Anda di halaman 1dari 3

Waktu: 12.

30 WIB Tempat: Rumah Pak Yebi, Dukuh Ngemplak Informan: Pak Yebi Sarjo Pewawancara: Rizki dan Ulyn Subjek: Cuaca: Cerah dan Sejuk

Sejarah Desa Pagerharjo Awal mula terbentuknya Desa Pagerharjo, menurut Pak Yebi masih dipertanyakan, tanggal berapa Desa Pagerharjo terbentuk beliau tidak mengetahuinya secara pasti. Namun, Pagerharjo terbentuk pada tahun 1948. Nama Pagerharjo itu sendiri berasal dari singkatan tiga nama kelurahan yaitu Plono, Geger Bajing, dan Kalirejo. Berikut Kutipan wawancara dengan beliau: iya Pak sejrah terbentuknya desa kalo terbentuknya itu, saya tidak ingat kapan, tetapi kalau tahunnya sekitar tahun 1948, kalo nama Pagerharjo itu singkatan dari tiga kelurahan, Plono, Gegerbajing, dan Kalirejo. Desa Pagerharjo merupakan desa yang berpotensi. Potensi yang ada terlihat dari sector pertanian. Dahulu, komoditas terbesar dari Pagerharjo adalah vanili, Hasil pertanian di Pagerharjo sangat baik, oleh karena itu hasil pertanian vanili dapat meningkatkan taraf hdiup masyarakat desa, seperti pembangunan rumah-rumah warga yang semakin membaik. Namun sekitar tahun 1960an pertanian vanili mengalami penurunan karena terkena virus dan mengakibatkan menurunnya komoditas vanili. Karena hal tersebut, lama kelamaan pertanian vanili mulai ditinggalkan oleh masyarakat Pagerharjo. Setelah itu masyarakat Pagerharjo beralih ke pertanian cengkeh. Untuk di Dukuku Nglinggo, potensi pertanian disana adalah perkebunan teh. Munculnya pertanian cengkeh karena pada saat itu beberapa orang menanam cengkeh dan ketika hasil cengkeh memberikan hasil dan pendapatan yang besar bagi masyarakat, maka warga yang lain ikut menanam cengkeh. Pertanian padi juga terdapat di Desa Pagerharjo, namun hanya sebagian kecil karena lahan untuk pertanian padi sedikit. Berikut kutipan wawancaranya:

kalo dulu, vanili menjadi komoditas hasil pertanian yang besar di Pagerharjo. Tapi, ketika tahun 60an udah mulai menurun karena kena virus, hasil vanilinya jadi ga bagus. Jadi, kalo ditanya apa yang mengagngkat warga desa Pagerharjo dari segi ekonomi ya..vanili. kalo disini ya..tiap orang harus punya cengkeh ga ada peraturannya sih, tapi kalo disini kalo ada yang berhasil menanam sesuatu biasanya yang lain ikut-ikutan Potensi lain yang dimiliki oleh Desa Pagerharjo yaitu potensi wisata. Pagerharjo memiliki banyak tempat yang indah yang sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Contohnya di daerah Ngentak, disana terdapat air terjun namun, samapai saat ini belum dikembangkan oleh pemerintah. Selain itu karena Pagerharjo memiliki banyak kesenian daerah, maka pemerintah mencangkan Pagerharjo sebagai desa budaya. Berikut kutipan wawancaranya: itu ada loh, air terjun di Ngentak tapi belum dikembangkan oleh pemerintah Pagerharjo dicanangkan sebagai desa budaya dari kabupaten Selama ini Desa Pagerharjo sudah empat kali mengalami pergantian kepala desa. Kepala desa yang pertama kali menjabat adalah Karyo Sentono yang sebelumnya ia menjabat sebagai lurah desa Plono. Masa jabatan beliau adalah seumur hidup. Kepala desa yang kedua adalah Samso, masa pemerintahan beliau berlangsung selama delapan tahun. Kepala desa yang ketiga adala ibu Keksi, pemerintahan beliau berlangsung selama enam tahun. Kini ibu Keksi masih menjabat sebagai kepala desa untuk masa jabatan yang kedua kalinya. kepala desa yang pertama itu pak Karyo Sentono, dia itu ngejabat sampe dia meninggal. Setelah beliau meninggal baru diganti lagi. Mmm..kalo yang kedua namanya pak Samso, dia delapan tahun. Sekarang dia masih ada kok, ngajar di SD Pagerharjo. Terus yang ketiga yaa..itu Ibu Keksi, dia enam tahun terus kalo yang sekarang itu udah masa jabatan dia yang tahun kedua Desa Pagerharjo mengalami perubahan dari masa kemasabaik dari segi ekonomi, social, dan budaya. Dari segi ekonomi, perubahan yang terjadi yaitu dari sector pertanian yang pada awalnya warga desa menanam vanili, karena terkena virus maka saat ini warga desa beralih ke pertanian cengkeh.

Sedangkan dari segi social dan budaya, perubahan yang terjadi adalah masyarakat yang dahulu memulai meninggalkan budaya, kini mulai dibangkitkan lagi, karena berhubungan dengan visi dan misi kepala desa yang kini sedang menjabat. Berikut waancaranya: Bahasa yang digunakan di Desa Pagerharjo adalah bahasa Jawa. Semua warga berkomunikasi menggunakan bahasa jawa, namun mereka juga menggunakan bahasa Indonesia. Struktur bahasa di Pagerharjo terdiri dari empat tingkatan. Pembagian tingkatan bahasa berdasarkan dengan lawan bicara. Tingkat pertama dikenal dengan nama Kromo Inggil. Kromo Inggil digunakan jika lawan berbicara kita dengan orang yang lebih tua. Tingkat kedua yaitu Kromo bisaa (madya) penggunaan bahasa ini jika orang yang lebih tua berbicara dengan lawannya yang lebih muda. Tingkat ketiga yaitu Kromo Ngoko, penggunaan untuk anak-anak usia setara. Dan yang terakhir adalah kasar. Berikut kutipan wawancaranya: ..

Anda mungkin juga menyukai