Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SOSIOLINGUISTIK PENGKLASIFIKASIAN DAN PEMARKAH VARITAS BAHASA

Oleh: KELOMPOK 5

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

PENGKLASIFIKASIAN VARITAS BAHASA A. Variasi Bahasa Ditinjau dari Variasi Formalitas Komunikasi Martin Joos (dalam Nababan, 1984:22-23) mengungkapkan adanya ragamragam bahasa yang disebabkan oleh variasi tingkat formalitas dalam komunikasi. Variasi yang diungkapkan Joos ada lima, yaitu sangat resmi atau beku, resmi, actual atau situasi kebanyakan, santai dan akrab. Variasi formalitas pada tingkat paling tinggi mengakibatkan adanya ragam beku. Ragam beku adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi. Dalam bentuk tertulis, ragam beku ini terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti penulisan undang-undang dasar, dan paling mudah didapatkan adalah tulisan peringatan dalam lembaran uang kertas rupiah, misal, barang siapa..... Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah. Variasi formalitas selanjutnya adalah situasi resmi pada umumnya, tetapi tidak mencapai tingkat sangat formal atau beku. Situasi resmi ini hanya menyebabkan berkembangnya ragam bahasa resmi (formal style), yaitu ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi, rapat dinas, atau rapat resmi pimpinan suatu badan, pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran, dan sebagainya. Variasi bahasa di bawah resmi adalah situasi kebanyakan atau situasi yang dapat dijumpai dalam kegiatan komunikasi pada umumnya. Situasi komunikasi seperti ini menyebabkan berkembangnya ragam usaha (consultative style). Ragam usaha adalah ragam bahasa yang dipakai dalam pembicaraan-pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi pada hasil atau produksi. Dengan kata lain, ragam ini berada pada tingkat yang paling operasional. Wujud ragam ini berada di antara ragam formal dan ragam informal atau santai. Variasi formalitas berikutnya adalah tingkat santai sehingga menyebabkan berkembangnya ragam santai (causal). Ragam santai adalah ragam bahasa santai antar teman dalam berbincang-bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Kridalaksana (1993:142) mengatakan bahwa dalam ragam santai sering juga

ditandai oleh penggunaan slang dan elips dan biasanya dipergunakan dalam lingkungan akrab. Ragam ini biasanya dipergunakan dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. Oleh karena itu, ragam santai sering disebut dengan ragam percakapan atau ragam tutur. Ragam santai banyak menggunakan bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Variasi formalitas paling rendah adalah tingkat akrab sehingga menyebabkan berkembangnya ragam akrab (intimate). Ragam akrab adalah ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Kridalaksana (1993:142) mengemukakan bahwa ragam akrab juga dipakai apabila pembicara menganggap lawan bicara sebagai orang yang lebih muda atau lebih rendah statusnya, atau apabila topik pembicaraan bersifat tidak resmi. B. Variasi dari Segi Penutur Pengkajian tentang variasi bahasa yang disebabkan oleh faktor penutur dikaitkan dengan matra kedudukan penutur sebagai individu, tinggal di suatu daerah (geografis), waktu individu berkomunikasi, dan status individu dalam kelompok dan masyarakatnya. Variasi bahasa yang ditimbulkan berdasarkan perbedaan matra dalam memandang individu itu pada akhirnya membentuk ragam-ragam bahasa yang berbeda pula, yaitu idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Idiolek adalah ragam bahasa yang disebabkan oleh akumulasi variasi kemampuan dan kebiasaan individu itu menghasilkan serta mendayagunakan bahasa (lisan maupun tulis). Contoh: ada dua orang anak yang berasal dari keluarga yang sama, misal Nita (perempuan, kakak), dan Anton (laki-laki, adik), jika dicermati ternyata mereka memiliki idiolek yang berbeda. Umpamanya Nita menyebut ego pertama (saya) dengan menggunakan kami, sedangkan Anton saya. Dua perbedaan itu menandakan bahwa Nita dan Anton memiliki idiolek tersendiri. Dialek adalah ragam bahasa yang disebabkan oleh akumulasi variasi kemampuan dan kebiasaan individu/kelompok individu itu menghasilkan serta mendayagunakan bahasa serta dapat dikaitkan dengan tempat tinggal individu yang

bersangkutan dengan lokasi daerah tertentu. Contoh: dua orang anak, Sinta dan Santi, ternyata cenderung mengucapkan /m/ pada akhir bunyi kata-kata bahasa Minangkabau yang seharusnya /n/ seperti [ayam] menjadi [ayan], [kalam] menjadi [kalan]. Ternyata Sinta dan Santi dibesarkan di Solok, sehingga dia menggunakan dialek Solok. Kronolek adalah ragam bahasa yang disebabkan oleh akumulasi variasi kemampuan dan kebiasaan individu/kelompok itu menghasilkan serta mendayagunakan bahasa (lisan maupun tulis) serta dapat dikaitkan dengan perbedaan waktu yang digunakan individu/kelompok yang bersangkutan. Sebagai contoh dalam karya sastra sebelum Angkatan 20 (Balai Pustaka), misalnya hikayat, dalam mengawali cerita cenderung digunakan ungkapan Alkisah maka pada suatu hari...., ciri tersebut menunjukkan kronolek bahasa Indonesia dalam karya sastra, yaitu pada tahun sekitar 20-an. Sosiolek adalah ragam bahasa yang disebabkan oleh akumulasi variasi kemampuan dan kebiasaan individu/kelompok itu menghasilkan serta mendayagunakan bahasa serta dapat dikaitkan dengan jenis kelompok sosial tertentu. Dalam pengkajian sosiolek juga ditemukan beberapa istilah yang menunjukkan adanya akumulasi variasi tertentu yang menghasilkan ragam-ragam bahasa tertentu. Istilah-istilah yang terkait adalah akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, ken dan prokem. Akrolek adalah ragam bahasa sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada ragam sosial lainnya. Misal orang Jawa khususnya Jawa Tengah mengenal bahasa Bagongan sebagai ragam sosial tertinggi di antara ragam-ragam sosial lainnya. Ragam ini memiliki status tinggi hanya dipergunakan oleh orangorang, istana kerajaan, atau bangsawan. Basilek adalah ragam bahasa sosial yang dianggap sebagai ragam yang kurang bergengsi atau dipandang rendah dibandingkan dengan ragam-ragam sosial lainnya. Dalam bahasa Jawa dikenal ragam bahasa Krama Ndesa karena ragam ini digunakan oleh rakyat kebanyakan di desa-desa. Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya digunakan oleh kelompok orang yang kurang terpelajar atau kurang berpendidikan.

Slang (cenderung dibaca sleng) adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Slang bersifat temporal, karena slang pada suatu saat akan dilupakan dan muncul slang yang lain yang lebih baru. Jadi, ciri khas slang adalah bidang kosakata, bukan fonologis atau gramatikal. Kolokial adalah akumulasi variasi bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata kolokial berasal dari colloquium artinya percakapan atau konversasi. Jadi, ragam kolokial tidak digunakan dalam bahasa tulis. Contoh: seorang remaja putri bertanya kepada temannya, Ang kapatang pai shoping, ya?. Temannya menjawab menggunakan ragam yang sama, Yo, gua ka KFC! Jargon adalah akumulasi variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. Ungkapan-ungkapan dalam ragam jargon kurang dipahami oleh kelompok luar namun tidak bersifat rahasia, umpamanya kelompok montir, politikus, dan sebagainya. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi tertentu dan bersifat rahasia, letak khusus argot pada kosakata. Misal argot dalam masyarakat Indonesia adalah bahasa kaum atau kelompok waria. Kelompok waria, misalnya di sekitar kota Padang, menggunakan kosakata tertentu. Misalnya benong, yang berpadanan dengan kata bahasa Indonesia istri atau bini. Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada bermelas, dibuat-buat, merengek-rengek dengan penuh kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis. Selain variasi dan ragam bahasa di atas, Pateda (1987:52) mengungkapkan beberapa variasi bahasa berdasarkan penutur yaitu glosolalia dan rol. Pateda juga menekankan bahwa telaah variasi bahasa dari segi penutur hendaknya difokuskan pada penutur, bukan tuturannya. Glosolalia adalah variasi ujaran yang dituturkan ketika orang sedang kesurupan. Variasi bahasa ini lazim ditemukan pada bahasa dukun, dalam mengobati orang sakit. Rol adalah variasi bahasa yang digunakan seseorang ketika mengemban peran tertentu dalam suatu komunikasi. Untuk membedakan kajian tentang rol dengan variasi lain yang didasarkan atas kedudukan atau status seseorang, dapat dibatasi bahwa pengkajian rol hanya dapat dikaitkan dengan pemeranan (dalam drama atau seni pertunjukan). Jadi, rol adalah variasi bahasa

yang digunakan sesuai dengan pemahamannya terhadap apa peran yang diemban ketika orang itu berkomunikasi.
C. Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakaiannya

Menurut pemakaiannya, bahasa dapat dibagi atas diaglosia, kreol, lisan, nonstandard, pijin, register, repertoar, reputasi, standar, tulis, bahasa tutur sapa, ken, jargon. Diaglosia adalah suatu masyarakat mempergunakan dua atau lebih bahasa untuk berkomunikasi, ada variasi tinggi atau rendah. Kreolisasi merupakan akibat kontak pemakaian bahasa. Kreolisasi adalah suatu perkembangan linguistik yang terjadi karena dua bahasa berada dalam kontak dalam waktu yang lama. Dalam kontak tersebut terjadi integrasi antara dua bahasa. Dalam integrasi ini, pada umumnya terjadi bahwa salah satu bahasa menjadi sumber tata bahasa. Bahasa yang terjadi pada awalnya adalah pijin (pidjin) yang timbul karena urgensi komunikasi yang berkembang terus sehingga menjadi kreol. Basilek sama dengan pijin, sedangkan aksolek sama dengan kreol. Bahasa lisan adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi lisan. Lazimnya pembicaraan tentang bahasa lisan diantonimkan dengan bahasa tulis atau tertulis. Bahasa lisan digunakan dalam komunikasi langsung, sedangkan bahasa tulis digunakan dalam komunikasi tidak langsung. Pijin lazim disebut sebagai bahasa campuran, bahasa-bahasa ini berkembang di daerah sangketa, di daerah yang masyarakatnya heterogen, misalnya di pelabuhan. Bahasa pijin mungkin berakar pada suatu bahasa atau variasi, namun pada perkembangan selanjutnya warna bahasa atau variasi itu hilang. Dalam teori sosiolinguistik, register dikenal sebagai pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Dalam bab ini, register di Indonesiakan menjadi laras bahasa. Register dapat diperinci menjadi oratorical atau frozen, deliberative atau formal, consultative, casual dan intimate. Istilah repertories lebih menunjuk kepada peralihan bahasa yang dipakai karena pertimbangan terhadap lawan bicara. Istilah reportir verbal atau reporter bahasa hanya ditujukan kepada seseorang yang menguasai atau memiliki beberapa bahasa beserta ragam-ragamnya.

Istilah reputations merujuk kepada pemilihan suatu bahasa karena faktor penilaian terhadap suatu bahasa tersebut. Bahasa standar adalah bahasa yang memiliki stabilitas yang luwes dan intelektualitas tinggi. Bahasa standar adalah bahasa yang terpelihara, baku, didayagunakan, dalam dunia pendidikan dan kebudayaan, serta perkembangannya ditangani oleh suatu lembaga khusus. Bahasa tulis adalah bahasa yang dapat disimpan dalam waktu relatif lama, tidak bergantung pada penutur bahasa, pembaca dapat membaca berulang-ulang, penulis cenderung berhati-hati dalam memilih kata, isi, dan struktur lain, jadi dapat dipertanggungjawabkan, baik penulis maupun pembaca tidak terburu untuk melahirkan kata dan kalimat dan pembaca tidak diburu untuk memahaminya. Bahasa tutur sapa adalah bahasa sehari-hari dalam bertegur sapa. Bahasa ini cenderung bersifat komunikatif, dan digunakan oleh orang-orang yang sudah saling mengenal atau merasa berasal dari kelompok yang sama. Ken adalah sejenis slang tetapi sengaja dibuat untuk merahasiakan sesuatu kepada kelompok lain. Ken juga merupakan variasi sosial tertentu yang bernada memelas, dibuat-buat, dan biasanya dipakai oleh pengemis. Jargon adalah bahasa (variasi) yang digunakan oleh sekelompok tertentu namun tidak bersifat rahasia. Jenis jargon yang sering digunakan di Indonesia adalah jargon politik, jargon medis, dan sebagainya. D. Variasi Bahasa dari Segi Situasi Dari segi situasi, bahasa umumnya diklasifikasikan atas dua jenis yaitu bahasa resmi dan bahasa nonresmi.

E. Variasi Bahasa dari Segi Satuan Bahasa Dapat diklasifikasikan atas delapan variasi yaitu bahasa ibu, bahasa daerah, lingua franca, bahasa nasional, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa persatuan, dan bahasa resmi. Bahasa nasional adalah bahasa yang dipergunakan oeh suatu

negara untuk saling berkomunikasi antar sesama warga itu. Bahasa negara adalah mengacu kepada wilayah. F. Variasi Bahasa dari Segi Sarana Ragam lisan relatif berusia lebih tua dibandingkan dengan ragam tulis. Hal itu disebabkan oleh hakikat bahasa yang utama adalah lisan sedangkan bahasa tulis merupakan hasil kodifikasi bunyi menjadi lambang bunyi beserta tata aturan grafis lainnya. Ragam bahasa lisan dibangun oleh unsur-unsur bahasa lisan yang meliputi lafal, tata bahasa, serta alat-alat bantu komunikasi lainnya yang menjadi isyarat, gerak tubuh dan intonasi.

PEMARKAH VARITAS BAHASA Markah artinya tanda; merek; tanda pada tali penduga; --jalan tanda yang berupa garis-garis penunjuk; --lambung timbul Kap tanda pada lambung kiri dan

kanan kapal yang berupa lingkaran dan garis-garis serta huruf-huruf untuk menunjukkan garis muat maksimum yang diizinkan menurut peraturan keselamatan; --plimsol markah lambang timbul; memarkahi artinya memberi markah; pemarkah artinya markah; pemarkahan yaitu proses, cara, perbuatan memarkahi. Pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari itu berwujud tuturan. Tuturan itu berlangsung terus-menerus sampai isi hati pembicara tuntas. Di dalam pembicaraan terpaksa menghentikan ucapannya, baik sebentar maupun lama. Kesantuan penuturan yang ditandai dengan selesainya intonasi sehingga pembicara menghentikan tuturannya relatif lama. Salah satu satuan tuturan ialah kalimat. Kalimat merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan. Pemarkah itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu. Pemarkah (marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud. Menurut Anton M. Moeliono (1967:19-20) pemarkah ialah morfem yang peranannya menandakan antarhubungan struktural yang ada di antara bentukbentuk yang lain. Jadi, pemarkah mengambil bagian dalam bentuk yang lebih besar, tetapi tidak merupakan gatra langsung konstruksi. Konstruksi sintaksis berupa frasa, klausa, dan kalimat.

KESIMPULAN Dari uraian yang telah dijelaskan pada makalah ini, yaitu dalam tahap pengklasifikasian variasi bahasa ada enam pengklasifikasian yaitu dalam segi,

variasi bahasa ditinjau dari variasi formalitas komunikasi, variasi bahasa dari segi penutur, variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya, variasi bahasa dari segi situasi, variasi bahasa dari segi satuan bahasa, dan variasi bahasa dari segi sarana. Tiap-tiap bagian ini memiliki bagian-bagian tersendiri juga. Pembagiannya dapat dilihat secara jelas dan rinci: 1. Variasi bahasa ditinjau dari variasi formalitas komunikasi Sangat resmi atau beku, resmi, actual atau situasi kebanyakan, santai dan akrab.
2. Variasi bahasa dari segi penutur

Idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. 3. Variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya Diaglosia, kreol, lisan, nonstandard, pijin, register, repertoar, reputasi, standar, tulis, bahasa tutur sapa, ken, jargon. 4. Variasi bahasa dari segi situasi Resmi dan nonresmi. 5. Variasi bahasa dari segi satuan bahasa Bahasa ibu, bahasa daerah, lingua franca, bahasa nasional, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa persatuan, dan bahasa resmi. 6. Variasi bahasa dari segi sarana

Anda mungkin juga menyukai