Anda di halaman 1dari 32

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR

2.1

Teori Propagasi

Persamaan-persamaan pengatur akustik bawah air adalah : 1. Persamaan state (state equation) yaitu :

p1 = c0 .1
2

(2.1)

dimana :

p1
c0

= fluktuasi tekanan, Pa = kecepatan rambat suara, m/s = fluktuasi kerapatan medium perambatan suara, kg/m3

2. Persamaan kekekalan massa (persamaan kontinuitas) yaitu :


(U ) + =0 t x

(2.2)

dimana :

= kerapatan total medium perambatan suara, kg/m3 = kecepatan partikel total , m/s

Persamaan kekekalan massa diatas menyatakan bahwa debit fluida yang memasuki suatu segmen sama dengan debit fluida yang meninggalkan segmen tersebut. 3. Persamaan kekekalan momentum yaitu :
P U + =0 x t

(2.3)

dimana :
P

= tekanan total, Pa = kerapatan total medium perambatan suara, kg/m3 = kecepatan partikel total, m/s

2-1

Persamaan kekekalan momentum diatas menyatakan bahwa besarnya gaya yang bekerja pada suatu partikel merupakan besarnya perubahan partikel tersebut. momentum pada

Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu : 1. Kekentalan fluida sama dengan nol atau inviscid sehingga fluida tidak mengalami gesekan antar partikel. 2. Perhitungan dalam skala kecil yaitu nilai fluktuasi sangat kecil dibandingkan dengan variabel totalnya sehingga

p1 << P , 1 << ,

u1 << U
3. Kecepatan partikel rata-rata (mean flow) U 0 sama dengan nol sehingga U = U 0 + u1 = u1 Pemodifikasian persamaan (2.1), (2.2), dan (2.3) berdasarkan asumsi-asumsi diatas akan diperoleh persamaan gelombang pada koordinat x dan waktu t dan dapat ditulis sebagai berikut
2 2 p1 2 p1 = c 0 t 2 x 2

(2.4)

dimana : c0 = kecepatan rambat suara, m/s = fluktuasi tekanan, Pa = tekanan ambient, Pa = p1 + P0 = tekanan total, Pa

p1
P0
P

2.2

Ray Tracing

Ada beberapa pendekatan teori untuk mendapatkan solusi persamaan gelombang (2.4) yaitu diantaranya metode normal-mode, metode persamaan parabolik, dan

2-2

metode ray tracing. Tugas akhir ini menggunakan metode ray tracing untuk mendapatkan model propagasi akustik bawah air. Ray tracing dapat menggambarkan propagasi dalam bentuk diagram ray. Ray tracing sangat baik menerangkan propagasi akustik bawah air untuk frekuensi tinggi atau panjang gelombang pendek. Salah satu hal penting dari teori ray adalah hukum Snell yang menggambarkan pembelokkan suara dalam suatu medium penjalaran. Hukum Snell menyatakan bahwa dalam sebuah medium yang memuat lapisan-lapisan kecepatan konstan (Gambar 2.1), terdapat hubungan antara kecepatan suara c1 , c2 ,... dengan sudut datang 1 , 2 ,... yaitu

cos 1 cos 2 cos 3 = = = L = konstan untuk semua ray c1 c2 c3

(2.5)

Persamaan (2.5) adalah dasar dari perhitungan ray karena persamaan (2.5) memungkinkan sebuah ray dilacak dengan mengikuti lapisan-lapisan yang berurutan dimana lapisan-lapisan tersebut sudah dibagi-bagi berdasarkan profil kecepatan.

Profil kecepatan

1 2 3 4

c1 c2 c3 c4

Gambar 2.1 Pembelokkan gelombang suara pada sebuah medium yang berlapis

2-3

Pada sebuah medium dimana kecepatan suara berubah terhadap kedalaman secara linier, ray suara dapat digambarkan sebagai busur lingkaran dengan jari-jari yang konstan. Sebuah busur lingkaran berjari-jari R menghubungkan titik P1 dan P2 dengan kecepatan suara c1 dan c2 ditunjukkan pada Gambar 2.2. Busur lingkaran akan berupa kurva horizontal pada kedalaman dimana kecepatan suara adalah co. Berdasarkan Gambar 2.2 maka

z = d 2 d1 = R cos1 R cos 2
Karena kemiringan kecepatan g adalah linier,
c1 = co + gd1 c 2 = co + gd 2

(2.6)

sehingga
d 2 d1 = c2 c1 g

(2.7)

Busur lingkaran antara P1 dan P2 adalah sebuah ray jika hukum Snell dipenuhi sehingga
cos 1 = c1 co

c cos 2 = 2 co

(2.8)

2-4

Gambar 2.2 Busur lingkaran pada sebuah medium dimana kecepatan perambatan

suara adalah fungsi linier terhadap kedalaman Pengeliminasian d2-d1, cos1, dan cos2 dari persamaan (2.6) s.d. (2.8) akan mendapatkan bahwa kurva busur lingkaran antara P1 dan P2 adalah sebuah ray jika dan hanya jika
R= c0 g

(2.9)

Lintasan ray dapat dibuat dengan menghitung jarak horizontal x, perbedaan kedalaman z, dan panjang lintasan ray s ketika gelombang suara merambat dari
P1 ke P2 yaitu

x = R sin 2 R sin 1 s = R( 2 1 )

(2.10) (2.11)

Kemiringan kecepatan g dinyatakan positif bila kecepatan suara c bertambah terhadap pertambahan kedalaman z sehingga jari-jari R bernilai negatif dan gelombang suara berpropagasi ke atas (kurva propagasi bukaan atas) seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Kemiringan kecepatan g dinyatakan negatif bila kecepatan suara c berkurang terhadap pertambahan kedalaman z sehingga jari-jari
R bernilai positif dan gelombang suara berpropagasi ke bawah (kurva propagasi

2-5

bukaan bawah) seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Daerah yang diarsir adalah
shadow zone, yaitu sebuah daerah berintensitas suara nol kecuali untuk energi

yang datang akibat adanya ray yang memantul dasar laut (tidak ditunjukkan di sini)

Gambar 2.3 Pola propagasi suara bawah air pada medium dengan kemiringan

kecepatan suara positif

Gambar 2.4 Pola propagasi suara bawah air pada medium dengan kemiringan

kecepatan suara negatif

2-6

2.3

Persamaan Profil Kecepatan Suara Di Laut

Kecepatan suara di bawah air laut menentukan banyak perilaku transmisi suara di laut. Kecepatan suara bervariasi tergantung kedalaman, musim, dan lokasi geografik. Ada tiga parameter utama yang menentukan kecepatan suara yaitu temperatur, salinitas, dan kedalaman.
Sound Velocity Profile (SVP) adalah variasi kecepatan suara terhadap kedalaman.

Di perairan dalam, SVP diperoleh dengan observasi hidrografi berupa pengukuran temperatur, salinitas, dan kedalaman. SVP dapat diperoleh dari persamaan-persamaan empiris kecepatan suara yang dapat ditemukan dalam literatur (dikutip dari Ulrick, Robert J., Principles Of
Underwater Sound, 3rd Edition, New York, 1983), persamaan-persamaan empiris

tersebut adalah : 1. Persamaan empiris kecepatan suara Leroy :


c = 1492.9 + 3(T 10) 6 x10 3 (T 10) 2 4 x10 2 (T 18) 2 + 1.2( S 35) 10 2 (T 18)( S 35) + z / 61

(2.12)

2. Persamaan empiris kecepatan suara Medwin :


c = 1449 .2 + 4.6T 5.5 x10 2 T 2 + 2.9 x10 4 T 3

+ (1.34 10 2 T )( S 35) + 1.6 x10 2 z

(2.13)

3. Persamaan empiris kecepatan suara Mackenzie :


c = 1448 .96 + 4.591T 5.304 x10 2 T 2 + 2.374 x10 4 T 3

+ 1.34( S 35) + 1.630 x10 2 z + 1.675 x10 7 z 2 1.025 x10 2 T ( S 35) 7.139 x10 13 T ( z 3 )

(2.14)

dimana :
c = Kecepatan suara, m/s T = Temperatur, oC S = Salinitas, psu

2-7

z = Kedalaman, m

2.4

Perhitungan Metode Ray Tracing Dengan Initial Value Problem

Persamaan-persamaan empiris kecepatam suara pada persamaan (2.12), (2.13), dan (2.14) menyatakan bahwa kecepatan suara c merupakan fungsi temperatur T, salinitas S, dan kedalaman z, yaitu
c = f (T , S , z )

(2.15)

Sehingga perubahan kecepatan suara terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai berikut
c df (T , S , z ) = z dz

(2.16)

Bila nilai awal diketahui yaitu kedalaman sumber zs = z0 dan kecepatan suara pada kedalaman sumber cs = c0, maka persamaan (2.16) merupakan initial value
problem. Solusi persamaan (2.16) dapat diperoleh dengan menggunakan metode Runge-Kutta orde ke-4. Setelah mendapatkan solusi persamaan (2.16), sudut

inklinasi ray yang baru dapat diperoleh dengan menggunakan hukum Snell dan lintasan ray dapat diperoleh dalam koordinat kartesius (x,z) dengan menggunakan persamaan (2.6) dan (2.10).

2.5

Metode Runge-Kutta

Solusi dari initial value problem persamaan (2.16) dapat dicari dengan metode
Runge-Kutta orde ke-4 dimana metode Runge-Kutta menyatakan bahwa setiap

perubahan kedalaman sebesar z akan menyebabkan perubahan kecepatan suara c sebesar :


c = z ( f1 + 2 f 2 + 2 f 3 + f 4 ) 6

(2.17)

sehingga

2-8

c n +1 = c n + c = c n +

z ( f1 + 2 f 2 + 2 f 3 + f 4 ) 6

(2.18)

dimana :

f1 f2
f3

= f ( z n , cn ) = f (zn + = f (zn +
z z , cn + f1 ) 2 2 z z , cn + f2 ) 2 2

f4

= f ( z n + z , c n + z. f 3 )

Fungsi-fungsi fi dalam persamaan (2.18) adalah perkiraan untuk kemiringankemiringan mi untuk kurva c = c ( z ) [Gambar 2.5]. Kurva c = c ( z ) ditunjukkan sebagai garis padat dan kurva putus-putus adalah kurva perkiraan terhadap
c = c ( z ) . Nilai bobot (weight) untuk kemiringan m1 = f1 adalah 1, untuk m2 = f2

adalah 2, untuk m3 = f3 adalah 2, dan untuk m4= f4 adalah 1.


c

zn Zn+ 1 2 z zn+1

m1 = f1

m2= f2

m3 = f3

m4 = f4
z

Gambar 2.5 Ilustrasi perkiraan kemiringan mi untuk solusi kurva c = c ( z )

2-9

2.6

Polynomial Curve Fitting

Jika persamaan (2.16) diuraikan maka didapatkan bentuk berikut :


c df (T , S , z ) c T c S c z + + = = z T z S z z z dz

(2.19)

Persamaan (2.19) diatas dapat diperoleh dengan menurunkan persamaanpersamaan empiris (2.12), (2.13), dan (2.14), yaitu : 1.
c Leroy z = 3 6 x10 3 (2T 20) 4 x10 2 (2T 36) 10 2 ( S 35) x

T z

+ 1.2 10 2 (T 18) x 2.

S 1 + z 61

(2.20)

c Medwin T = 4.6 5.5 x10 2 (2T ) + 2.9 x10 4 (3T 2 ) 10 2 ( S ) + 35 x10 2 x z z


+ 1.34 10 2 (T ) x

S + 1.6 x10 2 z

(2.21)

3.

c Mackenzie = 4.591 5.304 x10 2 (2T ) + 2.374 x10 4 (3T 2 ) 1.025 x10 7 ( S 35) z
7.139 x10 13 z 3 x

+ 1.63x102 + 1.675x107 ( z ) 7.139x1013 (3Tz 2 )

S T + 1.34 1.025 x10 2 (T ) x z z

(2.22)

Penyelesaian persamaan (2.20), (2.21), dan (2.22) membutuhkan persamaan temperatur dan salinitas sebagai fungsi kedalaman yaitu T(z) dan S(z). Hal ini dapat dicapai dengan melakukan polynomial curve fitting terhadap data temperatur dan salinitas.

2-10

Dalam metode curve fitting, n data temperatur Tj dan salinitas Sj terhadap kedalaman zj yaitu (T1,z1), (T2,z2),..., (Tn,zn) (S1,z1), (S2,z2),..., (Sn,zn) dapat didekati oleh sebuah kurva pendekatan sehingga diperoleh error terkecil. Kurva pendekatan tersebut dibentuk dalam sebuah fungsi polinomial derajat m
T ( z ) = a 0 + a1 z + L + a m z m

(2.23) (2.24)

S ( z ) = b0 + b1 z + L + bm z m

dimana m n 1 . Error antara data dengan kurva pendekatan adalah

T j = T j T ( z j ) , j = 1, 2,..., n
S j = S j T ( z j ) , j = 1, 2,..., n

(2.25) (2.26)

Sebuah metode untuk mendapatkan nilai koefisien polinomial a0,a1,...,am dan


b0,b1,...,bm dalam persamaan (2.23) dan (2.24) adalah dengan metode kuadrat

terkecil (least square), dimana kurva pendekatan (2.23) dan (2.24) merupakan kurva pendekatan terbaik jika memberikan jumlah kuadrat error terkecil. Jumlah kuadrat error tersebut adalah
n

qT = (T j T ( z j )) 2
j =1 n

(2.27) (2.28)

q S = ( S j S ( z j )) 2
j =1

dimana :
qT qS j Tj T(zj) Sj S(zj) z

= jumlah kuadrat error untuk temperatur = jumlah kuadrat error untuk salinitas = indeks data = 1,2,...n = data temperatur dari pengukuran, oC = kurva pendekatan terhadap data temperatur, oC = data salinitas dari pengukuran, psu = kurva pendekatan terhadap data salinitas, psu = kedalaman, m

2-11

Kondisi perlu untuk mendapatkan q minimum adalah

qT q q = 0, T = 0,L, T = 0 a0 a1 a m

(2.29) (2.30)

q q q S = 0, S = 0,L, S = 0 b1 bm b0
Sehingga persamaan (2.29) dan (2.30) menjadi : 1. Untuk temperatur
n qT m = 2 (T j a 0 a1 z j L a m z j ) = 0 a 0 j =1 n qT m = 2 z j (T j a 0 a1 z j L a m z j ) = 0 a1 j =1

M qT m m = 2 z j (T j a 0 a1 z j L a m z j ) = 0 a m j =1
n

(2.31)

2. Untuk salinitas
n q S m = 2 ( S j b0 b1 z j L bm z j ) = 0 b0 j =1 n q S m = 2 z j (S j b0 b1 z j L bm z j ) = 0 b1 j =1

M
n q S m m = 2 z j ( S j b0 b1 z j L bm z j ) = 0 bm j =1

(2.32)

2-12

Penataan ulang persamaan (2.31) dan (2.32) diperoleh sistem persamaan berjumlah m + 1 yaitu : 1. Untuk temperatur
a0 n
n n n n

+ a1 z j
j =1 n 2

+ L + am z j
j =1 n

= =

T
j =1 n j =1

a 0 z j + a1 z j
j =1 j =1

+ L + am z j
j =1

m +1

z T
j

(2.33)

a 0 z j + a1 z j
m j =1 j =1

m +1

+L + am z j
j =1

2m

z
j =1

m j

Tj

2. Untuk salinitas
b0 n
n

+ b1 z j
j =1 n 2

+ L + bm z j
j =1 n

= =

S
j =1 n j =1

b0 z j + b1 z j
j =1 j =1

+ L + bm z j
j =1

m +1

z S
j n

(2.34)

b0 z j + b1 z j
m j =1 j =1

m +1

+ L + bm z j
j =1

2m

= 0zj Sj
m j =1

Penyelesaian sistem persamaan (2.33) dan (2.34) akan diperoleh nilai koefisien polinomial a0,a1,...,am dan b0,b1,...,bm sehingga kurva pendekatan temperatur T(z) dan salinitas S(z) dari persamaan (2.23) dan (2.24) merupakan kurva pendekatan terhadap data dengan error terkecil.

2.7

Tingkat Intensitas

Dalam sistem akustik bawah air, kekuatan sebuah sumber dinyatakan sebagai intensitas suara yang dihasilkan pada sebuah acuan tetap (1 meter) dari sumber. Ketika dikonversikan ke sistem tingkat desibel, intensitas sumber ini disebut
source level. Secara praktis, source level dapat diperoleh dengan mencari terlebih

dahulu besar Transmitting voltage response (TVR) dari sebuah transduser (sebagai
2-13

sumber suara). TVR adalah tekanan akibat tegangan listrik transduser pada sebuah titik 1 meter dari transduser. Nilai TVR dari beberapa jenis transduser dapat dilihat pada Gambar 2.6. Hubungan antara TVR dengan tekanan dan tegangan listrik sebuah transduser adalah
p TVR = 20 log V

(2.35)

dimana :
TVR p V

= Transmitting voltage response, dB re 1 Pa/volt = tekanan suara pada jarak 1 meter dari sumber (transduser), Pa = tegangan listrik yang bekerja pada transduser, volt

Dan source level diformulasikan sebagai berikut


p SL = 20 log p ref

(2.36)

dimana :
p pref

= tekanan suara pada jarak 1 meter dari sumber (transduser), Pa = tekanan referensi, 1 Pa

2-14

Gambar 2.6 Nilai Transmitting voltage response (TVR) untuk jenis transduser

F42A, F42B, F42C, dan F42D Tingkat intensitas suara (L) pada sebuah jarak r dari sumber diperoleh dari persamaan berikut
L ( r ) = SL + TL

(2.37)

dimana :
L(r)

= tingkat intensitas suara pada sebuah jarak r dari sumber, dB re 1 Pa = source level, dB re 1 Pa = pengurangan energi transmisi (transmission loss), dB re 1 Pa

SL TL

Dalam kasus umum, Pengurangan energi transmisi TL adalah sebuah fungsi dari jarak perambatan, frekuensi, dan syarat batas. Nilai TL dalam program komputer tugas akhir ini (Lampiran A) bernilai negatif sehingga nilai TL bersifat mengurangi nilai tingkat intensitas sumber. Satuan tingkat kekuatan suara pada

2-15

tugas akhir ini adalah dB re 1 Pa (desibel dengan referensi tekanan 1 mikroPascal).

2.8

Pengurangan Energi Transmisi

Pengurangan energi transmisi (transmission loss) merupakan satu dari berbagai fenomena ketika suara berpropagasi di bawah air. Pengurangan energi transmisi secara kuantitatif menggambarkan pelemahan suara antara satu titik berjarak 1 m dari sumber dengan satu titik dengan jarak tertentu di dalam laut (Gambar 2.7). Misal I0 adalah intensitas pada sebuah titik referensi yang berjarak 1 m dari sumber suara dan I1 adalah intensitas suara pada satu titik pada jarak tertentu dari sumber suara, maka pengurangan energi transmisi TL antara sumber suara dengan titik dengan jarak tertentu adalah

TL = -10log
dimana :
TL I0 I1

I0 I1

dB

(2.38)

= pengurangan energi transmisi = intensitas sinyal pada jarak 1 m dari sumber = intensitas sinyal pada target atau penerima

Gambar 2.7 Lokasi referensi perhitungan pengurangan energi transmisi

Pengurangan energi transmisi merupakan jumlah kehilangan energi akibat penjalaran (spreading) dan pelemahan (attenuation loss) suara. Spreading loss

2-16

merupakan efek geometri yang menandakan pelemahan suara karena suara tersebut menjalar menjauhi sumber suara. Attenuation loss dapat terjadi karena absorpsi (absorption), pemantulan (reflection) dan kebocoran suara (leakage) dari kanal suara.

2.8.1

Jenis-Jenis Pengurangan Energi Transmisi

2.8.1.1 Spreading Loss

a.

Spherical Spreading Loss

Sumber suara diletakkan pada medium yang homogen, tidak terbatas, dan tidak menyebabkan kehilangan energi (Gambar 2.8(a)). Untuk contoh propagasi sederhana ini, daya yang dibangkitkan oleh sumber diradiasikan ke segala arah dengan jumlah yang sama melingkupi permukaan bola yang mengelilingi suara. Daya P yang melintasi bola-bola itu memiliki besar yang sama karena tidak ada kehilangan energi pada medium. Karena daya P sama dengan intensitas kali luas permukaan, maka
P = 4 r12I1 = 4 r22I2 = ....

Jika r1 diambil 1 m, pengurangan energi transmisi TL pada jarak r2 adalah


TL = -10 log
I1 = -10 log r22 = - 20 log r2 dB I2

(2.39)

Jenis penjalaran suara ini disebut penjalaran bola (spherical spreading). Intensitas suara mengalami penurunan berbanding lurus dengan jarak kuadrat dan pengurangan energi transmisi meningkat berbanding lurus dengan jarak kuadrat.

2-17

Gambar 2.8 Penjalaran suara dalam (a) sebuah medium tidak berbatas ( sangat

luas), (b) sebuah medium yang diapit dua batas yang paralel

b.

Cylindrical Spreading Loss

Ketika medium memiliki bidang batas atas dan bawah yang paralel (Gambar 2.8(b)), penjalaran tidak berbentuk bola lagi karena suara tidak bisa menembus bidang batas. Daya yang diradiasikan oleh sumber disebar melingkupi permukaaan silinder dengan jari-jari sama dengan jarak (range) dan tinggi H sama dengan jarak antara batas atas dengan batas bawah. Daya yang melintasi permukaan silinder pada jarak r1 dan r2 adalah
P = 2 r1HI1 = 2 r2HI2 = ....

Jika r1 diambil 1 m, pengurangan energi transmisi pada r2 adalah


TL = -10 log

I1 = -10 log r2 dB I2

(2.40)

dan penjalaran suara ini disebut penjalaran silinder (cylindrical spreading). Penjalaran jenis ini terjadi bila suara terperangkap pada kanal suara (sound
channel) di laut.

2-18

2.8.1.2 Absorption Loss

Energi akustik diserap dan diubah menjadi panas ketika suara berpropagasi di laut. Penyerapan suara disebabkan oleh tiga hal yaitu viskositas, proses relaksasi MgSO4 (magnesium sulfat) dan proses relaksasi H3BO3 (asam borik). Proses relaksasi (relaxation process) merupakan proses penguraian-penggabungan ion (dalam hal ini MgSO4 dan H3BO3) karena pengaruh tekanan akustik.
Marsh-Schulkin merekomendasikan persamaan empirik berikut untuk menentukan

koefisien absorbsi suara di air laut pada frekuensi antara 3 kHz dan 500 kHz :

=A

Sf T f
2

2 2

fT + f

+B

f2 fT

dB

(2.41)

dimana :

A B S f fT

= koefisien absorpsi, dB/kyd = konstanta, 1.86 x 10-2 = konstanta, 2.68 x 10-2 = salinitas pada kedalaman nol, psu (practical salinity unit) = frekuensi, kHz = frekuensi relaksasi, 21.9 x 106 1520/(T+273) = temperatur pada kedalaman nol, oC

Untuk frekuensi rendah (100 Hz 3 kHz), koefisien absorpsi suara lebih baik dihitung dengan persamaan Thorp, 0.1 f 2 40 f 2 + 1 + f 2 4100 + f

+ 2.75 x10 4 f 2 + 0.003

(2.42)

dimana :

= koefisien absorpsi, dB/kyd = frekuensi, kHz

2-19

Konstanta 0.003 ditambahkan untuk mengatasi pelemahan suara pada frekuensi yang sangat rendah. Persamaan (2.42) berlaku pada temperatur 39 oF (4 oC) dan kedalaman sekitar 3000 ft. Pengaruh tekanan hidrostatik terhadap absorpsi telah dipelajari secara teoritis dan melalui percobaan-percobaan yang hasilnya diformulasikan sebagai berikut

d = 0 (1 1.93 x10 5 d )
dimana :

(2.43)

d 0
d

= koefisien absorpsi pada kedalaman d, dB/kyd = koefisien absorpsi pada kedalaman nol (d = 0), dari persamaan = kedalaman perairan, ft

Pengurangan energi transmisi akibat absorpsi dihitung sebagai berikut


TL = -r.10-3

dB

(2.44)

dimana :

= koefisien absorbsi, dB/km = jarak propagasi, m

2.8.1.3 Reflection Loss Di Permukaan Laut Marsh, Schulkin, dan Kneale menyatakan adanya hubungan antara pengurangan

energi transmisi akibat pantulan di permukaan laut dengan frekuensi dan tinggi gelombang, hubungan tersebut ditunjukkan oleh Gambar 2.9 berikut ini :

2-20

Gambar 2.9 Reflection loss di permukaan laut yang bersudut kecil (small grazing angle)

Kondisi permukaan laut sangat berhubungan erat dengan kecepatan angin, hubungan ini dinyatakan dengan sea state. Hubungan antara kecepatan angin , tinggi gelombang, dan sea state ditunjukkan oleh Gambar 2.10. Gabungan informasi yang dimuat dalam Gambar 2.9 dan 2.10 ditunjukkan oleh Gambar 2.11.

Surface reflection loss, s(dB)

Frekuensi x tinggi gelombang (kHz-ft)

2-21

Gambar 2.10 Hubungan antara sea state, kecepatan angin, dan tinggi gelombang

2-22

Gambar 2.11 Hubungan antara surface reflection loss dengan kecepatan angin,

tinggi gelombang, sea state, dan frekuensi

2.8.1.4 Reflection Loss Di Dasar Laut

Suara datang
Ii
1

Suara dipantulankan
Ir
1 2

1,c1
2,c2

Suara ditransmisikan
Gambar 2.12 Pemantulan dan pentransmisian suara pada batas antara dua

medium

2-23

Jika suara datang dengan sudut 1 terhadap batas antara medium berdensitas 1 dan 2 dan kecepatan suara c1 dan c2, seperti digambarkan pada Gambar 2.12, maka hubungan antara intensitas suara pantul Ir dengan intensitas suara datang Ii dinyatakan oleh persamaan Rayleigh berikut :
I r Z 2 sin 1 Z 1 sin 2 = I i Z 2 sin 1 + Z 1 sin 2
2

(2.45)

dimana :

Z1 Z2

= 1c1 = 2 c2

= impedansi medium 1 = impedansi medium 2

1 , 2 = sudut datang, sudut transmisi


Pengurangan energi transmisi TL akitbat pantulan dari dasar laut adalah

Z sin1 - Z1 sin2 I TL = 10log r = -10log 2 Ii Z 2 sin1 + Z1 sin2

dB

(2.46)

2.8.2

Pengurangan Energi Transmisi Pada Kanal Suara

Suara selalu menjalar di laut dalam jarak yang panjang melalui beberapa bentuk kanal suara. Jenis-jenis umum kanal suara di laut diantaranya kanal suara mixedlayer, kanal suara perairan dalam (deep sound channel), dan kanal suara perairan

dangkal (shallow-water sound channel).

2.8.2.1 Pengurangan Energi Transmisi Pada Kanal Suara Mixed-Layer Mixed-layer adalah lapisan yang mempunyai temperatur yang sama (isothermal)

karena adanya air laut permukaan yang diaduk oleh angin yang bergerak dekat permukaan laut. Suara yang terperangkap dalam lapisan ini berpropagasi dengan cara memantul dari permukaan laut secara berturut-turut. Suara yang berpropagasi dalam mixed-layer ditunjukkan oleh Gambar 2.13.

2-24

Gambar 2.13 Diagram ray untuk untuk sumber suara yang diletakkan pada

kedalaman d dalam mixed-layer setebal h. Ray ditransmisikan pada jangkauan sudut m untuk profil kecepatan suara sebelah kiri. Persamaan pengurangan energi transmisi di mixed-layer dapat diturunkan melalui uraian berikut ini. Sumber suara diletakkan di P pada mixed-layer setebal H (Gambar 2.14) pada kedalaman d. Semua suara meninggalkan sumber hanya dalam rentang sudut 2. Pada jarak 1 m, daya P didistribusikan keseluruh permukaan bola A1. Pada jarak r, jumlah daya yang sama, dengan asumsi tidak adanya absorpsi dan kebocoran (leakage) suara, didistribusikan ke seluruh permukaan silinder A2. Sehingga
P = A1I1 = A2I2

TL = -10log
Dari geometri A2 = 2 rH

I1 A = -10log 2 I2 A1

(2.47)

A1 = 2 cosd = 4 sin

Sehingga pengurangan energi transmisi TL untuk kanal mixed-layer adalah


TL = -10log rH r = -10logrr0 = -10logr0 2 2sin r0

dB

(2.48)

dimana :
r r0

= jarak ray berpropagasi, m = H/(2 sin ), m

2-25

H d

2( H d ) , rad R

= tebal mixed-layer, m = kedalaman sumber, m

Persamaan (2.48) mengindikasikan bahwa penjalaran sinyal sampai jarak r dapat dilihat sebagai hasil dari penjalaran bola sampai jarak transisi r0, diikuti oleh penjalaran silinder dari r0 s.d. r.

Gambar 2.14 Pengurangan energi transmisi pada kanal mixed-layer

Pengurangan energi transmisi pada mixed-layer juga harus mempertimbangkan adanya absorpsi, pemantulan,dan kebocoran (leakage) suara. Kebocoran suara terjadi karena suara dihamburkan keluar kanal mixed-layer oleh permukaan laut yang kasar dan adanya ketidakkontinuan antara mixed-layer dengan lapisan di bawahnya. Shulkin merekomendasikan persamaan berikut untuk menghitung koefisien kebocoran suara.
12

L = 2S
dimana :

f H

(2.49)

= koefisien kebocoran, dB/kyd

2-26

H f

= tebal mixed-layer, ft = frekuensi, kHz = angka sea-state = = tinggi gelombang, ft

S
h

h 0.4

Sehingga pengurangan energi transmisi TL di mixed-layer dengan tambahan karena absorpsi dan kebocoran adalah
TL = -(10logr0 + 10logr +( + L )r.10 -3 + r )

dB

(2.50)

dimana :

L r
r r0 H d

= koefisien absorpsi,dB/km = koefisien kebocoran, dB/km = reflection loss,dB = jarak,m = H/(2 sin), m =

2( H d ) , rad R

= tebal mixed-layer, m = kedalaman sumber, m

2.8.2.2 Pengurangan Energi Transmisi Pada Kanal Suara Perairan Dalam Ray yang meninggalkan sumber akan berosilasi disekitar kedalaman sumber

berada jika sumber akustik diletakkan tepat pada titik dimana kecepatan suara minimum seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.

2-27

Gambar 2.15 Jalur-jalur ray akustik pada kanal suara perairan dalam

Kedalaman dimana kecepatan suara minimum dikenal sebagai sumbu kanal suara perairan dalam (deep sound channel axis). Suara cenderung berpropagasi sepanjang sumbu kanal sehinggga intensitas akustik pada kedalam ini berkurang karena penjalaran silinder. Selain pengurangan energi akibat penjalaran silinder,
absorption loss juga harus dipertimbangkan pada propagasi perairan dalam.

Dengan cara yang sama seperti penurunan persamaan pengurangan energi transmisi pada mixed-layer, pengurangan energi transmisi pada kanal suara perairan dalam dapat dipahami karena penjalaran silinder dan absorpsi. Persamaan pengurangan energi transmisi TL yang cocok untuk perairan dalam dapat ditulis sebagai berikut :
TL = -(10logr0 + 10logr + r.10 -3 )

dB

(2.51)

dimana :

r r0 H d

= koefisien absorpsi,dB/km = jarak propagasi, m = H/(2 sin), m =

2( H d ) , rad R

= tebal mixed-layer, m = kedalaman sumber, m

2-28

2.8.2.3 Pengurangan Energi Transmisi Pada Kanal Suara Perairan Dangkal

Sebuah profil kecepatan suara pada perairan dangkal ditunjukkan pada Gambar 2.16(a). Profil ini dapat ditinjau pada perairan dangkal dan lempeng benua, khususnya selama musim panas-gugur (pada garis lintang sedang). Diagram ray yang cocok untuk profil kecepatan tersebut diberikan pada Gambar 2.16(b). Tipe propagasi suara pada perairan dangkal akan terus-menerus memantul pada dasar laut. Propagasi suara pada perairan dangkal akan mengalami pengurangan energi transmisi yang besar karena setiap pemantulan dari dasar perairan menyebabkan pelemahan suara yang cukup besar.

Gambar 2.16 Propagasi Suara di perairan dangkal. (a) profil c(z), (b) diagram ray Marsh-Schulkin merekomendasikan beberapa persamaan pengurangan energi

transmisi pada perairan dangkal yang dibedakan berdasarkan parameter H,

H= 1

[ 8 (D + L)]

12

kyd

(2.52)

dimana :
D L

= kedalaman perairan,ft = kedalaman lapisan,ft

Untuk jarak pendek yaitu r > H, pengurangan energi transmisi TL pada perairan dangkal adalah
TL = -(20logr + r + 60 - k L )

dB

(2.53)

2-29

Untuk jarak menengah yaitu H r 8H


r TL = -(15logr + r + T - 1 + 5logH + 60 - k L ) H

dB

(2.54)

Untuk jarak panjang yaitu r > 8H


TL = -(10logr + r + T ( r - 1)+ 10logH + 64.5 - k L ) H

dB

(2.55)

dimana :
r

= jarak propagasi, kyd = koefisien absorpsi, dB/kyd = faktor pelemahan suara,dB (Tabel 2.2) = angka anomali lapangan (near-field anomaly)

T
kL

Nilai kL, T , dan perkiraan error untuk menghitung pengurangan energi transmisi pada perairan dangkal diperoleh dari Tabel 2.1.

2-30

Tabel 2.1 Perkiraan angka-angka anomali lapangan (near-field anomaly) kL dan

error untuk pengurangan energi transmisi pada perairan dangkal

Gambar 2.17 menunjukkan diagram jenis-jenis pengurangan energi transmisi (transmission loss) pada propagasi akustik bawah air.

2-31

Gambar 2.17 Diagram jenis-jenis pengurangan energi transmisi pada

propagasi akustik bawah air

2-32

Anda mungkin juga menyukai