Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sejak awal berdirinya, pada th 1912, Muhammadiyah, yang sama-
sama lahir di awal periode kebangkitan bangsa, dengan sejawat dekatnya,
Taman Siswa di Yogyakarta, telah melakukan perintisan dalam pencerdasan
bangsa yang sangat menarik dan kreatif, sesuai dengan keberadaannya sebagai
gerakan pembaruan atau tajdid. Kedekatan dan perjuangan bersama lewat
pendidikan bangsa yang bersifat cultural dan keagamaan antara KH A Dahlan
dan Ki Hadjar Dewantara ini dilanjutkan oleh KH Mas Mansur, salah seorang
ketua Umum PP Muhammadiyah (1927 1933) yang bersama Ir. Soekarno
dan Drs. Mohammad Hatta duduk dalam satu tim yang dikenal dengan
Empat Serangkai. Antara tahun 1915-1925 Muhammadiyah aktif
mendirikan sekolah-sekolah. KH. A. Dahlan, pada awalnya mendirikan
sekolah rakyat di Kampung Kauman. Murid laki-laki bersekolah di Standard
School Muhammadiyah, Suronatan, sedangkan murid perempuan bersekolah
di Sekolah Rakyat Pawiyatan, Kauman. Sekolah Menengah yang pertama kali
didirikan adalah perguruan Al Qismul Arqo,oleh K.H. A. Dahlan, pada tahun
1918. Dengan demikian, peranan lembaga pendidikan dan persyarikatan
Muhammadiyah cukup significant dalam menunjang perjuangan mencapai
kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.
Melalui pendidikan, tokoh seperti K.H. Ahmad Dahlan, Ki Hajar
Dewantara, Teuku Moh. Syafei, Siti Rahmah el Yunusiah dll menanamkan
jiwa dan semangat nasionalisme kepada generasi muda. Para tokoh tersebut
membangun visi dan misi pendidikan dalam bingkai kebangkitan Indonesia
untuk meraih kemerdekaan dan kehidupan yang bermartabat, yang adil dan
makmur. Ki Hajar Dewantara, misalnya, mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli
1922, dengan tujuan ingin menumbuhkan kesadaran bahwa bangsa ini
memiliki martabat dan harapan untuk menjadi manusia merdeka. Ki Hajar
meyakini, penyadaran bangsa melalui lembaga pendidikan dapat dilakukan.
Hasilnya, kesadaran sebagai bangsa yang bermartabat dan berkeinginan untuk
merdeka pun tumbuh berkembang di masyarakat Bangsa Indonesia

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Langakah Muhammadiyah 1938-1940
Salah satu agenda besar Muhammadiyah pada masa kepemimpinan
KH. Mas Mansur (1936-1942), yang dikenal dengan Langkah Dua Belas
Muhammadiyah, yang dicanangkan tahun 1938-1940 adalah Menuntut
Amalan Intiqad. Ini merupakan langkah keempat dari dua belas langkah
yang digerakkan. KH. Mas Mansur mengawali penjelasan tentang langkah
keempat ini dengan sebuah hadis hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil
Barr, Al-Bazzar, dan Baihaqi dari Anas, yang menyatakan bahwa Rasulullah
dalam sebuah khutbahnya bersabda:
Sungguh bertuntung bagi orang yang selalu disibukkan untuk
menyelidiki aib dirinya sendiri, sehingga tidak sempat untuk menyelediki aib
orang lain. (Ibn Abdil Barr, Al-Bazzar, Baihaqi, hadis hasan karena isnadnya
tidak terlalu kuat. Syekh Albani menyatakan sanadnya dhaif, tetapi maknanya
benar).
Intiqad dari kata naqd, artinya kritik, koreksi dan meneliti. Intiqad
oleh Mas Mansur dimaknai dengan senantiasa melakukan perbaikan diri. Ini
semakna dengan istilah yang berkembang ditentang masyarakat dengan istilah
muhasabah al-nafs (interospeksi diri atau self correction atau zelf correctie).
Tentang muhasabah ini Amirul Mukminin Umar ibn Khattab radhiyallahu
anhu pernah mengatakan:
Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, dan timbang-timbanglah
amalanmu sebelum engkau ditimbang. Sesungguhnya hisab atas diri sendiri
itu adalah pertobatan dari segala kemaksiatan sebelum datang kematian
dengan taubat nasuha (Ihya Ulumuddin).
Dalam konteks perjuangan dan dakwah, KH. Mas Mansur
menegaskan, bahwa segala usaha dan pekerjaan kita disamping diperbesar,
dikembangkan, tetapi jangan lupa untuk selalu diperbaiki, setelah dilakukan
evaluasi secara menyeluruh, teliti dan cermat. Kesadaran untuk selalu meneliti
3

dan merenungkan apa yang telah dikerjakan demi kebaikan di masa
mendatang juga diisyaratkan oleh firman Allah :
Og^4C -g~-.- W-ONL4`-47
W-O4>- -.- OOL4^4 /^4^
E` ;e4`O~ l4g W W-OE>-4
-.- _ Ep) -.- lOO)lE= E)
4pOUEu> ^g

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyr:18).
Intiqad atau koreksi diri harus dilakukan di atas landasan iman dan
taqwa kepada Allah dan ditujukan untuk menambah ketaqwaan kepada Allah.
Hasil intiqad, penyelidikan dan perbaikan ini dalam gerakan Muhammadiyah,
harus dimusyawarahkan dengan dasar dan tujuan untuk mendatangkan
maslahat dan manfaat dan menjauhkan madharat (jalbul mashalih wa darul
mafasid). Dan dasar yang kedua, yakni menjauhkan madharat (darul
mafasid) harus didahulukan dari pada yang pertama (jalbul mashalih).
Demikian jelas KH. Mas Mansur.
Intiqad adalah amal yang dapat mendatangkan kebaikan dan
kesempurnaan, bahkan ia merupakan suatu syarat yang pokok dalam usaha
menuju perbaikan dan kesempurnaan. Dengan intiqad, baik secara pribadi
maupun jamaah, kita akan dapat mengetahui segala apa yang ada pada kita,
yang baik dan yang buruk. Dengan demikian akhirnya kita dapat manambah
apa-apa yang telah baik dan dapat merubah segala yang tidak atau kurang
baik.
Pekerjaan intiqad itu suatu amal yang terpuji dan diperintahkan agama
Islam. Oleh sebab itu amal intiqad harus menjadi langkah Muhammdiyah.
Amal intiqad Muhammadiyah ini, oleh KH. Mas Mansur dibagi dalam tiga
langkah, yaitu (1) intiqad kepada diri sendiri, (2) intiqad kepad teman sejawat
4

dan sesama muslim , dan (3) intiqad kepada lembaga-lembaga (badan),
seperti persyarikatan, majelis, biro dan sebagainya.
Tiga macam langkah intiqad itu memiliki jalan dan cara sendiri-
sendiri. Cara intiqad kepada diri sendiri tidak boleh diterapkan begitu saja
untuk intiqad kepada teman sejawat ataupun untuk intiqad kepada lembaga-
lembaga yang lebih luas, demikian pula sebaliknya.
Intiqad kepada Diri Sendiri
Intiqad kepada diri sendiri adalah suatu kewajiban yang tidak boleh
dilupakan oleh setiap orang. Segenap warga Muhammadiyah harus
menjunjung tinggi kewajiban ini,karena inilah suatu syarat terpokok dalam
mencapai langkah Muhammadiyahyang lain (langkah ketiga dari langkah 12),
yaitu memperbuahkan budi pekertio, sehingga akhirnya dapat menjadi
contoh yang utama. Intiqad kepada diri sendiri bisa saja dengan melakukan
dua aktivitas berikut:
Pertama, hendaklah tiap-tiap warga Muhammadiyah menyediakan
atau meluangkan waktu tertentu, misalnya sekali dalam seminggu sedikitnya
untuk membaca Al-Quran dan Hadist dengan fikiran yang tenang dan hati
yang suci. Ayat dan hadist yang di baca itu supaya ditunjukkan (dicocokkan)
dengan dirinya sendiri. Mana perintah agama yang belum dikerjakan, agar
segera diikhtiarkan untuk dapat dilaksanakan. Mana larangan agama yang
masih dilakukan, haruslah segera dihentikan, ditinggalkan sejauh-jauhnya.
Kedua, sebelum tidur, supaya diluangkan waktu untuk menghitung-
hiutng dan mengingat-ingat apa yang diperbuat pada hari itu. Dengan kedua
aktivitas ini, insya Allah tercapai maksud kita kepada perbaikandiri menuju
kapeda kesempurnaan itu. Intiqad kepada sesama Muslim
Di samping memperbaiki diri sendiri maka perbaikan kepada diri
orang lain pun menjadi dasar serta tujuan pada setiap kaum Muslimin.
Perbaikann terhadap orang lain itu tidak dengan cara menyelidiki aibnya,
bukan mencari-cari cela dan kesalahannya, karena yang demikian dilarang
dalam agama Islam, sebagaimana firman Allah taala:

5

Og^4C 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-O+lg[4-;_-
-LOOg1E =}g)` ^-}-- ])
4*u4 ^-}-- _^) W 4
W-OOOOOO_` 4 U4-^4C
7_u+ _u4 _ OUg47
4 p 4C =
gO1= 6-^14` +O+u-@O _
W-OE>-4 -.- _ Ep) -.-
_-O> 7gOO ^g
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi maha Penyayang. (Al-Hujurat:12)

Oleh karena itu, maka jalan untuk perbaikan kepada ornag lain adalah
dengan cara mengamalkan amar makruf nahi munkar. Mengajak kepada
kebajikan dan mencegah terjadinya kemunkaran. Apabila ada seseorang yang
melihat (tidak dengan menyelidiki dan mencari-cari) aib dan cela orang lain,
lekas-lekaslah memberi peringatan dengan hati yang ikhlas.
Di dalam memberi peringatan harus tahu pada tempatnya, dengan
menggunakan dasar menarik maslahat dan menjauhkan madharat, serta
diiringi dangan hikmah, dan nasehat yang baik. Sebagaimana firman Allah:
serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tnetang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui oragn-orang yang
mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125)
6

Bagi orang yang menerima peringatan dan nasehat haruslah semua itu
diterima dengan telinga terbuka, hati yang suci, gembira dan selalu memuji
dan bersyukur kepada Allah denag penuh kesadaran bahwa segala peringatan
itu hanya timbul dari hati yang suci, cinta dan kasih saying kepadanya. Dan
itu hanya bias terjadi karena bimbingan dan taufiq dari Allah Taala.
Hanya dengan dasar seperti itu orang-orang yang menerima
peringatan tidak segan-segan untuk mengamalkan peringatan dan nasehat.
Firman Allah:
Maka sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamb-Ku. (Yaitu)
orang-orang yang mendenagrkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang Telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah orang-orangn yangn mempunyai akal. (az-
Zumar:17-18)

Intiqad kepada Badan atau Lembaga
Dalam intiqad kepada badan atau lembaga (persyarikatan, majelis,
ortom, biro, urusan dan sebagainya), KH Mas Mansur membagi menjadi dua
bagian, yaitu: (1) intiqad kepada persyarikatan atau mejelisnya sendiri, dan
(2) intiqad kepada persyarikatan atau mejelis lain.
Dan ketahuilah bahwa Rasulullah ada pada kamu sekalian, yang
mana kalau beliau yang menuruti kamu di dalam beberapa perkara, tentulah
kamu sekalian keberatan. Akan tetapi Allah mempersukakan kamu sekalian
kepada Iman dan telah memperhiaskannya di dalam hatimu sekalian; malah
memperbencikan kamu sekalian daripada kekafiran, kecabulan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah yang berjalan lurus, mendapat karunia dan
kenikmatan dari Tuhan Allah Yang Maha Menge-tahui dan Bijaksana. (Al-
Quran surat Al-Hujurat ayat 7-8)
Beringanlah kamu dan jangan kamu sekalian mempersusahkan serta
bergembiralah dan jangan kamu membikin orang lari. (HR. Bukhari dari
Anas)
Sesungguhnya yang paling baik dari kamu sekalian, ialah yang
paling bagus budi pekertinya. (HR. Bukhori dari Abdullah bin Amir)
7

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sekalian orang-orang
yang menegakkan keadilan, bersaksi kepada Tuhan Allah, meskipun
mengenal dirimu sendiri atau kedua ayah bunda dan sanak saudaramu. kalau
keadaannya kaya atau miskin, maka Tuhan Allah lebih terdahulu dari
keduanya. Maka janganlah kamu menuruti hawa nafsu pengadilanmu, kamu
condong atau kamu tolak; sesungguhnya Tuhan Allah itu mengetahui
pekerjaanmu. (Al-Quran surat An-Nisa 135)
Turutlah Tuhan Allah dan utusan-Nya serta janganlah kamu
berselisihan yang mencerai-beraikan kamu dan menghilangkan kekuatanmu.
Maka sabarlah, sesungguhnya Tuhan Allah itu menyertai orang-orang yang
sabar. (Al-Quran surat Al-Anfal ayat 46)
Kebijaksanaan itu diberikan siapa yang dikehendaki oleh Tuhan
Allah, dan barang siapa yang sudah diberi kebijaksanaan, dialah yang
mendapat kebaikan yagn banyak. Akan tetapi orang tidak ingat, kecuali yang
sama mempunyai fikiran. (Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 269).

B. 12 Langkah Muhammadiyah Tahun 1938 1940
Muhammadiyah Dengan Sungguh-Sungguh Melangsungkan
Langkahnya Yang Lebih Luas Dan Menetapkan Jejaknya Yang Kokoh, Dalam
Tahun 1938-1940, Langkah ini timbul karena dalam organisasi sering timbul
kejenuhan, kebosanan, dan tidak semangat. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Memperdalam Masuknya Iman
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-
lebarnya, yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan
dan digembirakan, sampai iman itu mendarah daging, masuk di tulang
sumsum dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-sekutu Muham-
madiyah seumumnya.

2. Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yagn sesungguhnya itu dibentangkan
dengan arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan,
8

sehingga kita sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama
Islam, itulah yang paling benar, ringan dan berguna, maka,
mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.


3. Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji
dan akhlaq yang tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya
akhlaq yang mahmudah dan menjauhkannya akhlaq yang madzmumah itu,
sehingga menjadi amalan kita, ya seorang sekutu Muhammadiyah, kita
berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.

4. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie)
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self
correctie), segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan, supaya
diperbaikilah juga. Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di
tempat yang tentu, dengan dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan
madlarat, sedang yang kedua ini didahulukan dari yang pertama.

5. Menguatkan Persatuan
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan
persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta
mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran
kita.

6. Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan
mengenai badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu
dibela dan dipertahankan di mana juga.

7. Melakukan Kebijaksanaan
9

Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah
disendikan kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang
menyalahi ke-dua pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu bukan
kebijaksanaan yang sesungguhnya. Dalam pada itu, dengan tidak
mengurangi segala gerakan kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-
1940 H. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:
a. Menguatkan Majlis Tanwir
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan
kita Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga
disisi Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita
perteguhkan dengan diatur yang sebaik-baiknya.
b. Mengadakan Konperensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah
bagian kita, maka hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi
bagian, umpama: Konperensi Bagian: Penyiaran Agama seluruh
Indonesia dan lain-lain sebagainya.
c. Mempermusyawaratkan Putusan
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka
hendaklah setiap ada keputusan yang mengenai kepala Majlis
(Bagian), dimusyawarahkanlah dengan yang bersangkutan itu lebih
dahulu, sehingga dapatlah mentanfidzkan dengan cara
menghasilkannya dengan segera.
d. Mengawaskan Gerakan Jalan
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi
gerak kita yang ada di dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang
masih langsung dan yang bertambah (yang akan datang/berkembang).
e. Mempersambungkan Gerakan Luar
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran
(ekstern), lain-lain persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan
dasar Silaturahim, tolong-menolong dalam segala kebaikan, yang tidak
mengubah asasnya masing-masing, terutama perhubungan kepada
persyarikatan dan pemimpin Islam.
10


C. Tafsiran Muhammadiyah
"Sumber-sumber Tafsir Sumber-sumber tafsir meliputi kitab-kitab
tafsir muktabar, kitab-kitab hadis, kitab-kitab yang membahas berbagai aspek
ajaran. Islam termasuk kitab-kitab fikih, kalam, akhlak tasauf dan falsafah dan
kamus tulisan tentang tema terkait.
Lagkah Penyusunan Tafsiran Muhammadiyah
1. Menentukan pengelompokan ayat (pemenggalan surat) sesuai dengan tema
dan dimulai dari surat pertarna.
2. Melihat tema dalam penggalan (pasase) bersangkutan, kemudian
menghimpun ayat-ayat lain yang memiliki kesamaan atau berdekatan
tema.
3. Menghimpun bahan-bahan terkait dengan tema tersebut, dan bila perlu
untuk tema-tema dan isu-isu penting diadakan ceramah atau diskusi
dengan mengundang ahli di bidang bersangkutan dalam rangka
memperdalam pengetahuan sebagai bekal melakukan penafsiran.
Melakukan telaah dan kajian terhadap ayat-ayat dalam pasase bersagkutan
dan membandingkannya dengan ayat serupa ditempat lain, serta mengkaji
bahan-bahan lain terkait dengan tema bersangkutan.
4. Menentukan sisi penekanan atau aspek yang akan disoroti pada tema
bersangkutan (ini adalah tafsir tahlili kum tematis, sehingga tafsir
dilakukan
terhadap tema bersagkutan sesuai dengan sisi yang mengemuka pada
pasase ayat yang sedang ditafsirkan).
5. Melakukan penulisan tafsir. Mendiskusikan hasil penulisan.Menulis
naskah final.Melakukan proses penyuntingan bahasa oleh Tim Penyunting.
6. Mempublikasikan dalam Majalah Suara Muhammadiyah.





11







BAB III
KESIMPULAN


Muhammadiyah Dengan Sungguh-Sungguh Melangsungkan Langkahnya
Yang Lebih Luas Dan Menetapkan Jejaknya Yang Kokoh, Dalam Tahun 1938-
1940, Langkah ini timbul karena dalam organisasi sering timbul kejenuhan,
kebosanan, dan tidak semangat. Diantaranya
1. Memperdalam masuknya Iman.
2. Memperluas paham agama.
3. Memperbuahkan budi pekerti.
4. Menuntun amalan intiqad.
5. Menguatkan persatuan.
6. Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya.
7. Melakukan kebijaksanaan.
8. Menguatkan Majlis Tanwir.
9. Mengadakan Konferensi bagian.
10. Hendaklah dilakukan musyawarah terlebih dahulu baru kemudian
ditanfidzkan.
11. Mengawaskan gerakan jalan.
12. Mempersambungkan gerakan luar.

Sumber-sumber Tafsir Sumber-sumber tafsir meliputi kitab-kitab tafsir
muktabar, kitab-kitab hadis, kitab-kitab yang membahas berbagai aspek ajaran.
Islam termasuk kitab-kitab fikih, kalam, akhlak tasauf dan falsafah dan kamus
tulisan tentang tema terkait
12







DAFTAR PUSTAKA


Annonimus.2011.Sumber Dan Langkah Susunan Tafsir.(Online)
http://id.shvoong.com/society-and-news/spirituality/2085800-sumber-dan-
langkah-penyusunan-tafsir/#ixzz1KaZUWVF4
Annonimus.2011.12 Langkah Muhammadiyah(Online).
http://muhammadiyahpedia.com/index.php?title=12_Langkah_Muhammadiyah












13

Anda mungkin juga menyukai