Anda di halaman 1dari 14

Skenario perusahaan royal dutch shell (memenuhi/menguasai pasokan energy dunia)

Meneropong Konsumsi Energi Dunia Permasalahan energi bagi kelangsungan hidup manusia merupakan masalah besar yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia ini. Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir ini membuat hampir seluruh dunia menjadikan permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius. Dalam laporan rutin 2 tahunan yang dikeluarkan oleh International Energy Agency (IEA) pada tahun 2004, diperkirakan peningkatan konsumsi energi ini akan terus terjadi dengan kenaikan rata-rata hingga 1.6 % setiap tahunnya. Sementara itu sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan minyak BP pada tahun 2005 tentang konsumsi energi di seluruh dunia disebutkan bahwa peningkatan konsumsi energi antara tahun 2003 dan 2004 saja mencapai 4.3%. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh BP yang disebut sebagai Review of World Energy 2005 itu, disebutkan bahwa total konsumsi energi di seluruh dunia hingga akhir tahun 2004 telah mencapai setara 10.244,4 juta ton minyak. Jumlah yang sangat fantastis ini setara dengan sekitar 1/15 dari total cadangan minyak yang ada di seluruh dunia yang berhasil ditemukan hingga tahun 2004 yang mencapai sekitar 162 milyar ton. Jumlah energi di seluruh dunia itu sendiri masih didominasi oleh sumber-sumber energi fosil utama yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara. Ketiga sumber energy yang paling dicari ini menyumbang hingga 87,7% dari total konsumsi energi dunia. Sumber energi tradisional yang berasal dari minyak bumi masih memberikan kontribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yaitu mencapai 36,7% dari total konsumi energi, atau setara dengan 3.767,1 juta ton minyak. Batu bara dan gas alam masing-masing menjadi penyumbang bagi kebutuhan energi dunia terbesar kedua dan ketiga sebesar 27.2 % untuk batu bara dan 23.7% untuk gas alam. Total konsumi batu bara selama tahun 2004 tersebut mencapai setara 2.778,2 juta ton minyak, sedangkan gas alam mencapai setara 2.420,4 juta ton minyak. Sisa konsumsi energi untuk kebutuhan dunia dipenuhi oleh sumber energi nuklir yang hanya sebesar 6,1 % dan dari hydro energi (air) sebesar 6,2%. Dari seluruh energi yang dikonsumsi tersebut, sebagiannya digunakan untuk membangkitkan listrik dengan total di seluruh dunia mencapai 17.452 Terrawatthour (TwH). Sebaran distribusi sumber energi di atas jelas menunjukkan bahwa sumber energi yang berasal dari fosil masih cukup dominan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Sumber energi yang sifatnya dapat diperbaharui (renewable) masih didominasi oleh sumber dari air (hydro) energi. Laporan tersebut tidak memuat secara khusus berapa besar energy yang bisa dihasilkan oleh sumber energy terbaharukan non hydro karena masih terlalu kecilnya besar energi yang mampu dihasilkan, disamping sumber energi terbaharukan non hydro sebagian besarnya belum masuk ke pasar komersial sehingga tidak terdata secara tepat. IEA memprediksikan besar energy renewable non hydro hanya sebesar 2,5% dari total konsumsi energi yang ada. Konsumsi energi di seluruh dunia masih didominasi oleh negara industri besar seperti Amerika, Cina, Rusia dan Jepang. Amerika Serikat merupakan konsumen

terbesar energi dunia yang mencapai setara 2.331,6 juta ton minyak atau memakan lebih dari 22,8% dari seluruh konsumsi energi dunia. Cina yang merupakan negara dengan pertumbuhan industrinya sangat pesat dan memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia menjadi konsumen energi kedua terbesar dengan konsumsi sebesar setara 1.386,2 juta ton minyak atau sekitar 13,6% dari total energi dunia. Negara berikutnya yang mengkonsumsi energi terbesar berturut-turut adalah Federasi Rusia, Jepang dan India dengan masing masing mengkonsumsi 6,5%, 5% dan 3,7% dari seluruh konsumsi energi dunia. Selanjutnya negara yang masuk ke dalam 10 besar konsumen energi terbesar di dunia setelah negara-negara di atas berturut-turut adalah Jerman (3,2%), Canada (3%), Prancis (2,6%), Inggris (2,2%) dan Korea Selatan (2,1%). Data tersebut jelas menunjukkan bahwa negara industri maju yang tergabung dalam kelompok G-8 masih mendominasi konsumsi energi. Hanya Cina, India dan Korea Selatan yang merupakan negara di luar kelompok G-8 tersebut. Yang juga patut dicermati adalah pertumbuhan yang cukup tinggi dari Cina dan India yaitu sebesar 15,1% (merupakan pertumbuhan konsumsi energi terbesar di seluruh dunia) dan 7,2%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dari kedua negara tersebut membuat konsumsi energinya diperkirakan masih akan terus begerak naik. Sebaran konsumsi energi dunia juga masih terlihat timpang antara satu negara dengan negara lainnya. Konsumsi energi di Amerika misalnya yang berjumlah 22,8% masih lebih besar dibandingkan total seluruh negara di Afrika ditambah dengan negara-negara timur tengah dan negara di Amerika selatan yang seluruhnya hanya berjumlah 12,5%. Ketimpangan ini semakin terasa ketika kita melihat bahwa sebenarnya produksi minyak, yang merupakan komponen terbesar energi di dunia, justru berasal dari negara-negara di Afrika, timur tengah dan Amerika selatan yang mencapai 50,9% dari produksi minyak diseluruh dunia (bandingkan dengan Amerika Serikat yang total produksinya minyaknya hanya 8,5% dari total produksi minyak dunia). Gambaran ini jelas menjadi tantangan bagi negara-negara berkembang, tentunya termasuk Indonesia, untuk memacu kemajuan industrinya agar kekayaan alamnya tidak hanya dinikmati oleh negara-negara yang sudah maju. Sepuluh negara konsumen energi terbesar yang masih didominasi oleh negaranegara industri maju yang tergabung dalam G8, seperti juga kecenderungan yang terjadi di dunia, hampir semuanya menjadikan minyak, batubara dan gas alam sebagai penopang utama kebutuhan energinya, meskipun dengan komposisi yang berbeda-beda. Dari sepuluh negara konsumen energi terbesar tersebut, yang jumlah kesemuanya memakan 64,76% dari total energi dunia, sebagian besarnya tetap menjadikan minyak sebagai pasokan utama energinya. Kelima negara yang menjadikan minyak sebagai sumber utama pemenuhan energinya yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Canada dan Korea Selatan. Federasi Rusia dan Inggris menjadikan gas alam sebagai pemasok terbesar kebutuhan energi dalam negerinya, sementara Cina dan India menggunakan batu bara sebagia penopang utama pemenuhan kebutuhan energinya. Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berada pada posisi ke 20 pada tingkat konsumsi energi dunia dengan total konsumsi sebesar 1,1% dari total energi dunia. Perbandingan sumber-sumber energi dari sepuluh konsumen energi terbesar dunia tersebut bisa dilihat pada Tabel 1 dengan tambahan data konsumsi energi Indonesia.

Amerika Serikat bersama dengan Jepang dan Korea Selatan tergolong negaranegara yang masih sangat tergantung pada minyak mengingat konsumsi yang sangat tinggi yaitu lebih dari 40% kebutuhan energinya dipasok oleh minyak. Sebenarnya Amerika Serikat di lain sisi sudah mengembangkan berbagai sumber energi lainnya baik dari gas alam dan batu bara maupun energi nuklir. Bahkan konsumsi nuklir Amerika Serikat merupakan konsumsi nuklir yang terbesar di dunia pada tahun 2004 yaitu setara dengan 187,9 juta ton minyak. Meskipun begitu, besarnya kebutuhan energi karena industri, dan jumlah penduduk yang besar membuat Amerika Serikat masih menggunakan minyak sebagai sumber utama kebutuhan energinya. Jika kita mencermati pertumbuhan energi-energi non fosil dari Amerika, tampak Amerika Serikat masih tetap akan mengandalkan sumber sumber energi dari fosil sebagai pemasok utama kebutuhan energinya. Hal ini misalnya bisa dilihat dari tidak terlalu tingginya tingkat pertumbuhan energi non fosil tahun 2004 seperti nuklir yang hanya tumbuh 3,2%, jauh lebih lambat dibandingkan dengan Jepang yang tumbuh 24,3%, Canada sebesar 21,3% atau Cina 14,1%. Sumber energi yang berasal dari renewable energi juga relatif lambat berkembang, salah satu contohnya adalah hidro energi seperti terlihat pada Tabel 1 di mana jumlah energi dari sumber hidro masih berada dibawah Cina atau Kanada. Contoh lain pertumbuhan yang lambat juga terjadi pada sumber energi dari sel surya (photovoltaic). Pada tahun 1992 Amerika Serikat merupakan negara terbesar dalam penggunaan sel surya yang mencapai 43,5 MW, jauh melebihi Jepang yang memiliki sel surya terpasang sebesar 19 MW atau Jerman yang hanya 5,6 MW. Dalam perkembangannya, seperti dilaporkan dalam laporan tahunan IEA Photovoltaic Power Systems (IEA-PVPS) Programme yang dikeluarkan September 2005; di tahun 2004 Amerika Serikat hanya mampu membangun sel surya terpasang sebesar 365,2 MW jauh di bawah Jerman yang memasang sel surya sebesar 794 MW atau Jepang yang telah mencapai 1132 MW. Kuatnya pengaruh Amerika Serikat pada negara-negara produsen minyak dan gas bumi membuat kebijakan energi dari negara adidaya ini agaknya masih akan menjadikan minyak dan sumber energi fosil lainnya sebagai pemasok utama kebutuhan energinya dalam beberapa waktu ke depan. Banyaknya perusahaan minyak raksasa dari Amerika yang menguasai ladang-ladang minyak di negaranegara sumber minyak juga membuat stabilitas pasokan minyak Amerika relatif akan stabil. Cina yang memiliki pertumbuhan indutsri sangat tinggi, jika dilihat dari komposisi sumber energinya secara baik bisa mengurangi ketergantungannya pada minyak. Meskipun konsumsi minyak yang dilakukan Cina tergolong besar yaitu sebesar setara dengan 308,6 juta ton minyak sepanjang tahun 2004, jumlah ini baru mencapai 187% dari produksi minyaknya. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mengkonumsi minyak mencapai 284% dari total produksi minyaknya. Cina dengan pertumbuhan industri baru yang sangat pesat mampu mengembangkan batu bara sebagai sumber energi alternatif agar ketergantungan pada minyak tidak terlalu besar. Disamping itu dengan harga batubara yang lebih murah mampu membuat industri Cina dapat bersaing. Meskipun cadangan batu bara Cina tidak sebesar Amerika Serikat (cadangan Amerika mencapai 27,1% dari seluruh cadangan

batu bara di dunia sedangkan Cina memiliki 12,6%), murahnya harga energi batu bara membuat Cina begitu gencar mengintensifkan penggunaan batu bara untuk kebutuhan energinya. Cina menjadikan batu bara sebagai sumber utama energinya yang mencapai setara 956,9 juta ton minyak. Jumlah konsumsi batu bara yang terbesar di dunia tersebut mampu memasok lebih dari 69% kebutuhan energi dalam negeri Cina. Tidak heran untuk memenuhi kebutuhan batu bara yang begitu besar, produksi batu bara Cina menjadi sangat luar biasa melebihi konsumsi dalam negerinya yaitu mencapai setara 989,8 juta ton minyak. Produksi ini juga merupakan yang terbesar di dunia yang merupakan 36,2% dari total produksi batubara di seluruh dunia. Pendekatan yang menarik dari kebijakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya juga bisa dilihat pada kasus Rusia atau Prancis. Rusia yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia (Rusia menguasai 26,7% cadangan gas alam di dunia) menjadikan gas alam sebagai sumber utama pemenuhan energi dalam negerinya yang mencapai setara 361,8 juta ton minyak atau 54,1% dari total energi yang dikonsumsi oleh Rusia. Produksi gas alam yang melimpah yang dilakukan oleh Rusia yang mencapai setara 530,2 juta ton minyak (setara dengan 21,9% dari total produksi gas alam di seluruh dunia yang merupakan produksi gas alam terbesar di dunia), membuat Rusia cukup stabil dalam pemenuhan kebutuhan energinya. Prancis memiliki caranya sendiri dalam memenuhi kebutuhan energinya. Berbeda dengan Amerika, Cina atau Rusia yang cukup memiliki kekuatan menguasai sumber sumber energi fosil seperti minyak, batu bara ataupun gas alam, Prancis memiliki keterbatasan terhadap sumber sumber energi fosil tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan energinya yang besar, selain membuat besar perusahaan-perusahaan minyaknya untuk menjamin suplai minyak dalam negerinya, Prancis secara serius menggarap sumber energi nuklirnya hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak (jumlah ini merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar setelah Amerika). Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan dengan minyak, gas ataupun batubara. Cara yang sama ditempuh oleh Kanada dengan memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4% (Kanada merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai 12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia). Jika kita perhatikan kebijakan energi pada negara-negara konsumen energi terbesar tersebut, terlihat bahwa setiap negara akan mengoptimalkan sumber energi yang mungkin untuk diproduksinya sendiri seperti yang dengan jelas terlihat pada kasus Cina, Rusia, dan Perancis. Industri energi yang besar dari negara-negara tersebut dan kedekatan dengan negara-negara produsen energi, seperti halnya industri industri minyak dunia yang dimiliki negara-negara konsumen terbesar energi, juga perlu dikelola dengan baik untuk menjamin ketersediaan pasokannya, seperti yang dilakukan oleh Amerika melalui pendekatan politik dan militer pada negara-negara timur tengah. Selain itu membuat perbandingan yang relatif berimbang terhadap sumber sumber energi yang ada membuat ketergantungan sebuah negara terhadap satu sumber energi bisa berkurang. Pada kasus di Indonesia, sebenarnya produksi yang ada dari tiap-tiap sumber utama energi yaitu minyak, gas alam, dan batubara, telah melebihi dari konsumsi dalam

negerinya. Produksi minyak Indonesia yang sebenarnya melebihi konsumsi dalam negeri (produksi sepanjang 2004 berjumlah 55,1 juta ton lebih tinggi dibandingkan konsumsi yang 54,7 juta ton) terpaksa sebagiannya harus lari ke pihak perusahaan pengelola yang nota bene dimiliki oleh perusahaan asing (kontraktor Bagi Hasil/ KBH). Data yang sedikit berbeda yang dikeluarkan oleh kementerian ESDM dalam Blue Print Pengelolaan Energi Nasional menunjukkan bahwa dengan kondisi produksi minyak saat ini dan perjanjian bagi hasil yang sedang berlaku, Indonesia harus mengimpor minyak mentah sebesar 487 ribu barel per hari dan produk minyak sebesar 212 ribu barel per hari, melebihi besar ekspor minyak mentahnya sebesar 514 ribu barel perhari. Kondisi besarnya impor minyak inilah yang membuat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh level 70 US$ per barel menjadi sangat memberatkan APBN di tahun 2005 lalu. Melihat ketergantungan yang sangat tinggi dari minyak, sudah saatnya Indonesia mengikuti pola kebijakan energi seperti yang dilakukan oleh Cina, Rusia ataupun Perancis di mana sumber utama energi didapat dari sumber yang pasokannya stabil baik ketersediaan di dalam negeri maupun harganya. Optimalisasi penggunaan batubara dan gas alam dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagai bagian dari kebijakan mix energi sesungguhnya segera bisa direalisasikan untuk membuat ketahanan energi di Indonesia bisa lebih stabil. Untuk jangka panjang, memfokuskan sumber energi non-fosil untuk dikembangkan secara besar-besaran agaknya perlu dimulai sejak saat ini sebagaimana Jepang yang sangat serius mengembangkan nuklir dan sel suryanya, atau Kanada yang mengembangkan energi hidro secara besar-besaran. Sejarah perencanaan scenario Konsep perencanaan skenario pertama muncul setelah Perang Dunia II, sebagai metode untuk perencanaan militer. US Air Force mencoba membayangkan apa yang akan dilakukan lawan-lawannya, dan untuk mempersiapkan strategi alternatif. Tahun 1960-an, Herman Kahn, yang telah menjadi bagian dari upaya Angkatan Udara, disempurnakan skenario sebagai alat untuk ramalan bisnis. Ia menjadi salah satu futuris top Amerika. Lalu skenario mencapai dimensi baru di awal 1970-an, dengan karya Pierre Wack, seorang perencana di kantor London Royal Belanda / Shell di departemen yang baru dibentuk bernama Kelompok Perencanaan. Pierre Wack dan perencana lainnya mencari peristiwa yang mungkin mempengaruhi harga minyak.Dan mereka menemukan beberapa peristiwa penting yang telah mengudara. Salah satunya adalah, bahwa Amerika Serikat mulai manjadi pusat pembuangan cadangan minyak. Pada saat yang sama permintaan minyak Amerika itu terus meningkat. Dan muncul Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah menunjukkan tanda-tanda melemaskan otot politiknya. Sebagian besar negaranegara ini adalah Islam, dan mereka membenci Barat getir mendukung Israel setelah tahun 1967 enam hari perang Arab-Israel. Melihat situasi ini, tim perencanaan menyadari bahwa orang Arab bisa menuntut harga lebih tinggi untuk minyak mereka. Rasanya mungkin terjadi sebelum tahun 1975 ketika harga minyak tua perjanjian itu dijadwalkan akan dinegosiasi ulang. Jadi Pierre Wack dan timnya menulis dua skenario - setiap satu set lengkap cerita tentang masa depan, dengan meja yang diproyeksikan angka harga.

Cerita pertama disajikan pendapat yang biasa di Shell: bahwa harga minyak akan tetap stabil entah bagaimana. Tetapi agar hal itu terjadi, keajaiban akan terjadi. Ladang minyak baru, misalnya, mungkin harus muncul di negara-negara non-Arab. Skenario kedua menatap masa depan yang lebih masuk akal - krisis harga minyak yang dipicu oleh OPEC. Tapi setelah mereka telah menyajikan skenario ini Shell manajemen, tidak ada perubahan perilaku terjadi.Para manajer memahami implikasi, tapi tidak ada perubahan dalam perilaku. Jadi Pierre Wack pergi satu langkah lebih jauh dan dijelaskan untuk skenario penuh kemungkinan konsekuensi guncangan harga minyak dan ia mencoba untuk membuat orang merasa mereka guncangan melalui skenario. Dia memperingatkan manajemen, bahwa industri minyak mungkin menjadi industri pertumbuhan yang rendah, bahwa negara-negara OPEC akan mengambil alih ladang minyak Shell. Mereka menggambarkan kekuatan di dunia, dan apa pengaruh kekuatan-kekuatan tersebut harus dimiliki. Hal ini terjadi ketika perencanaan skenario untuk bisnis lahir. Shell membantu para manajer untuk membayangkan keputusan mereka, yang mungkin harus menjadikannya sebagai kebijakan. Dan itu tepat pada waktunya. Pada Oktober 1973, setelah perang Yom Kippur di Timur Tengah, ada kejutan harga minyak dan perusahaan-perusahaan minyak utama, hanya Shell yang sudah siap untuk perubahan. Manajemen perusahaan menanggapi dengan cepat dan tahun-tahun berikutnya, Shell pindah dari salah satu lebih lemah dari tujuh perusahaan minyak besar yang ada pada waktu itu untuk yang kedua dalam ukuran dan nomor satu dalam profitabilitas. Jadi untuk beroperasi di dunia yang tidak menentu, para manajer harus mampu mempertanyakan asumsi mereka tentang cara dunia bekerja, sehingga mereka bisa melihat dunia lebih jelas. Tujuan dari perencanaan skenario karena itu, untuk membantu para manajer untuk mengubah pandangan mereka tentang realitas, untuk mencocokkan itu lebih dekat dengan kenyataan sebagaimana adanya, dan kenyataan seperti itu akan menjadi. Hasil akhirnya, bagaimanapun, bukanlah gambaran yang akurat tentang besok, tapi keputusan yang lebih baik tentang masa depan.

Kunci Topic: Moving Beyond Tetapkan Anggaran Tahunan "Tetap anggaran tidak bekerja hari ini. Anggaran adalah alat yang terlalu statis dan manajer kunci ke masa lalu - menjadi sesuatu yang mereka pikir tahun lalu itu benar. Agar dapat efektif dalam ekonomi global bergeser dengan cepat kondisi pasar dan pesaing cepat dan gesit, organisasi harus mampu beradaptasi terus-menerus dan prioritas mereka harus meletakkan sumber daya mereka di mana mereka dapat menciptakan nilai bagi pelanggan paling dan pemegang saham. Untuk melakukan itu, mereka membutuhkan konsep-konsep yang tepat, proses manajemen dan alat konsep-konsep seperti Model Manajemen Penganggaran Beyond.Pengenalan instrumen manajemen baru seperti Balanced Scorecard, yang membantu untuk lebih menyelaraskan seluruh organisasi dengan tujuan strategis perusahaan dan untuk memfokuskan pada hal-hal penting, telah menciptakan landasan yang tepat. Karena kalau strategi perusahaan dan tujuan yang jelas untuk semua orang dalam sebuah

organisasi, salah satu prinsipnya dapat bereaksi lebih cepat terhadap perubahan kondisi pasar. Tapi kemudian anggaran tetap datang ke arah mereka dan mencegah mereka dari benar-benar melakukan hal yang benar. Meskipun apa yang sering hilang adalah lebih fleksibel perencanaan dan pengendalian operasional model. Selain model yang ingin Penganggaran tepat untuk mengisi kesenjangan ini. "

melakukan proses perencanaan skenario Peter Schwartz, seorang ahli dalam perencanaan skenario, menggambarkan teknik perencanaan skenario ini dalam bukunya: The Art of the Long View (New York: Currency Doubleday, 1996). Buku ini deskripsi yang sangat baik dari konsep perencanaan skenario termasuk banyak studi kasus dan contoh. Konsep yang kasar seperti ini: Step1: Mengungkap keputusan Manajemen untuk memahami pilihan. Untuk ini ia harus tahu, apa yang akan "dalam agenda".Untuk setiap perusahaan harus mempunyai keputusan dalam waktu dekat atau masa depan. Tanggapan manajemen kepada mereka akan menentukan masa depan banyak dari kinerja dan kelangsungan hidup. Jadi pada langkah pertama ini keputusan strategis yang mungkin harus dibuat di masa depan harus terungkap. Hal ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang tepat terkait dengan misi dan tujuan bisnis perusahaan seperti: di mana industri kita akan pergi? Apa yang dimaksud dengan jalan pengembangan industri kita? Peristiwa apa mungkin pengaruh itu dan akan memaksa kita untuk berubah? Keadaan di mana mungkin kita menjadi sukses yang luar biasa, di mana keadaan akan perusahaan akan menghadapi risiko? Dibutuhkan terus-menerus bekerja untuk menembus pertahanan mental internal manusia. Oleh karena itu tugas ini meliputi pemeriksaan pikiran-set yang ada manajer, sehingga prasangka dan asumsi menjadi jelas, dan hati-hati berpikir apakah pola pikir mereka akan membuat para manajer ini melihat masa depan yang tepat. Cara terbaik adalah mulai dengan keputusan-keputusan penting yang harus dibuat tetap dan kemudian dibangun keluar ke lingkungan.Langkah ini juga harus meliputi identifikasi faktor-faktor kunci dari sistem bisnis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan keputusan. Step2: berburu informasi dan mengumpulkan data Untuk membuat skenario, cerita, yang bergema dalam beberapa hal dengan apa yang orang sudah tahu dan membawa mereka dari yang mempertanyakan asumsi mereka tentang bagaimana mereka melihat dunia, pengamatan dari dunia nyata harus dibangun ke dalam cerita. Demikian proses skenario melibatkan penelitian keterampilan berburu dalam mengumpulkan informasi. Hal ini telah dilakukan baik secara sempit - untuk mengejar fakta-fakta yang diperlukan untuk skenario tertentu - dan secara luas - untuk mendidik skenario perencana, sehingga ia dapat mengajukan pertanyaan lebih signifikan. Fleksibilitas dari perspektif sangat penting dalam melakukannya. Perencana skenario harus secara simultan fokus pada apa yang penting dalam suatu situasi keputusan, tapi kesadaran tetap terbuka untuk yang tak terduga. Karena beberapa subjek penelitian muncul lagi dan lagi dalam karya seorang perencana skenario, beberapa perencana merekomendasikan untuk

bergerak melakukan penelitian tentang topic yang khas, sebelum mencari orang lain. Topik khas seperti: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; membentuk persepsi-peristiwa, yang membentuk atau mengubah persepsi masyarakat; ide-ide baru yang muncul dalam "pinggiran" (yang berarti tidak dalam arus utama) dan menyebar lebih jauh. Step3: Mengidentifikasi kekuatan penggerak skenario Tugas pertama dalam membangun skenario itu sendiri adalah untuk mencari kekuatan penggerak, kekuatan pendorong dari lingkungan makro yang mempengaruhi faktor-faktor kunci yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya peraturan pemerintah mungkin mempengaruhi mereka. Tapi di samping peraturan pemerintah, ada banyak faktor-faktor eksternal yang kurang jelas juga. Mengidentifikasi dan menilai faktor fundamental ini adalah baik titik awal dan salah satu tujuan dari metode skenario. Kekuatan pendorong adalah elemen yang menggerakkan plot sebuah skenario, yang menentukan hasil cerita. Kekuatan pendorong sering tampak jelas bagi satu orang dan tersembunyi kepada orang lain. Oleh karena itu identifikasi kekuatan mengemudi harus dilakukan dalam sebuah tim, dengan brainstorming bersama-sama. Dengan melihat pada gaya mengemudi seperti itu, akan sangat membantu untuk menjalankan melalui daftar kategori Common mengemudi kekuatan: kekuatan sosial / demografis perkembangan, perkembangan teknologi, perkembangan ekonomi dan peristiwa, perkembangan politik dan peristiwa, perkembangan lingkungan. Biasanya, perusahaan memiliki sedikit kontrol atas kekuatan mengemudi. Pengaruh mereka untuk berurusan dengan mereka berasal dari mengenali mereka, dan memahami efeknya. Step4: Menemukan unsur-unsur yang telah ditetapkan Elemen yang telah ditetapkan perkembangan dan logika yang bekerja dalam skenario tanpa tergantung pada rantai tertentu peristiwa. Itu berarti, unsur-unsur yang telah ditetapkan adalah sesuatu, yang tampaknya pasti, tidak peduli skenario mana terjadi. Sebagai contoh yang paling umum dikenal adalah unsur yang telah ditentukan demografi, karena berubah begitu lambat.Misalnya Uni Soviet mengalami penurunan tajam kelahiran selama dan segera setelah Perang Dunia II. Satu generasi kemudian, pada 1960-an dan 1970-an, yang asli "patung bayi" bergema oleh penurunan yang lebih besar daripada yang kita lihat misalnya di Amerika Serikat. Pada pertengahan tahun delapan puluhan sehingga Uni Soviet mengalami penurunan dalam angkatan kerja yang lebih sedikit dan lebih sedikit orang-orang muda usia datang. Ini mungkin disebabkan kerusakan ekonomi yang telah menyebabkan kerusakan politiknya. Sejak 1960-an dan 1970-an, penurunan tenaga kerja di Uni Soviet pada pertengahan tahun delapan puluhan adalah unsur yang telah ditetapkan. Mengidentifikasi unsur-unsur tersebut adalah pembangun kepercayaan diri yang sangat besar dalam pengambilan keputusan strategis. Manajer dapat melakukan beberapa kebijakan dan merasa yakin tentang mereka. Ada beberapa strategi yang berguna untuk mencari elemen ditentukan sebelumnya. Sebagai contoh, Anda bisa mencari perubahan lambat fenomena seperti pertumbuhan populasi atau pembangunan infrastruktur fisik. Anda bisa mencari terkendala situasi, di mana perusahaan, negara atau bahkan individu memiliki, setidaknya selama waktu tertentu, tidak ada pilihan. Cari "di pipa" efek. Hari ini kita sudah tahu apa yang populasi remaja di Jerman pada tahun 2000-an akan.

Semuanya sudah lahir dan sudah "di pipa". Step5: Identifikasi ketidakpastian kritis Dalam setiap rencana ketidakpastian kritis ada. Skenario perencana mencari mereka untuk mempersiapkan diri bagi mereka. Ketidakpastian kritis sering dikaitkan dengan unsur-unsur yang telah ditentukan. Anda menemukan mereka dengan mempertanyakan asumsi-asumsi Anda tentang predetermines rantai unsur-unsur dan unsur-unsur yang telah ditentukan.Misalnya mempertimbangkan industri penerbitan dari suatu negara tertentu. Populasi pembaca sebagian besar ditentukan sebelumnya - itu tergantung pada demografi. Melek huruf juga merupakan elemen penting untuk memperkirakan permintaan, tetapi jauh dari yang telah ditetapkan. Tergantung pada keputusan yang dibuat oleh pemerintah, pada kebijakan pendidikan di tahun berikutnya. Dengan demikian, mutu pendidikan sekarang akan mempengaruhi pasar media cetak dalam dua puluh tahun berikutnya. Jadi kritis adalah variabel ketidakpastian dalam perencanaan skenario dan merupakan dasar untuk membuat skenario yang berbeda secara paralel. Salah satu metode untuk mengidentifikasi ketidakpastian kritis yang paling penting adalah, untuk peringkat faktor-faktor kunci dan kekuatan pendorong berdasarkan dua kriteria: pertama, tingkat penting bagi keberhasilan masalah fokus atau keputusan yang diidentifikasi pada langkah satu, kedua, tingkat sekitarnya ketidakpastian faktor-faktor dan tren. Intinya adalah untuk mengidentifikasi dua atau tiga faktor yang paling penting dan paling tidak pasti. Faktor-faktor ini kemudian membentuk dasar untuk skenario yang berbeda, karena tujuannya adalah untuk berakhir hanya dengan beberapa skenario perbedaan yang membuat perbedaan kepada para pengambil keputusan. Step6: Menulis skenario Untuk menjelaskan masa depan, skenario menggambarkan bagaimana kekuatan pendorong mungkin masuk akal berperilaku, berdasarkan asumsi yang telah ditentukan dan kritis unsur ketidakpastian. Untuk menggambarkan skenario yang berbeda, mereka plot, Anda menggunakan ketidakpastian yang tampak begitu penting. Misalnya untuk industri penerbitan, dua skenario dapat dibuat, tergantung pada tingkat melek huruf. Dalam skenario satu, sejumlah besar orang yang melek huruf meluangkan waktu mereka membaca. Skenario kedua adalah sebaliknya: orang-orang menjadi lebih berorientasi pada televisi dan radio karena tidak mampu membaca untuk menahan perhatian mereka. Tapi ada juga skenario ketiga yang mungkin - bahkan lebih cepat pertumbuhan media cetak, karena lebih banyak orang menghabiskan waktu mereka dengan berbagai media, termasuk Internet, yang saling memperkuat satu sama lain.Jadi kekuatan pendorong, unsur-unsur yang telah ditentukan, dan ketidakpastian kritis memberi struktur eksplorasi masa depan. Untuk membuat skenario cerita, plot garis, rekomendasi adalah, untuk membawa sebuah tim bersama yang menyadari keputusan yang dianggap.Setiap anggota tim perencanaan skenario telah dilakukan penelitian nya. Kemudian mereka duduk bersama berbicara dan mengembangkan ide-ide dalam menanggapi pertanyaanpertanyaan: Apa kekuatan pendorong? Apa kita merasa tidak pasti? Apa yang tidak dapat dihindari? Bagaimana skenario ini atau itu? Tujuannya adalah untuk memilih plot garis-garis yang mengarah ke pilihan yang berbeda untuk keputusan asli. Tantangannya adalah untuk mengidentifikasi bidang yang paling menangkap dinamika situasi dan mengkomunikasikan titik efektif. Penulis skenario tugas

kemudian, untuk menentukan kekuatan di dalam dan di luar perusahaan, dan menganalisis yang plot mereka cocok. Setelah mengumpulkan variasi yang mungkin, penulis skenario akan menggoda lima atau enam variasi yang sesuai dengan kasus.Akhirnya ia sempit dan menggabungkan mereka ke dalam dua atau tiga sepenuhnya gambaran yang terinci tentang apa yang mungkin terjadi - skenario. Step7: Analisis implikasi dari keputusan sesuai dengan skenario Apabila skenario telah dikembangkan dalam beberapa detail, maka saatnya untuk kembali ke keputusan yang diidentifikasi dalam langkah pertama. Bagaimana keputusan terlihat di setiap skenario? Apa kerentanan itu diturunkan? Apakah keputusan atau strategi yang kuat di semua skenario, atau apakah itu terlihat baik dalam satu atau dua dari skenario? Jika suatu keputusan hanya terlihat baik dalam salah satu dari beberapa skenario, maka ia memenuhi syarat sebagai berisiko tinggi berjudi, terutama jika perusahaan hanya memiliki sedikit kontrol atas kemungkinan skenario yang diperlukan datang untuk lulus. Pertanyaan apa yang harus dibahas kemudian oleh manajemen adalah, bagaimana strategi yang harus disesuaikan untuk membuatnya lebih kuat jika skenario yang dikehendaki menunjukkan tandatanda tidak terjadi. Step8: Seleksi memimpin indikator dan petunjuk Hal ini penting untuk mengetahui secepat mungkin dari beberapa skenario yang terdekat dengan perjalanan sejarah seperti itu benar-benar terungkap. Untuk itu, segera setelah skenario yang berbeda telah selesai dan implikasi mereka untuk keputusan ditentukan, maka beberapa indikator harus dipilih, untuk memantau strategi atau keputusan dalam cara yang berkelanjutan.Pemantauan indikator ini akan memungkinkan perusahaan untuk mengetahui apa masa depan untuk industri tertentu dan bagaimana masa depan itu kemungkinan besar akan mempengaruhi strategi dan keputusan dalam industri. Jika skenario telah dikembangkan dengan hati-hati, maka skenario akan dapat menerjemahkan gerakan beberapa indikator kunci menjadi teratur set industri-implikasi tertentu. Koherensi logis yang dibangun ke dalam skenario akan memungkinkan implikasi logis dari indikator terkemuka yang dapat ditarik keluar dari skenario.

Ringkasan Risiko yang terkait dengan investasi menjadi tidak berwujud, khususnya investasi ke dalam strategi dan dalam rantai inovasi produk dari sebuah perusahaan, jauh lebih tinggi dibandingkan industri tradisional aset fisik jenis investasi. Tapi di sisi lain terbalik sering terbatas. Jadi usaha yang terlibat dalam R & D dan berkesinambungan inovasi produk dan pasar harus menemukan cara untuk membatasi kerugian, risiko, dan untuk meningkatkan terbalik untuk memanfaatkan sepenuhnya investasi mereka dan untuk menghasilkan nilai bagi investor dan stakeholders lainnya. Untuk melakukan itu, mereka harus diam-diam memanfaatkan informasi yang telah tersedia di dalam atau di luar perusahaan dan untuk mengubahnya menjadi pengetahuan tentang kemungkinan skenario dan pilihanpilihan masa depan perusahaan, untuk bereaksi sebelum peristiwa-peristiwa yang tidak menguntungkan terjadi. Dan skenario perencanaan adalah metode yang sangat

baik untuk melakukan itu dan untuk membatasi besar, khususnya risiko strategis. Skenario perusahaan royal dutch shell Masa depan adalah 'terra incognita': meskipun kita mungkin dapat menebak hasil dari peristiwa-peristiwa yang terletak dekat dengan kita, sebagai proyek kami di luar ini kita memasuki zona yang penuh dengan ketidakpastian. Paradoksnya, berbagai pilihan ini tampaknya bisa mengungkapkan hal-hal melumpuhkan. Tidak ada yang bisa memetakan masa depan pasti, tetapi kita dapat mengeksplorasi kemungkinan dengan cara-cara yang secara khusus dirancang untuk mendukung pengambilan keputusan. Di Shell, kami menggunakan bangunan skenario untuk membantu kami bergulat dengan perkembangan dan perilaku yang membentuk masa depan apa yang dapat memegang dan mempersiapkan diri secara lebih efektif. Kami juga percaya hal itu dapat menginspirasi individu dan organisasi untuk memainkan peran lebih aktif dalam membentuk masa depan yang lebih baik - untuk diri mereka sendiri, atau bahkan di skala global. Dalam makalah ini, kami menggunakan metafora eksplorasi dan pembuatan peta untuk menggambarkan bagaimana kita berpikir tentang membangun skenario. Seperti satu set peta yang menggambarkan aspek yang berbeda dari lanskap, skenario memberikan kami dengan berbagai perspektif mengenai apa yang mungkin terjadi, membantu kita untuk menavigasi lebih berhasil. Eksplorasi - dari suatu wilayah atau masa depan - melibatkan baik pemikiran analitis berakar pada faktafakta apa pun yang jelas, dan juga informasi intuisi. Dunia saat ini tengah dihadapkan pada tiga kenyataan (three hard truths) yang mau tidak mau harus kita hadapi. Beberapa kenyataan tersebut, antara lain permintaan akan energi yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah populasi manusia, volume dari easy oil and gas yang semakin menurun, dan kadar CO2 di atmosfer yang semakin mengkhawatirkan akibat penggunaan bahan bakar fosil yang overconsume. Berkaca dari tiga kenyataan di atas, beberapa skenario dibuat dalam melihat masa depan bumi ini. Skenario pertama adalah Scramble. Pada skenario ini tidak ada perencanaan-perencanaan terkait dengan pengendalian rasa haus manusia akan energi, pencarian sumber-sumber energi alternatif dan terbarukan, dll. Semuanya dibiarkan mengalir saja. Peningkatan manusia yang berpengaruh pada permintaan akan energi yang juga akan meningkat akan diatasi dengan memaksimalkan eksploitasi sumber-sumber energi primer yang ada. Dampak lingkungan, seperti kadar CO2 di atmosfer, dari penggunaan bahan bakar fosil dikesampingkan. Pada skenario ini, yang utamakan adalah yang terkait dengan kekinian. Masa bodoh dengan masa yang datang. Skenario ini juga akan melahirkan regulasi-regulasi yang sifatnya protektif terhadap sumber-sumber energi primer yang dilberlakukan oleh suatu negara. Atau dengan kata lain, pengamanan terhadap sumber-sumber energi tersebut untuk keberlangsungan penduduknya. Satu kata yang cukup menggambarkan sifat dari skenario ini, reaktif. Skenario kedua adalah Blueprints. Sesuai dengan nama skenarionya, maka perencanaan-perencanaan dibuat untuk menghadapi prediksi-prediksi yang mungkin saja terjadi di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian di bidang energi alternatif dan terbarukan digalakkan. Pola konsumsi energi manusia sedikit demi sedikit diubah. Paradigma 'More Works, Less Energy' ditanamakan sedini mungkin. Skenario ini tidak memungkiri sebagian kebutuhan energi dunia yang masih harus dipenuhi dari sumber-sumber energi fosil. Hanya saja eksploitasi yang dilakukan

tidak seperti yang ada pada skenario Scramble. Bahan bakar fosil tetap digunakan, namun sedikit demi sedikit dilakukan pengurangan dalam penggunaannya. Apakah itu dilakukan dengan menyodorkan kepada masyarakat pilihan sumber-sumber energi alternatif dan terbarukan, seperti angin, surya, osmosis air laut-air tawar, air, arus laut, geothermal, dll-nya ataupun dengan mendidik masyarakat agar dapat menghemat dan bekerja dengan energi yang seminimal mungkin penggunaannya. Dengan kata lain, skenario ini mempersiapkan segalanya dengan baik dan matang untuk menghadapi masa yang akan datang yang tidak pasti. skenario hingga 2015 pertarungan A. Penerbangan ke batubara: sebagai permintaan energi semakin meningkat giliran politisi murah, berlimpah batu bara, industri batubara ukuran ganda pada 2025. Namun, batubara menghasilkan lebih banyak CO2. daripada kebanyakan sumber energi lainnya. Pelabuhan dan kereta api tidak dapat dibangun cukup cepat untuk transportasi itu. B. Dengan cepat tumbuh emisi CO2: untuk memastikan pasokan memenuhi permintaan, pemerintah buru-buru secara sepihak untuk mengembangkan sumber energi lokal. Tindakan perubahan iklim didorong lebih jauh ke dalam agenda. Blueprints A. Worldwide skema perdagangan emisi pasca Kyoto berkembang: orang-orang dan kelompok, takut kehilangan gaya hidup mereka dan kemakmuran, datang bersamasama untuk menekan pemerintah dan bisnis untuk memberikan energi yang berkelanjutan menjadi prioritas yang lebih tinggi. B. Emerging koalisi: koalisi muncul di seluruh dunia untuk mengatasi masalah pencemaran lokal dan semakin bekerja sama untuk mencari solusi. Semakin banyak konsumen dan bisnis menyadari bahwa perubahan tidak selalu menyakitkan, ketakutan semakin berkurang dan tindakan substansial menjadi politis mungkin skenario sampai dengan 2020 pertarungan A. dimandatkan biofuels: permintaan untuk bahan bakar transportasi mengarah pada fokus besar pada biofuel. Kenaikan substansial harga pangan mengikuti terutama di negara-negara yang menggunakan jagung sebagai bahan pokok. Inters tumbuh berikutnya dalam teknologi maju biofuel yang membantu untuk mengatasi masalah keberlanjutan. Blueprints A. Global pada skema perdagangan CO2: insentif/perpajakan dilaksanakan untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2. CO2 pada skema perdagangan internasional raksasa massa kritis.Peningkatan keterpaduan pada harga CO2 memperlambat permintaan batu bara, merangsang konservasi energi, dan investasi dalam teknologi energi bersih.

skenario sampai dengan 2030 pertarungan A. membatasi Coal hits. Emisi CO2 moderat, kemudian naik lagi: dunia infrastruktur

transportasi batubara mencapai batas. Hal ini tidak mungkin lagi untuk bergerak cukup, transportasi batubara lewat laut atau kereta api untuk memnuhi pasokan Blueprints A. penangkapan dan penyimpanan karbon dikerahkan dengan komersial: mulai tahun 2020, harga CO2 dan sistem perdagangan membuka jalan untuk menangkap CO2 dan penyimpanan di bawah tanah. Sebuah transisi penting teknologi dari hari ini, sistem energi karbon besok rendah. B. Electric kendaraan memasuki pasar massal: permintaan untuk perubahan produksi drive hemat energi kendaraan dan perbaikan lainnya. Membungkuk ke tekanan publik, pemerintah menetapkan target untuk mengurangi emisi dan nolkendaraan dan hadiah perusahaan yang menemui mereka. Skenario hingga 2040 pertarungan A. pertumbuhan energi nuklir: tenaga nuklir membantu mengimbangi permintaan batubara, tapi tidak sebanyak orang berpikir. Tanaman butuh waktu lama untuk dibangun. Mereka dapat politis kontroversial. Kapasitas nuklir tidak akan cukup untuk memberikan kontribusi bermakna sampai 2050. Blueprints A. Elektrifikasi sektor transportasi: pada 2040 20% dari pembangkit listrik batubara telah diterapkan untuk CCS (penangkapan dan penyimpanan karbon) dan 50% dari kendaraan baru listrik atau hidrogen. Skenario hingga 2050 Scramble A. Iklim dan adaptasi: akhirnya masyarakat menuntut langkah-langkah efisiensi energi, dan akhirnya pemerintah mengambil kebijakan. B. Energi terkait dengan penurunan emisi CO2 tapi konsentrasi atmosfer terus meningkat: knee jerk undang-undang ini jarang dipikirkan dan menciptakan masalah lebih lanjut. E.g. kekurangan perumahan baru karena perusahaanperusahaan konstruksi tidak dapat beradaptasi cukup cepat untuk membangunan regulasi energi baru yang efisien. C. Dunia membutuhkan sekitar 15% lebih sedikit energi daripada jika tidak bertindak: setelah dihindari untuk membuat keputusan sulit sebelumnya, dunia kini menghadapi konsekuensi mahal pada tahun 2050 dan seterusnya. Ini adalah warisan yang reaktif, pendekatan acak. Blueprints A. pengaruh GDP dunia dan pertumbuhan energi: 2050 oleh AS dan Uni Eropa menggunakan sekitar 25% lebih sedikit energi (per kapita) daripada hari ini. Penggunaan energi Cina juga telah mencapai puncak, indonesia masih memanjat tangga dalam hal energi. B. Lanjutan pertumbuhan bahan bakar yang tidak konvensional: pada tahun 2050, lebih dari 60% tenaga listrik berasal dari sumber daya terbarukan. Carbon capture / storage berarti bahan bakar fosil yang digunakan dalam cara yang lebih ramah lingkungan. C. Dunia membutuhkan sekitar 26% lebih sedikit energi daripada jika tidak

bertindak: meskipun penggunaan energi akan jauh lebih tinggi daripada sekarang, jauh lebih rendah dari itu bisa saja dan jalan jauh lebih berkelanjutan. Akan ada 3 miliar lebih dari kita, tetapi emisi CO2 akan lebih rendah per kapita, manfaat utama mengejar Blueprints Diposkan oleh e-Jerfs di 10:33

Anda mungkin juga menyukai