3. Fenomena Diglosia
BAHASA
1. Bloomfield (Sumarsono, 2009, hlm. 18) mendefinisikan bahwa bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
untuk saling berhubungan dan beinteraksi. Karena merupakan suatu sistem, bahasa itu
mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung dan mengandung struktur unsur-unsur yang
bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku
sosial (social behaviour) yang dipakai dalam komunikasi (Sumarsono, 2009, hlm. 19).
2. Para linguis struktural menganggap bahwa bahasa hanya sekadar bunyi yang bersistem, tanpa
melihat hubungan dengan produsen bahasa itu, yaitu masyarakat bahasa. Kini, orang melihat
hakikat bahasa bukan sekadar “bunyi”, melainkan juga wajah-wajah abstraknya, seperti fungsi
sosial dan budaya (Sumarsono, 2009, 20).
3. Bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian
tak terpisahkan dari kebudayaan itu.
BAHASA
4. Sebagai produk sosial atau budaya, tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan
perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh
masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa bisa dianggap sebagai “cermin zamannya”, artinya bahasa
itu dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat.
5. Sedangkan bahasa produk budaya, mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya, misalnya dalam
bahasa Bali terdapat ungkapan yang berbunyi “Da ngaden awak bisa”, yang secara harfiah berarti
“Jangan menganggap diri ini mampu”. Ungkapan ini mengandung nilai ajaran agar orang jangan
merasa bisa. Senada dengan ungkapan tersebut, dalam bahasa Jawa terdapat juga ungkapan
“Rumongso biso, nanging ora biso rumongso”, yang secara harfiah berarti “Merasa mampu tetapi tidak
mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain”.
6. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam sosiolinguistik, bahasa lebih didefinisikan
pada tingkah laku sosial yang digunakan dalam komunikasi suatu masyarakat bahasa.
RAGAM BAHASA
1. Pengertian Ragam Bahasa
a. Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa yang berbeda-beda yang ditimbulkan sebagai
akibat adanya ragam sarana, situasi, dan bidang pemakaian Bahasa (Mustakim, 1994, hlm. 18).
b. Ragam bahasa adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian
variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa (Suwito, 1992, hlm. 43) .
c. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda-beda, menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan menurut medium
pembicaraan (Kridalaksana dalam Kosasih, 2005).
d. Ragam bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial
yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan disebabkan oleh para
penuturnya yang heterogeny (Bukhori, 2014).
RAGAM BAHASA
e. Ragam bahasa adalah salah satu aspek yang paling menarik dalam sosiolinguistik. Prinsip
dasar dari ragam bahasa ini adalah penutur tidak selalu berbicara dalam cara yang sama
untuk semua peristiwa atau kejadian. Ini berarti penutur memiliki alternatif atau piilihan
berbicara dengan cara yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara yang
berbeda ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula (Allan Bell dalam Bukhori,
2014).
f. Jadi dapat disimpulkan bahwa ragam bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang
pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-
kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini karena ragam bahasa
itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
Variasi dari Segi Penutur Penjelasan
1. Akrolek Akrolek adalah variasi bahasa yang dianggap lebih tinggi dan lebih bergensi dari pada variasi
sosial lainnya. Contohnya adalah bahasa bagongan, yaitu bahasa Jawa yang khusus digunakan
oleh bangsawan kraton Jawa.
2. Basilek Basilek adalah variasi bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dianggap lebih
rendah. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para cowboy dan kuli tambang dapat dikatakan
sebagai basilek. Begitu juga bahasa Jawa “krama ndesa”.
3. Vulgar Vulgar adalah variasi bahasa yang cirri- cirinya tampak pada tingkat intelektual penuturnya.
Maksudnya, variasi bahasa vulgar biasanya digunakan penutur yang kurang berpendidikan dan
tidak terpelajar. Contohnya variasi bahasa yang digunakan oleh penutur atau sekelompok
penutur di tengah pasar.
4. Slang Slang adalah variasi bahasa yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya variasi ini digunakan oleh
kalangan-kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan diluar
kelompok itu. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosa kata yang digunakan sering berubah.
Slang bersifat temporal dan lebih umum digunakan oleh para kawula muda, meski kalangan
orang tua pun ada yang menggunakannya. Dalam hal ini yang disebut bahasa Prokem dapat
dikategorikan sebagai slang.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
Sosiolek atau Penjelasan
Dialek Sosial
5. Kolokial Kolokial adalah variasi bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. jadi, kolokial
berarti bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Kolokial juga tidak tepat disebut "kampungan"
atau bahasa kelas golongan bawah, sebab yang penting adalah konteks dalam pemakaiannya.
6. Jargon Jargon adalah kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam beberapa bidang tertentu,
misalnya bidang kedokteran terdapat jargon takikardia yang bermakna detak jantung cepat,
ortopnoa yang bermakna sesak napas saat berbaring, idiopatik yang bermakna penyebab tidak
diketahui, dll.
7. Argot Argot adalah variasi bahasa yang digunakan secara terbatas dan bersifat rahasia oleh
sekelompok orang, mayoritas digunakan oleh penjahat atau untuk hal yang bersifat negatif.
Letak kekhususan argot adalah terletak pada kosakata. Misalnya, dalam dunia kejahatan pernah
digunakan ungkapan seperti barang dalam arti mangsa, kacamata dalam arti polisi, daun dalam
arti uang dan sebagainya.
8. Ken Ken adalah variasi bahasa tertentu yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek, penuh
dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh kalangan sosial rendah, contohnya bahasa
yang digunakan oleh pengemis.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
1. Ragam beku Ragam beku adalah bentuk bahasa paling formal, digunakan dalam situasi resmi seperti
(frozen) upacara kenegaraan dan dokumen penting seperti undang-undang, ijazah, dan perjanjian.
Pola dan aturannya tidak boleh diubah, termasuk tekanan pelafalannya. Kalimatnya
panjang dan sulit untuk dipotong, serta harus mengikuti tata tulis dan ejaan standar.
Ragam ini memerlukan perhatian serius dari penutur dan pendengar.
2. Ragam resmi Variasi resmi ini digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat dinas, buku
(formal) pelajaran, dan sebagainya. Pola dan aturan bahasa standar telah ditetapkan. Contohnya
termasuk pembicaraan dalam acara peminangan, kuliah, atau ketika mahasiswa berbicara
dengan dosen atau pejabat di kampus. Kalimatnya lebih lengkap, kompleks, dan
mengikuti tata bahasa serta kosa kata standar.
3. Ragam usaha Variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, atau
(konsultatif) pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Jadi, dapat dikatakan bahwa
ragam ini merupakan ragam yang paling operasional. Ragam ini tingkatannya berada
antara ragam formal dan ragam santai.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
Variasi dari Segi Keformalan Penjelasan
4. Ragam santai (kasual) Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam situasi
yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika
berlibur, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Pada ragam ini
banyak digunakan bentuk alegro atau ujaran yang dipendekkan.
Unsur kata-kata pembentuknya baik secara morfologis maupun
sintaksis banyak diwarnai bahasa daerah.
5. Ragam akrab (intim) Variasi bahasa ini digunakan oleh penutur dan petutur yang
memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti dengan anggota
keluarga atau sahabat karib. Ragam ini ditandai dengan
penggunaann bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan
artikulasi tidak jelas. Pembicaraan ini terjadi antarpartisipan yang
sudah saling mengerti dan memiliki pengetahuan yang sama.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
5. Ragam bahasa tinggi, khusus digunakan dalam khutbah, surat resmi, pidato politik, kulaih,
siaran berita, tajuk rencana surat kabar, tulisan dalam karya sasta.
6. Sebaliknya, ragam bahasa rendah digunakan dalam percakapan sesama anggota keluarga, antara
teman, film kartun, radio.
7. Sedangkan menurut Chaer & Agustina (2019) ciri komunikasi yang termasuk ke situasi diglosia
atau diglostik adalah saat ragam bahasa tinggi (T) digunakan bersamaan dengan ragam bahasa
rendah (R) oleh sekelompok penutur bahasa.
8. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fenomena diglosia merupakan situasi penggunaan
ragam bahasa yang secara bersama- sama atau bergantian dalam satu proses komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bukhori, Evi Muzaiyidah. (2014). Ragam Bahasa Sosiolinguistik dalam Pengajaran Kemahiran
Bahasa Arab dengan Pendekatan Komunikatif. Malang: Pascasarjana UIN Maliki Malang.
2. Chaer, A. dan Agustina, L. (2019). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
3. Ramadhan, Fahrudin. (Tanpa Tahun). Sosiolinguistik sebagai Ilmu Interdisipliner, Ragam Bahasa,
Pilihan Kata, dan Dwi Kebahasaan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
4. Sumarsono. (2009). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.