SINOPSIS DRAMA
Hilangnya The Thinker telah mengacaukan acara ulang tahun sekolah Conscientia Extravaganza. Hal ini menjadi sebuah teka-teki besar yang sulit diugkapkan. Setidaknya inilah yang menjadi pandangan ketiga orang remaja yang bersahabat dekat di bangku SMA, yaitu Edgar, Lee, dan Asa. Ketiganya pun beranjak dewasa dan menjalani kehidupan masing-masing. Lee yang menjabat sebagai Menteri Kelautan tersangkut kasus pemfitnahan pengiriman sampel biota laut ke negara asing yang akhirnya terkuak oleh media dan menimbulkan kericuhan massa. Mampukah Lee mengatasi segala tuduhan terhadapnya dan apakah yang sebenarnya terjadi pada patung The Thinker pada malam pertunjukkan itu? Keberagaman perbedaan dibayangkan akan menjadi tantangan terbesar yang kita hadapi dalam 20 tahun ke depan. Tidak hanya masalah itu, perbedaan agama, suku, dan ras menjadi suatu hal besar yang harus dihadapi dalam upaya menyatukan bangsa ini. Berbeda dengan produksi Kolese Kanisius dua tahun lalu, yaitu Oliver!, pertunjukkan ini berbentuk extravaganza dan musikal menjadi campuran berbagai sketsa ditampilkan secara terputus dan bersinggungan. Semuanya diikat dalam tema Conscientia, bercerita tentang pentingnya hati nurani yang merupakan salah satu aspek yang diajarkan dalam pendidikan Kolese kita selain Competence dan Compassion.
Alur / Plot
Alur dalam drama ini pada urutan penyampaiannya menggunakan alur flash back (maju dan mundur) sejak drama berlangsung. Urutan penyampaian cerita dalam drama ini lebih menonjolkan alur mundur, karena dalam drama ini, cerita mengenai Edgar, Lee, dan Asa pada masa remaja mereka lebih banyak diceritakan dalam drama tersebut. Dari segi jumlah alur, drama ini memiliki jenis alur ganda karena dalam jalan ceritanya, drama tersebut memiliki alur lebih dari satu. Dalam jalan ceritanya, setiap bagian alur / plot dalam drama ini secara keseluruhan sudah dibuat dengan sangat baik.
Juan Karnadi 10 E / 16
Latar / Setting
Secara keseluruhan, penempatan latar / setting dalam drama ini sangat sesuai dalam setiap bagian ceritanya. Hal ini dapat terlihat selama drama berlangsung, terutama untuk latar tempat dan latar suasana. Untuk latar waktu, secara keseluruhan sudah digambarkan sesuai dengan tempat dan suasananya. Latar tempat dalam drama ini sudah sangat sesuai dengan latar suasana dalam setiap bagian cerita dari drama tersebut. Latar suasana dalam drama ini juga sangat sesuai dengan latar waktu dan tempatnya, terutama pada bagian cerita tertentu dalam drama dimana latar suasana, waktu, dan tempatnya sudah sangat sesuai dan pas.
PENOKOHAN / PERWATAKAN
Secara keseluruhan, penokohan / perwatakan pemain dalam drama ini dapat digambarkan secara analitik, dramatik, ataupun gabungan dari kedua cara tersebut. Karakter Lee dewasa yang sudah menjadi Menteri Kelautan (Frederick Ray Popo) dapat digambarkan secara terinci (analitik) maupun melalui percakapan dengan tokoh lain serta pikirannya (dramatik). Sementara karakter pemeran preman jembatan Kwitang (Ignatius Dwi Sagita Christy) dalam drama ini dapat digambarkan secara analitik melalui sifat-sifatnya yang muncul dalam drama serta juga dapat dilihat dari perbuatannya. Sedangkan karakter pemeran Edgar remaja (Erwin Arifin) digambarkan secara tidak langsung oleh sutradara pada awal cerita, serta dapat dilihat juga melalui percakapannya dengan Lee (remaja) dan Asa (remaja) serta melalui tindakannya yang menolong preman jembatan Kwitang yang babak belur setelah dihajar preman lainnya (dramatik) dalam drama ini. Karakter / watak Edgar pada saat dewasa (Erwin Arifin) sudah dapat digambarkan dengan jelas melalui percakapannya dengan pria Paris pada akhir drama ini. Penokohan para nelayan dalam drama ini juga digambarkan secara tidak langsung oleh sutradara melalui gerakan
Juan Karnadi 10 E / 16
PESAN / AMANAT
Pesan moral / amanat yang ingin disampaikan dalam drama ini kepada para penonton sebenarnya sudah tersampaikan dengan sangat baik. Pesan moral dalam drama ini sudah terlihat sejak awal drama dan tersampaikan dengan sangat baik di bagian akhir drama. Pesan / amanat dalam drama ini sangat sesuai sekali dengan pesan yang ingin disampaikan dari tema yang diangkat dalam acara 85 Tahun Kolese Kanisius, yakni Kanisius untuk Indonesia. Pesan moral dalam drama ini sebenarnya adalah bagaimana peran kita di tengah dengan persoalan bangsa Indonesia saat ini dan apa yang harus kita lakukan untuk hal tersebut , tidak jauh berbeda dengan tema yang diangkat acara 85 Tahun Kolese Kanisius dimana Kolese Kanisius ingin merefleksikan makna keberadaannya di tengah persoalan-persoalan bangsa Indonesia saat ini.
Juan Karnadi 10 E / 16