Anda di halaman 1dari 9

Prospek Kerjasama Energi dengan Negara-negara Afrika Sub-Sahara

dan Manfaat Jangka Panjang bagi Indonesia 1


oleh: A.J.Surjadi, CSIS Jakarta
Abstrak
Dimulai dengan pemetaan energi sekilas dunia dan peta ekonomi dan energi Afrika Sub-Sahara
sebagai titik tolak analisis peluang kerjasama dan kesempatan jangka panjang, maka tulisan ini
membahas sekilas prospek Indonesia, dari segi hubungan LN terutama dari segi energi. Diharapkan
daripadanya dapat diperoleh bidang-bidang yang potensial strategis untuk dirintis kerjasamanya
dengan beberapa negara Afrika Sub-Sahara.
Pengantar
Sesuai dengan visi Departemen Luar Negeri yang telah dicanangkan, maka akan
dikembangkan dan dilaksanakan diplomasi total dalam mewujudkan Indonesia yang dicita-
citakan. Dalam mencapai visi yang multifaset tersebut dihadapi keadaan dunia yang makin
kompleks. Untuk itu tidak perlu kita kehilangan fokus mengingat adanya keterbatasan
sumberdaya negara, dan tetap dapat menentukan prioritas-prioritas dengan tajam. Dari tujuh
pernyataan misi, yang diturunkan menjadi limabelas tujuan stratejik dan duapuluh sasaran
stratejik telah disusun tigapuluh dua program. Dapat dibayangkan berapa banyak analisis
yang harus dibuat dan sumberdaya yang harus digunakan untuk menyusunnya. Belum lagi
jika diperhitungkan banyaknya negara Afrika Sub-Sahara atau kelompok regionalnya, yang
masing-masing mempunyai ciri khasnya. Pedoman yang diberikan, dirumuskan dalam
tigapuluh satu butir kebijakan. Kalau dianggap bahwa berbagai rumusan tersebut bersifat
jangka menengah, maka mungkin kurang relevan dengan judul tulisan ini yang bersifat
jangka panjang.
Kalau dipilih satu jalur yang mengait dengan energi di Afrika Sub-Sahara, agar kajian ini
lebih realistis, maka misi kerjasama pembangunan dan ekonomi, promosi dagang dan
investasi, kesempatan kerja dan alih teknologi, serta hubungan dan kerjasama bilateral,
regional dan internasional merupakan peluang yang dapat ditempuh. Berbagai program
kerjasama kandas karena lemahnya pendanaan dan kelangkaan sumberdaya manusia,
terutama karena meningkatnya jumlah pertemuan yang harus dihadiri. Karena itu lalu
dicarikan sumberdana dari pihak ketiga atau ditempuh hubungan yang lebih bersifat
komersial atau perdagangan. Di samping bagaimana kerjasama tersebut akan dilaksanakan,
tidak kalah rumitnya adalah memilih tema program yang hendak dilaksanakan, mengingat
persepsi masing-masing terhadap masa depan, khususnya di bidang energi mungkin masih
sangat berbeda.
1
Tulisan disampaikan pada Pertemuan Kelompok Ahli yang membahas "Diplomasi Energi Indonesia
dengan Negara-negara Kawasan Afrika Sub-Sahara: Tinjauan kritis terhadap Manfaat bagi Kepentingan
Nasional", diselenggarakan oleh BPPK Deplu, di Surabaya, 25-27 April 2007.
-1-
2
Masalah Energy Security di wilayah Asia baru-baru ini dibahas dalam Asia Cooperation Dialogue: Co-
Prime Movers on Energy Security di Bali, 11-12 April 2007.
3
Anggauta senior delegasi OPEC yang menghadiri pertemuan informal tingkat Menteri OPEC tanggal 18
April 2006, mengatakan bahwa kenaikan harga minyak akhir2 ini lebih banyak karena faktor geopolitik
daripada faktor fundamental.
4
David Sandalow, Ending Oil Dependence, The Brookings Institution, Washington DC, January 22, 2007.
5
Nader Elhefnawy, "US: Army War College on energy security", Parameters, 23 Feb 2006.
6
EIA DOE, International Energy Outlook 2006, Washington DC.
7
Hardiv Situmeang, "Overview of World's Energy and Its Impact to Developing Countries", presentation at
the ACD Co-prime Movers on Energy Security, Bali, 11-12 April 20007.
8
Satuan aslinya adalah toe. 1 toe = 6.84 boe (barrel of oil equivalent).
9
EIA DOE. op.cit.
Peta energi dunia
Permintaan akan energi adalah permintaan jabaran dari kegiatan lain, terutama kegiatan
ekonomi, di samping kegiatan untuk meningkatkan kenyamanan yang dapat digolongkan
pada kegiatan non-ekonomi, karena bersifat preferensi perorangan. Karena itu proyeksi
kebutuhan energi di masa depan banyak dikaitkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi
serta tingkat kesejahteraan masyarakat.
Persepsi dunia terhadap masalah energi dapat disingkat menjadi dua, yaitu masalah
keselamatan (security)2 dan keterdukungan (sustainability). Yang pertama terkait dengan
penyediaan (supply) dan yang kedua terkait dengan permintaan, beserta dampak ikutannya.
Keseimbangan antara penyediaan dan permintaan ini tercermin dalam harga energi, sekalipun
gejolak harga tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor non-fundamental, seperti
geopolitik3, gangguan dalam mata rantai penyediaan, termasuk teknis dan cuaca, dan
sebagainya.
Persepsi terhadap ketersediaan sumberdaya energi juga terbagi dua, yang menganggap bahwa
sumber energi dunia masih melimpah dan yang beranggapan bahwa akan segera datang
masa-masa sulit, berserta akibat-akibatnya. Yang beranggapan bahwa sumber energi di dunia
melimpah berpendapat bahwa banyak sumber energi pengganti, bahkan yang terbarukan
yang dapat digunakan bila bahan bakar fossil habis 4. Sebaliknya yang percaya bahwa akan
datang masa2 sulit berpendapat bahwa dibutuhkan waktu peralihan yang lama, karena
sumber2 energi pengganti tersebut terlalu mahal dan masih terlalu sulit untuk dikendalikan
untuk mendukung tingkat produktivitas ekonomi dan kehidupan yang diingini 5.
Proyeksi permintaan akan energi primer dunia yang dilakukan oleh EIA Departemen Energi
AS6 dan oleh Badan Energi Internasional OECD seperti dilaporkan oleh Situmeang 7
menunjukkan bahwa permintaan tersebut akan naik dari 75 Gboe pada tahun 2004, menjadi
116 Gboe pada tahun 20308 (lihat Gb. 1). Bahan bakar fossil masih akan menjadi sumber
energi primer yang dominan. Kenaikan terbesar terjadi pada permintaan akan batubara.
Untuk sementara batubara belum terlalu merisaukan, di samping cadangan dunia yang masih
memadai, pengembangan teknologi untuk mengurangi pencemaran terus digalakkan, serta
kebijakan untuk menekan pelepasan gas rumah kaca dikembangkan pada tingkat
internasional9.
-2-
10
Situmeang, ibid.
11
R.C.Porter dalam Journal of Econ. Literature, Vol. XLIV (March 2006) p.186-190.
Gb.1 Pangsa Bahan Bakar Fossil dalam Permintaan Energi Primer Dunia
Sumber: Situmeang (2007)10
Minyak Bumi
Dalam berbagai proyeksi tersebut telah digunakan model yang memperhitungkan faktor
ekonomi, terutama kaitan antara harga dan perrmintaan dan penyediaan. Para pengambil
keputusan di bidang minyak memberikan kesan bahwa masa minyak bumi akan segera
berakhir, karena cadangan minyak telah menurun. Hal ini terlihat dari penanaman modal di
bidang ini yang rendah, kenaikan harga minyak tidak banyak mendorong eksplorasi baru,
sehingga cadangan terbukti menurun; cadangan dalam pengangkutan dan distribusi juga
menipis. Kilang minyak di AS sudah mendekati batas kapasitasnya tetapi tidak ada kilang
baru yang dibangun; kapal tanker telah penuh dipesan tetapi yang dihapus lebih banyak dari
yang dibangun. Merger dan Penggabungan oleh Perusahaan Raksasa Minyak meningkat
dalam rangka menambah cadangan terbukti11. Apakah kecenderungan penguasaan cadangan
yang makin banyak oleh pemerintah (lihat Gb.3) telah berperan masih perlu kajian lebih
lanjut. Gb.4 menunjukkan keterbatasan kapasitas kilang, cadangan dan produksi, yang
menambah faktor2 risiko penyediaan bahan bakar minyak.
Mungkin sementara dapat disimpulkan, seperti apa yang dikemukakan oleh Caruso,
Administrator di EIA US DOE, belum lama ini, seperti tertera dalam Gb.5. Cadangan minyak
akan "habis", tidak segera tetapi dalam abad ini, kecuali jika umat manusia lebih hemat
minyak, mengurangi mobilitasnya, serta menemukan teknologi sumber energi yang dapat
menggantikan minyak secara ekonomis, seperti pasir ter di Kanada dan minyak berat di
Venezuela. Faktor geopolitik dapat menyebabkan kurva mendatar atau bahkan menurun
untuk jangka waktu tertentu. Pertumbuhan produksi minyak antara 1 sampai 3 prosen per
tahun tidak akan segera terkendala oleh cadangan sumberdaya yang secara teknis dapat
digali. Terpenuhinya proyeksi tersebut masih mengandung risiko, mengingat panjangnya
tenggang waktu untuk teknologi baru memasuki pasar.
-3-
12
Guy Caruso, "When will World Oil Production Peak?". Presentation at the 10th Annual Asia Oil and Gas
Conference, Kuala Lumpur, June 13, 2005.
Gb.2 Cadangan Terbukti Minyak dan Gas yang dikuasai oleh Perusahaan
Sumber: The World Energy Book, Issue 2, 2006
Gb. 4 Permintaan minyak bumi akan menurun sesudah mencapai puncaknya,
dalam 3 senario pertumbuhan
Sumber: Caruso12
-4-
13
IMF, World Economic Outlook 2006.
Gb.3 Kapasitas Kilang, Cadangan dan Produksi Minyak Global
Sumber: IMF, World Economic Outlook 200613
Tenaga Nuklir
85% kapasitas PLTN terpasang di dunia berada di negara anggauta OECD (30 negara). Di
negara2 tersebut tenaga nuklir memberikan hampir seperempat dari penyediaan listrik. Bahan
bakar PLTN tersebut, uranium belum merisaukan seperti
-5-
14
NEA - IAEA, Uranium 2005: Resources, Production and Demand, OECD, Paris, 2006.
15
5 kali kenaikan harga U3O8 menyebabkan 2 kali kenaikan biaya bahan bakar, yang selanjutnya
menyebabkan kenaikan pada total biaya pembangkitan listrik sebesar kl. 10%.
16
World Energy Council, The Role of Nuclear Power in Europe, WEC, London, Jan 2007.
17
Wikipedia, "Pebble bed Reactor", 31 January 2006.
18
Spencer Reiss, "Let a Thousand Reactors Bloom", Wired Magazine Frebruary 2005.
yang dialami oleh minyak. Uranium adalah logam "biasa" yang ditemukan dalam batu-batuan
dan air laut sebagai larutan ( 0,003 ppm). Cadangan U yang dapat ditambang (dengan biaya
kurang dari $80/kg U) adalah sebesar 4,7 juta ton 14. Konsumsi saat ini adalah 66 500 ton
U/tahun, yang mencukupi untuk puluhan tahun ke depan. Harga, seperti terlihat dalam Gb. 6,
menunjukkan adanya kenaikan akhir2 ini, tetapi diperkirakan akan turun setelah tambang2
baru dibuka. Harga ini juga akan terpengaruh jika U dari negara bekas Uni Soviet masuk ke
Eropa. Kenaikan harga U tersebut tidak merisaukan karena pangsanya dalam biaya produksi
listrik dalam PLTN adalah kecil (pada saat ini bahan bakar nuklir dalam pembangkit listrik
merupakan kl. 20% dari biaya total pembangkitan listrik) 15.
Produsen U terbesar adalah Kanada dan Australia, tetapi sejak tahun 2005 Afrika Sub-Sahara
mempunyai 3 tambang U yang termasuk 10 tambang U terbesar di dunia. Tambang tersebut
berada di Namibia (menghasilkan 7,6% produksi dunia), dan 2 tambang di Niger, masing2
menhasilkan 4,3% dan 3,2% produksi dunia. Gabon sebagai eksportir U belum termasuk
dalam 10 besar.
Gb.5 Perkembangan harga Uranium Dunia [US$/lb U]16
Gb.7 menunjukkan produksi U di negara2 "barat" serta tertera kurva kebutuhan U untuk
PLTN. Pada tahun 2002 sekitar 60% dari kebutuhan PLTN dipenuhi dari produksi tambang,
sisanya dari pemanfaatan kembali U yang semula digunakan untuk keperluan militer.
Diproyeksikan pemanfaatan tenaga nuklir akan terus meningkat, sekalipun pangsanya dalam
penyediaan energi akan menurun. Peningkatan ketersediaan PLTN yang telah ada dapat
mengganti pembangunan PLTN baru. Saat ini pengembangan PLTN generasi baru juga terus
diupayakan. Salah satu daripadanya adalah jenis Reaktor Suhu Tinggi berpendingin gas
"Pebble bed" (tumpukan bola2) (PBMR) yang dikembangkan di Afrika Selatan, yang
rencananya akan mulai dibangun tahun ini 17. Teknologi yang berasal dari Jerman ini (di
negara asalnya sudah dihentikan) juga sedang dikembangkan di Cina 18 berdasarkan lisensi.
Keuntungannya a.l.ukurannya
-6-
19
C.Ford Runge dan B.Senauer, "How Biofuels Could Starve the Poor", Foreign Affairs, May/June 2007.
20
B.D.Yacobucci and R.Schnepf, "Ethanol and biofuels", US CRS RL33928, Mar 2007.
21
IEA, Market Evaluation: Fuel Ethanol, Unicamp, Jan 2007.
22
C.Ford Runge, op.cit. Satuan asli yang digunakan adalah gallon AS, yang sama dengan 3,79 liter.
23
C.Berg, ""World Fuel Ethanol Analysis and Outlook", F.O.Licht, Kent April 2004, menyatakan bahwa
perolehan ethanol dari lobak (Perancis) dalam liter per ha melebihi tebu (Brasil) dan jagung (AS). Tetapi
dari jumlah bahan bakunya perolehan ethanol dari jagung (AS) dalam liter per ton lebih besar dari lobak
maupun tebu. Biaya bahan baku bruto tebu menjadi yang paling murah dalam sen US/liter dan lobak paling
mahal.
yang tidak harus besar, karena bersifat moduler, bersifat aman secara inheren, dan
pemanfaatan uranium yang lebih besar. Juga China berencana untuk membangun PLTN jenis
ini pada tahun 2007.
Tentangan pada pemanfaatan tenaga nuklir masih berlanjut, dan alasannya masih tetap:
tenaga nuklir tidak aman, karena pencemarannya, bahkan berbahaya, serta cadangan bahan
bakarnya terbatas, Bahkan ada yang menganggap bahwa dari segi ilmu pengetahuan,
penelitian untuk memanfaatkan tenaga nuklir adalah salah arah.
Gb.6 Produksi Uranium Negara Barat serta Kebutuhannya untuk PLTN
[1945-2001]
Sumber: WNA 2002 Market Report dan IEA World Energy Outlook 2002.
Bahan Bakar Nabati (BBN)
Akhir-akhir ini banyak tulisan yang membahas masalah BBN, antara lain ada ringkasan yang
cukup baik yang dimuat dalam majalah Foreign Affairs19 dan laporan yang disampaikan pada
Congress AS20. Tulisan lain yang masih relatif baru adalah evaluasi yang dibuat oleh IEA-
USDOE21, serta berbagai ulasan oleh AP, Platts dan mongabay.com. BBN yang terbanyak
dikembangkan adalah ethanol (produksi dunia tahun 2005 adalah sekitar 37 juta kiloliter 22),
45,2% diproduksi di Brasilia dan 44,5% di AS. Jika di Brasilia BBN tersebut dibuat dari
tebu, di AS dibuat dari jagung. Biodiesel lebih banyak dibuat di Eropa dari biji minyak
(semacam lobak23), produksinya 3,8 juta kiloliter. Sedangkan di AS produksi biodiesel baru
sekitar 400 000 kiloliter dan dihasilkan dari minyak nabati dan hewani (terkenal dengan
"bertani di kota"). Perbedaan produksi kedua jenis BBN di AS ini mencerminkan perbedaan
konsumsinya dalam sektor yang berbeda. BBM terbesar di AS digunakan dalam sektor
transpor, dan kendaraan bermotor terbanyak adalah berbahan bakar bensin.
-7-
24
P.Hazell and J.von Braun, "Biofuels: A Win-Win Approach That Can Serve the Poor", dalam IFPRI
Forum, Washington D.C. June 2006.
25
J.von Braun and R.K.Pachauri, "The Promises and Challenges of Biofuels for the Poor in Developing
Countries", Essay IFPRI, Washington, DC, 2006.
26
IMF, World Economic Outlook 2006.
27
IEA USDOE, Energy in Africa, Washington DC, December 1999.
28
IMF, op.cit.
Perkembangan industri kendaraan bermotor di China dan India layak untuk dicermati dalam
kaitan ini.
Uraian yang memperingatkan berbagai kelemahan pengembangan BBN bila tidak ditangani
dengan baik telah diterbitkan oleh IFPRI 24, agar dengan demikian dapat memberikan peluang
bagi negara berkembang25. Ditekankan bahwa tantangan yang dihadapi adalah, seperti
diperingatkan oleh berbagai kalangan yang kurang sependapat dengan pengembangan BBN –
apapun tujuannya– adalah: meningkatnya kesenjangan sosio-ekonomi yang biasanya
mengikuti kenaikan produksi dan produktivitas (karena mengejar skala ekonomi, karena itu
harus dicari skala yang tepat), pengalihan lahan pangan ke lahan energi (jadi tanaman harus
menghasikan energi yang jauh lebih tinggi nilainya dari pangan), penebangan hutan,
hilangnya keragaman hayati, masalah neraca energi dan neraca karbon, serta pemakaian
pupuk yang berlebihan, sehingga menyebabkan penurunan kualitas tanah dan air yang
menjadi tumpuan bagi si miskin. Untuk itu sektor publik harus berperan dalam mengelola
dan mengaturnya. Dari Brasil banyak yang dapat kita pelajari, maupun dari perdebatan
mengenai pangan versus energi (termasuk masalah kemiskinan).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga sumber energi tersebut akan terkait
dengan hubungan kerjasama Indonesia dengan Afrika Sub-Sahara di masa dekat maupun
jangka menengah.
Sekilas Peta Ekonomi dan Energi Afrika Sub-Sahara
Negara-negara di Afrika dikelompokkan oleh berbagai lembaga menjadi Afrika Maghreb,
Sub-Sahara dan Afrika Selatan. Pembagian selanjutnya adalah "Tanduk Afrika" (Djibouti,
Ethiopia, Sudan), "Danau-danau besar" (Burundi, Rep.Dem.Kongo, Kenya, Rwanda,
Tanzania, Uganda), Afrika bagian Selatan (Angola, Botswana, Comoros, Lesotho,
Madagascar, Malawi, Mauritius, Mozambique, Namibia, Seychelles, Swaziland, Zambia,
Zimbabwe), Afrika barat dan Tengah (Cape Verde, Gambia, Ghana, Guinea, Mauretania,
Nigeria, Sao Tome dan Principe, Sierra Leone, Zona CFA franc (Benin, Burkina Faso,
Cameroon, Central African Republic, Chad, Republik Kongo, Pantai Gading, Guinea
Ekuatorial, Gabon, Guinea-Bissau, Mali, Niger, Senegal, Togo) 26. Peta (Gb.7) menunjukkan
pengelompokan negara-negara tersebut.
Sejak laporan menyeluruh oleh EIA tahun 1999 27, kegiatan ekonomi Afrika Sub-Sahara terus
berlanjut dengan mantap28. Tabel 1 menunjukkan PDB, laju pertumbuhannya, dan jumlah
penduduk. Kolom ke-6 menunjukkan komoditi utama yang diekspornya. Dari 16 negara
eksportir minyak, 6 berasal dari Afrika Sub-Sahara.
-8-
29
EIA USDOE, Energy in Africa, Washington DC, December 1999.
Gb.7 Peta Afrika dipisah menurut kelompok
Sumber: Energy in Africa29
Sekalipun ekonomi Afrika Sub-Sahara tumbuh dengan 5,5% dalam tahun 2005, dari Tabel 1
terlihat bahwa pertumbuhan tersebut tidak merata, beberapa negara bahkan mengalami
pengurangan laju pertumbuhannya. Negara yang mengekspor minyak dan logam menikmati
kenaikan2 harga komoditi tersebut. Beberapa negara mengalami pertumbuhan di atas 7
prosen berkat upaya reformasi. Diperkirakan pertumbuhan kegiatan ekonomi masih akan
berlanjut, sekalipun dihadapi masalah produksi bahan pangan karena pengaruh cuaca, pasar
kapas yang melemah dan penghapusan kuota tekstil.
Pengelompokan negara2 Sub-Sahara terkait dengan kelembagaan kerjasama antar negara. Di
Afrika Barat telah dibentuk sejak 1975 Komunitas Ekonomi Negara2 Afrika Barat
(ECOWAS) yang mempunyai 15 anggauta. Komunitas tersebut hendak mendorong integrasi
regional dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya juga akan menciptakan uni moneter di
wilayah tersebut. Upaya integrasi tersebut tidak mudah karena hambatan ketidakstabilan
politik, perekonomian yang tidak cukup terdiversifikasi, kurangnya prasarana dan
sebagainya. Sebuah Kelompok Monitoring (ECOMOG) yang dibentuk, telah terlibat dalam
mengatasi perang sipil di wilayah tersebut. Anggauta ECOWAS yang berbahasa Perancis
telah membentuk Uni Moneter Afrika Barat (UEMOA), dengan tujuan akhir menjadikannya
bagi seluruh anggauta Komunitas. Di Afrika Wilayah Danau Besar, yang negara2nya
termasuk dalam negara Miskin yang Berhutang Banyak (HIPC) telah diupayakan kerjasama
wilayah. Komunitas Afrika Timur (EAC) dihidupkan kembali sejak 1999 tiga negara (Kenya,
Tanzania dan Uganda) menggagas dibentuknya uni bea cukai, serta kemudian
-9-
menjadi uni moneter dan politik. Rwanda dan Burundi setelah berhasil mengatasi
ketidakstabilan politik, menunjukkan minatnya untuk bergabung dengan EAC.
Tabel 1. Wilayah Afrika Sub-Sahara, Jumlah Penduduk, PDB,
Laju Pertumbuhan dan Sumber Utama Penduduk PDB [juta 2006 2007 Sumber Catatan
2001 [juta US$] 2001 Utama
Ekspornya. Wilayah, Negara jiwa] Ekspor
A 6
f 7
r 3
i .
c 9
a

S
u
b
-
S
a
h
a
r
a

Angola 13.5 9,471 26.0 20.2 Bahan (3)


Bakar
Benin 6.4 2,269 4.0 5.1
Botswana 1.6 5,142 3.5 3.5 Non Bahan
Bakar
Burkina Faso 11.6 2,328 4.2 6.3 Non Bahan
Bakar
Burundi 6.9 689 6.3 5.8 Non Bahan
Bakar
Cameroon 15.2 8,591 4.2 4.3
Cape Verde 0.5 1,100 7.0 6.5 (1)
Central African Republic 3.8 978 3.2 3.8
Chad 7.9 1,603 3.0 3.0 Non Bahan
Bakar
Comoros 0.6 400 3.0 4.1 (1)
Congo, Dem. Rep. of 56.4 5,500 7.0 7.2 Non Bahan (1)
Bakar
Congo, Rep. of 3.1 2,751 5.2 2.2 Bahan (3)
Bakar
Côte d’Ivoire 16.4 10,411 2.4 2.6 Non Bahan
Bakar
Djibouti 0.48 600 4.2 5.0 (1)
Equatorial Guinea 0.54 6,800 –1.1 9.4 Bahan (1)(3)
Bakar
Eritrea 4.2 681 1.5 1.3
Ethiopia 65.8 6,366 5.3 5.7
Gabon 1.4 7,200 2.9 3.0 Bahan (1)(3)
Bakar
Gambia, The 1.5 500 4.5 5.0 (1)
Ghana 19.7 5,301 6.0 6.0 Non Bahan
Bakar
Guinea 7.6 2,885 5.0 5.4 Non Bahan
Bakar
Guinea-Bissau 1.4 300 2.6 2.9 Non Bahan (1)
Bakar
Kenya 30.7 10,419 3.3 4.9
Lesotho 2.1 789 2.3 2.0
Liberia 3.6 500 6.8 (1)
Madagascar 16.0 4,566 5.7 6.3
Malawi 10.5 1,826 8.3 5.6 Non Bahan
Bakar
Mali 11.1 2,629 5.4 6.1
Mauritania 2.8 1,030 18.4 13.6 Non Bahan
Bakar
Mauritius 1.2 6,300 2.7 2.9
Morocco 29.2 33,733 5.4 4.4
Mozambique, Rep. of 18.1 3,561 7.9 7.0
Namibia 1.8 3,168 4.5 4.5 Non Bahan
Bakar
Niger 11.2 1,939 3.6 4.2 Non Bahan
Bakar
Nigeria 129.9 41,237 6.2 5.2 Bahan (3)
Bakar
Rwanda 8.7 1,703 4.0 4.3
São Tomé and Príncipe 0.15 44 4.5 5.5 (2)
Senegal 9.8 4,620 5.0 5.1
Seychelles 0.1 700 –1.4 –1.5 (1)
Sierra Leone 5.1 749 7.4 6.5 Non Bahan
Bakar
Somalia 8.6 4,800 5.7 (1)
South Africa 43.2 113,274 4.3 4.1
Sudan 40.2 25,800 13.0 10.3 Bahan (1)(3)
Bakar

Anda mungkin juga menyukai