Anda di halaman 1dari 16

Guru Inspiratif

Oleh: Rohmat Sulistya PPPPTK Seni dan Budaya

Titik Lemah Pendidikan Indonesia


keberhasilan pendidikan hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif, dan mengabaikan ranah afektif dan psikomotorik, sehingga pembinaan dan pengembangan watak bangsa menjadi terabaikan. model evaluasi yang digunakan selama ini hanya mengukur kemampuan berpikir konvergen, sehingga siswa tidak dipacu untuk berpikir kreatif dan imajinatif. proses pendidikan berubah menjadi proses pengajaran, yang berakibat materi pelajaran menjadi tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari kemampuan menguasai materi tidak disertai dengan pembinaan kegemaran belajar.

(Arief Rahman, 2006)

titel atau gelar menjadi target pendidikan, tidak disertai dengan tanggung jawab ilmiah yang mumpuni. materi pendidikan dan buku pelajaran ditulis dengan cara dan metode yang monoton, tidak menantang dan tidak menstimulasi daya kritis dan iamjinasi siswa. manajemen pendidikan yang menekankan pada tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan kepada pemerintah, bukan kepada stakeholder

profesi guru yang terkesan menjadi profesi ilmiah dan kurang disertai dengan bobot profesi kemanusiaan. upaya pemerataan pendidikan yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta lemahnya political will pemerintah terhadap upaya perbaikan pendidikan.

Penonjolan Aspek Kognitif


akan mendorong proses pembelajaran menghasilkan orang-orang pintar, tetapi bisa jadi tidak punya hati nurani, egois, tidak mampu bekerja sama, dan sifatsifat lain yang menyangkut afeksi. Sifat peduli terhadap kepentingan orang banyak, takut melakukan kecurangan karena akan merugikan orang lain, sopan santun terhadap orang yang lebih tua, kasih dan sayang terhadap yang lebih muda, semangat berkorban untuk kepentingan bersama, bersikap disiplin: sifat-sifat afeksi.

Aspek Kognitif Yang Tuntas


kemampuan mengaplikasi, menganalisis, mensistesis, mengevaluasi, bahkan membuat dan menemukan ilmu baru, kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah; termasuk masalah sehari-hari.

Jenis Guru Menurut Renald Kasali


Guru Kurikulum Guru Inspiratif

Guru Kurikulum
sangat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa mentransper semua isi buku yang ditugaskan. mengajarkan sesuatu yang standar (habitual thinking) Jumlahnya 99% dari seluruh guru di Indonesia. melahirkan manajer-manajer handal.

Guru Inspiratif
bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking). mengajak murid-muridnya melihat sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali keluar, ke masyarakat luas. melahirkan pemimpin-pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama.

Arizenjaya (SMA Negeri I Sumarorong): menggabungkan fisika dan novel; membuat alat peraga yang kreatif. Ken Sutanto : Orang Surabaya yang meraih 4 doctor dalam disiplin: elektronika, kedokteran, farmasi, dan ilmu kependidikan. Yohannes Surya: Melatih anak-anak papua yang belum dapat menghitung 2+2, dalam waktu kurang dari 1 tahun dipersiapkan menjadi juara olimpiade matematika. Yohannes Surya: tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak-anak yang belum mendapat kesempatan mendapatkan guru yang baik dan metodemetode yang benar.

Guru Yang Baik Menurut Prof Yo


tidak akan pernah memarahi atau mengecap seorang anak bodoh hanya karena anak tersebut tidak mampu menjawab pertanyaan. Menyemangati memberitahukan mana yang benar kepada anak kata-kata yang positif terbukti mampu meningkatkan konsentrasi dan kemampuan siswa menyerap suatu pelajaran Dengan kata-kata positif, siswa akan memiliki kesempatan untuk membuktikan kemampuannya

7 kebiasaan guru efektif


1. Konsistensi 2. Perlakukan siswa sebagai individual. 3. Jadikan lingkungan fisik kelas anda sedapat mungkin bernuansa belajar. 4. Lakukan lah penilaian terhadap siswa, sesering mungkin tapi dengan alasan yang kuat 5. Dapatkan umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja 6. Libatkan diri anda dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal maupun informal . 7. Membuka diri terhadap kebutuhan siswa.

ro_sulistya@yahoo.com Facebook : Rohmat Sulistya Twitter : @ro_sulistya

Prinsip Penilaian

Mempunyai kriteria yang jelas dan diketahui oleh siswa sebelum dan saat tugas dikerjakan termasuk keterampilan apa dan pengetahuan apa yang harus dikuasai siswa di akhir pelajaran. Saat menilai siswa, jangan selalu minta siswa menghafal hasil pengetahuan belajarnya, namun gunakan proses penilaian sebagai cara untuk siswa agar bisa belajar dengan lebih baik lagi Sertakan selalu kolom refleksi siswa dan evaluasi diri sendiri dalam setiap penilaian tugas. Fokuslah pada kualitas hasil pekerjaan atau penampilan siswa serta aspek kekuatan siswa Berikan umpan balik kepada siswa dalam setiap kesempatan. Jadikanlah kebutuhan siswa, modalitas belajar, gaya belajar siswa sebagai landasan saat menilai dan saat membuat penugasan bagi siswa. Perbanyaklah bukti mengenai hasil kerja siswa yang dapat digunakan untuk memperlihatkan proses belajar siswa kepada seluruh elemen sekolah (siswa, orang tua, guru, yayasan dan lain-lain) Usahakan untuk menilai hal yang pantas dan berharga untuk diketahui oleh siswa (sebagai contoh; mana yang lebih penting mengetahui tanggal hari lahir koperasi di Indonesia dibanding mengetahui manfaat koperasi bagi kehidupan masyarakat di Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai