Anda di halaman 1dari 3

Pirogen atau endoksin bakteri adalah produk metabolit dari pertumbuhan mikroba, larut air, tahan panas, LPS-nya

tidak dapat dihancurkan dengan sterilasasi uap air/penyaringan. Pirogen adalah produk metabolisme mikroorganisme umumnya bakteri dankapang serta virus telah dilaporan sebagai penghasil pirogen. Bakteri gram negatif memberikan zat pirogenik paten seperti crudotoksin, secara kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya merupakan polisakarida, tapi juga merupakan suatu peptide (Howard, 1989). Jika suatu pirogen masuk ke tubuh, maka pirogen menjadi suatu benda asing yang dapat menimbulkan respon imun berupa demam (Suwandi, 1988). Pada tahun 1923 Seibert membuktikan bahwa pirogen adalah substansi yang tidak tersaring, thermostabil, dan non volatile. Pada tahun 1937 Co Tui membuktikan bahwa kontaminasi pirogen ini juga terjadi pada alat-alat seperti wadah-wadah untuk melarutkan obat suntik, juga pada zat kimia yang digunakan sebagai zat berkhasiat. Pirogen dapat bersumber dari:

Pelarut Zat aktif Peralatan Timbul pada proses penyimpanan

Sifat sifat pirogen:

Thermostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 650C selama 1 menit, 250C selama 15 menit atau 180C selama 4 jam;

Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring bakteri; Tidak dipengaruhi oleh bakterisida yang biasa; Tidak menguap, destilasi biasa ada yang ikut bersama percikan air; Berat molekul (BM) antara 15.000 4.000.000; dan Ukuran umumnya 1 50m (Howard, 1989). Uji pirogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakan suatu sediaan uji

bebas pirogen atau tidak dengan maksud untuk membatasi resiko reaksi demam yang dapat diterima oleh pasien apabila diinjeksi dengan suatu sediaan farmasi (Suwandi, 1988). Uji pirogenitas biasanya menggunakan kelinci. Pengujian ini ditetapkan di USP pertama kali pada tahun 1942 dan merupakan pengujian resmi untuk menentukan non-pirogenitas sediaan farmasi. Sejak diketahui bahwa endotoksin ternyata mampu menggumpalkan sel darah Limulus, kemudian dikembangkan suatu pengujian untuk mendeteksi adanya endotoksin dengan

menggunakan reagensia yang dibuat dari sel darah Limulus. Pengujian ini kemudian dikenal sebagai metode Limulus Amebocyt Lysate (LAL Test). Meskipun demikian, pengujian pirogenitas menggunakan kelinci masih menjadi pilihan utama karena:

Metode ini telah lama dikenal dan digunakan untuk menguji berbagai sediaan dan terbukti memberikan hasil memuaskan;

Kelinci memiliki sensitivitas terhadap substansi pirogenik yang mirip dengan manusia. Kenaikan suhu kelinci akibat substansi-pirogenik, sampai batas tertentu masih dapat diterima oleh manusia; sehingga kenaikan suhu kelinci tersebut dapat distandardisasi terhadap substansi pirogenik yang dapat diterima manusia. Bangham menyebutkan, uji kelinci menggambarkan seluruh respon farmakologis terhadap pirogen dan relevan dengan respon pada manusia;

Metode kelinci mampu mendeteksi semua pirogen termasuk endoktoksin sedangkan LAL tidak (Suwandi, 1988).

Sedangkan kelemahan metode uji pirogenitas menggunakan kelinci dibandingkan dengan LAL Test antara lain:

Memerlukan pemeliharaan dan perawatan hewan dan laboratorium yang lebih intensif. Hewan harus dipelihara dalam ruangan dengan temperatur tidak jauh berbeda dengan tempat percobaan. Pemeliharaan hewan harus dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindari infeksi penyakit yang dapat mengganggu percobaan atau mengacaukan interpretasi hasil. Berat badan kelinci harus dijaga jangan sampai mengalami penurunan yang berarti dalam 1 minggu menjelang digunakan.

Sensitivitas dipengaruhi oleh musim, kegaduhan, kegelisahan, makanan dan lain sebagainya. Kegelisahan akan dapat menyebabkan kenaikan suhu relatip tinggi, sehingga mengacaukan interpretasi hasil.

Variabilitas biologis. Respon setiap kelinci terhadap substansi yang sama belum tentu sama, sehingga terdapat variasi kenaikan suhu pada tiap kelinci (Syahroni, 2013).

Howard, Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.

Syahroni, 2013. Pyrogen. Available online at http://ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf [diakses 11 November 2013]. Usman, Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amebocyt Lysat. Surabaya : Cermin Dunia Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai