DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013
Kerangka Paparan
1. 2. 3.
4.
5.
PENDAHULUAN ALUR PENYUSUNAN REVIEW KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS BIDANG PERTANAHAN KERANGKA KEBIJAKAN BIDANG PERTANAHAN 2015-2019
1. PENDAHULUAN
RPJM 1 (2005-2009)
Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
RPJM 2 (2010-2014)
Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK, memperkuat daya saing perekonomian
RPJM 3 (2015-2019)
Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek
RPJM 4 (2020-2024)
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
PERSIAPAN AWAL
PENETAPAN RPJMN
RPJP
2. ALUR PENYUSUNAN
Review Peraturan Perundangundangan terkait bidang pertanahan Arahan RPJPN 2005-2025 RPJMN 20102014
Maraknya kasus-kasus pertanahan Ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah Kendala penyediaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum Belum optimalnya pelayanan pertanahan
Hukum Tanah Adat Hukum Tanah Barat sesuai Hukum Tanah Belanda
Sejak UUPA terjadi reformasi di bidang Hukum Tanah (monolistik), disebut Hukum Tanah Nasional:
Politik Pertanahan: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Mengakui Hukum Adat sebagai bagian dari Hukum Tanah Nasional.
10
Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif; Melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi; Penyempurnaan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui perumusan berbagai aturan pelaksanaan land reform, agar masyarakat golongan ekonomi lemah dapat lebih mudah mendapatkan hak atas tanah; Penyempurnaan sistem hukum dan produk hukum pertanahan melalui inventarisasi peraturan perundang-undangan pertanahan dengan mempertimbangkan aturan masyarakat adat; Peningkatan upaya penyelesaian sengketa pertanahan.
Prinsip
Strategi
( fokus prioritas)
Pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) (fokus prioritas 2)
Penyediaan peta pertanahan (peta dasar, peta tematik, peta potensi nilai tanah); Legalisasi aset tanah masyarakat; Redistribusi tanah; Penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah; Inventarisasi dan identifikasi tanah terlantar; Peningkatan akses layanan pertanahan melalui Larasita; Tersusunnya rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan bidang pertanahan; Penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
12
KONDISI EKSISTING
1. Maraknya kasus-kasus pertanahan Semakin banyaknya kasus pertanahan yang muncul serta penanganan yang berlarut-larut; Beberapa kasus berkembang menjadi skala nasional, menunjukkan bahwa konflik antar pihak semakin meningkat; Apabila tidak segera diantisipasi akar permasalahannya, maka dikhawatirkan akan banyak kasus lain yang berpotensi besar menjadi konflik yang berdampak luas pada kehidupan sosial ekonomi nasional.
13
KONDISI EKSISTING
Pendudukan dan penyerobotan tanah-tanah perkebunan yang telah dilekati dengan Hak Guna Usaha (HGU) baik yang masih berlaku maupun yang sudah berakhir; Tumpang tindih penguasaan kawasan hutan; Sengketa yang berkaitan dengan kawasan pertambangan; Tumpang tindih atau sengketa batas, tanah bekas Hak Milik Adat; Sengketa pemindahan hak; Kasus yang berkaitan dengan pengadaan tanah.
14
KONDISI EKSISTING
2. Ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
Indikasi masalah: pengalihan hak atas tanah yang telah diredistribusikan oleh masyarakat miskin kepada pihak lain. Penyebab utama adalah kurangnya akses sumberdaya yang cukup untuk mengolah dan memanfaatkan tanah tersebut. Tujuan kegiatan redistribusi tanah sebagai bagian dari reforma agraria, belum menunjukan hasil yang signifikan dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin.
15
KONDISI EKSISTING
3. Kendala penyediaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum
Terbatasnya ketersediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum berakibat pada sulitnya optimalisasi pemanfaatan penggunaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Pemerintah sulit membebaskan lahan untuk pembangunan (finansial dan eksekusi pembebasan lahan). Penyebab yang sudah teridentifikasi: penguasaan tanah oleh badan swasta dalam skala luas dan dipergunakan sebagai objek spekulasi (termasuk ke dalam kategori penelantaran tanah menurut PP 11/2010) Jumlah sumberdaya manusia bidang pertanahan (juru ukur/surveyor) masih sangat kurang.
16
17
Sulitnya Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagian Besar Masyarakat (Petani) Hanya Menguasai Tanah Dengan Luasan yang Kecil (<0,5 Ha) Masalah Tanah Adat dan Ulayat
ISU STRATEGIS:
1. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah 2. Ketimpangan Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) serta Kesejahteraan Masyarakat 3. Peningkatan Pelayanan Pertanahan 4. Penyediaan Lahan Untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum
19
Sasaran Pokok
Fokus Prioritas
Perubahan Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah - Percepatan pembuatan peta dasar pertanahan - Percepatan sertifikasi tanah
Program/ Kegiatan
21
TERIMA KASIH
LAMPIRAN
memiliki kurang dari 0,5 ha lahan (dibandingkan dengan 40,8% pada 1983). Meningkatnya jumlah petani gurem (near landless) disebabkan pewarisan aturan (fragmentasi tanah) dan penjualan lahan kepada pertanian perkebunan, sehingga area pertanian perkebunan menjadi meningkat dari 5 juta pada tahun 1983 menjadi 11,7 juta pada tahun 2003. (BPS, 2007). Tanah yang diindikasikan Terlantar: 7,15 juta ha (BPN, 2007)
80%
80%
Kasus Pertanahan di Kabupaten Mesuji-Lampung dan Ogan Komering Ilir-Sumatera Selatan Kasus Pertanahan di Desa Harjokuncaran, Malang Jawa Timur Kasus Pertanahan di Alastlogo, Pasuruan Jawa Timur Permasalahan Tanah Pangkalan Udara Atang Sanjaya, Sukamulya, Bogor Jawa Barat
25