seorang sempurna dan yang mahatahu, sehingga apapun yang beliau katakan adalah bebas dari kesalahan dan cacat cela. Begitu pula Srila Sripadaraja yang di kemudian hari melihat ketidakmampuan orang kebanyakan untuk mempelajari, membaca, maupun menuliskan Sri Su-madhva-vijaya, maka beliau menyusun Sri Madhvanama agar semua orang dapat bersukacita memuliakan Srimadacharya kita. Tetapi hamba hanyalah debu di kaki beliau, yang berusaha melayani dengan menuruti jejak langkah beliau semua, menuliskan kembali apa yang telah beliau ungkapkan. Semoga beliau senantiasa berkenan menjaga hamba dari kesalahan menuliskan sesuatu yang tidak mengandung kebenaran dan tidak berkenan bagi Sri Hari, Vayu, Guru, dan para Vaishnava. Terjemahan Sri Madhvanama dan ulasannya ini terwujud bukan oleh diri hamba, melainkan semata-mata berkat belas kasih Srila Gurudeva dan cahaya kemuliaan Srimadacharya. Siapakah diri hamba ini? Adalah Sriman Narayana Sendiri yang memuliakan hamba-Nya yang terkasih itu. Hamba hanyalah sebuah pena di Tangan-Nya. Apabila dengan mem-baca uraian ini, sedikit saja kecintaan kepada Sri Kula-guru-raya Madhvacharya tumbuh di hatinya, maka hamba merasa pelayanan ini sudah berguna. Semoga Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna menjadi puas dengan persembahan ini.

Mahashivaratri 2009 sri-guru-vaishnava-karuna-bhiksu B.P.B. Rangaraja

iv Dasan VR e-Books

Dengan menyuling samudera belas kasih, amrita yang kita dapatkan adalah Divya-rupa dari Tuhanku Srinivasa. Hamba datang ke hadirat-Mu O Venkataramana, Tuhanku yang mata-Nya bagai kembang seroja, penuh oleh madu kasih sayang-Mu. Janganlah Engkau mengabaikanku Tuhan! Karena aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, hanya Engkaulah pelindungku! Dari puncak tujuh bukit Engkau berjalan ke Selatan. Lalu Engkau memasuki kamar pengantin yang terhias indah Engkau yang berbaring di atas tilam gulungan naga. Dalam istana yang dikelilingi oleh tujuh benteng. Sang Mempelai Pria nan Tampan, Yang bercanda ria di tepian Kaveri, di atas panggung keanekawarnaan. Engkaulah Tuhan Junjungan para leluhurku. Menjaga segala bangsa dengan pandangan kasih-Mu. Jatuhkanlah pandangan-Mu itu kepadaku, wahai Rangaraja! Sebagaimana Engkau karuniakan kepada para pendahuluku. Wahai Tuhan Yang Mahawelas asih, Divya-jnana-adidevata, Sumber segala pengetahuan, Yang Agung Hayavadana. Dasan VR e-Books v

SRI MADHVA DAN VAISHNAVISME Dalam konsep ketuhanan Vedanta kita mengenal adanya dua kutub utama yang saling berlawanan, yaitu kutub monis-me dan kutub pluralisme. Kutub monisme menempatkan kemanunggalan antara Tuhan dengan makhluk hidup dan alam, sedangkan kutub pluralisme mempertahankan perbedaan antara Tuhan dengan makhluk hidup dan alam. Semua pemikiran-pemikiran dan konsepkonsep yang dikembangkan dan diajarkan oleh para Vedanta Acharya, terentang di antara kedua kutub ini. Vishnuswami, yang kemudian dilanjutkan oleh Vallabha-acharya, mengajarkan pemikiran suddha-advaita, monisme murni. Segala sesuatu adalah Brahman, namun dalam tingkat ekspresi-Nya yang berbedabeda. Adi Sankara mengajarkan kevala-advaita, monisme eksklusif. Kenyataan sebenarnya adalah Brahman. Hanya Brahman yang nyata, semua yang lainnya hanyalah ilusi palsu. Advaita Vishnuswami dan Vallabha menerima kenyataan adanya tiga substansi (vastu) yang berbeda yaitu Isvara (Tuhan), jiva (makhluk hidup), dan jada (alam), namun menjelaskannya sebagai manifestasi dari satu Kebenaran Mutlak yang tertinggi. Tetapi Advaita Sankara menolak ketiga substansi ini sebagai hal yang nyata, karena menurutnya hanyalah Brahman yang nyata. Keberadaan ketiga substansi ini merupakan pengaruh maya (khayalan duniawi), sehingga Sankara mengunakan maya sebagai penjelasan atas keadaan ini. Oleh karena itu monisme Sankara disebut sebagai Mayavada (paham berdasar khayalan). Lalu muncul nama Ramanujacharya yang mengajarkan visisthaadvaita (monisme beratribut). Beliau juga menerima bahwa ketiga substansi utama adalah kekal dan nyata adanya. Jiva dan jada merupakan atribut dari Brahman yang tunggal, mereka adalah manifestasi energi dan kemuliaan dari Brahman. Berikutnya kita mengenal dvaita-advaita (pluralisme monistik) dari Nimbarkacharya yang menerima perbedaan dan kemanunggalan antara ketiga substansi utama itu sebagai keadaan yang sebenarnya. Mereka berbeda, tetapi juga sama. Semua Acharya ini tampaknya merumuskan pemikiran dan pemahamannya dengan tetap melibatkan konsep advaita (kemanunggalan) atau abhedatva (ketiadaberbedaan).

vi Dasan VR e-Books

Tetapi ada satu Acharya lagi yang mengambil posisi secara tegas menolak kemungkinan menunggalnya Tuhan dengan para makhluk hidup dan alam. Beliau adalah Srimad Madhva acharya atau Sri Ananda Tirtha. Isvara atau Brahman, jiva, dan jada adalah berbeda. Tidak pernah sekalipun ketiganya menjadi satu, mereka adalah substansi-substansi yang berbeda dan terpisah, dvaita. Madhva dengan tegas mengatakan bahwa ketiganya adalah nyata dan benar (tattva), serta berbeda (bheda). Pahamnya yang berdasar atas kenyataan yang bersifat plural ini dikenal sebagai Tattvavada. Sri Madhva merupakan Acharya yang menurun dalam garis silsilah rohani Brahma atau Brahma Sampradaya. Sebagai guru kerohanian utama dalam garis ini, maka kemudian dikenallah namanya menjadi Brahma-Madhva-Sampradaya. Selama ratusan tahun para guru dalam garis Brahma-Madhva mengembangkan pemahaman dvaita ini dan mengajarkannya ke seluruh India. Tetapi beberapa ratus tahun setelah Madhva muncul satu nama lagi yang memberikan konsep baru terhadap pluralisme dan monisme. Beliau adalah Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu dari Gauda (Bengala) yang mengajarkan acintya-bheda-abheda-tattva, persamaan dan perbedaan yang tak terpikirkan. Pemahaman yang unik ini menyatukan pandangan berbagai Acharya sebelumnya dan sebenarnya dapat mendamaikan kedua kutub yang bertentangan itu. Bheda-abheda sebelumnya sudah dikembangkan oleh Nimbarka, lalu apa perbedaannya? Hal ini tidak kita bahas di sini. Namun sisi yang menarik dari Sri Caitanya adalah keyakinan kuat para pengikut-Nya, bahwa mereka termasuk dalam garis spiritual Madhva. Sri Madhva dan Sri Caitanya memiliki konsep ajaran yang tampak berbeda, dari namanya saja kita sudah lihat perbedaan itu. Kemudian adanya berbagai kejanggalan historis yang menjadi perdebatan para sarjana, yang meragukan kemungkinan kedua silsilah rohani yang berasal dari Sri Madhva dan Sri Caitanya saling berhubungan. Walau demikian dalam kenyataan, semua Acharya penerus Sri Caitanya berikutnya menyatakan hal ini. Para Gosvami, Kavikarnapura, Sri Baladeva Vidyabhusana, sampai Srila Bhaktivinoda Thakura, semua menyatakan bahwa Sri Caitanya melanjutkan garis silsilah rohani Madhvacharya dan tentu juga konsep yang diajarkannya, karena itu

Dasan VR e-Books

vii

garis perguruan Sri Caitanya disebut Brahma-Madhva-Goudiya atau Madhva Bengala. Perlu diperhatikan bahwa pengajaran Sri Caitanya dimaksudkan bukan hanya menjadi sekedar usaha rekonsiliasi dua paham yang berbeda atau sekedar menambah satu alternatif keinsafan ketuhanan yang baru, tetapi merupakan pengungkapan kebenaran secara menyeluruh tanpa menyisakan celah untuk dapat dipertentangkan lagi. Hal ini dicapai dengan satu kata kunci, yaitu acintya, tak dapat dipikirkan. Itulah kebenaran sejati, itulah tattva. Acharya Madhva sudah mengungkapkan dan menyediakan semua karya-karya dasar yang sangat dibutuhkan oleh Sri Caitanya untuk dapat menghadirkan filsafat ketuhanan yang sempurna tanpa terganggu pemahaman yang bias. Sri Madhvacharya dan ajarannya merupakan dasar kokoh tempat dibangunnya seluruh pemahaman garis perguruan Sri Caitanya. Ada yang mengatakan setitik bheda, sekalipun tidak dipahami dengan baik, akan mengantarkan pada kesempurnaan bhakti, namun setitik abheda dapat mengantarkan ke jurang kejatuhan dan hancurnya bhakti. Seperti yang kita ketahui, Sri Madhva menolak sepenuhnya abheda. Namun di sisi lain abheda juga tidak dapat disangkal, sehingga Sri Caitanya kembali mengajarkannya dalam perguruan-Nya. Bagaimana caranya agar kebenaran ini dapat diterima dengan aman. Satu-satunya cara adalah kita memperlindungkan diri kepada Sri Madhva dan ajarannya. Bhakti adalah harta yang diberikan oleh Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu dan para Acharya kepada dunia. Harta ini harus dijaga, jangan sampai ternoda. Hanyalah Srimad Madhvacharya Bhagavatapada yang dapat melakukan ini dengan baik dan sempurna. Oleh karena itulah semua Goudiya Vaishnava yang sejati hendaknya menerima perlindungan kaki padma Sri Madhva dan para penerusnya, berdasarkan teladan yang diberikan oleh Sriman Mahaprabhu. Srimad Sripadaraja Tirtha Swami adalah salah satu Acharya yang paling terkemuka dalam garis perguruan Madhva. Sumbangannya yang besar pada perkembangan dan penyebaran dvaita dan juga perannya dalam terbentuknya gerakan Sankirtana di daerah berbahasa Kannada yang kita kenal sebagai gerakan Haridasa, telah tercatat dalam sejarah.

viii VR e-Books Dasan

Salah satu karya Srila Sripadaraja yang paling terkenal adalah Madhvanama. Ini merupakan sebuah puisi berbahasa Kannada yang memuliakan Mukhyaprana Vayudeva dalam tiga Inkarnasinya. Madhvanama mengikuti susunan dari Srimad Hari-vayu-stuti, disusun oleh Srila Sripadaraja bagi mereka yang tidak mengerti bahasa Sanskrit atau tidak mampu melantunkan versi Sanskrit dari Vayustuti. Sri Madhvanama karya Srimad Sripadaraja Tirtha ini merupakan kisah ringkas kehidupan Sri Madhva dalam bahasa Kannada. Sesungguhnya riwayat terperinci Sri Madhva telah ditulis oleh Narayana Panditacharya dalam bahasa Sanskrit sebagai Sri Sumadhva-vijaya. Karena sebagian orang juga tidak memiliki akses terhadap naskah Sanskrit tersebut, maka Srila Sripadaraja menyusun ringkasan berbahasa Kannada ini. Perlu dicatat pula bahwa Srila Sripadaraja tidak saja menangkap dan menyampaikan intisari Sri Hari-vayu-stuti dan Sri Su-madhvavijaya saja, namun juga menyertakan beberapa konsep kunci yang tidak begitu dikenal, berikut beberapa kejadian dari Srimad Ramayana dan Mahabharata. Kita juga harus ingat bahwa Srila Sripadaraja, sebagai seorang Inkarnasi Devata, merupakan aparoksha-jnani, yaitu seorang yang memiliki pengetahuan menembusi dimensi ruang dan waktu. Dia juga adalah seorang sarjana besar dan guru kerohanian dari Srila Vyasaraja yang luar biasa itu. Jadi uraiannya mengenai Sri Mukhyaprana dan tiga Inkarnasinya ini adalah jauh dari kesalahan maupun kelalaian. Sri Madhva bagi para pengikutnya bukan sekedar seorang guru pembimbing biasa atau seorang besar yang mendirikan sekte tertentu. Beliau adalah seorang pribadi yang perannya begitu istimewa dalam perjalanan rohani setiap jiva. Melalui Madhvanama ini kita akan menyaksikan gambaran Sri Madhva yang istimewa itu, kedudukan ontologisnya yang demikian penting dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, dan yang paling utama adalah perannya dalam perjalanan para jiva mencapai kesempurnaan tertinggi. Kami menyadur Sri Madhvanama ini dari naskah ulasannya yang berbahasa Inggris oleh Sriman Hunshur Sriprasad ditambah beberapa penjelasan yang diambil dari Sri Su-madhva-vijaya secara langsung.

Dasan VR e-Books

ix

Sehubungan dengan peranan Sri Madhva dalam Goudiya Vaishnava, kita juga dihadapkan pada beberapa persoalan. Tidakkah Goudiya merupakan salah satu garis perguruan Vaishnava yang paling pesat perkembangannya di jaman modern ini. Sepertinya dengan atau tanpa Sri Madhva, tidaklah memberi pengaruh pada penyebaran dan perkembangan Goudiya. Justru dengan adanya Srila A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, seorang Goudiya-acharya, nama Sri Madhva baru dikenal secara luas di seluruh dunia. Walau demikian, paling tidak bagi para Goudiya, adalah sangat penting untuk diyakini, bahwa doa-doa yang mereka sampaikan melalui rangkaian garis perguruannya akan sampai kepada Tuhan Sri Krishna melalui Sri Madhva. Mengapa Sri Madhva bisa demikian penting? Dengan membaca Madhva-nama ini, dan nantinya tentu saja Sri Sumadhva-vijaya secara lengkap, kita akan memahami kemuliaan dan keistimewaan Srimad Madhvacharya Bhagavatapada. Diharapkan pula pertanyaan di kalangan para Goudiya akan dapat terjawab, yaitu mengapa Sri Caitanya Mahaprabhu harus memilih Brahma-Madhva sebagai basis perguruan-Nya dan mengapa mereka merasakan bahwa menjadi bagian dari keluarga Madhva sangatlah penting. SEKILAS TENTANG SRIMAD SRIPADARAJA TIRTHA Srimad Sripadaraja Tirtha atau Sripadarajaru yang dimuliakan oleh semua pengikut Srimad Ananda Tirtha Madhvacharya Bhagavatapada tiada lain merupakan inkarnasi dari Sri Dhruvaraja. Pada masa lampau Dhruvaraja adalah putra dari Maharaja Uttanapada yang menguasai bumi kita ini. Dia tidak memper-oleh haknya sebagai seorang putra mahkota dan anak kesaya-ngan ayahnya karena pengaruh Suruchi, ibu tirinya, terhadap sang raja. Penuh kekecewaan Dhruva yang saat itu masih berusia lima tahun menemui Suniti, ibu kandungnya, dan mendapat petunjuk untuk melakukan pertapaan di hutan, memuaskan Tuhan Yang Maha Esa Sri Vishnu. Hanya dengan memuaskan Sri Vishnu, kata Suniti, dia dapat memperoleh apapun yang dia inginkan. Dalam usia sangat muda, namun dengan tekad membaja, Dhruva pergi ke hutan untuk melaksanakan pertapaan. Di hutan dia bertemu dengan Sri Devarishi Narada Mahamunivara. Narada Rishi lalu

x Dasan VR e-Books

menginisiasinya dengan mantra duabelas aksara dari Tuhan Vasudeva dan menerimanya sebagai murid di jalan pengabdian suci. Setelah menerima mantra ini Dhruva lalu memulai pertapaannya dengan terus-menerus mengucapkan mantra yang paling suci ini. Pada mulanya Dhruva memelihara hidup pertapaannya dengan memakan daun-daunan yang berguguran di hutan, kemudian dia hanya meminum air saja. Pertapaannya terus berlanjut sampai kemudian dia hidup tanpa makan dan minum sama sekali, hanya dengan bernapas saja. Dengan kekuatan mantranya Dhruva berhasil mengalami visi batin Tuhan Yang Maha Esa Sri Vishnu atau Vasudeva. Walau demikian Sri Vasudeva belum menghadirkan Diri di hadapannya. Dhruva kemudian memutuskan untuk bertapa tanpa ber-napas sama sekali. Dhruva, sekalipun dalam usia yang masih sangat belia, namun telah mencapai kesadaran universal. Tingkat pencerahan yang begitu tinggi, yang diperolehnya melalui pertapaan keras dan menjapa mantra Duabelas Aksara dari Vasudeva, telah membuatnya berhasil meleburkan diri dengan seluruh manifestasi kosmis. Oleh karena Dhruva menahan napasnya, maka dikatakan bahwa para deva yang berkuasa di seluruh alam semesta beserta semua makhluk yang diperintahnya menjadi merasa tercekik. Para deva berdoa kepada Tuhan Sri Vishnu agar bersedia segera mengakhiri pertapaan Dhruva yang luar biasa itu. Yang Mahapengasih kemudian menampakkan Diri di hadapan Dhruva. Akan tetapi Dhruva masih khusuk sepenuh-nya dalam pertapaannya. Akhirnya visi batin yang dialami dalam lubuk hatinya menghilang. Dhruva membuka matanya, dan di sanalah Tuhan pujaan hatinya berdiri. Dhruva kecil tak mampu berkata apa-apa, kebahagiaannya yang begitu besar ketika melihat Tuhan Sri Vasudeva Sendiri tepat di hadapannya, telah menghapus segala keinginan yang menjadi maksud pertapaannya. Ibunda Semesta Mahalaksmi, melalui sentuhan lembut sankha Vishnu di atas kepalanya segera membuat Dhruva mampu mengucapkan puji-pujian yang tepat bagi Tuhan. Namun tetap saja segala hasratnya yang besar untuk menjadi penguasa dunia sudah terhapus begitu melihat sendiri Rupa menakjubkan Tuhan Tertinggi yang asli.

Dasan VR e-Books

xi

Walaupun Dhruva sudah tidak menginginkan apa-apa lagi, namun Tuhan tetap memberikannya kekuasaan atas alam semesta. Dhruvaraja diberi tahta Dhruva-mandala, tempatnya mengatur peredaran seluruh manifestasi kosmis, berada di atas Tujuh Rishi, Sembilan Devata, mengendalikan Sri Kalachakra, dan sebagainya. Beliau memiliki kekuasaan yang jauh melebihi ayahandanya sendiri, Uttanapada. Sekalipun Dhruvaraja telah memperoleh berkat yang begitu mulia dari Tuhan, namun dia merasa bahwa ini merupakan sejenis kedudukan pemerintahan yang berdasarkan tugas kewajiban. Dhruvaraja ingin memuja Tuhan dengan ketulusan, bukan karena diawali oleh suatu keinginan pribadi maupun oleh karena kewajiban. Emenasi Dhruvaraja (amsha) kemudian berinkarnasi sebagai Srimad Sripadaraja, sebagai seorang pertapa sannyasi, yang melaksanakan pengabdian suci kepada Tuhan Sri Vasudeva, murni semata hanya oleh cinta-nya kepada Beliau. Srimad Sripadaraja lahir sebagai seorang anak di Shiva-ganga, di tepi sungai suci Kaveri. Oleh kedua orangtuanya, dia diberi nama Laksminarayana. Suatu ketika Srimad Svarnavarna Tirtha, pewaris silsilah rohani ke delapan dari Srimad Padmanabha Tirtha (murid langsung Srimad Madhvacharya), yang tengah berjalan menuju desa Abburu, lewat di dekat tempat Laksminarayana bermain. Srimad Svarnavarna bertanya kepadanya seberapa jauh Abburu. Dengan cerdas Laksminarayana kecil menjawab, Lihatlah matahari yang akan segera terbenam dan kami yang masih bermain di sini. Sejauh itulah Abburu. (Maksudnya hari akan segera malam, tetapi anak-anak masih tetap bermain. Artinya mereka yakin dapat tiba di rumah sebelum gelap. Dengan kata lain Abburu sudah sangat dekat). Terkesan dengan jawaban tersebut, Srimad Svarnavarna menyadari kecerdasan anak ini, dan beliau memutuskan untuk menjadikannya sishya. Setelah mendapat restu dari kedua orangtuanya, Sri Svarnavarna segera menginisiasinya menjadi rahib sannyasi dengan nama Laksminarayana Yogi dan mempersiapkannya sebagai penerus serta pewarisnya. Nama Sripadaraja diberikan oleh Srimad Raghunatha Tirtha dari Uttaradhi Math. Kisahnya adalah setelah Laksmi narayana Yogi menerima sannyasa-dharma, dia belajar di bawah bimbingan Srimad Vibhudendra Tirtha dari biara yang saat ini kita kenal sebagai Sri

xii Dasan VR e-Books

Rayara Math. Suatu ketika Vibhudendra Tirtha membawanya menemui Sri Raghunatha Tirtha di biara Uttaradhi Math. Raghunatha yang saat itu me-megang tahta suci Uttaradhi sangat terkesan dengan kesarja-naan dan luasnya pengetahuan yang telah dikuasai oleh Laksminarayana Yogi, sehingga dengan semangat guru itu berkata, Kami berdua hanyalah Sripada, tetapi engkau adalah Sripadaraja! (dalam masyarakat berbahasa Kannada, seorang rahib sannyasi disebut Sripadangalu atau Srigalu, sehingga Sripadaraja berarti Raja Para Sannyasi). Semenjak saat itu dia dikenal sebagai Srimad Sripadaraja Tirtha. Sripadaraja memiliki sukha-prarabdha, artinya dia ditakdirkan untuk hidup dalam kemewahan seorang raja, yang tampaknya bertentangan dengan kedudukannya sebagai rahib pertapa. Srila Sripadaraja biasa menerima prasada Rajavaibhoga yang sangat mewah sebagai makanan sehari-harinya. Walau demikian dia adalah sepenuhnya seorang suci yang hatinya terarah hanya kepada Tuhan Sri Gopinatha Krishna. Suatu ketika ada orang yang berkeberatan dengan kebiasaan-nya itu, sehingga Srila Sripadaraja menghentikan semuanya. Namun berbagai kejadian malang menimpa orang yang mengritiknya, sampai akhirnya orang itu memohon agar Srila Sripadaraja bersedia kembali menerima Rajabhoga. Dikatakan bahwa dahulu sebagai Dhruva, dia sudah mengekang diri sedemian kerasnya, sehingga pada kelahirannya sekarang Tuhan Sri Krishna tidak ingin melihat hamba-Nya mengalami kehidupan keras yang sama. Srila Sripadaraja adalah sepupu dari Srimad Brahmanya Tirtha. Bersama-sama mereka memberikan pengaruh yang besar kepada Srimad Vyasaraja Tirtha, murid mereka yang cemerlang, matahari ke tiga yang menghiasi angkasa Sampradaya Brahma, setelah Srimad Madhvacharya dan Srimad Jaya Tirtha Tikarajacharya. Srimad Vyasaraja merupakan guru dari Sri Laksmipati Tirtha, yang diyakini merupakan mata rantai penghubung garis perguruan Sri Caitanya dengan Srimad Madhvacharya. Srila Sripadaraja juga merupakan pilar utama berdirinya tradisi Dasakuta dan gerakan Haridasa. Dia adalah yang pertama kali merintis penyebaran ajaran dengan bahasa non-Sanskrit di dalam garis perguruan Brahma-Madhva. Srila Sripadaraja mempopulerkan penggubahan Kannada-devara-nama, doa-doa pujian kepada Tuhan

Dasan VR e-Books

xiii

Sri Krishna dalam bahasa Kannada, dan sekaligus juga menjadi pendorong bangkitnya Kannada-sahitya (kesusastraan bahasa Kannada). Gerakan Sankirtana di daerah berbahasa Kannada yang disebarluaskan oleh para Haridasa dan diawali oleh Sri Vyasaraja, bersumber dari inspirasi yang dibawa oleh Srila Sripadaraja. Sehingga Srila Sripadaraja juga dikenal sebagai Haridasa Pitamaha (Kakek Gerakan Haridasa, sedangkan Srila Vyasaraja adalah Bapak dari gerakan ini). Lagu-lagu suci Srila Sripadaraja dinyanyikan pada akhir dari setiap upacara keagamaan yang penting dalam berbagai biara dan kuil yang berada di bawah pengelolaan Madhva Sampradaya. Dikatakan bahwa Tuhan Sendiri menari mengikuti irama lagulagunya. Di masa tuanya Srila Sripadaraja tinggal di tempat yang disebut Narasimha-tirtha, sekitar 1,5 km dari biaranya di Mulabagilu. Suatu ketika dia ingin pergi ke Kasi untuk mandi suci di sungai Ganga, namun terhalang oleh usia dan jarak yang begitu jauh. Demi memenuhi keinginan penyembah-Nya ini, Tuhan Sri Krishna lalu memerintahkan Ganga untuk memanifestasikan diri di Narasimhatirtha sebagai sebuah danau. Hingga saat ini danau itu tetap ada dan disucikan seperti Ganga sendiri. Di tempat ini pula makam samadhi (atau disebut brindavana dalam tradisi Kannada) dari Srimad Sripadaraja Tirtha Swami berada sampai sekarang.

Sri Jayatirtha Tikarajacharyaru dan Sri Vyasaraja Tirtharu, dua matahari cemerlang perguruan Madhva

xiv VR e-Books Dasan

tam vande narasimha tirtha nilayam shri vyasaraja pujitam dhayantam manasa nrusimha caranam shripadarajam gurum Hamba bersujud kepada Guru Termulia, Raja Para Pertapa, Srimad Sripadaraja Svami, yang bersemayam di Sri Narasimha Tirtha, senantiasa memuja kaki padma Sri Narasimhadeva, dan dijunjung tinggi oleh Srimad Vyasaraja Svami. shri purnabodha gurupujita gopinatha bahyantarana varatarchana tatparaya shri ranga viththala hayanana pujakaya shripadaraja guruvestu namah shubhaya Segala pujian dan kemuliaan bagi Guru Teragung, Srimad Sripadaraja Svami, yang senantiasa khusuk dalam pengabdian cintakasihnya kepada Tuhan Junjungan Srimadacharya Madhva yaitu Sri Gopinatha. Beliau juga dengan tekun memuja Sri Ranga Vitthala dan Sri Hayavadana.

Bhagavan Divya-jnana-adi-devata Sri Hayavadana

Dasan VR e-Books

xv

DEDIKASI Pada suatu kesempatan yang berbahagia, dalam darshana Yang Mahaberkarunia Om Vishnupada Paramahamsha Parivrajakacharyavarya Astottara-sata Sri Srimad Bhaktisvarupa Damodara Svami Sripada Maharaja, kami mengutarakan keinginan untuk menuliskan lila dari Srimad Madhvacharya yang adalah akar dari garis silsilah guru-varga kita yang termulia. Oleh belas kasihnya, Srila Sripada Maharaja memberikan persetujuan dan beliau sendiri lalu mulai memuji Srimadacharya, pertemuannya dengan Bhagavan Vedavyasa, Mukhyaprana Vayu, Sri Rupyaka-ksetra (Udupi), serta bagaimana beberapa murid beliau juga telah pergi ke Udupi. Dengan beberapa poin ini kami memahami bahwa kami hendaknya menyusun sebuah tulisan yang mengungkapkan lila pribadi Srimadacharya sendiri, bagaimana beliau menerima pengajaran Vedanta dari Srila Vedavyasa, bagaimana beliau lalu mengajarkan Vedanta menurut garis pemikiran yang sepenuhnya sesuai dengan ajaran asli Srila Vedavyasa, bagaimana beliau sesungguhnya adalah Vayu-avatara dan peran Vayu dalam proses pengabdian suci yang kita tekuni, serta bagaimana sebenarnya semua murid-murid beliau, yang dengan perantaraan Srila Sripada Maharaja sendiri telah menjadi bagian dari Sri Goudiya Sampradaya, berhubungan dengan Srimadacharya. Sebagaimana Srila Sripada Maharaja adalah merupakan salah satu putra terbaik Srila Prabhupada Maharaja, yang juga adalah pewaris garis perguruan teristimewa dalam Sri Brahma-Madhva-Goudiya guru-varga, maka mereka yang telah berlindung di bawah kaki padma Srila Sripada Maharaja tentu juga berada dalam pemeliharaan kasih Srimadacharya dan seluruh Guru-parampara. Adalah atas karunia keduanya, yaitu Srila Sripada Maharaja dan juga karunia dari mereka yang telah mendapat kasih sayang beliau, maka semua keinginan kami dapat terwujud. Srila Sripada Maharaja adalah yang senantiasa mengharapkan kebaikan bagi kami. Adalah beliau yang menjadi akar dari tercurahnya karunia Srila Gurudeva Gour Govinda Svami Maharaja dan Srila Prabhupadaji Maharaja, yang dengan demikian adalah karunia seluruh Guru-parampara yang tak terbatas kepada kami. Itulah yang kami yakini sebagai sumber karunia Parama-divya-jnana-adidevata,

xvi VR e-Books Dasan

Bhagavan Sri Sri Laksmi Hayavadana, Paramatma dalam hati semua devata, Penguasa segala ilmu pengetahuan, Guru Tertinggi, yang dilayani oleh Sri Sarasvati Bharatidevi, dan yang bersemayam di hati Brahma dan Mukhyaprana. Kami meyakini bahwa Sri Hayavadana Sendiri yang kemudian mengungkapkan Sri Madhvanama dari Srila Sripadaraja Tirtha Svamiji sesuai dengan yang disampaikan dalam kehadiran tersuci Mula-vrindabanam beliau di Sripadaraja Math, Mulabagilu. Selain itu, sekalipun diri kami tak berharga, namun kami telah dapat membaca banyak sastra-sastra yang sangat mulia, sehubungan dengan topik ini. Kami juga telah memperlindungkan diri pada kata-kata yang memancar dari para Acharya, sepenuhnya memuja debu yang berasal dari kaki padma mereka, dan telah menyingkirkan keraguan apapun terhadap kemuliaan mereka. Dengan ini kami mempelajari sastrasastra suci, baik yang tersedia secara keseluruhan maupun hanya sebagian, semata-mata demi kepuasan Guru-parampara dan patuh pada garis pemikiran mereka. Kami menyampaikan dengan yakin bahwa apapun yang telah mereka ungkapkan adalah kebenaran, tanpa memerlukan bukti-bukti pramana yang harus kami cari sendiri dengan segala keterbatasan kami. Ini semua dimungkinkan hanyalah berkat karunia Srila Sripada Maharaja. Maka dari itu kami mempersembahkan terjemahan Sri Madhvanama berikut penjelasannya ini kepada kaki padma Srila Sripada Bhaktisvarupa Damodara Svami Maharaja.

Dasan VR e-Books

xvii

Om Vishnupad Paramahamsha Parivrajakacharyavarya

Sri Srimad Bhaktisvarupa Damodara Swami Srila Sripada Maharaja

xviii VR e-Books Dasan

Anda mungkin juga menyukai