Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

VARIASI BAHASA DAN -LEK

Dosen Pengampu:

Dr.Hj.Ida Komalasari, M.Pd

Disusun oleh:

Fajar Maulida NPM 3062111015

Rida Nurbasita Salsabila NPM 3062111022

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN


GURU REPUBLIK INDONESIA BANJARMASIN

(STKIP PGRI BANJARMASIN)

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


VARIASI BAHASA DAN -LEK

Variasi bahasa dan -lek merupakan dua hal yang sebernya berbeda akan tetapi
kenyataannya tidak pernah dapat dipisahkan. Yang di maksud variasi bahasa adalah
keanekaragaman bahasa yang di sebabkan oleh faktor tertentu. Sedangkan -lek adalah
wujud nyata dari suatu variasi. Terdapat beberapa macam variasi bahasa,yaitu:

A.VARIASI KRONOLOGIS

Variasi bahasa ini disebabkan oleh faktor keturunan waktu atau masa. Perbedaan
pemakaian bahasa telah mengakibatkan perbedaan wujud pemakaian bahasa. Wujud
nyata pemakaian bahasanya dinamakan kronolek.

Contoh kronolek bahasa Jawa:

(1) Bahasa Kawi/Jawa Kuno : pada masa sebelum akhir Majapahit

(2) Bahasa Jawa Tengah : pada masa akhir Majapahit

(3) Bahasa Jawa Baru : pada masa sekarang

B.VARIASI KRONOLOGIS

Variasi bahasa ini disebabkan oleh perbedaan geografis atau faktor regional.
Oleh karena itu juga sering disebut variasi regional. Wujud/varietasnya dinamakan
dialek atau dialek regional. Contoh: bahasa Jawa dialek Banyumas, dialek Tegal,
dialek Banten, dll. Subdisiplin linguistik yang mempelajari bidang ini disebut
dialektologi luas, yakni subdisiplin linguistik yang mempelajari dialek regional dan
dialek sosial sekaligus (Trudgill & Chambers,1980:54).

C.VARIASI SOSIAL
Variasi bahasa yang disebabkan faktor sosiologi. Wujudnya disebut sosiolek.
Ada beberapa macam sosiolek, diantaranya

(1) Akrolek : Variasi bahas yang dipandang lebih bergengsi atau tinggi
kedudukannya. Sebagai contoh akrolek ini, kita dapat menunjuk "bahasa
Bangongan" yang khusus dipakai oleh para bangsawan dikalangan Keaton
Jawa. Dialek Jakarta tampaknya juga cenderung semakin bergengsi sebagai
ciri metropolitan.

(2) Basilek : Variasi bahasa yang dipandang kurang bergengsi atau rendah
kedudukannya. Pada bahasa Jawa "Krama Ndesa" tampaknya termasuk dalam
kelompok ini. Pada bahasa Inggris, bahasa yang dipakai oleh para Cowboys
dan kuli tambang juga dapat digolongkan Basilek.

(3) Vulgar : Variasi bahasa yang menunjukkan bahwa penuturannya dari


kalangan orang bodoh atau kurang terpelajar. Bahasa di Eropa pada zaman
Romawi sampai abad pertengahan dianggap sebagai bahasa vulgar, sebab
bahasa para kaum intelek adalah bahasa Latin.

(4) Slang : Variasi bahasa yang bersifat khusus dan rahasia karena dipakai oleh
komunikasi tertentu dan orang nonkomunitas tidak boleh mengerti. Sebagai
langkah untuk menjaga kerahasian slang akan selalu di ubah/rubah, jadi
bersifat temporal. Beberapa contoh slang kita dapat melihat pada "Hakikat
Bahasa" perihal kearbitreran.

(5) Kolokial : Bahasa percakapan sehari-hari dalam situasi tidak resmi atau
bahasa yang biasanya di pergunakan oleh kelompok sosial kelas bawah.

(6) Jargon : Variasi bahasa yang pemakaiannya terbatas pada kelompok-


kelompok sosial tertentu, bersifat khusus namun tidak rahasia. Misalnya
bahasa tukang batu, bahasa montir, bahasa kernet dan sopir dan sebagainya.
(7) Argot : Variasi bahasa yang di pakai oleh kalangan profesi tertentu yang
bersifat rahasia. Dengan kata lain Argot dapat diartikan sebagai slang profesi.
Misalnya bahasa para pencuri, pencopet,penggarong, dan sebagainya. Letak
kekhususannya biasanya terletak pada kosakata, misalnya: kaca mata artinya
'polisi', daun artinya 'uang kertas'

(8) Ken (Cant) : Variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu
dengan lagu yang dibuat-buat untuk menimbulkan kesan "memelas".

D.VARIASI FUNGSIONAL

Variasi ini disebabkan oleh perbedaan fungsi pemakaian bahasa. Wujud variasi
fungsional atau yang telah populer dengan sebutan fungsiolek. Pemakaian bahasa
dengan pokok pembicaraan khusus dan dengan modus atau cara khusus didalam
dunia sosiolinguistik dikenal dengan istilah register. Dengan demikian register
tercakup dalam lingkup sosiolek dalam arti yang lebih luas. Beberapa register yang
dapat disebut antara lain:

(1) bahasa untuk khotbah,

(2) bahasa tukang jual obat,

(3) bahasa telegram,

(4) bahasa reportase,

(5) bahasa warta berita,

(6) bahasa MC/ pewara, dan lain-lain.

E.VARIASI GAYA/SYLE

Variasi ini disebabkan oleh perbedaan gaya. Gaya adalah cara bahasa seseorang
dalam perpormansinya secara terancam maupun tidak, baik secara lisan maupun
tertulis. Mario Pei (Alwasilah, 1985: 53) mengemukakan adanya lima macam gaya,
yakni: (1) gaya puisi, (2) gaya prosa, (3) gaya ujaran baku, (4) gaya Kolokial atau
gaya percakapan ke las rendah, dan (5) gaya vulgar dan slang, sedangkan Martin Joos
membedakan lima macam gaya didalam bukunya "The Five Clocks" berdasarkan
tingkat kebekuan. Adapun lima macam gaya tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Gaya Frozen

Gaya ini disebut gaya beku sebab pembentukannya tidak pernah


berubah dari masa ke masa dan oleh siapapun penuturnya. Jadi ibarat es yang
telah membeku di kutub selatan. Bahasa yang dipakai dalam pewayangan,
misalnya pada "Suluk" tidak pernah berubah oleh lakon apa pun dan oleh
siapa pun dalangnya. Contoh lain gaya baku ini ialah bahasa dalam bacaan
sholat, doa, mantra, kiasan, klise pada bahasa Melayu lama, dan lain
sebagainya.

(2) Gaya Formal

Gaya ini juga disebut gaya baku. Pola dan kaidahnya sudahs ditetapkan
secara mantap sebagai suatu standar dan pemakaiannya direncanakan pada situasi
resmi. Gaya semacam ini biasa dipergunakan pada lembaga-lembaga pendidikan,
kantor-kantor, pemerintahan,pidato,ceramah,buku-buku pelajaran,rapat dinas, dan
lain-lain.

(3) Gaya Konsultatif

Gaya ini disebut juga setengah resmi atau gaya usaha. Disebut
demikian karena bentuknya terletak diantara gaya formal dan gaya informal,
dan pemakaiannya kebanyakan dipergunakan oleh para pengusaha atau
kalangan bisnis.
(4) Gaya Kasual (Casual)

Gaya ini disebut juga gaya informal atau santai. Ciri gaya ini antara
lain banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk yang diperpendek baik
pada level kata,frasa, maupun kalimatnya. Ciri lain ialah banyaknya unsur
leksikal dialek dan unsur daerah. Gaya bahasa ini bisa dipergunakan oleh para
pembicara di warung kopi, ditempat-tempat rekreasi, dipinggir jalan, dan
pembicaraan santai lainnya.

(5) Gaya Intim (Intemate)

Gaya ini disebut juga gaya akrab karena biasa dipergunakan oleh para
penutur dan hubungannya sudah amat akrab. Cirinya hampir sama dengan
gaya santai akan tetapi pada gaya akrab ini pemakaian bentuk alegronya sudah
keterlaluan sehingga tidak mungkin dimengerti oleh orang lain tanpa
mengetahui situsinya. Gaya intim ini biasa juga dipakai oleh pasangan yang
sedang bermesraan,seorang ibu dengan anak kecilnya, suami istri dalam
situasi khasus, dan lain sebagainya.

F. VARIASI KULTURAL

Variasi kutural disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat pemakainya.


Suatu bahasa dipergunakan oleh penutur asli atau penutur pribumi, kadang-kadang
mengalami perubahan dengan masuknya budaya lain. Varietas yang termasuk
varietas kurtular antara lain sebagai berikut:

1. Vernakuler: bahasa asli atau bahasa pribumi di suatu wilayah. Misalnya


bahasa-bahasa di Eropa (selain bahsa laitin) smpai dengan abad pertengahan .
contoh lain adalah bahasa-bahasa di Irian Timur sebelum kehadiran orang-
orang inggris.
2. Pidgin: bahsa yang struktur maupun kosa katanya merupakan struktur
campuran sebagai akibat percampuran dua budaya yang bertemu. Beberapa
pidgin yang kita kenal antara lain “Pidgin English” di Papuan Nugini,
Malasia, dan Hongkong.

3. Kreol (creol): Pidgin yang sudah berlangsung turun temurun sehingga


struktutur kosakatanya menjadi mantapa. Bahkan kreol dapat diangkat
menjadi bahasa resmi sutu negri.

4. Linguafranca: bahasa yang diangkat oleh para penutur yang berbeda


budayanya untuk dipakai bersama-sama sebagai alat komunikasi. Misalnya,
bahasa Arab di Timur Tengah, bahasa Latin di Eropa pada abad pertengahan,
bahasa Melayu di nusantara pada zaman Sriwijaya, bahasa Swali di Afrika
Tengah,dll.

Linguafranca ini di dalam sejarah pernah ada bahasa ciptaan seseorang yang
direncanakan sebagai alat komunikasi antar bangsa atau yang disebut dengan bahasa
dunia. Bahsa-bahasa tersebut adalah Volapuk, Esperanto, dan Interlingua.

a. Volapuk

Bahasa ini diciptakan oleh seseorang berkebangsaan Jerman


bernama Johan Martin Schleyer pada tahun 1879. Kosakatanya diramu
dari unsur-unsur bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan bahasa-bahasa
Roman. Semula bahasa ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat
Eropa, akan tetapi karna sistemnya dirasa terlalu sukar, akhirnya banyak
orang yang enggan mempelajarinya dan menggunakanya. Maka hanya
berlangsung selama kurang lebih sepuluh tahun.

b. Esperanto
Bahasa ini diciptakan oleh seorang dokter berkebagngsaan Polandia
bernama Ludwik Zamenhof dengan motif untuk mempersatukan atau
mendamaikan masyarakan yang selalu berselisih karena perbedaan
bahsanya. Kosa kata diramu dari unsu-runsur bahasa jerman dan Roman.
Belajar dari kesalahan Volapuk maka kaidah bahsa ini disusun dengan
sedemikian sederhananya sehingga sangat mudah dipelajari oleh berbagai
lapisan dalam waktu yang sangat singkat. Misalnya semua kata kerja
berakhiran –i, semua kata benda berakhiran –o, semua kata sifat
berakhiran –a, dan sebagainya. Dengan bahasa Esperantotersebar luas
samapai ke seluruh Eropa, bahkan sampai ke luar Eropa juga. Oleh karena
itu pemakainya sangat luas sehingga terbagi menjadi beberap dialek.
Dialek-dialek yang berjauhan kadang terlalu banyak perbedaannya,
sehingga penutur kedua penutur tersebut menemui kesulitab untuk
berkomunikasi. Kemudian bahasa ini gagal berfungsi sebagai alat
komunikasi.

c. Interlingua

Bahasa ini diciptakan oleh seseorang yang berkebangsaan Amerika


bernama Alexander Gode. Unsur-unsur bahasa yang digunakan diambil
dari bahasa Prancis, Italia, Rumania, Spanyol, Inggris, dan Jerman.
Struktur bahasanya mirip bahasa Esperanto. Sayangnya bahasa ini tidak
cocock bago orang-orang Eropa dan akhirnya lenyap pula diperedaran.

G. VARIASI INDIVIDUAL

Variasi ini disebabkan oleh perbedaan perorangan. Wujud varietasnya


dianamakan idiolek. Setiap individu penutur memiliki ciri tuturan yang berbeda
dengan penutur lain. Itulah sebabnya kita dapat mengenal sesorang lewat tuturanya
meskipun tidak melihat si penurur.
Contoh idiolek yang paling jels pada pewayangan yang paling dikenal dengan
istilah “antawacana” . di dalam “antawacana” itu dengan mudah kita kenal ciri-ciri
tuturan Kresna, Wrekudara, Sangkuni, Lesmana Mandukumara, Janaka, Citraksi,
Bethara Narada, Semar, Gareng, Pertuk, Bagong, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai