Anda di halaman 1dari 4

BAHASA DAN PIKIRAN Pada pembahasan ini, topik yang akan dibahas terkait dengan psikolinguistik.

Psikolinguistik biasanya diartikan sebagai ilmu bahasa dan pikiran. Psikolinguistik mempelajari apa yang terjadi dalam pikiran manusia ketika ia mempelajari (memperoleh), memahami, menghasilkan dan menyimpan bahasa. Namun begitu, psikolinguistik dipandang tumpang tindih dengan psikologi komunikasi. Akan dibahas tiga bahasan utama dalam makalah ini, yaitu: Bagaimana manusia: belajar memperoleh bahasa, memahami ujaran, dan memproduksi ujaran, serta gangguan bicara dan dimana gerangan letak bahasa di otak manusia. Bukti Psikolinguistik Secara langsung, pikiran tidak bisa diamati, sehingga para ahli psikolinguistik harus berusaha mencari cara dalam memahami pikiran. Ada dua sumber bagi ahli psikolinguistik dalam mendapatkan bukti, yakni melalui: (1) pengamatan ujaran langsung dan (2) eksperimen psikolinguistik. Sumber yang sangat informatif adalah ujaran spontan yang menyimpang dari aturan. Secara memadai, kita bisa pelajari lebih banyak hal melalui kesalahan-kelasahan ujaran anak, misalnya; foots, yang seharusnya feet, atau geranium yang seharusnya hydrangea dibandingkan mempelajari ujaran yang sudah tepat. Sedangkan ujaran biasa menjadi hal yang sulit yang membutuhkan perhatian pada faktor-faktor berbeda ketika menganalisis ujaran. Maka dari itu, para ahli psikolinguistik merancang percobaan dimana beberapa faktor variabel bisa dikontrol, dan hasilnya dapat diukur secara akurat. Contohnya, mereka dapat mengeset subjek sebagai lexical decision task, dengan menghitung waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengenali satu kata adalah kata, atau menolak susunan huruf yang kacau seperti vleesidense sebagai bukan kata. Namun jenis metodologi ini memunculkan masalah yang biasa disebut experimental paradox. Semakin matang percobaan dirancang untuk membatasi variabel, semakin banyak subjek dibawa pada situasi tidak alamiah, yang kemungkinan mereka berlaku aneh. Di sisi lain, semakin banyak yang membiarkan situasi berlangsung layakanya real life, semakin sedikit yang bisa memilah beragam faktor yang saling terkait. Selayaknya, topik-topik utama dibahas baik melalui pengamatan ujaran spontan maupun melalui perencanaan percobaan. Dan apabila hasilnya sama, maka ini menjadi tanda akan pencapaian kemajuan.

A. Belajar Memperoleh Bahasa Innate question telah menjadi isu hangat selama setengah abad lalu. Tepatnya berapa banyak bahasa yang dipraprogramkan dalam pikiran manusia? Apakah secara genetik, manusia membawa Universal Grammar seperti kata Chomsky? Atau apakah asal muasal bahasa ditemukan oleh manusia gua yang pintar dan mewariskannya dari generasi ke generasi? Belum ada jawaban jelas atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun, dengan menelitinya, sedikit banyak kita paham tentang sifat bahasa manusia. Pada satu titik tertentu nampak lebih jelas yakni bahasa memiliki segala tanda maturationally controlled behavior. Sering dipahami bahwa perilaku hewan dapat dibagi menjadi dua; (1) perilaku bawaan dan alamiah (anjing menyalak) dan (2) perilaku yang dipelajari dan tidak alamiah (anjing bisa diajar meminta-minta). Namun, akhirnya nampak bahwa pembagian ini sama sekali tidak member kejelasan dan bahkan bisa menyesatkan. Banyak jenis perilaku yang berkembang secara alamiah dan pada usia tertentu. Perilaku seperti ini dikendalikan secara matang dan aktivitas seksual menjadi contoh khas. Argumen tentang apakah perilaku itu bersifat bawaan atau dipelajari tidaklah penting. Alam dan pemeliharaan keduanya penting. Potensi bawaan meletakkan kerangka kerja, dan dengan kerangka ini, terdapat beragam variasi yang terikat pada lingkungan. Ketika manusia ada pada titik kritis dalam pendewasaannya, secara biologis, mereka berada pada keadaan siap untuk mempelajari perilaku. Mereka tidak mungkin mempelajari perilaku pada waktu tidak adanya pemicu biologis dan sebaliknya, pemicu biologis tidak bisa aktif bila tidak ada orang di sekitar yang darinya mereka bisa mempelajari perilaku tersebut. Bayi manusia belajar bahasa sejak lahir. Mereka bisa mengucapkan kata yang dapat dikenali pada usia 12 15 bulan, dan mulai merangkai kata pada usia 18 bulan. Perlunya bahasa hadir pada saat itu sangat kuat, dan hanya pada kondisi yang sangat luar biasa yang bisa menahannya seperti pada kasus Genie (gadis California yang dikurung di kamar sempit sejak usia 20 bulan, dihukum secara fisik oleh ayahnya bila rebut). Secara alamiah, dia tidak mampu bicara saat ditemukan. Tapi pada nak normal dan beberapa yang tidak normal mulai bicara ketika mereka mendengar bahasa diujarkan di sekitar mereka. Misalnya, Laura anak terbelakang mental yang bisa berbicara lancar dan baik, seperti; He was saying that I lost my battery-powered watch that I loved. Dia tidak sekedar menirukan apa yang ia dengar, karena ada kesalahan gramatikal yang dilakukannya, seperti;

Three tickets were gave out by a police last year. Kelancaran linguistik ini sangat bertentangan dengan ketidakmampuannya mengatasi masalah sehari-hari (missal, tidak tahu usianya). Kontroversi Isi Proses Realisasi bahwa bahasa dikendalikan secara matang menunjukkan bahwa kebanyakan ahli psikolinguistik sependapat bahwa secara pembawaan manusia diciptakan untuk berbicara. Namun mereka tidak sepakat apa yang dimaksud dengan innate. Khususnya, mereka tidak bisa memutuskan pada tingkat apa (bila ada) kemampuan bahasa terpisah dari kemampuan kognitif. Seluruh peneliti sepakat bahwa ada kemiripan yang sangat pada perkembangan bicara anak-anak yang berbahasa Inggris. Anak-anak yang tidak bisa berkenalan mengalami tahapan yang sama dalam perkembangannya, serta melakukan pula kekeliruan yang sama. Implikasi kebetulan ini menjadi perselisihan hangat. Di satu sisi, ada yang menganggap bahwa ketidakseragaman perkembangan bicara ini mengindikasikan bahwa secara bawaan anak-anak memiliki blueprint bahasa, pendapat ini disebut content approach. Pendukun pendapat ini beranggapan bahwa anak-anak mungkin memiliki sejumlah universal framework yang melekat di otak mereka. Di sisi lain, ada yang mendukung process approach, yang berpendapat bahwa anak-anak tidak mungkin memiliki universal bahasa spesifik. Bahkan, mereka secara bawaan diperlengkapi pada pemrosesan data linguistik, yang untuk mereka gunakan kemampuan pemecahan teka-teki yang erat kaitannya dengan keterampilan kognitif lainnya. Kelompok lain selanjutnya menunjuk pada sifat sosial bahasa dan peran orang tua. Mereka berpendapat bahwa anak-anak memiliki kebutuhan interaksi dengan orang di sekitarnya. Selanjutnya, seluruh dunia, child-carer cenderung membahas hal yang sama, ngobrol tentang makanan, pakaian dan hal-hal lain di sekitar mereka. Motherese atau caregiver language memiliki sedikit kemiripan dengan hamir di setiap tempat., caregiver melambatkan kecepatan bicaranya, mengucapkan uaran yang tertata rapi dengan pelan, dengan sedikit pengulangan. Bagi mereka yang menekankan aspek sosial bahasa ini berpendapat bahwa tidak perlu mencari mekanisme innate yang rumit; cuku dengan interaksi sosial disertai caregiver dapat menebabkan bahasa berkembang. Pendapat terkahir ini menjadi hal yang berlebihan. Fakta bahwa orang tua memudahkan anak mempelajari bahasa tidak menjelaskan mengapa mereka begit cepat mempelajari pemerolehan bahasa; primate diperkenalkan bahasa isyarat intensif jarang melebihi 200 kata dan kalimat yang terdiri dari dua kata.

Selanjutnya, nampak, bahasa terjadi karena sesuatu yang melebihi dari apa yang ingin dikomunikasikan. Setidaknya ada satu anak aneh yang tercatat yang meraih bahasa secara lancer namun tidak memakainya berkomunikasi. Dia hanya berbicara kepada diri sendiri, dan menolak berinteraksi denga yang lain. Seluruh kontroversi ini jauh dari pemecahan. Namun bertambah, bahasa dipandang sebagai perilaku yang diarahkan secara bawaan. Manusia secara alamiah diperdengarkan bahasa. Secara naluri, mereka memilih bunyi ujaran, dan tahu bagaimana menyusunnya menjadi linguistic grammars. Sifat Bahasa Anak yang Dipandu Aturan rule B. Memahami Ujaran bear C. Menghasilkan Ujaran

Anda mungkin juga menyukai