Anda di halaman 1dari 13

Bentuk-Bentuk Rumah Tangga

Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Sosiologi Keluarga

Oleh : 1. Avina Citra D. 2. Clara Pedika P. 3. Diah Novitasari 4. Galih Dwi S. 5. Kesha Primora 6. Tonny Yudya M. 7. Yusuf Wibowo D0310013 D0310015 D0310017 D0310023 D0310035 D0310063 D0310067

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

A. Pengertian Bentuk Rumah Tangga

Ragam bentuk rumah tangga mempunyai banyak pengertian bagi interaksi keluarga. Ia membantu mempengaruhi, misalnya kesempatan berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antara anggota-anggota kelompok, sanak saudara. Tambahan pula pola struktur mempertegas proses tekanan dan

penyesuaian diri diantara sanak. Berbagai macam hubungan peran harus diuraikan secara terperinci, jika rumah tangga itu mencakup sanak tertentu. Misalnya jika rumah tangga itu mencakup seorang lelaki dan ibu mertuanya, mungkin ada peraturan-peraturan yang menuntut banyak pengekangan atau meniadakan hubungan antara keduanya. Pola permasyarakatan juga dipengaruhi oleh siapa yang termasuk dalam rumah tangga. Seorang ibu mertua dapat terus mengawasi proses sosialisasi menantu perempuannya yang masih muda. Seorang anak dalam suatu rumah tangga poligami akan melihat model orang-orang dewasa lebih banyak daripada yang dilihat dalam keluarga inti. Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak-anak mereka. Poligini dan poliandri adalah dua bentuk poligami. Yang pertama seorang laki-laki mempunyai dua atau lebih istri, sehingga rumah tangga terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti. Suatu bentuk yang umum ialah sororal poligini, dimana seorang lelaki menikah dengan dua atau lebih saudara wanitanya. Pada poliandri, seorang wanita menjadi istri pada dua atau lebih lelaki, tetap tentunya hanya ada anak satu turunan. Satu macam bentuk yang tersebar luas ialah fraternal poliandri, yaitu perkawinan seorang wanita dengan beberapa saudara lelaki. Rumah tangga dapat diperbesar oleh populasi per generasi maupun secara menyisi (laterally) dengan menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya (extended family). Istilah diperluas jarang diterapkan terhadap keluarga pangkal (stem family), yang banyak terdapat di Eropa. Dibawah sistem ini hanya satu anak, biasanya yang tertua, yang mewarisi kekayaan keluarga, dan ia mempunyai tanggung jawab atas saudara perempuannya sampai mereka menikah, dan atas

saudara-saudara laki-lakinya hingga mereka dewasa. Dengan demikian kekayaan, gelar keluarga, dan tanggung jawab berada di tangan seorang. Keluarga gabungan (joint family) di India kadang-kadang disebut diperluastetapi sebaiknya dipergunakan dengan istilah yang lebih mengena. Terdiri dari co-parceners yaitu, orang-orang yang berhak atas hasil-hasil milik keluarga. Di AS, neolocality sudah menjadi peraturan kerana sudah dianggap sepantasnya bahwa pasangan muda yang telah menikah bertempat tinggal sendiri, terpisah dari rumah kedua orang tuanya. Pada masyarakat matrilineal (garis keturunan ditarik dari pihak ibu) pasangan baru diharapkan tinggal dekat keluarga si istri. Aturan bertempat tinggal yang mengikuti patrineality ialah patrilocality, dan di sinipun kesatuan keluarga baru itu dapat menjadi bagian rumah tangga ayah pengantin laki-laki. B. Timbulnya Bentuk-bentuk Rumah Tangga Suatu masyarakat di sebut sebagai polyginous, di mana yang ideal bagi seorang laki-laki adalah mempunyai 2 atau lebih istri. Banyak kebudayaan besar di dunia bersifat polyginous ,yaitu Islam, Cina, Jepang, India dan dunia Barat tidak. Ketika kelahiran, laki-laki sedikit melibihi perempuan, kira-kira 103:100 (inilah yang di sebut sex ratio), tahun-tahun berikutnya angka kematian laki-laki lebih tinggi. Namun bagaimanapun juga jumlah wanita akan melibihi jumlah lakilaki pada usia yang agak lanjut, jauh untuk umur setelah menikah. Ketidakseimbangan antara cita-cita dengan factor dapat di imbangi dengan menikahkan gadis-gadis muda dengan laki-laki yang jauh lebihtua. Banyak masyarakat yang berpoligami tidak perlu berarti penambahan tanggungan keuangan. Banyak suku di Afrika misalnya wanita bekerja di pertanian atau berdagang dan mungkin saja berpenghasilan lebih dari yang di butuhkan mereka dengan anak-anaknya. Seoranglaki-laki dapat dicela jika ia menikah lagi padahal kedudukan sosialnya rendah. Sedangkan seseorang yang lebih tua dan mempunyai kedudukan atau secara politik kuat, boleh memperbanyak istrinya sebagai pengesahan kedudukannya, atau untuk memperkuat gabungan dengan keluarga lain atau tokoh politik lainnya. Pada masyarakat eskimo (berburu), istri kedua

menunjukkan kemahiran berburu yang membutuhkan lebih dari satu istri untuk mengurus semua kulit dan daging yang di bawanya pulang. Rumah tangga besar yang terbentuk oleh poligini mungkin terbentuk karena aturan tempat tinggal yang menganjurkan pada pemuda untuk tidak meninggalkan rumah orang tuanya setelah mereka menikah. Bentuk rumah tangga yang demikian lebih umum terjadi pada orang kaya. Di Cina, seorang laki-laki dapat membawa gundik (istri kedua) ke dalam rumah tangganya. Pengambilan seorang gundik hamper menyerupai suatu pembelian, dan hanya orang kaya yang dapat melakukannya. Jepang juga menganut monogamy, tetapi lelaki yang berhasil dalam berbagai hal dapat membeli seorang gundik. Di Cina hanya beberapa orang yang mempunyai tanah luas atau usaha yang maju dapat memberikan cukup kesempatan ekonomi kepada semua anak dan cucunya, sehingga mereka semua tinggal di rumah tangga besar setelah menikah. Pada system keluarga di Arab baik yang poligini maupun penahanan anak laki-laki yang telah menikah dalam keluarga mungkin telah mengakibatkan rumah tangga, menjadi besar sekali. Namun tidak semua melakukan itu, di antara suku Bedouin gurun, seorang pemuda di berikan tendanya sendiri jika menikah.Namun pada tahun-tahun berikutnya setelah di adakan survey, hasilnya meruntuhkan asumsi bahwa rumah tangga bangsa Arab terdiri dari beberapa generasi keluarga dari keturunan pihak laki-laki. Sedangkan di India keluarga yang benar-benar merupakan keluarga gabungan rupanya jarang terdapat. Hasil survey ini menunjukkan adanya perubahan dari zaman lampau, bahwa rumah tangga besar itu zaman dahulu lazim. Persentasi besarnya rumah tangga kecil terdapat di kotakota di India, dan persentasi yang lebih tinggi rumah tangga besar terdapat di daerah pedusunan.Di tafsirkan secara pukul rata, suatu data menunjukkan bahwa keluarga gabungan telah menurun.Namun keluarga gabungan tidak begitu saja di anggap sebagai suatu mitos. Pertama, di pandang ideal bagi orang-orang yang memperolah kedudukan dan kekayaan akan mendirikan rumah tangga semacam ini. Kedua, ada kemungkinan anggota-anggota jaringan sanak keluarga yang di perluas tidak tinggal di rumah tangga yang sama. Yang ketiga, kemungkinan

kebanyakan anggota penduduk pernah tinggal di rumah tangga yang tergabung pada suatu ketika pada kehidupan mereka yaitu ketika keluarga-keluarga mereka berada pada fase akan di gabungkan. C. Keluarga Gabungan Di India Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari orangorang yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya. Kadang-kadang mobilitas sosial juga menurunkan solidaritas keluarga. Seorang laki-laki mungkin mencapai kedudukan baik karena bantuan yang diberikan oleh pama-pamannya, tetapi enggan memberikan atau membagi pendapatannya kepada keluarga lebih besar. Jika semua keluarga sama kaya atau miskinnya, membagi berarti pertukaran secara merata, tetapi jika hanya seseorang yang kaya, membagi berarti terus menerus mengeluarkan. Tetapi bagaimanapun juga, keinginan untuk tetap bersatun itu kuat, dan perpecahan sedikit kemungkinannya, kecuali siayah meninggal atau semua anak laki-laki telah dewasa. Laki-laki mungkin akan mempermasalahkan istrinya, daripada mengakui bahwa untuk kepentingan pribadi mereka mau mendirikan rumah tangga sendiri. Sejalan dengan kuasa-kuasa yang bertentangan ini, tidaklah mengherankan bahwa sorvai-survai pada dekade yang lalau menunjukan bahwa sebagian besar keluarga masyarakat india tinggal dalam ruamah tangga inti. Tetapi tidaklah pasti apakah keluarga-keluarga itu berkerjasama secara bergabung yaitu menyatukan pemdapat mmereka atau menerima kekuasaan lelaki tertua, meskipun secara badaniah tinggal di rumah yang terpisah. Pada saat ini bukti menunjukan bahwa banyak keluarga tidak berkerjasama secara bergabung, tetapi di hubungkan oleh rasa saling tanggung jaawab dan rasa setia terhadap keluarga, yang jauh berbeda di bandingkan keluarga-keluarga di Barat.

Sebaliknya, banyak kemungkinan bahwa banyak keluarga dalam masyarakat india memang telah mempunyai fase penggabungan. Teradisi di india menyetujui akan keluarga gabungan dan penelitian pendapat umum kebanyakan daerah juga menunjukan bahwa banyak orang yang masih menyukai bentuk keluarga yang demikian, meskipun sebagian kecil yang cukup berpengaruh condong dengan kehidupan terpisah. Secara umum penduduk kota kurang mendukung keluarga gabungan dibandingkan dengan penduduk desa, dan yang terpelajar dibandingkan dengan yang kurang terpelajar. Mungkin yang terpenting ialah kenyataan bahwa pendapat umum itu tidak membedakan tipe keluarga gabungan mana yang lebih di sukai. Besar kemungkinan, sebagian besar orang india tidak menyetujui saudara-saudara laki tinggal bersama setelah ayah mereka meninggal, dan sudah pasti bahwa sebagian besar wanita yang telah menikah tidak akan menyetujuinya, karena biasanya mereka yang menanngung beban menyesuaikan diri dalam unit yang demikian itu. D. Kekuatan-Kekuatan Keluarga Besar Keluarga besar tumbuh dan merosot selama bertahun-tahun karena dipengaruhi kesuburan, perkawinan dan perceraian, kematian, peraturan tempat tinggal, dan alternative kesempatan yang terbuka bagi anggota-anggotanya. Karena keluarga besar itu dapat dipandang sebagai penemuan sosial, maka akan ada beberapa kekuatan keluarga besar, yaitu: 1. Setiap anggota keluarga lebih mudah meminta bantuan anggota keluarga lain. Keluarga besar yang terderi bukan dari ayah ibu dan anak saja dapat memudahkan setiap anggota keluarga untuk meminta bantauan kepada orang lain lain. Misalnya, seorang ibu yang memasak untuk keluarganya pasti akan dibantu oleh anggota keluarga lain entah itu membantu memasak, belanja, mencuci piring atau yang lain. Jadi semua pekerjaan rumah tangga ada yang membantu.

2. Lebih mudah menanggung beban. Orang jompo,cacat,sakit bukan merupakan suatu beban yang berat bagi keluarga besar. Karena jumlah anggota keluarga yang banyak maka hal seperti itu akan menjadi beban yang ringan bagi keluarga besar. 3. Rumah tangga keluarga besar lebih dapat bertahan dari pada keluarga kecil. Keluarga besar sekalipun dengan penggantinya lebih dapat bertahan lama daripada keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja. Perorangan datang dan pergi tetapi dan kesatuan itu jawab tetap dapat

mempertahankan

identitas,milik

tanggung

kolektifnya.

Misalnya, kematian suami atau istri dalam keluarga inti sangat mengganggu keluarga inti atau mungkin dapat menghancurkan

efektifitasnya. Sedangkan keluarga besar hal seperti itu hanyalah hal kecil jika salah satu suami atau istri meninggal maka identitas dan juga efektifitasnya masih. 4. Lebih banyak mengumpulkan modal. Keluarga besar lebih banyak mengumpulkan modal untuk usaha ekonomi, seperti mengumpulkan cukup ternak untuk sebuah perkawinan, membeli tanah atau kedudukan pemerintahan, atau membayar pendidikan untuk anak. Selama mereka yang menerima keuntungan dari utang budi juga tetap merasakan kewajiban untuk membagi keuntungan itu dengan sanak saudara. 5. Lebih banyak memperoleh pengaruh politik. Pada masyarakat seorang laki-laki dewasa berfungsi sebagai bala tentara umum, keluarga besar memperoleh lebih banyak memperoleh pengaruh politik daripada keluarga inti. E. Keluarga Inti di Dunia Barat Istilah conjugal dan nuclear dapat digunakan silih berganti jika yang dimaksudkan satuan keluarga itu sendiri tetapi istilah conjugal lebih mengena jika yang dimaksudkan itu sistem kekeluargaan sebagai suatu keseluruhan. Tidak

ada sistem keluarga inti, jika dengan istilah itu kita maksudkan suatu sistem dimana kebanyakan keluarga jarang sekali mengadakan hubungan dengan sanak saudara mereka yang lebih luas. Semua penelitian di negara-negara maju seperti inggris dan A.S menunjukan kenyataan bahwa setiap unit keluarga memelihara hubungan dengan sanak mereka secara luas dan bahwa suatu bentuk rekreasi besar ialah mengunjungi keluarga. Dan terlihat pula bahwa banyak dari sanak itu yang berada diluar unit conjugal itu tidak dapat begitu saja dijauhi tanpa menyakiti seseorag didalam keluarga, sebabnya ialah bahwa setiap orang didalam keluarga itu adalah menjadi anggota dua keluarga sekaligus. Saat ini perlu diingat bahwa suatu sistem keluarga conjugal ialah dimana lebih ditekankan kepentingan sosial terhadap ikatan conjugal atau bentuk struktural keluarga inti dari pada sisitem keluarga lain, tetapi unit keluarga kecil itu tidak sepenuhnya berdiri sendiri. Kenyataan bahwa keluarga conjugal itu tidak terlalu tergantung seperti halnya unit-unit keluarga lainnya kepada jaringan sanak saudara yang lebih luas mempunyai implikasi yang luas pula dan akan kita tinjau disini. Karena kebanyakan sanak saudara affinal (hubungan karena perkawinan) dan consanguinal (hubungan darah) secara relatif tidak diikuti sertakan dalam pengambilan keputusan sehari-hari keluarga konjugal, maka baik sanak keluarga maupun unit keluarga kecil itu tidak dapat mengharapkan banyak bantuan masyarakat untuk suatu urusan pelayanan atau bantuan dari satu sama lain. Sistem conjugal itu lebih multilineal atau bilineal daripada unilineal setidak-tidaknya dalam pengertian bahwa baik garis keturunan wanita maupun laki-laki tidak terlalu dihiraukan. Penekanan terhadap ikatan perkawinan antara suami istri mengurangi kemungkinan sistem turunan atau kesatuan sanak besar lainya yang berdasarkan satu garis keturunan. Neolocality juga mempersulit penekanan sosial atas satu garis keturunan, karena banyak pasangan mungkin

tinggal terlalu jauh dari yang lain seketurunan untuk dapat ikut serta dalam kegiatan atau upacara-upacara bersama. Sama pentingnya ialah dalamnya perasaan didalam unit keluarga conjugal, keluarga conjugal didirikan atas dasar saling tertarik dan cinta. Terdiri dari sedikit orang yang dekat satu dengan yang lain. Hubungan emosianal di antara anggotaanggota suatu rumah tangga besar yang diperluas besar kemungkinan samar dan kurang dalam. Tingkat ke emosionalan dalam keluarga conjugal lebih dipertajam oleh kenyataan bahwa kebiasaan melarang perorangan untuk mencari hiburan ketempat lain dalam masyarakat. Hal ini menimbulkan baik keintiman dan

kerapuhan keluarga conjugal. Jika suami atau istri dalam kenyataan tidak memperoleh kasih dan kesenangan didalam unit kelurga maka mereka akan kehilangan dorongan untuk terus mendukungya. Karena itu angka perceraian dalam sistem keluarga conjugal cenderung tinggi. Dan yang terakhir karena sistem corak ini tidak mempunyai kelompok sanak saudara besar yang menjamin adanya pelayanan kesejahteraan sosial , maka juga tidak mempunyai saluran tepat untuk mengurus orang susah, tuna wisma, dan orang jompo. Rumah yatim piatu atau organisasi-organisasi semacam itu perlu karena banyak anak kehilangan orang tua dan tidak ada unit atau kesatuan keluarga yang bertanggung jawab memelihara mereka. Rumah untuk orang tua dan tindakan keamanan sosial yang komplek harus menggantikan pemikulan beban yang biasanya dilakukan oleh jaringan sanak saudara pada sistem-sistem lainya. Berhubungan dengan hal itu mereka yang ditinggalkan suami, istri atau diceraikan, besar kemungkinan kawin lagi, karena sanak saudara mereka tidak mempunyai tanggungjawab bersama untuk memelihara mereka atau anak-anak mereka. Sebaliknya, sistem semacam itu memenuhi kebutuhan suatu sistem industri terlebih baik daripada sistem-sistem lainnya. F. Kelemahan-Kelemahan Keluarga Besar Meskipun bentuk keluarga besar memiliki banyak keuntungan, namun disisi lain keluarga besar juga memiliki sejumlah kelemahan (kekurangan). Yang

pertama, untuk mengintegrasi sedemikian banyak orang dalam satu unit memerlukan keahlian mengatur dan memimpin yang cakap, meskipun secara adat sebagian besar kewajiban anggotanya telah ditentukan. Misalnya, diperlukan seorang wanita tua yang berpengalaman dan

berpengaruh untuk mengatur arus pelayanan makanan ke dalam dan seorang lelaki perkasa untuk mengatur unit itu secara keseluruhan dan berhubungan dengan bagian-bagian lain dari masyarakat. Contoh lain, sering dijumpai seorang laki-laki tertua yang meskipun tidak cakap dalam urusan keluarga, namun tetap menjadi kepala keluarga daripada seseorang lain yang lebih muda dan pandai dalam urusan keluarga karena terikat dengan peraturan tradisional. Kedua, meskipun sebuah keluarga besar dapat merawat dan memelihara yang sakit atau tidak mampu, namun konsekuensinya mereka tidak mungkin membebaskan diri dari tanggung jawab tersebut, dan kadang-kadang biayanya membebani seluruh anggota keluarga. Kesimpulannya adalah, keluarga besar hanya dapat berdiri selama tanah atau aset keluarga dapat menunjangnya dan memberikan kesempatan-kesempatan kepada generasi mudanya. Jika sebuah keluarga besar berkembang tanpa diiringi dengan peningkatan yang sepadan dengan pengendalian aset keluarga, maka anggota-anggota keluarga akan pergi ketempat lain untuk membentuk keluarga sendiri. Jika sebuah keluarga besar itu dapat terus bersatu, maka keluarga itu akan memperoleh beberapa keuntungan, namun tetap tidak dapat mengendalikan semua faktor dalam masyarakat luas yang memungkinkan untuk tetap bersatu. Karena itu kita tidak dapat mengharapkan bahwa pada masyarakatmasyarakat yang ada, sebagian besar akan menyerupai jenis keluarga besar, meskipun kebanyakan anggota masyarakat bertujuan untuk hidup dalam atau mendirikan keluarga yang demikian.

G. Dinamika Di Dalam Rumah Tangga Besar Jika jumlah orang atau anggota di dalam satu unit bertambah, maka jumlah dan macam hubungan sosial di dalamnya pun akan bertambah. Ini terjadi secara pasti. Setiap orang bukan saja harus memikirkan sejumlah besar orang tetapi juga sejumlah besar hubungan sosial didalamnya. Inilah yang menjadi ciri resmi keluarga besar. Misal, jika keluarga itu berkembang dengan adanya penambahan istri baru, maka yang lain bukan hanya berhubungan secara sosial dengan dia tetapi juga harus memperhitungkan semua hubungan yang telah dijalaninya dengan orang-orang lain (hubungan sosialnya). Bersamaan dengan itu juga akan ditemukan sejumlah kebiasaan-kebiasaan perbedaan sosial. Salah dalam satunya keluarga. ialah Yaitu

bertambahnya

kemungkinan

struktur

diteruskannya sejumlah besar nama atau istilah, dan pengakuan yang lebih jelas mengenai kekuasaan resmi. Dalam keluarga besar, seseorang tidak bisa berlama-lama bersama dengan orang lain seperti halnya dalam keluarga konjugal yang kecil, karena waktunya harus dibagi-bagi untuk lebih banyak orang. Pada rumahtangga yang berpoligami misalnya, peraturan-peraturan menetapkan bagaimana seorang laki-laki harus mengatur waktu tidurnya dengan istri-istrinya, biasanya mengunjungi mereka secara bergantian. Juga terdapat kemungkinan adanya pertentangan karena banyaknya orang yang menempati ruang hidup yang sama. Bagaimanapun pengaturannya, tetap akan timbul persoalan kekuasaan. Istri yang baru dan muda mungkin mendapat lebih banyak perhatian dari sang suami. Istri yang lebih tua besar kemungkinan berasal dari keluarga yang lebih tinggi kedudukannya daripada yang lain dan diberi lebih banyak kekuasaan. Sang suami harus menyerahkan sebagian tanggungjawabnya kepada salah satu istri, dan hal itu akan menimbulkan ketidaksenangan. Begitupun dengan masalah warisan, setiap ibu akan berusaha memperoleh keistimewaan bagi anak-anaknya dan membujuk suaminya agar anak laki-lakinya menjadi pewaris utama.

Anggota-anggota dalam sebuah keluarga besar tentunya sangat mengenal satu sama lain karena mereka lebih sering bertemu dibandingkan dengan setiap keluarga inti yang membentuk pemilikan rumahtangganya sendiri. Lebih banyak orang mempunyai hak dan kewajiban untuk mengawasi satu sama lain, untuk memikirkan tingkah laku satu sama lain. Ada kekurangbebasan pribadi, sehingga setiap penyimpangan akan segera ketahuan. Segala sesuatu menjadi urusan kolektif, dan tidak ada yang dapat lepas dari teguran ataupun diacuhkan. Oleh sebab itu diharapkan adanya saling pengertian mendalam antar anggota suatu rumahtangga yang besar mengenai apa yang benar dan pantas, dibandingkan antara keluarga yang yang hidup terpisah.

Daftar Pustaka

Goode, William. J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai