membatasi pengertian Weda dan memfokuskannya agar kita dapat merumuskan makna
kata Weda itu secara wajar dan benar.
a. Weda sebagai kitab suci Hindu
Sebagai kitab suci agama hindu artinya bahwa buku ini diyakini dan dipedomani oleh
umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam
kehidupan mereka sehari-hari ataupun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Dan
karena sifat isinya dan yang menurunkannya pun adalah Tuhan yang dianggap Maha Suci.
b. Weda sebagai ilmu pengetahuan
Weda adalah pengetahuan yang diturunkan oleh Tuhan kepada umat manusia
sebagai wahyunya. Pengetahuan dibedakan menjadi dua bidang, yaitu :
1. Pengetahuan rokhani
2. Pengetahuan duniawi
c. Weda sebagai wahyu Tuhan Y.M.E
Pengertian Weda sebagai wahyu Tuhan Y.M.E adalah merupakan pengertian yang
amat sangat penting didalam memahami weda itu sendiri. Sruti dan Smrti kedua-duanya
adalah sama dan yang dimaksudkannya ialah bahwa baik Sruti dan Smrti kedua-duanya
diterima sebagai Weda.
d. Weda adalah Mantra
Sruti itu terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Mantra, yaitu untuk menamakan semua Kitab Suci yang Hindu yang tergolong Catur
Weda, yaitu Rgweda, Yajurweda, Samaweda, dan Atharwaweda.
2. Brahma atau Karmakanda, yaitu untuk menamakan semua jenis buku yang
merupakan suplemen kitab Mantra, yaitu isinya khusus membahas aspek karma atau yajna.
3. Upanisad, yaitu penamaan semua macam buku Sruti yang terdiri atas 108 buah kitab
Aranyaka dan Upanisad. Isinya khusus membahas aspek pengetahuan yang bersifat
filsafati.
Dengan demikian Weda adalah satu perwujudan yang amat disucikan dan dihormati
oleh umat Hindu. Weda adalah merupakan sang Hyang Weda yang harus dipedomani untuk
mendapatkan kebenaran dan membimbing manusia menuju pada upaya peningkatan
kesejahteraan.
KODIFIKASI WEDA
DAN
PERKEMBANGANNYA
SRUTI
1. PENGERTIAN SRUTI, SAMHITA, DAN MATRA
Menurut arti kata “Srti” itu sendiri, kata ini berarti wahyu. Jadi yang dimaksud
denganSrti tidak lain adalah kitab wahyu Tuhan Y.M.E. Srti itu sesungguhnya tidak lain
adalh Weda di sebutkan dalam Manawadharmasastra.
Samhita, artinya himpunan atau kumpulan. Dalam hal ini satu himpunan wahyu yang
telah dirumuskan sedemikian rupa dilengkapi dengan berbagai macam petunjuk dan
penjelasannyamaka terbentuk sebuah himpunan yang lengkap.
Mantra adalah komposisi aksara atau huruf-huruf yang diatur sedemikian rupa
sehingga mempunyai kekuatan dan mampu memberi akibat sebagai mana yang diharapkan.
Istilah mantra asal mulanya berasal dari kata manana yang artinya berpikir. Apabila bija
mantra itu dipikirkan dan diungkapkan maka akan terjadi sebuah kalimat panjang yang
mungkindapat terdiri atas beberapa kalimat. Dana dengan demikian chanda itu kemudian
diwujudkan dari mantra. Karena itu tidak berkelebihan kalau dikatakan bahwa Weda itu lahir
dari Mantra.
WEDANGGA
1. PENGERTIAN WEDANGGA
Kata angga berarti “badan” atau “batang tubuh”. Jadi untuk mempelajari Weda itu
harus dirumuskan sedemikian rupa, ibarat mempelajari tubuh manusia. Didalam
mempelajari Weda, kitapun memerlukan sikap prilaku yang sama. Kita tidak cukup
menghafalkan kata-kata yang jutaan banyaknya. Kita perlu mengetahui dari aspek akar kata
, gaya bahasanya, persamaan kata-kata. Kitab Wedangga sangat penting dan diperlakukan
karena kitab ini secara tidak langsung berperan sebagai rambu-rambu lalu lintas. Sebagai
pelita dan sebagai tongkat penuntun dalam menterjemahkan Weda itu.
2. KEDUDUKAN WEDANGGA DALAM WEDA
Wedangga ibarat kepala, ibarat jiwa dan seluruh anggota tubuh yang membentuk
tubuh yang membentuk wujud lahiriah tata laku manusia menurut Weda. Dengan Wedangga
itu maka kita dapat memahami dan mengerti dan usaha untuk memahaminya pun tidak akan
tersia-sia.
3. BERBAGAI MACAM WEDANGGA
Wedangga dapat dikelompokkan kedalam enam kelompok yang disebut Sad
Wedangga. Adapun ke enam kelompok Angga itu masing-masing adalah :
a. Siksa : Siksa adalah ilmu phonetika, yaitu ilmu tentang cara membaca
b. Wyakarana : ilmu tata bahasa adalah merupakan bagian yang kedua pentingnya
dalam Weda
c. Chanda : lagu atau hymne
d. Nirukta : buku khusus yang memuat keterangan tentang berbagai penafsiran otentik
kata-kata yang terdapat didalam Weda
e. Jyotisa : ilmu perbintangan
f. Kalpa : upacara agama
UPAWEDA
1. PENGERTIAN UPAWEDA
Istilah Upaweda diartikan sebagai Weda yang lebih kecil dan merupakan kelompok yang
kedua dari Wedangga. Upa berarti dekat atau sekitar dan Weda artinya pengetahuan.
Dengan demikian upaweda berarti sekitar hal-hal yang bersumber dari Weda. Tujuan
penulisan upaweda karena adanya menyangkut aspek pengkhususan untuk bidang tertentu.
Jadi sama dengan Wedangga namun pembahasannya lebih mengkhusus, upaweda
menjelaskan aspek pengetahuan atau hal-hal yang terdapat di dalam Weda dan
memfokuskan pada bidang itu saja sehingga dengan demikian kita memiliki pengetahuan
dan pengarahan mengenai pengrtahuan dan peruntukan ilmu pengetahuan yang dimaksud.
Sesuai dengan arti dan tujuannya serta apa yang menjadi bahan kajian dalam Upaweda itu,
maka Upaweda pada dasarnya dinyatakan mempunyai hubungan yang erat pada Weda.
Jika kita pelajari lebih mendalam apa yang dibahas dalam purana dan Wedangga maupun
dalam Itihasa, banyak dibahas ulang di dalam kitab Upawedadengan penajaman-penajaman
untuk bidang-bidang tertentu. Untuk meningkatkan pengertian dan pendalaman tentang
ajaran yang ada di dalam Weda, maka Kitab Upaweda ini menjelaskan lebih khusus.
a. Ayurweda
Istilah Ayurweda berarti ilmu yang menyangkut bagaimana seseorang itu dapat
mencapai panjang umur. Ayu artinya baik dalam arti panjang umur. Dirga ayu yaitu panjang
umur. Oleh karena itu isi buku yang tergolong Ayurweda akan menerangkan kepada kita
mempergunakan ilmu itu agar kita dapat mencapai umur panjang. Pada umumnya kitab
Ayurweda erta kaitannya dengan kitab Dharmasastra dan Purana, terutama Agni Purana.
Pengetahuan yang dibahas tenteng cara menjaga kesehatan, ilmu pengobatan, macam
penyakit.
Ayurweda berisi tentang ilmu pengetahuan kesehatan jiwa dan jasmani, pengetahuan
tentang biologi, anatomi dan berbagai macam jenis tumbuh-tumbhan yang dapat bermanfaat
sebagai obat. Menurut materi kajian yang dibahas di dalam berbagai macam jenis
Ayurweda, terbagai atas 8 bidang yaitu:
Asal mula Ayurweda dirintis oleh Atreya Punarwasu sekitar abad ke VI SM. Beliau
menghimpun ajaran Caraka dalam bentuk buku yang nama Carakasamhita. Ada 8 kelompok
dalam buku ini yaitu:
b. Dhanurweda
Sering diterjemhkan sebagai iklmu kemiliteran atau ilmu penahan. Dhanurweda ini
diajarkan kepada calon pemimpin. Dalan Agni Purana dikemukakan bahwa seorang yang
akan menjadi pemimpin harus mempelajari ilmu seperti : dharmasastra, arthasastra,
kamasastra, dhanurweda, catur widya (Anwiksaki, Trayi, wartta, Dandaniti) dan itihasa.
Dhanurweda memuat keterangan tentang training, mengenai acara penerimaan senjata,
latihan penggunaan senjata. Tokoh penulis Wiswamitra dan Wiracintamani yang terdapat di
kitab Shanurweda.
c. Gandharwaweda
Gandharwaweda ada hubunganya dengan Sama Weda. Dan dalam kitab purana
terdapat Gandharwaweda. Gandharwaweda mengajarkan tentang tari dan seni suara atau
musik. Nama-nama buku yang tergolong Gandharwaweda dengan nama lain yaitu
Natyasastra, diman Natya artinya tari-tarian, dijelaskan bahwa ilmu yang mengajarkan
tentang seni tari dan musik.
d. Arthasastra
Arthasastra adalah ilmu tentang politik atau ilmu tentang pemerintihan dasar-dasar
ajaran Arthasastra terdapat pada kitab sastra dan Weda. Di dalam Rgweda dan Yajurweda
terdapat ajaran Artasastra. Dan dijumpai pada Purana dan itihasa. Dalam kitab Mahabhrata
dan Ramayana. Relevansi isi Arthasastra yang masih relevan dengan alam pikiran politik
modern di Barat, terdapat dalam kitab Srthasastra itu. Untuk mendalami ilmu Politik Hindu
dianjurkan disamping membaca Itihasa dan Purana, supaya membaca Dharmasatra dan
Arthasastra karya Canakya itu.
Banyak istilah yang terdapat dalam sastra Weda tidak hanya dikenal dengan istilah
Arthasasrta, namun dikenal juga dengan istilah Rajadharma, Dandaniti, Rajaniti, Nitisastra.
Dari berbagai penulisan itu dapat disimpilkkan tentang adanya empat aliran pokok dibidang
Arthasastra. Perbedaan itu tampak darisistem penerapan ilmu politik berdasarkan bidang
ilmu yang diterima sebagai sistem untuk mencapai tujuan hidup manusia ( Purusartha).
Tujuan yang diterima oleh semua pemikiran adalah Catur widya yang meliputi empat ilmu
yaitu: Anwiksaki, Weda trayi, Wartta dan Dandaniti.
ITIHASA
1. PENGERTIAN ITIHASA
Di dalam kitab Mahabharata bagian Adiparwa (62-22), terdapat tulisan yang
berbunyi, jayo nametihaso’yamsrotawyo wujigisuna. Dari ungkapan itu menunjukkan bahwa
jaya itu yang kemudian dinamakan Itihasa. Jaya adalah nama episode karangan Bhagawan
Wyasa yang menceriterakan sejarahnya Pandawa dengan Kurawa. Episode itulah yang
dinamakan Jaya dan kemudian oleh penulisnya sendiri menamakannya dengan Itihasa.
Itihasa adalah nama sejenis karya sastra sejarah agama Hindu. Itihasa adalah
sebuah Epos yang menceriterakan sejarah perkembangan raja-rajandan kerajaan Hindu di
masa silam. Ceriteranya penuh fantasi, roman, kewiraan dan disana-sini dibumbui dengan
mitologisehimhga member sifat kekhasan sebagai sastra spiritual. Di dalamnya terdapat
berbagai dialog tentang sosial politik, tentang filsafat atau ideologi dan teori kepemimpinan
yang diikuti sebagai pola oleh raja-raja Hindu. Kata Itihasa terdiri atas tiga kata yaitu, iti-ha-
sa, yang artinya sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya.
3. RAMAYANA
Ramayana adalah sebuah epos yang menceriterakan riwayat perjalanan Bhatara
Rama atau yang sering kita kenal dengan gelar Ramadewa. Rama sebagai tokoh utama
dalam epos itu adalah penjelmaan Dewa Wisnu yang dalam kitab purana merupakan
sebagai salah satu dari Wisnu Awatara atau inkarnasi Dewa wisnu dalam rangka untuk
menegakkan Dharma.
Kitab Ramayana ini merupakan hasil karya terbesar dari Maha Rsi Walmiki. Menurut
hasil penelitian yang teleh dilakukan mencatat bahwa Ramayana tersusun atas 24000
stanza yang di bagi-bagi atas tujuh bagian yang di sebut Kanda. Sairnya oleh penulisnya
sendiri kadang kala dinamakan sair, kadang kala Akhyana, Gita atau Samhita, sebagai
mana dapat kita baca dari Bhalakanda, Yudhakanda, dan terakhir dalam Ayodhyakanda.
Adapun ketujuh kanda yang di maksud di atas, yaitu :
a. Balakanda
b. Ayodhyakanda
c. Aranyakanda
d. Kiskindhakanda
e. Sundarakanda
f. Yuddhakanda
g. Uttarakanda
Tiap kanda merupakan satu plot ceritera yang sesuai menurut nama kanda masing-
masing. Balakanda menceriterakan masa anak-anak. Ayodhya menggambarkan kehidupan
kerajaan di Ayodhya. Aranyakanda menceriterakan kisah kehidupan di hutan demikian
seterusnya sampai pada Uttarakanda, yaitu penuturan kembali Riwayat Rama oleh putera
kembar beliau, Kusa dan Lawa.
Keahlian Walmiki adalah kemampuannya memahami perasaan manusia secara
mendalam walaupun dalam penggambarannya beliau lebih banyak menggunakan ragam
bahasa yang disebut Lengkara. Di Indonesia misalnya gubahan yang kita jumpai adalah
Kakawin Ramayana, ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Gubahan lainnya yang kita jumpai
pula, antara lain: Ramayanatatwapadika ditulis oleh Maheswaratirthha, amrtakataka digubah
oleh Sri Rama. Dipika ditulis oleh Waidhyanathadiksita. Walmikihrdaya ditulis oleh Ahobala.
Rama Charita Manas ditulis oleh Tulsidas dan Kamba Ramayana ditulis oleh Kamban.
4. MAHABHARATA
Mahabarata adalah sebuah itihasa karya Bhagawan Wyasa (Abiyasa). Nama Itihasa
ini sebagai nama hasil karya Wyasa ini dinyatakannya sendiri di dalam tulisan beliau sendiri
yang beliau namakan Jaya. Jaya adalah nama pertama yang diberikan atas karyanya yang
menceritakan sejarah keluarga Pandawa dan Kaurawa yang merupakan keluarga Bharata.
Kitab ini merupakan kitab terbesar yang pernah dimiliki oleh Hindu baik isi maupun
ukurannya.
Menurut Prof Dr. Pargiter, Mahabharata usianya lebih muda dibandingkan dengan
Ramayana. Menurut beliau diperkirakan apa yang dinamakan Bharatayudha diperkirakan
pernah terjadi sekitar tahun 950 SM. Tetapi menurut tradisi di India menyatakan bahwa
Mahabharata itu terjadi pada permulaan jaman Kaliyuga dan permulaan itu diperkirakan
dimulai pada tahun 3101 SM.
Pada garis besarnya kitab Mahabharata isinya adalah menceritakan sejarah
pertentangan keluarga Bharata, yaitu Pandawa dan Kaurawa yang sama-sama Bangsa
Arya. Dalam penggubahan Mahabharata, Bhagawan Wyasa juga memasukkan dalam
gubahan itu cerita Hariwangsa. Keseluruhan kitab Mahabharata terbagi atas 18 parwa,
yaitu: diparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, salyaparwa, Sawuktikaparwa, Santiparwa,
Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mausalaparwa,
Mahaprasthanikaparwa dan Suargarohanaparwa. Adapun Bhagawan Wyasa, penggubah
terkenal Mahabharata itu dikenal pula dengan nama lainnya, yaitu: Krsnadwipayana. Inti isi
cerita dalam Mahabharata tidak hanya menceritakan keluarga Bharata tetapi yang lebih
penting adalah menyebar luaskan yang terdapat di dalam Weda. Dalam penyebar luasan isi
Mahabharata, kita menjumpai banyak tulisan baik yang berdifat kritik maupun yang
merupakan penggubahan baru.
PURANA
1. Pengertian Purana
Kata Purana berarti tua atau kuno. Ini dimaksudkan sebagai nama jenis buku yang berisikan
cerita dan keterangan mengenai tradisi-tradisi yang berlaku pada jaman dahulu kala.
Berdasarkan bentuk dan sifat isinya, purana adalah sebuah Itihasa karena di dalam nya
memuat catatan-catatan tentang berbagai kejadian yang bersifat sejarah. Dilihat dari
kedudukannya, Purana adalah jenis kitab Upaweda yang berdiri sendiri, sejajar pula dengan
Itihasa. Untuk mengetahui isi Weda dengan baik, kita harus pula mengenal Itihasa, Purana
dan Akhyana. Banyaknya penjelasan yang memuat tentang kebiasaan para Rsi atau nabi,
alam pikiran atau ajaran serta kebiasaan yang dijalankan, maka Purana adalah semacam
kitab Sunnahnya dalam agama Hindu atau sebagai dasar untuk memahami Sila dan Acara.
Sebagai kitab yang memiliki sifat Itihasa, Purana memuat banyak cerita mengenai silsilah
raja-raja, sejarah perkembangan kerajaan hindu dan berbagai dinasti pada masa itu.
AGAMA
Disamping kitab weda, agama Hindu berpegang pula pada kitab agama. Di salam
jaman Kaliyuga ini, dinyatakan bahwa pegangan yang paling penting adalah kitab Agama ini
karena manusia kemampuannya untuk dapat menghubungkan diri kepada tuhan Y.M.E jauh
lebih berkurang dibandingkan dengan jaman Kertayuga.
Berdasarkan kitab Agama itu sistim pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dibedakan bentuknya ke dalam empat cara, yaitu :
a. Sistim Jnana.
b. Sistim Yoga Samadhi.
c. Sistim Kriya atau ritual secara esoterisma.
d. Sistem Charya atau pemujaan dalam bentuk sistem exoterisma.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai kitab Agama ini, berikut dapat dijadikan
pegangan.
Penelitian yang lebih mendalam memberi petunjuk kepaada kita bahwa kelompok
jenis Agama ini memiliki empat macam himpunan kitab Agama, yaitu :
1. Pancharatra
2. Pratisthasara
3. Waikhanasa.
4. Wijnanalalita.
Madsab Siwa merupakan madsab terpenting dan yang paling banyak pengaruhnya
di Indonesia. Agama adalah dasar bagi semua perkembangan Siwaisme dimana saja.
Didalam madsab Siwa ini, pegangan utama bukan hanya kitab Agama tetapi juga kitab-kitab
Weda Sruti dan Dharmasastra. Agak berbeda sedikit dengan madzad Waisnawa.
Agama Sakta pada dasarnya merupakan bagian dari Siwaisme. Bentuk Agama ini
dikenal lebih khusus dengan nama Tantra. Didalam berbagai kitab Agama Sakta, dialog
antara Siwa dan Parwati sangat menonjol. Karena itu Agama Sakta pada hakekatnya tidak
dapat dipisahkan dari Agama Siswa.
Mempelajari weda mwncangkup kegiatan yang sangat luas. Karena sangat luas
maka yang dibahas hanya dua bidang saja, yaitu:
a. Cara belajar atau mengajar membaca Weda
b. Ketentuan-ketentuan umum yang harus diperhatikan selama belajar Weda.
Disamping itu ada pula petunjuk yang menjadi dasar hukum pena fisiran mantra bila
tidak jelas dan kemudian dapat pula dijadikan dasar hukum untuk bentukkan Parisada,
sebagai lembaga agama Hindu.
APPENDIX
1. BUKU BACAAN
1. A Histori of Indian Literature
(Dr. M. Winternitz, Ph. D.)
Un