Anda di halaman 1dari 7

Duh, rumitnya mengurus IMB

30 Oktober 2011

Berbelitnya birokrasi membuat masyarakat enggan mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Padahal untuk mendapatkan IMB hanya butuh sebelas hari. Siapapun yang pernah mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pasti hanya ada dua kata yang terlontar, rumit dan mahal. Bayangkan, hanya untuk memperoleh selembar izin untuk mendirikan bangunan, masyarakat harus melewati beberapa meja. Bahkan tidak jarang harus bolak-balik ke instansi kecamatan atau tata kota dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Berbelit-belitnya mendapatkan IMB ini ditengarai membuat masyarakat malas untuk mengurus IMB. Sebaliknya, bagi petugas di bagian perizinan, kondisi ini justru dijadikan peluang menawarkan jasa. Tentu saja dengan imbalan dari si pemohon. Padahal, kalau mengikuti prosedur yang berlaku cukup mudah mengurus IMB. Misalnya,untuk rumah tinggal yang tunggal murni secara teknis cukup dan tidak kekurangan tanah,hanya butuh sebelas hari kerja untuk proses pembuatan. Tentu dengan cacatatan semua persyaratan sudah dipenuhi. Tapi ini teorinya, prakteknya tidak demikian. Kalau prosedur yang tertulis, memang semestinya pengurusan IMB itu cepat dan tidak mahal. Tapi yang diluar prosedur atau yang sering terjadi bisa satu bulan, satu tahun, bahkan tidak keluar sama sekali, ujar R. Sugiono, yang mengaku pernah kesal menunggu IMB berbulan-bulan. Sugiono punya cerita soal ini. Ia sudah mengantongi izin pendahuluan (IP) sebelum IMB untuk bangunannya keluar. Seharusnya setelah ada IP, pembangunan rumahnya tidak terganggu lagi. Hanya saja selama menunggu IMB ada saja oknum yang usil dari kelurahan atau kecamatan mendatanginya. Setelah melihat IP berumur 25 hari, mereka meminta diperlihatkan IMB definitif. Karena tidak bisa memperlihatkan, akhirnya kena denda. Jika tidak bisa mempersoalkan IMB, mereka mencari alasan, misalnya, menggangu ketenangan dan sebagainya. Kalau tidak ingin repot, ya keluar uang lagi, ujarnya. Tapi, cerita Sugiono ini dibantah oleh T. J. Sinambela, Kepala Seksi Pengawasan Penertiban Bangunan (P2B), Kecamatan Mampang, Jakarta Selata. Menurutnya, lamanya proses pengurusan IMB lebih disebabkan kesalahan dari masyarakat sendiri. Misalnya, mereka tidak tahu tata cara pengurusan IMB. Sehingga mereka datang pada orang yang tidak tepat. Soal lain adalah karena biasanya persyaratan yang dibawa masyarakat banyak yang tidak lengkap. Terlepas dari adanya unsur kesengajaan dari pihak petugas IMB, penelusuran Bisnis PROPERTI dalam pengurusan IMB ini memang memiliki jalan berliku. Antrian panjang masyarakat yang ingin mengurus IMB mengalahkan kesiapan petugas yang hanya didukung sarana administrasi dan alat sederhana. Faktor lain adalah formulir pengurusan IMB di kecamatan belum seluruhnya tersedia lengkap, karena masih harus mengambil di Suku Dinas Pengawasan Penertiban Bagunan (Sudin P2B). Belum lagi kasusnya kalau menyangkut antar instansi seperti BPN. Alhasil proses didalam saja membutuhkan waktu berhari-hari. Jalan Pintas Mungkin tidak berlebihan bila ada yang mengatakan kalau tidak siap mental, jangan coba-

coba mengurus IMB sendiri. Bisa-bisa Anda capek sendiri. Slogan Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah rupanya masih berlaku dalam pengurusan IMB. Tak heran, jika ingin cepat selesai pemohon harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. cara lainnya menyerahkan pengurusan IMB tersebut kepada calo. Pihak ketiga, Calo, memang menjadi solusi bagi masyarakat yang memiliki dana besar serta membutuhkan waktu yang cepat. Sudah bukan rahasia lagi, untuk mendapatkan secarik kertas IMB ini, tersedia jalur cepat tetapi dengan biaya yang mencekik. Bahkan sampai ratusan juta rupiah. Padahal, sesuai tarif resminya, hanya Rp6000 per meter. Tengok saja pengalaman seorang pemilik rumah di Menteng, Jakarta Pusat. Pria yang enggan namanya ditulis ini berencana membongkar rumahnya, kemudian mendirikan bangunan baru. Sesuai SK Gubernur DKI No.63 Tahun 2000, pasal 5, biaya retribusinya mencapai Rp6000 per meter. Dengan luas bangunan sekitar 400 meter persegi, harusnya ia hanya mengeluarkan biaya pengurusan IMB sebesar Rp24 juta. Tetapi karena bosan dioper dari satu tempat ke tempat lain oleh petugas dinas tata kota setempat, ia didekati seorang calo yang siap membantu dengan biaya sekitar Rp200 juta. Alasannya, menurut calo tadi, tidak semua titik di wilayah Menteng yang bisa diberikan IMB. Bahkan untuk memugar bagian depan saja tarifnya sangat tinggi, terang pengusaha asal Bukittinggi ini, yang menunda pembagunan rumahnya entah sampai kapan. Kondisi yang sama juga dialami Irma, pemilik rumah di La Vanoise Village Premier, Sentul City. Ia bahkan rela merogoh kocek Rp 10 juta dan mempercayakan pengurusan IMB-nya kepada pihak ketiga. Padahal Irma hanya ingin memperluas bangunan rumah yang semula 200 meter persegi, dilebarkan menjadi 310 meter persegi. Daripada ribet, mendingan saya minta tolong sama orang lain untuk mengurusnya, ujarnya. Anehnya kondisi seperti ini terkesan dibiarkan saja oleh pihak pemda. Bahkan tidak jarang muncul tudingan, bahwa pihak petugas main mata dengan para calo. Namun hal ini sekali lagi dibantah oleh T.J. Sinambela. Tidak ada itu, main mata antara petugas dan pihak ketiga. Bagi kami yang penting masyarakat yang ingin mengurus IMB sudah melengkapi segala persyaratannya. Kami sampaikan juga mestinya masyarakat jangan mau jika ada pihak ketiga yang ingin membantu, tapi dengan biaya yang lebih besar, katanya. Lebih lanjut Sinambela mengatakan, sebetulnya tidak ada yang sulit jika sudah mengikuti prosedur yang berlaku. Untuk rumah tempat tinggal murni, misalnya, setelah pemohon melengkapi persyaratan-persyaratan yang sudah ditetapkan, pemohon memberikan berkas persyaratan tersebut di loket kepengurusan pengurus IMB di kantor kecamatan. Setelah menerima berkas persyaratan dari pemohon, pihak kecamatan akan mengirimkan berkas tersebut ke petugas lapangan (Building Inspector) untuk menyesuaikan data lapangan dengan data yang tertera di berkas persyaratan pemohon. Dalam hal ini petugas lapangan akan meninjau lokasi bangunan dan menilai gambar arsitektur bangunan. Tidak ada yang rumitkan, ujar Sinambela. Selanjutnya, lanjut Sinambela, apabila sesuai dengan data, setelah ditinjau oleh petugas lapangan, berkas dari pemohon akan ditembuskan ke seksi perizinan kecamatan. Lalu, seksi perizinan kecamatan akan menghitung biaya retribusi bangunan dengan membuatkan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD), sekaligus mencantumkan nomor permohonan izin mengelola bangunan (PIMB).

Dalam hal ini diharapkan bagi pemohon IMB langsung membayarkan biaya retribusi ke Kas Daerah (Kasda). Bila tidak segera dibayarkan, selanjutnya akan diadakan peninjauan ulang oleh petugas lapangan. Bila dalam peninjauan ulang ditemukan progres pembangunan, maka pemohon IMB akan dikenakan denda sesuai dengan progres kemajuan pembangunan (sesuai dengan perda), paparnya. Proses selanjutnya, setelah pemohon mendapatkan nomer PIMB, pihak perizinan kecamatan mengirimkan berkas-berkas persyaratan dari pemohon suku dinas (Sudin). Lalu, Sudin meninjau ulang kumpulan berkas dari pemohon IMB. Setelah itu IMB dapat diterima oleh pemohon dalam jangka waktu sebelas hari setelah pembayaran retribusi. Ketika disinggung biaya retribusi yang dikenakan kepada pemohon, Sinambela mengatakan ada dua parameter yang dijadikan acuan. Pertama, biaya dikenakan sesuai dengan luas bangunan, dan yang kedua sesuai dengan peruntukan atau jenis bangunan. Sementara skema pembayaran retribusi tertera pada Perda No 1, tahun 2006. Sinambela menyarankan bagi pemohon IMB untuk mengerti skema dan prosedur IMB, agar tidak ada kesalahpahaman antara pemohon IMB dan pihak pemberi izin. Prosedural IMB yang terkesan rumit sepertinya menjadi alasan pemohon untuk mempercayakan pada pihak ketiga yang mempermudah kepengurusan IMB, tandas Sinambela. Sejatinya untuk memperoleh IMB sesuai peraturan harusnya cukup murah dan cepat. Apalagi semua aturan main mendapatkan IMB sudah jelas tertuang dalam SK Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, himpunan SK Gubernur atau Perda ini telah dikaji dengan seksama sekaligus memperoleh pengesahan DPRD DKI Jakarta. Isinya sudah meyentuh rasa keadilan bagi seluruh kelas sosial dan ekonomi warga. Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan: 1. Formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB) 2. Fotocopy KTP pemohon 3. Fotocopy bukti kepemilikan tanah yang dilegalisr 4. Fotocopy pembayaran PBB terakhir 5. Surat pernyataan tanah tidak sengketa dari pemohon 6. Keterangan dan peta rencana kota yang telah lengkap ploting bangunan atau RTLB (minimal satu set asli) 7. Gambar rancangan arsitektur lengkap 8. Fotocopy Surat Izin Bekerja Perencana (SIBP) yang telah dilegalisir 9. Fotocopy IMB lama berikut dengan lampirannya

Baca juga

Istilah dalam Perizinan


22 Oktober 2011

Pengertian dan definisi


Untuk memudahkan pemahaman terhadap ketentuan dalam peraturan bangunan dan rencana kota, maka saya berusaha untuk memberikan pengertian / definisi berdasar kepada pasal pengertian yang terdapat dalam peraturan terkait maupun dalam bahasa bebas agar mudah dimengerti/ difahami. 1. IMB (Izin Mendirikan Bangunan) adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum untuk dapat melaksanakan kegiatan membangun. 2. IPB (Izin Penggunaan Bangunan) adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum setelah bangunan selesai dilaksanakan sesuai IMB dan telah memenuhi persyaratan fungsi perlengkapan bangunan. 3. KMB (Kelayakan Menggunakan Bangunan) adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum setelah habis masa berlakunya IPB ( yaitu 5 tahun untuk bangunan Non Rumah Tinggal dan 10 tahun untuk bangunan Rumah Tinggal ) dan telah dilakukan pengkajian bangunan oleh konsultan pengkaji bangunan serta dinilai memenuhi persyaratan kelayakan untuk berfungsinya bangunan. 4. Sertifikat Layak Huni adalah sertifikat yang diterbitkan untuk bangunan setelah bangunan selesai dilaksanakan sesuai IMB dan telah memenuhi persyaratan fungsi perlengkapan bangunan (Sertifikat Layak Fungsi ini menggantikan IPB dan KMB, sesuai dengan Undangundang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ) 5. Membangun adalah setiap kegiatan mendirikan, membongkar, memperbaharui, merubah, mengganti seluruh atau sebagian, memperluas bangunan atau bangun-bangunan. 6. Bangunan adalah suatu perwujudan fisik arsitektur yang digunakan sebagai wadah kegiatan manusia. 7. Bangun-bangunan adalah perwujudan fisik arsitektur yang tidak digunakan untuk kegiatan manusia. 8. Peruntukan adalah ketetapan guna fungsi ruang dalam lahan/lingkungan tertentu yang ditetapkan dalam rencana kota. Peruntukan lokasi ini menentukan jenis-jenis bangunan yang dapat didirikan pada lokasi tersebut. 9. Bangunan Tunggal adalah bangunan yang harus memiliki jarak bebas dengan batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping dan belakang. 10. Bangunan Deret/ Rapat adalah bangunan yang diperbolehkan rapat dengan batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping. 11. GSJ (Garis Sempadan Jalan) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana kota. 12. GSB (Garis Sempadan Bangunan) adalah garis batas yang tidak boleh dilampaui oleh bangunan kearah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kota.

13. Jarak Bebas Samping adalah ruang terbuka minimal pada sisi samping bangunan terhadap GSB dan batas perpetakan/ pekaranga, yang harus dipenuhi sesuai jenis peruntukan dalam rencana kota. 14. Jarak Bebas Belakang adalah ruang terbuka minimal pada sisi belakang bangunan terhadap batas pekarangan dengan panjang ruang tertentu, yang harus dipenuhi sesuai jenis peruntukan dalam rencana kota. 15. KDB (Koefisien Dasar Bangunan) adalah angka prosentase perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas perpetakan atau luas daerah perencanaan. 16. KLB (Koefisien Lantai Bangunan) adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas perpetakan atau luas daerah perencanaan. 17. Perpetakan atau Kapling adalah bidang tanah yang ditetapkan ukuran dan batas-batasnya sebagai satuan-satuan yang sesuai dengan rencana kota. 18. Daerah Perencanaan adalah bagian lahan/ pekarangan yang terletak dalam satuan perpetakan atau terletak didalam batas-batas perpetakan dan atau dibelakang GSJ. 19. Ketinggian Bangunan adalah jumlah lapis bangunan yang dihitung dari dari permukaan tanah atau dari lantai dasar bangunan. 20. Bangunan Rendah adalah bangunan dengan ketinggian bangunan sampai dengan 4 lapis. 21. Bangunan Sedang adalah bangunan dengan ketinggian bangunan 5 sampai dengan 8 lapis. 22. Bangunan Tinggi adalah bangunan dengan ketinggian bangunan diatas 8 lapis. 23. Peruntukan Wisma adalah jenis peruntukan lokasi tanah/ lahan yang dapat didirikan bangunan untuk penggunaan rumah/ tempat tinggal. Jenis peruntukan Wisma dapat berupa jenis peruntukan : - WBS (Wisma Besar, atau - WSD (Wisma Sedang), atau - WKC (Wisma Kecil), atau - WTm (Wisma Taman), atau - WFL (Wisma Flat), - WSN (Wisma Susun), yang dapat didirikan Rumah Susun Murah, atau Apartemen, Condominium dengan ketinggian 4 lantai atau lebih sesuai batasan yang ditetapkan dan rencana kota. 24. Peruntukan Karya Pekantoran (Kkt) adalah jenis peruntukan tanah/ lokasi yang dapat didirikan bangunan Kantor/ Perkantoran atau sejenisnya.

25. Peruntukan Karya Perdagangan (Kpd) adalah jenis peruntukan tanah/ lokasi yang dapat didirikan bangunan Toko/ Pertokoan atau sejenisnya. 26. Banyak jenis-jenis peruntukan lain, seperti WKT (Wisma Kantor), WDG (Wisma Dagang), KIN (Karya Industri), KPG (Karya Pergudangan), SPD (Suka Sarana Pendidikan), SSK (Suka Sarana Kesehatan), SRO (Suka Rekreasi dan Olah Raga),PHT (Penyempurna Hijau Taman), dsb. 27. SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah) adalah Surat Izin dari Gubernur untuk penggunaan tanah bagi bangunan bila kepemilikan tanah yang luasnya 5.000 M2 atau lebih. 28. SIBP (Surat Izin Bekerja Perencana) adalah Surat Izin Bekerja bagi perencana, direksi pengawas atau pengkaji bangunan untuk dapat melakukan pekerjaan profesinya diwilayah DKI Jakarta.
Sertifikasi Penyusun Dokumen AMDAL Melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2009 tentang Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang akan berlaku efektif pada tanggal 11 November 2009, Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah melakukan sertifikasi kompetensi nasional terhadap personil penyusun dokumen AMDAL dan registrasi kompetensi di bidang AMDAL terhadap Lembaga Jasa Penyedia Penyusunan Dokumen AMDAL dan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL. Tujuan dikembangkannya sistem ini adalah untuk menjamin mutu dokumen AMDAL, sehingga standar mutu dokumen AMDAL yang dihasilkan akan sama di seluruh Indonesia. Sertifikasi ini ditujukan bagi penyusun dokumen AMDAL, baik secara personil maupun secara institusi (Lembaga Penyedia Jasa Penyusun Dokumen AMDAL/konsultan AMDAL), serta lembaga penyelenggara pelatihan penyusun dokumen AMDAL. Sertifikasi personil penyusun dokumen AMDAL dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu ketua tim penyusun dokumen AMDAL dan anggota tim penyusun dokumen AMDAL. Untuk memperoleh sertifikasi tersebut dilakukan melalui uji kompetensi. Jika personil tersebut telah lulus uji maka akan diterbitkan sertifikat sertifikasi dengan masa berlaku selama 3 (tiga) tahun. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon peserta uji untuk dapat ikut serta dalam pelaksanaan uji kompetensi ini, baik untuk kualifikasi ketua tim dan anggota tim. Untuk pelaksanaan sertifikasi ini Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menunjuk Lembaga Sertifikasi Kompetensi Intakindo yang melaksanakan kegiatan sertifikasi bagi personil penyusun dokumen AMDAL. Dalam Peraturan Menteri LH No 11 Tahun 2008 ini diatur juga persyaratan tim dalam melakukan penyusunan suatu dokumen AMDAL. Nantinya jika peraturan menteri ini berlaku efektif, suatu dokumen AMDAL yang disusun harus memenuhi paling sedikit 3 (tiga) orang penyusun AMDAL yang telah memiliki sertifikat kompetensi dengan 1 (satu) orang dengan kualifikasi sebagai ketua tim dan 2 orang dengan kualifikasi anggota tim. Dalam komposisi tersebut, tim penyusun dokumen wajib melibatkan tenaga ahli yang sesuai dengan dampak penting yang diakibatkan oleh rencana usaha dan/atau kegiatan.

Untuk lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen AMDAL/konsultan AMDAL wajib melakukan registrasi di Kementerian Lingkungan Hidup. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh konsulatn sebelum melakukan registrasi, yaitu:

berbadan hukum; memiliki paling sedikit 2 (dua) orang tenaga tetap penyusun dokumen AMDAL yang memiliki sertifikat kompetensi dengan kualifikasi ketua tim penyusun dokumen AMDAL; memiliki perjanjian kerja denngan tenaga tidak tetap penyusun dokumen AMDAL yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL dan seluruh personil yang terlibat dalam penyusunan dokumen AMDAL; memiliki sistem manajemen mutu; melaksanakan pengendalian mutu internal terhadap pelaksanaan penyusunan dokumen AMDAL, termasuk menjaga prinsip ketidakberpihakan dan/atau menghindari konflik kepentingan.

Jika ada suatu dokumen AMDAL yang telah disusun dan diproses di komisi penilai AMDAL sebelum peraturan ini berlaku, maka dokumen tersebut dapat terus diproses walaupun tim penyusun dan konsultannya belum memenuhi ketentuan yang diatur dalam peraturan menteri ini. Penyusun dokumen AMDAL adalah orang yang memiliki kompetensi pada kualifikasi tertentu dan bekerja di bidang penyusunan dokumen AMDAL. Sebagai pedoman dalam memahami sertifikasi kompetensi yang dibutuhkan bagi penyusun dokumen AMDAL, telah dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2010 Tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Untuk lebih jelasnya, Permen LH No. 07 Tahun 2010 tersebut dapat di download di sini.

Anda mungkin juga menyukai