Anda di halaman 1dari 4

Kuliah Farmakologi Toksikologi II Kode MK: FKC 292

Farmakologi dan Toksikologi Antihiperlipidemia Pendahuluan Sejumlah kecil partikel makanan larut lemak mungkin diserap menembus dinding lambung, tetapi sebagian besar penyerapan makanan hasil proses pencernaan terjadi di dalam usus halus, menembus tonjolan seperti jari yang berjumlah jutaan, yang disebut vili (bentuk tunggal jonjot atau vilus). Masing-masing jonjot terdiri dari sel epitel di lapisan mukosa, jaringan kapiler dan pembuluh limfe pusat yang disebut lakteal. Adanya vili di permukaan mukosa usus meningkatkan area permukaan yang memungkinkan untuk penyerapan makanan setidaknya 10 kali lipat. Akhirnya setiap jonjot ditutupi hampir sekitar 1000 mikrovilus, semakin menambah banyaknya area permukaan yang tersedia untuk penyerapan. Enzim pencernaan tertentu (enzim brush border) dihasilkan oleh sel-sel jonjot. Penyerapan makanan terjadi ketika partikel makanan yang telah dicerna masuk ke dalam jonjot usus di lumen, kemudian bergerak ke kapiler atau ke dalam lacteal, dengan cara demikian terbuka akses ke sirkulasi umum. Pergerakan partikel makanan ke dalam sel epitel dan menembus kapiler atau lacteal dapat terjadi secara langsung atau difasilitasi proses difusi atau transport aktif, tergantung zatnya. Pencernaan lemak Lemak di dalam usus halus dicerna melalui aktivitas enzim lipase pankreatik. Lemak dicerna oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Akan tetapi lipase merupakan enzim larut air; karena lemak tidak dapat larut dalam air, pencernaan lemak oleh lipase akan sangat lambat jika tidak dilakukan emulsifikasi, yaitu proses pemecahan kompleks lemak yang

besar

menjadi

droplet

atau

serpihan

yang

lebih

kecil.

Emulsifikasi

meningkatkan area permukaan lemak sehingga memungkinkan pencernaan oleh lipase pankreatik. Dengan meningkatnya area permukaan, lipase menjadi agen yang efektif untuk pencernaan. Emulsifikasi terjadi melalui pencampuran mekanis makanan di dalam usus dan dengan kerja kandung empedu di dalam usus halus. Empedu Empedu adalah zat yang dihasilkan di hati dan mengandung garam empedu, air, kolesterol, elektrolit, dan bilirubin, produk hasil pemecahan hemoglobin. Meskipun empedu dihasilkan secara kontinu oleh hati, biasanya disimpan dan dipekatkan di dalam kandung empedu. Empedu kemudian dilepaskan dari kandung empedu dan masuk ke usus halus melalui duktus biliaris sebagai respon terhadap hormone cholesistokinin (CCK). Individu yang tidak memiliki kandung empedu, empedu dikeluarkan langsung dari hati ke duktus biliaris sebagai respon terhadap CCK. Meskipun empedu tidak mengandung enzim pencernaan, empedu mengandung garam empedu, zat yang dapat mengemulsi lemak. Garam empedu adalah fosfolipid yang bekerja sebagai deterjen untuk memecah (emulsi) lemak ke dalam bentuk droplet yang lebih kecil. Pada saat proses emulsi, lipase kemudian dapat mencerna lemak menjadi asam lemak dan monogliserida. Sekresi empedu (hal 650) Penyerapan Asam Lemak Bebas dan Monogliserida Bahkan setelah dicerna, penyerapan asam lemak bebas dan monogliserida sangat lambat jika tidak dilanjutkan dengan kerja garam empedu. Garam empedu selanjutnya akan memecah droplet lemak hasil emulsifikasi menjadi droplet yang lebih kecil yang disebut misel. Misel mengandung asam lemak dan monogliserida, garam empedu dan fosfolipid lainnya, kolesterol, dan beberapa vitamin larut lemak yang dicampur menjadi satu. Misel dalam keadaan seimbang dengan sedikit asam lemak dan monogliserida; asam lemak bebas dan monogliserida ini merupakan zat yang diabsorbsi ke dalam

sirkulasi. Setiap molekul asam lemak dan monogliserida yang diabsorpsi, misel akan melepas penggantinya, sehingga siklus penyerapan terjadi berkelanjutan. Tanpa misel, molekul lemak akan menggumpal dan tidak dapat diabsorpsi. Asam lemak bebas dan monogliserida larut dalam lemak, sehingga berpindah secara difusi pasif ke sel epitel usus. Di dalam sel, partikel lemak ini diubah kembali menjadi trigliserida yang memerlukan energi. Kemudian trigliserida bergabung dengan kolesterol dan fosfolipid di dalam sel epitel. Kompleks ini ditutupi dengan selubung protein, keluar dari sel epitel, dan bergerak secara difusi pasif ke dalam lacteal di tengah vilus (jonjot). Kompleks trigliserida, kolesterol dan fosfolipid hampir sama dengan misel dan disebut silomikron (chylomicron). Silomikron dibawa ke limfe menuju duktus torasik dan sirkulasi umum. Trigliserida dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energy untuk kebanyakan sel-sel tubuh, atau bagian gliserol dapat diubah menjadi glukosa di hati dan digunakan sebagai sumber energy. Kelebihan trigliserida dapat disimpan di jaringan adipose. Penyerapan Asam Lemak oleh Hati Hampir semua lemak yang dicerna diserap ke dalam sirkulasi limfe sebagai kilomikron yang merupakan gabungan dari trigliserida, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein. Kilomikron disalurkan oleh pembuluh limfe ke duktus torasikus untuk kemudian menyatu dengan sirkulasi sistemik. Trigliserida kemudian diubah kembali menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzimenzim di dinding kapiler, terutama kapiler di hati dan jaringan adipose. Dari kapiler, asam lemak dan gliserol dapat berdifusi masuk ke sebagian besar sel. Setelah berada di dalam sel hati atau sel lain, asam lemak dan gliserol kembali membentuk trigliserida. Trigliserida disimpan sampai dibutuhkan selama stadium pasca-absorptif. Pada saat ini, trigliserida mungkin dimetabolisasi menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Gliserol dan asam lemak dapat masuk ke siklus Krebs untuk menghasilkan ATP yang

merupakan sumber energy bagi sel. Peningkatan hormone glucagon, kortisol, hormone pertumbuhan, dan katekolamin berfungsi sebagai sinyal untuk menguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Sebagian gliserol dan asam lemak tidak langsung masuk ke siklus krebs tetapi digunakan oleh hati untuk membentuk glukosa baru. Hal ini dapat menyebabkan pembentukan keton apabila penguraian trigliserida berlangsung secara berlebihan. Otak sendri tidak dapat menggunakan asam lemak bebas secara langsung untuk menghasilkan energy. Dengan demikian, pengubahan lemak menjadi glukosa (glukoneogenesis) oleh hati penting untuk menunjang energy yang diperlukan oleh otak saat kadar glukosa rendah. Corwin, E.J., (2009). Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai