Anda di halaman 1dari 3

INDONESIA FUTURA DAN HATI NURANI KITA DI LAUTAN

SINOPSIS DRAMA
Hilangnya The Thinker telah mengacaukan acara ulang tahun sekolah Conscientia Extravaganza. Hal ini menjadi sebuah teka-teki besar yang sulit diugkapkan. Setidaknya inilah yang menjadi pandangan ketiga orang remaja yang bersahabat dekat di bangku SMA, yaitu Edgar, Lee, dan Asa. Ketiganya pun beranjak dewasa dan menjalani kehidupan masing-masing. Lee yang menjabat sebagai Menteri Kelautan tersangkut kasus pemfitnahan pengiriman sampel biota laut ke negara asing yang akhirnya terkuak oleh media dan menimbulkan kericuhan massa. Mampukah Lee mengatasi segala tuduhan terhadapnya dan apakah yang sebenarnya terjadi pada patung The Thinker pada malam pertunjukkan itu? Keberagaman perbedaan dibayangkan akan menjadi tantangan terbesar yang kita hadapi dalam 20 tahun ke depan. Tidak hanya masalah itu, perbedaan agama, suku, dan ras menjadi suatu hal besar yang harus dihadapi dalam upaya menyatukan bangsa ini. Berbeda dengan produksi Kolese Kanisius dua tahun lalu, yaitu Oliver!, pertunjukkan ini berbentuk extravaganza dan musikal menjadi campuran berbagai sketsa ditampilkan secara terputus dan bersinggungan. Semuanya diikat dalam tema Conscientia, bercerita tentang pentingnya hati nurani yang merupakan salah satu aspek yang diajarkan dalam pendidikan Kolese kita selain Competence dan Compassion.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA


Tema
Tema dalam drama ini adalah Conscientia. Tema ini diambil sehubungan dengan tema acara 85 Tahun Kolese Kanisius, yaitu Kanisius untuk Indonesia. Tema acara yang lebih memilih Conscience sebagai salah aspek dari 3C yang diajarkan dalam pendidikan Kolese Kanisius selain Competence dan Compassion sangat sesuai dengan tema Conscientia, sebab tema yang diangkat dalam drama Conscientia Extravaganza ini sangat sesuai dengan tema acara 85 Tahun Kolese Kanisius ini yang lebih memilih Conscience sebagai salah satu dari ketiga aspek dalam 3C yang diajarkan di Kolese Kanisius. Alasannya adalah, karena tema yang ingin diangkat dalam acara 85 Tahun Kolese Kanisius ini sudah sangat tercerminkan melalui tema yang diangkat dalam drama tersebut.

Alur / Plot
Alur dalam drama ini pada urutan penyampaiannya menggunakan alur flash back (maju dan mundur) sejak drama berlangsung. Urutan penyampaian cerita dalam drama ini lebih menonjolkan alur mundur, karena dalam drama ini, cerita mengenai Edgar, Lee, dan Asa pada masa remaja mereka lebih banyak diceritakan dalam drama tersebut. Dari segi jumlah alur, drama ini memiliki jenis alur ganda karena dalam jalan ceritanya, drama tersebut memiliki alur lebih dari satu. Dalam jalan ceritanya, setiap bagian alur / plot dalam drama ini secara keseluruhan sudah dibuat dengan sangat baik.

Juan Karnadi 10 E / 16

INDONESIA FUTURA DAN HATI NURANI KITA DI LAUTAN


Pada awal cerita drama ini, sutradara dari drama ini sudah berhasil memaparkan permasalahan utama dalam drama dimana permasalahan utama dalam drama tersebut sebenarnya merupakan hal yang ingin disampaikan dari tema drama ini sekaligus tema dari acara 85 Tahun Kolese Kanisius. Permasalahan utama yang dipaparkan pada awal cerita adalah Pengiriman Sampel Biota Laut Indonesia ke Amerika tanpa sepengatahuan Lee yang menjadi Menteri Kelautan. Sampel itu rupanya dikirimkan oleh anak buah Lee tanpa sepengetahuan Lee. Pada bagian konflik, terdapat banyak konflik yang muncul dalam drama ini. Sementara pada bagian perumitan, masalah utama yang terdapat diawal cerita drama ini sudah menjadi semakin memuncak dan memanas. Hal ini terlihat pada aksi saling serang antara demonstran dan polisi yang terlihat dalam drama tersebut. Bagian klimaks dalam drama ini sebetulnya juga menunjukkan permasalahan utama lainnya yang ingin dipaparkan dari tema dalam acara 85 Tahun Kolese Kanisius ini, yakni dimana ketika kita menghadapi berbagai pilihan dalam situasi yang sangat sulit. Hal ini terlihat dari kepustusasaan Lee dimana masalah yang sedang dihadapinya itu sudah semakin memanas dimana sudah terjadi perang di daerah lautan (ditunjukkan melalui video). Pada bagian peleraian (denounment) yang terselip pada bagian akhir cerita dalam drama ini, penyelesaian konflik sudah dilakukan dengan baik oleh Lee. Hal ini terlihat juga oleh ucapannya pada akhir cerita dalam percakapannya dengan Edgar dan Asa bagaimana ia menyelesaikan kasus yang dihadapinya (percakapan di Paris, 2032). Akhir dari drama ini merupakan sebuah akhir yang bahagia.

Latar / Setting
Secara keseluruhan, penempatan latar / setting dalam drama ini sangat sesuai dalam setiap bagian ceritanya. Hal ini dapat terlihat selama drama berlangsung, terutama untuk latar tempat dan latar suasana. Untuk latar waktu, secara keseluruhan sudah digambarkan sesuai dengan tempat dan suasananya. Latar tempat dalam drama ini sudah sangat sesuai dengan latar suasana dalam setiap bagian cerita dari drama tersebut. Latar suasana dalam drama ini juga sangat sesuai dengan latar waktu dan tempatnya, terutama pada bagian cerita tertentu dalam drama dimana latar suasana, waktu, dan tempatnya sudah sangat sesuai dan pas.

PENOKOHAN / PERWATAKAN
Secara keseluruhan, penokohan / perwatakan pemain dalam drama ini dapat digambarkan secara analitik, dramatik, ataupun gabungan dari kedua cara tersebut. Karakter Lee dewasa yang sudah menjadi Menteri Kelautan (Frederick Ray Popo) dapat digambarkan secara terinci (analitik) maupun melalui percakapan dengan tokoh lain serta pikirannya (dramatik). Sementara karakter pemeran preman jembatan Kwitang (Ignatius Dwi Sagita Christy) dalam drama ini dapat digambarkan secara analitik melalui sifat-sifatnya yang muncul dalam drama serta juga dapat dilihat dari perbuatannya. Sedangkan karakter pemeran Edgar remaja (Erwin Arifin) digambarkan secara tidak langsung oleh sutradara pada awal cerita, serta dapat dilihat juga melalui percakapannya dengan Lee (remaja) dan Asa (remaja) serta melalui tindakannya yang menolong preman jembatan Kwitang yang babak belur setelah dihajar preman lainnya (dramatik) dalam drama ini. Karakter / watak Edgar pada saat dewasa (Erwin Arifin) sudah dapat digambarkan dengan jelas melalui percakapannya dengan pria Paris pada akhir drama ini. Penokohan para nelayan dalam drama ini juga digambarkan secara tidak langsung oleh sutradara melalui gerakan

Juan Karnadi 10 E / 16

INDONESIA FUTURA DAN HATI NURANI KITA DI LAUTAN


tubuh mereka. Hal yang sama juga digambarkan secara tidak langsung oleh sutradara pada penokohan polisi dan demonstran melalui tindakan mereka yang saling baku hantam dimana para demonstran menginginkan Lee sebagai Menteri Kelautan turun dari jabatannya akibat kasus pengiriman sampel biota laut ke Amerika. Karakter / watak dari Pak Simon (Michael Surya) dapat digambarkan melalui pemikirannya yang diutarakannya pada saat talk show, serta melalui percakapannya dengan Lee dewasa. Sementara penokohan host talk show (Yardin Josefin) dalam drama ini dapat digambarkan melalui ciri-ciri fisiknya, demkian juga dengan pemeran lelaki Paris (Antonius Satria). Penokohan kedua preman yang menghajar preman jembatan Kwitang, sama halnya dengan penggambaran tokoh preman jembatan Kwitang, juga dapat digambarkan secara analitik. Secara keseluruhan, penokohan para pemain drama kebanyakan digambarkan secara tidak langsung oleh sutradara. Sementera, tokoh preman didalam drama ini dapat digambarkan secara tidak langsung. Sedangkan, tokoh Lee dewasa dalam drama ini ada yang digambarkan secara langsung dan juga secara tidak langsung oleh sutradara.

PESAN / AMANAT
Pesan moral / amanat yang ingin disampaikan dalam drama ini kepada para penonton sebenarnya sudah tersampaikan dengan sangat baik. Pesan moral dalam drama ini sudah terlihat sejak awal drama dan tersampaikan dengan sangat baik di bagian akhir drama. Pesan / amanat dalam drama ini sangat sesuai sekali dengan pesan yang ingin disampaikan dari tema yang diangkat dalam acara 85 Tahun Kolese Kanisius, yakni Kanisius untuk Indonesia. Pesan moral dalam drama ini sebenarnya adalah bagaimana peran kita di tengah dengan persoalan bangsa Indonesia saat ini dan apa yang harus kita lakukan untuk hal tersebut , tidak jauh berbeda dengan tema yang diangkat acara 85 Tahun Kolese Kanisius dimana Kolese Kanisius ingin merefleksikan makna keberadaannya di tengah persoalan-persoalan bangsa Indonesia saat ini.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Kelebihan utama dalam drama ini, yaitu pesan yang ingin disampaikan dalam drama ini kepada para penonton sudah tersampaikan dengan sangat baik. Selain itu, kelebihan lainnya dalam drama ini adalah penggunaan media yang sangat baik serta musik yang sangat mendukung kelancaran berjalannya acara drama. Kelebihan lain yang dapat dilihat dalam drama ini adalah tata panggung yang baik serta penghayatan karakter oleh masing-masing pemain drama, sehingga permasalahan utama yang sebenarnya dalam drama ini (permasalahan bangsa Indonesia saat ini) dapat ditonjolkan. Selain itu, unsur ekstrinsik seperti musik serta properti juga menjadi komponen pendukung dalam drama ini. Kekurangan dalam drama ini sebenarnya hanya satu yang terlihat, yaitu adanya pemain yang mengambil peran ganda dalam drama ini. Hal seperti ini akan menyebabkan penonton menjadi sedikit bingung peran apa yang sesungguhnya oleh pemain yang mengambil peran ganda tersebut. Selebihnya, tidak ada kekurangan lain yang terlihat dalam drama ini.

Juan Karnadi 10 E / 16

Anda mungkin juga menyukai