Anda di halaman 1dari 2

Abdullah Bin Zubair

Abdullah bin Zubai atau Ibnu Zubair (624 - 692) adalah putera dari Zubair bin Awwam dan Asma binti Abu Bakar, dimana Zubair juga merupakan keponakan dari Khadijah. Nama lengkapnya Abdullah bin az-Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bi Qushai. Ibunya bernama Asma binti Abu Bakar asSiddiq. Pangilannya Abu Bakar. Gelarnya Aidzullah (yang berlindung pada Allah). Ayahnya az-Zubair bin alAwwam adalah termasuk pengikut setia (hawariy) Rasulullah dan salah satu dari sepuluh sahabat yang dikabarkan akan masuk surga. Saat masih dalam kandungan ibunya, Zubair melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Saat beristirahat di Quba, suatu dusun di luar Madinah, bayinya lahir. kemudian ibunya membawa bayi itu ke tempat Rasulullah di Madinah agar didoakan. Rasulullah mencium ke dua pipinya dan mengecup mulutnya sehingga yang pertama kali masuk ke dalam tenggorokannya adalah air selera Rasulullah. Kelahirannya disambut meriah dan riang gembira oleh umat Islam yang ada di Madinah. Karena saat itu tersiar kabar bahwa orang-orang Yahudi telah menyihir umat Islam hingga tidak akan melahirkan bayi. Maka tatkala Abdullah lahir telah menumbangkan kebohongan orang-orang yahudi. Abdullah bin Zubair ketika kecil pernah diramalkan oleh Umar ibn Khattab akan menjadi seorang yang besar. cerita ini bermula ketika Umar sedang berjalan-jalan di kota Madinah. ketika itu banyak anak kecil yang sedang bermain di jalan, namun ketika mereka melihat Umar, mereka lari tunggang langgang meninggalkan jalanan tersebut. Namun ada satu anak yang tidak lari. Umar lalu mendekati anak tersebut dan bertanya, " Hai anak, kenapa kau tidak ikut lari bersama mereka ? " lalu anak kecil itu menjawab, " Kenapa aku harus lari, sedang aku tidak bersalah padamu ya Amirul mukminin.." Umar lalu menepuk-nepuk pundak anak itu,dan berkata " Sungguh suatu saat nanti, engkau akan menjadi seorang yang besar " Sejak dirinya memberikan sumpah setia (baiah), waktunya digunakan untuk menimba ilmu langsung dari Rasulullah. Seakan-akan tidak ada jalan melainkan jalan ke rumah Rasulullah yang dituju. Apalagi Aisyah, istri Rasulullah, adalah bibinya yang baik hati. Sehingga dirinya merasa benar-benar seperti anaknya. Maka tidak mengherankan jika beliau diantara para sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah langsung. Dan juga dari ayah, paman (Abu Bakar), ibu dan bibinya (Aisyah). Dalam masalah ibadah beliau juga sangat tekun dan istiqomah serta penuh khusyu. Mujahid berkata, Ibn Zubair jika sedang sholat badanya seperti tiang (khusyu). Seperti halnya Abu Bakar. Tsabit al-Banany bercerita, Suatu hari saya lewat di samping Ibn Zubair yang berada di belakang tempat sedang sholat. Dirinya seperti kayu yang ditancapkan; tidak bergerak (karena khusyu). Dari Utsman bin Tholhah berkata, Ada tiga perkara yang tidak dapat dikalahkan dari Ibn Zubair; dalam keberanian, ibadah dan kepandaian beretorika (balaghoh). Dari ibunya berkata, Ibn Zubair selalu sholat malam dan berpuasa di siang hari. Dari Muslim bin Niyaqb berkata; Ibn Zubair suatu hari ruku. Waktu itu kami membaca surah al-Baqoroh, Ali Imron, an-Nisa dan al-Maidah. (Hingga surah itu selesai dibaca) beliau belum mengangkat kepalanya. Tidak mengherankan jika di kalangan sahabat beliau dikenal dengan sebutan Hamam alMasjid(merpati masjid). Ibnu Abi Mulaikhah bercerita kepada Umar bin Abdul Aziz Demi Allah tak pernah kulihat jiwa yang tersusun dalam rongga tubuhnya itu seperti jiwanya, ia tekun melakukan shalat, dan mengakhiri segala sesuatu dengannya, Ia ruku dan sujud sedemikian amat lamanya maka burung-burung gereja yang bertengger di atas bahunya atau punggungnya menyangkanya dinding tembok atau kain yang menggantung. Dan pernah meriam batu lewat antara janggut dan dadanya sementara ia shalat, tetapi Demi Allah ia tidak peduli dan tidak goncang atau mempercepat waktu rukunya Saat usianya belum lewat dari 17 tahun, Ia sudah tampil sebagai seorang pahlawan pada pembebasan Afrika, Andalusia dan Konstantinopel. Dalam pertempuran di Afrika, Kaum muslimin yang berjumlah 20ribu

orang melawan tentara Barbar 120rb orang. Saat itu Ibnu Zubair berpikir cara yang tepat untuk mengatasi tentara Barbar tersebut dengan menjatuhkan panglima tentaranya. Dengan gagah berani Ibnu Zubair pun menerobos lapisan tentara sehingga raja Barbar itupun tersungkur. Sewaktu perselisihan dan peperangan dengan Muawiyah ia dikunjungi oleh Husain bun Numeir yakni panglima yang dikirim oleh Yazid untuk memadamkan pemberontakan Ibnu Zubair. Ia menawarkan agar bergabung dan menuju Syiria dan di sana Ia akan mendapatkan pengaruh atau kekuasaan. Namun ia menolak dan berkeyakinan bahwasanya di syiria harus dijalankan hukuman qishas atas dosa-dosa dan kekejamannya terhadap kota Madinah. Pada saat ia dikepung oleh tentara Hajjaj, maka di antara anak buah Ibnu Zubair terdapat segolongna besar Habsyi, diatara mereka ada mencela khalifah Utsman bin Affan, mendengar celaan tersebut Ibnu Zubair pun yang saat itu memerlukan banyak bantuan dengan tegas menolah bantuan dari Habsyi. Ibnu Zubeir tetap menjadi Amirul Muminin dengan mengambil Mekah al-Mukarramah sebagai ibu kota pemerintahan dan membentangkan kekuasaannya terhadap Hejaz, Yman, Bashrah, Kufah, Khurasan dan seluruh Syiria kecuali Damsyik. Bani Umayyah tetap tidak senang sehingga mereka terus melancarkan serangan hingga pada masa pemerontahan Abdul Malik bi Marwan memilih Hajjaj ats-Tsaqafi, yang mengenai pribadinya Umar bin Abdul Aziz pernah berkata andainya setiap umat dating dengan membawa kesalahan masing-masing, sedang kami dating dengan hanya membawa kesalahn Hajjaj saja, maka akan lebih berat lagi kesalahan kami dibandingkan mereka. Saat itu, Hajjaj mengepung mekah selama lebih kurang enam bulan sehingga banyak warga yang kelaparan dan menyerah kepada Hajjaj, akibatnya Ibnu Zubair kehilangan banyak pendukung. Sesungguhnya Ibnu Zubair dapat saja melariakn diri dari kota Mekah, namun ia memilih tetap teguh menghadapi Hajjaj padahal usianya telah mencapai tujuh puluh tahun. Sebelum pertempuran itu berlangsung, Ibnu Zubair menemui ibunya Asma. Saat itu Asma memberikan kekuatan dan mendoakannya. Saat itu adalah kali terakhir Asma bertemu dengan anaknya Ibnu Zubair. Beberapa lama kemudian terjadilah pertempuran sengit yang tak berimbang antara Ibn Zubair dengan Hajjaj yang berakhir dengan kekejian Hajjaj yang menyalib tubuh Ibn Zubair yang telah kaku. Kata-kata Mutiara Saat Ibn Zubair ditawari untuk berbaiat kepada Yazid, Zubair menolak dengan mengucapkan: Terhadap hal batil tiada tempat berlunak lembut kecuali bila geraham dapat mengunyah batu menjadi lembut.

Anda mungkin juga menyukai