Anda di halaman 1dari 5
 
dy/teori kinetika reaksi kimia/2007/halaman 1 dari 5 halaman
Ada
2 (dua) pendekatan teoretik untuk menjelaskan kecepatan reaksi
, yaitu: (1)
 
Teori tumbukan
(collision theory)
 (2)
 
Teori keadaan transisi
(transition-state theory)
 atau teori kompleks aktif atau teraktifkan
(activated-complex theory)
 
TEORI TUMBUKAN (KOLISI) Dasar:
 Reaksi hanya dapat berlangsung jika molekul-molekul reaktan saling bertumbukan.  Namun demikian, tidak setiap tumbukan akan menghasilkan reaksi. Hanya
tumbukan yang berhasil atau efektif 
 saja yang akan menghasilkan reaksi.
Tumbukan yang berhasil (efektif):
Jika tersedia
 jumlah energi yang cukup
 dan
orientasi (atau posisi) yang tepat 
 untuk memutuskan atau memecahkan ikatan dan membentuk ikatan kimia yang baru. Tinjaulah sebuah reaksi homogen: A + B produk reaksi ... (1) Kecepatan reaksi (1) yang dilambangkan dengan r, atau yang juga merupakan jumlah tumbukan efektif
 per satuan waktu
, dapat dinyatakan sbb.:
r = P . z .
 ... (2) dengan:
 P
≡ 
 faktor ruang
(faktor probabilitas, faktor sterik). Faktor ini menunjukkan fraksi tumbukan dengn orientasi yang tepat. Untuk penyederhanaan, sering kali diambil harga: P = 1 z
 jumlah tumbukan
 per satuan volume per satuan waktu
 f
 fraksi tumbukan yang efektif, dengan tingkat energi yang cukup. Perhatikan gambar di bawah ini! Dalam sebuah sistem reaksi homogen terdapat molekul-molekul reaktan A dan B (yang dianggap berbentuk bola dengan diameter masing-masing sebesar d
A
 dan d
B
) yang terdistribusi secara acak. Sebuah molekul A bergerak dengan kecepatan tertentu dan menumbuk sebuah molekul B yang diam. Berdasarkan tinjauan reaksi bimolekuler (z = z
AB
) dan teori tumbukan:
 B A B A B A2 AB AB
 M  M  M  M  R8 z 
21
 ⎠ ⎞⎝ ⎛  +=
 π 
 ... (3)
 R E 
e f 
=
 ... (4) Maka:
 B A R E  B A B A2 AB
e M  M  M  M  R8
21
 ⎠ ⎞⎝ ⎛  +=
 π 
 ... (5)
 Keterangan:
d
AB
 
 ‘diameter’ tumbukan [d
AB
 = ½ (d
A
 + d
B
)] ... (6)
 
R
 tetapan gas [R = k 
B
. N
av
] ... (7)
TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA
 Faktor frekuensi tumbukan (atau faktor  pre-eksponensial)  faktor eksponensial  Konstanta kecepatan reaksi, k (temperature-dependent term) concentration-dependent term
d
AB
 BA d
A
 d
B
 ABBB
 
dy/teori kinetika reaksi kimia/2007/halaman 2 dari 5 halaman
B
 
 tetapan Boltzmann ( = 1,38 .10
-23
 Joule/Kelvin)  N
av
 
 bilangan Avogadro ( = 6,02 .10
23
) M
A
, M
B
 
 massa molekul relatif reaktan A, B
 R E 
e
 fraksi tumbukan yang melepaskan energi sebesar E atau lebih Faktor frekuensi tumbukan menyatakan jumlah tumbukan per satuan waktu per satuan volume. Beberapa hal yang berkaitan dengan teori tumbukan:
 
Meskipun teori ini pada awalnya hanya dapat menjelaskan reaksi yang sederhana, namun, dibandingkan dengan data percobaan untuk sejumlah
reaksi gas bimolekuler
, teori tumbukan memberikan hasil yang relatif baik.
 
Teori tumbukan juga cocok diterapkan untuk beberapa reaksi dalam larutan yang melibatkan ion-ion sederhana.
 
Besarnya faktor frekuensi tumbukan yang diprediksi menggunakan teori tumbukan: 10
9
 –10
11
Penyimpangan yang dihasilkan akan semakin besar seiring dengan meningkatnya kompleksitas molekul-molekul reaktan yang terlibat.
 
Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, karena jumlah tumbukan per detiknya bertambah jika konsentrasi bertambah
 
Kecepatan reaksi bergantung pada sifat reaktan karena energi aktivasi yang berbeda.
 
Kecepatan reaksi bergantung pada suhu karena jumlah molekul berenergi cukup untuk  bereaksi merupakan fungsi suhu.
 
Katalis mempengaruhi kecepatan reaksi (atau mempercepat reaksi) karena memperkecil energi aktivasi. Kegagalan-kegagalan teori tumbukan dalam menjelaskan kecepatan reaksi:
 
Molekul-molekul yang bereaksi mempunyai orientasi tertentu sebelum bereaksi.
 
Reaksi dapat berlangsung dalam beberapa tahap.
 
Energi aktivasi tidak saja terlokalisasi dalam ikatan yang akan diputuskan dalam reaksi, namun juga dalam beberapa ikatan lainnya.
 
Teori tumbukan tidak dapat digunakan untuk reaksi yang terjadi pada permukaan katalitik.
Contoh:
Gunakan teori tumbukan untuk memprediksi kecepatan reaksi spesifik (k) dari reaksi dekomposisi hidrogen iodida: 2 HI H
2
 + I
2
 pada suhu 321,4
o
C. Asumsikan diameter tumbukan = 3,5 A
o
 (= 3,5.10
-8
 cm) dan energi aktivasi reaksi = 44000 kal/mol. Evaluasi juga, berapakah harga faktor frekuensi tumbukan yang dihasilkan!
 Penyelesaian:
M
A
 = M
B
 = M
HI
 = 128 Ea = E = 44000 kal/mol d
AB
 = 3,5 . 10
-8
 cm T = 321,4
o
C + 273 = 594,4 K R = 8,314 J/mol.K = 8,314 .10
7
 erg/mol.K = 1,987 kal/mol.K
 R E  B A B A2 AB
e M  M  M  M  R8
21
 ⎠ ⎞⎝ ⎛  +=
 π 
 
 )4 ,594 )987  ,1 4400028
e1282 )4 ,594 ).10.314 ,8.( 8 )10.5 ,3
21
 ⎠ ⎞⎝ ⎛ =
 π 
 k = 1,7 . 10
-10
 e
-37,4
 cm
3
/molekul.detik Untuk mengubah satuan k menjadi liter/mol.detik, maka angka yang diperoleh di atas harus dikalikan bilangan Avogadro (= 6,02.10
23
 molekul/mol) dan dibagi dengan 1000, sehingga:
ik det .mol  / liter 10. ,5e.10.02 ,1 100010.02 , .e.10. ,1
4 ,37 11 234 ,37 10
 
===
 Dengan demikian, harga kecepatan reaksi spesifik (k) pada kasus ini sebesar 5,7.10
-6
 liter/mol.detik dengan faktor frekuensi tumbukan (A) sebesar 1,02.10
11
 liter/mol.detik.
 
dy/teori kinetika reaksi kimia/2007/halaman 3 dari 5 halaman
TEORI KOMPLEKS AKTIF (KEADAAN TRANSISI)
 Menurut teori ini,
reaksi diawali dengan tumbukan antara molekul-molekul reaktan.
Sebelum membentuk produk reaksi,
m
olekul-molekul yang bereaksi membentuk kompleks teraktifkan yang berada dalam keadaan kesetimbangan termodinamika dengan molekul reaktan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan teori kompleks aktif:
 
Molekul-molekul memiliki energi vibrasi, rotasi, dan translasi.
 
Tumbukan antar reaktan menghasilkan kompleks aktif (keadaan transisi), kemudian terdekomposisi menghasilkan produk.
 
Kompleks aktif berkesetimbangan dengan reaktan.
 
Tahap yang mengendalikan kecepatan reaksi
(rate limiting step)
 adalah tahap dekomposisi kompleks aktif menjadi produk. Tinjau reaksi homogen : A + B produk reaksi ... (1) Jika reaksi tersebut mempunyai mekanisme 2 tahap sebagai berikut: (i) Tahap pembentukan kompleks aktif AB* dari reaktan A dan B: A + B AB* (K*) ... (8) (ii) Tahap dekomposisi/penguraian AB* menjadi produk reaksi: AB* produk reaksi (lambat) ... (9) Karena AB* berkesetimbangan dengan reaktan, maka konsentrasi AB* ditentukan dari konstanta kesetimbangan reaksi tahap (i). Kecepatan reaksi
overall
ditentukan dari kecepatan dekomposisi AB*, karena merupakan
rate limiting step
 (tahap yang berlangsung paling lambat). Tahap (ii) lambat, sehingga menentukan atau mengendalikan kecepatan reaksi:
r =
ν 
 C 
 AB*
 ... (10) Tahap (i) cepat dan mencapai kesetimbangan, maka dalam
term
 aktivitas a:
 B A* AB B A* AB B A* AB
aaa* K 
γ γ γ 
==
 ... (11) maka:
 B A AB B A* AB
* K 
γ γ γ 
=
 ... (12) Substitusikan (12) ke (10) menghasilkan:
 B A AB B A
* K 
γ γ γ ν 
=
 ... (13) Berdasarkan pendekatan termodinamika pada keadaan kesetimbangan:
* K ln R*G
 =
Δ
 ... (14) atau:
 R*G
e* K 
Δ
=
 ... (15) Substitusikan (15) ke (13):
 B A R*G AB B A
e
Δ
γ γ γ ν 
=
 ... (16) Besarnya
ν
:
h
 B
=
ν 
 ... (17) dengan: k 
B
 
 konstanta Boltzmann (= 1,38.10
-16
 erg/K) h
 konstanta Planck (=6,624.10
-27
 erg.detik) Substitusikan (17) ke (16), maka:
 B A R*G AB B A B
eh
Δ
γ γ γ 
 
=
 ... (18) Dari definisi termodinamika (pada kondisi isotermal atau T tetap):
 H G
 ΔΔΔ
 =
 ... (19) Substitusikan (19) ke (18), maka:
 B A R* R* H  AB B A B
ee h
ΔΔ
γ γ γ 
 
=
 ... (20) atau:
 B A R* H  R* AB B A B
ee h
ΔΔ
γ γ γ 
 
=
 ... (21)
ν
 
 Faktor frekuensi tumbukan (atau faktor  pre-eksponensial)  faktor eksponensial  Konstanta kecepatan reaksi, k (temperature-dependent term) concentration-dependent term

Puaskan Keingintahuan Anda

Segala yang ingin Anda baca.
Kapan pun. Di mana pun. Perangkat apa pun.
Tanpa Komitmen. Batalkan kapan saja.
576648e32a3d8b82ca71961b7a986505