Anda di halaman 1dari 81

3.

Perpindahan Panas Kondisi Unsteady State

Perpindahan panas kondisi steady adalah perpindahan panas secara konduksi


dimana suhu tiap point atau tempat berubah dengan waktu, misalnya vulkanisasi karet,
sterilisasi makanan kaleng, dan lain-lain. Untuk mendapatkan persamaan unsteady state
satu arah dalam solid, dipertimbangkan kubus dengan ukuran ∆x, ∆y, ∆z, dengan
perpindahan panas ke arah tersebut, hal ini digambarkan dalam gambar berikut.

Neraca panas: q input = q output + q accumulation – q generation


T T
q input =  kA =  kyz (1.35)
x x x x

T T
q output =  kA =  kyz (1.36)
x x  x x x  x

T
q accumulation = (xyz )    Cp (1.37)
t
akumulasi dalam volume kubus dan dalam waktu δt
q generation = (xyz)  q (1.38)
sehingga,
T T T
 kyz =  kyz + (xyz )    Cp - (xyz)  q (1.39)
x x x x  x t
: (xyz)

T T
 kyz kyz
x x T
x
+ x  x
+ q =   Cp (1.40)
x x t
lim ∆x →
0
 2T T
q + k =   Cp (1.41)
x 2
t
: ρ Cp
T k  2T q
=  [satu dimensi x] (1.42)
t  Cp x 2
 Cp
Untuk 3 dimensi:

T   2 T  2 T  2T  q
=   2  2  2   (1.43)
t  x y z   Cp

Apabila generasi diabaikan:

T   2T 
=   2  (1.44)
t  x 
Untuk kasus simple dengan mengabaikan interval resistance persamaan
dasarnya: solid dengan k tinggi atau tekanan konduktif interval kecil dibandingkan
dengan tekanan konduktif permukaan luar. Konveksi terjadi dari fluida di luar
permukaan solid. Jika interval resistance sangat kecil, maka suhu dalam solid akan
uniform terhadap waktu.
Contoh; kubus baja panas pada t = 0, suhunya T0, tiba-tiba dicelupkan dalam
bak air dingin pada Tα yang konstan terhadap waktu. Jika h konstan terhadap waktu,
maka heat transfer yang terjadi adalah:
hAT  T dt    v  Cp dT
(1.45)
Kondisi batas : t = 0 → T = T0
t=t→T=T
Integrasi :
T T t t
dT hA
 T
T T0 
 T
=
vCp 
t 0
dt (1.46)

hA
T  T (
vCp
)t
=e (1.47)
T0  T
Di mana profil T‒t untuk solid dan (ρ v Cp) merupakan lumped thermal capacitance
dari sistem.
Penggunaan rumus di atas harus diketahui ratio per meter : volume, asumsi
bahwa internal resistensi diabaikan, dan harus mematuhi bahwa:
hx1 v
NBi =  0,1 di mana x1  (1.48)
k A
Untuk sphere:
4r 3
v 3 = r
x1 = = (1.49)
A 4r 2
3
Untuk cylinder panjang:

v
D 2 L
x1 = = 4 = D = r (1.50)
A DL 4 2
Untuk long square rod:
v (2 x) 2 L x
x1 = = = [x adalah ½ tebal] (1.51)
A 4( 2 x ) L 2
Contoh 11 [Example 5.2-1 Christine J. Geankoplis Page 333]:
Bola baja dengan jari-jari 1 in (25,4 mm) mempunyai suhu seragam 800 ºF (699,9 K).
tiba-tiba bola dimasukkan dalam media dengan suhu konstan 250 ºF (394,3 K). Jika
diasumsi h = 2 BTU/h.ft2.ºF (11,36 W/m2K), hitung suhu bola sesudah 1 jam dalam
satuan british dan SI!
k = 25 BTU/h.ft2.ºF (43,3 W/m2K)
ρ = 490 lbm/ft3 (7849 kg/m3)
Cp= 0,11 BTU/lbmºF (0,4606 kj/kgK)
Penyelesaian :
Untuk sphere :
1
v r 1
x1 = = = 12 = ft = 8,47 × 10-3 m
A 3 3 36

NBi = 
1
hx1 2 36  
 0,00222
k 25

=

11,36 8,47 10 3 0,00222
43,3
hA hA
=
vCp Cp ( v A)

2
= = 1,335/hour
490(0,11)( 1 )
36
11,36
= = 3,71×10-4/s
7849(0,4606)(8,47 10 3 )
Maka;
T  T T  250
= = e (1,335)1 → T = 395 ºF
T0  T 800  250
T  394,3 4
= = e 3,7110 (3600) → T = 474,9 K
699,9  394,3
Untuk perhitungan suhu pada waktu-waktu tertentu, maka tetap digunakan
rumus tersebut. Rate transfer panas pada waktu t = q(t) dengan mengabaikan interval
resistance dapat dihitung dengan:
q(t) = hA(T0 T ) (1.52)
subtitusikan instantaneous temperature dari persamaan (1.47) ke persamaan (1.52):
 ( hA
vCp ) t
q(t) = hA(T0  T )e (1.53)
Jumlah total panas Q (joule) dari t = 0 sampai dengan t = t, maka persamaan di atas
diintegrasi menjadi:
t t
1  e ( hAvCp)t 
Q = 
t 0
q (t ) dt  vCp(T0  T )
 
  (1.54)

Contoh 12 [Example 5.2-2 Christine J. Geankoplis Page 334]:


Untuk contoh soal 11 di atas, hitung jumlah panas yang dipindahkan sampai dengan
waktu t = 3600 s!

Q = vCp(T0  T ) 1  e vCp 


( hA )t

 
v = 4πr3/3 = 4π(0,0254)3/3 = 6,864×10-5 m3


Q = 7849 (6,864×10-5)(0,4606×1000)(699,9-394,3) 1  e (3,7110
4
) 3600

= 5,589×104 Joule
4. Unsteady State Condition (dalam geometri yang bervariasi – analytical)

Dalam hal ini untuk soal yang lebih umum di mana internal resistance tidak
kecil sehingga suhu dalam solid tidak konstan.
A. Semi infinite solid (benda solid yang tebal)

Perpindahan panas terjadi pada arah x, mula-mula suhu solid seragam T0 pada t = 0,
tiba-tiba solid dikontakkan dengan media pada suhu T1 (konstan). h dengan satuan
BTU/h.ft2.ºF (W/m2K), dan Ts adalah suhu permukaan yang tidak sama dengan T1.
dT  2T
dr =  2 (1.55)
dt x
T1  T
Y = (1.56)
T1  T0

T1  T x  h t  x h t   x h 
= 1 ˗ Y = erfc  exp    erfc  t  (1.57)
 k 
T1  T0 2 t  k  t  2 t k 

Contoh 13 [Example 5.3-1 Christine J. Geankoplis Page 336]:


Pada saat tertentu suhu udara sampai dengan suhu beberapa meter di bawah permukaan
tanah = 15,6 ºC (60 ºF) konstan. Tiba-tiba ada gelombang dingin menurunkan suhu
udara dari 15,6 ºC ke -17,8 ºC (0 ºF). h di atas tanah 11,36 W/m2K (2 BTU/h.ft2ºF). α
tanah sebesar 4,65 × 10-7 m2/s (0,018 ft2/h). Nilai k adalah 0,865 W/mK (0,5
BTU/hftºF). Efek panas laten diabaikan.
a. Berapa suhu permukaan tanah sesudah 5 jam?
b. Pada kedalaman tanah berapa suhu 0 ºC mempengaruhi tanah selama 5 jam?
Penyelesaian (a):
x pada permukaan = 0 m
x 0
= [SI]
2 t 2 4,65 10 7 (5  3600)

0
= [british]
2 0,018(5)

h 11,36
t = 4,65 10 7 (5  3600)  1,2 [SI]
k 0,865
2
= 0,018(5)  1,2 [british]
0,5
Dari figure 5.3-3 Christine J. Geankoplis Page 337 diperoleh:
Penyelesaian a:
1–Y = 0,63
T1  T
= 0,63
T1  T0
T  (15,6  273,15)
 0,63
(17,8  273,15)  (15,6  173,15)
T = 267,76 K
= 22,2 ºF
Penyelesaian b:
T = 0ºC = 273,15 K; x = …?
T  T0 273,15  (15,6  273,15)
=
T1  T0 (17,8  273,15)  (15,6  273,15)
= 0,467
Dari grafik diperoleh
T  T0 h
= 0,467; t  1,2
T1  T0 k
Didapat =
x
= 0,16
2 t
x
0,16 =
2 0,018(5)
x = 0,0293 m
= 0,076 ft
B. Large flat Plate

Jika pada plat dengan tebal 2x1 (infinite):


Suhu mula-mula plate uniform T0; t = 0;
T1 : suhu lingkungan
x : jarak titik dari pusat
x1 : separuh tebal
x
n = (1.58)
x1
jika n = 0 maka posisi pada pusat:
k
m = (1.59)
hx1

t
X = (1.60)
x12
T1  T
Y = (1.61)
T1  T0
T1  T
1˗Y= (1.62)
T1  T0
Khusus untuk n = 0 (center of plate) tertera dalam figure 5.3-6 Christine J.
Geankoplis page 341 atau figure 3.3 Mc Adam page 36.
Khusus untuk suhu permukaan tertera dalam figure 3.4 Mc Adam.
Contoh 14 [Example 5.3-2 Christine J. Geankoplis Page 338]:
Rectangular slab butter dengan tebal x1 46,2 mm pada suhu 277,6 K (4,4 ºC) dari dalam
cooler diambil dan ditempatkan pada udara luar pada 297,1 K (23,9 ºC). sisi samping
dan bagian bawah butter diisolasi, permukaan atas saja yang kontak dengan udara.
h = 8,52 W/m2K
Data dari appendiks A4-Christine Gean Coplis page 891:
k = 0,197 W/mK
Cp= 2,3 kJ/kgK (2300 J/kgK)
ρ = 998 kg/m3
Berapa suhu pada:
a. Permukaan
b. 25,4 mm di bawah permukaan
c. 46,2 mm di bawah permukaan
Penyelesaian:
k 0,197
α = = = 8,58×10-8 m2/s
Cp 998(2300)
46,2
x1 = = 0,0462 m
1000
k 0,197
m = = = 0,5
hx1 8,52(0,0462)

t 8,58  10 8 (5  3600)
x = = = 0,72
x12 (0,0462) 2
a. Permukaan
x = x1 = 0,0462
x 0,0462
n = = =1
x1 0,0462
Berdasarkan figure 5.3.5
T1  T
Y = = 0,25
T1  T0

297,1  T
0,25 =
297,1  277,6
T = 292,2 K
b. Pada 25,4 mm (0,0254 m) di bawah permukaan
x = x1 – 0,0254 = 0,0462 – 0,0254 = 0,0208
x 0,0208
n = = = 0,45
x1 0,0462
Berdasarkan figure 5.3.5
T1  T
Y = = 0,45
T1  T0

297,1  T
0,45 =
297,1  277,6
T = 288,3 K
c. Pada 46,2 mm (0,0462 m) di bawah permukaan
x = x1 – 0,0462 = 0,0462 – 0,0462 = 0 [di pusat]
x 0
n = = =0
x1 0,0462
Berdasarkan figure 5.3.5
T1  T
Y = = 0,5
T1  T0

297,1  T
0,5 =
297,1  277,6
T = 287,4 K
C. Long Cylinder
Konduksi terjadi dengan arah radial. Karena terjadi pada silinder panjang maka
konduksi pada ujung dapat diabaikan atau dapat diisolasi. Figure yang dijadikan
acuan adalah figure 3.5.7. Christine J. Geankoplis page 34, figure 3.8. page 41 Mc
Adam, dan figure 3.5.8. Christine J. Geankoplis page 344 untuk di posisi center.
Contoh 15 [Example 5.3-3 Christine J. Geankoplis Page 342]:
Kaleng silinder berisi pea puree (pulp) dengan diameter 68,1 mm, tinggi 101,6 mm
mempunyai suhu awal seragam 29,4 ºC diletakkan secara horizontal dalam
stack/chimney vertical dan steam pada 115,6 ºC melewatinya. Sesudah waktu
pemanasan 0,75 jam, hitung suhu pusat. Asumsikan bahwa kaleng terletak di pusat
stack vertical dan diisolasi ujung-ujungnya. Cp kaleng logam diabaikan.
Koefisien transfer panas steam = 4540 W/m2K
k puree = 0,83 W/mK
α = 2,007 × 10-7 m2/s
Penyelesaian:
Figure 5.3-7
Pusat  x  0
x 0
n =  0
x1 x1
k 0,83 w m.k

w 0,0681
m = h. x1 4540 2  m
m k 2
m = 0,00537
t 2,007  107 m 2 s  (0,75  3600)
x = x2  2
 0,0681 
 
1

 2 
x = 0,468
dengan Figure 5.3-8 (pusat)
T1  T 115,6  T
y  0,13 
T1  T0 115,6  29,4
T  104,4C
D. Unsteady Conduction- Sphere
Fig.5.3-9 Christine J. Geankoplis page 345
Fig. 5.3-10 Christine J. Geankoplis page 346 untuk centre
Fig. 3-8 M.Adam page 41
5. Metode Numerik Solution

I. General method. (Fig.3-10 Mc Adam page 44)

large slap:
tebal x, luas A
tebal dibagi rata dengan x
dT T0  T1 T1  T2
slope    dst (1.63)
dx x x
plane (1) : heat balance sbb:
kA(T0  T1 ) kA(T1  T2 ) ( A.x) Cp(T1  T1 )
1
  (1.64)
x x t
T1  suhu baru pada plane 1 sesudah waktu t
1

k
jika  , maka:
Cp
T0  (M  2)(T1 )  T2
T1 
1
(1.65)

x 2
  modulus =
.t
II. Schmidt Method
Metode ini dianggap/ditentukan dengan nilai M = 2, sehingga;
T0  T2 T  T3 T  Tn
T1  ; T2  1 ; Tn 1  n 2
1 1 1
(1.66)
2 2 2
Contoh 16:
A large slab of steel tebal 1ft, suhu awal seragam 700 F. Tiba-tiba dua permukaan
diturunkan dan dijaga tetap 100 F.
ρ steel = 490 lb/ft3
Cp steel = 0,13 Btu/lb.F
k steel = 25 Btu/h.ft.F
Tentukan suhu mid plate sesudah 14,85 min. secara numeric!
a. dengan Schmidt dengan M = 0, suhu awal permukaan Ta = 100 F
b. sama dengan a) tetapi suhu awal permukaan (Ta+Ts)/2 = 400 F
c. dengan analytical solution
Penyelesaian:
a. Schmidt Method :  M  2
T0  Ts  Ta  100 F

x  2 ''  1 ft (Tentukan!)
6
k 25Btu / h. ft .F
   0,392 ft 3 / h
Cp 490lb / ft  0,13Btu / lb.F
3

x 2 x 2 ( 1 ) 2 ft 2
M2  t   6  0,0354h
.t 2. 2(0,392)ft 2 / h

14,85 h
sehingga jumlah step = 
60 
 7  Nt
0,0354h
T0  T2 T  T3 T  T4
T1  ; T2  1 ; T3  2
1 1 1

2 2 2
T0  T6
Jika sistem adalah simetri → T1  T5
T2  T4
t T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
0 100 700 700 700 700 700 100
1 100 400 700 700 700 400 100
2 100 400 550 700 550 400 100
3 100 325 550 550 550 325 100
4 100 325 438 550 438 325 100
5 100 269 438 438 438 269 100
6 100 269 354 438 354 269 100
7 100 227 354 354 354 227 100

Ketika suhu-suhu sub surface berubah, mereka hanya berubah tiap perubahan suhu
 unrealistic. Final mid plane suhu 354  beda 39 dengan dibawah cara analitik.
Bahkan pada slice 1 in, sehingga ada 28 beda suhu, tetap 11 dibawah cara analitik.
Ta  Ts  100  700
b. Suhu awal = T0  T6    400F , M=2
2 2
Cara lain sama:
t T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
0 400 700 700 700 700 700 400
1 100 550 700 700 700 550 100
2 100 400 625 700 625 400 100
3 100 362 550 625 550 362 100
4 100 325 493 550 493 325 100
5 100 296 437 493 437 296 100
6 100 268 395 437 395 268 100
7 100 248 352 395 352 248 100

Mid Plane = 395 F, beda 2 F diatas analytical


c. Pakai figure 5.3-6 (centre)
k 25Btu / h. ft .F
   0,392 ft 3 / h
Cp 490lb / ft  0,13Btu / lb.F
3

k
m =
hx1
6. Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi dapat terjadi tanpa perantara (media) dan
terjadi karena gelombang elektromagnetik atau dengan proton (zarah tidak bermassa).
Benda yang dikenai energy radiasi akan mengalami kondisi dimana:
a. Sebagian dipantulkan (reflection)
b. Sebagian diserap (adsorbtion)
c. Sebagian diteruskan (transmition)
Sehingga jika energy radiasi yang masuk adalah “q”, 3 mekanisme dapat didefinisikan
sebagai:
qr
a. Reflektivitas = r  (1.67)
q"

b. Absorptivitas = α  (1.68)
q"

c. Transmisivitas = τ  (1.69)
q"
Dimana r + α + τ = 1
Jika benda mempunyai kemampuan untuk menyerap semua energy radiasi
maka benda tersebut disebut sebagai benda hitam (black body), dimana α=1; r=0; dan
τ=0. Kenyataan di alam, tidak ada black body.
Jika benda mempunyai kemampuan hanya untuk menyerap dan merefleksikan
energy radiasi, namun tidak mampu untuk menyelaraskannya maka benda itu disebut
sebagai opaque-body atau suram, sehingga α+r=1 dan τ=0. Opaque body terjadi hampir
disemua kasus.
Tidak semua benda hitam mempunyai α=1, sebaliknya benda tidak hitam dapat
berfungsi sebagai benda hitam jika dia menyerap semua energy radiasi.
r = 5,676 × 10-8 W/m2K
= 0,1714 × 10-8 BTU/h.ft2.R
Emisivitas (ε) adalah perbandingan ratio antara panas yang dipancarkan oleh
suatu benda pada suhu T dengan panas yang dipancarkan benda hitam pada suhu yang
sama dengan T, sehingga untuk black body ε=1.
Hukum Kirchhoff menyarankan bahwa pada suhu yang sama T, α=ε (berlaku
untuk permukaan benda padat hitam maupun tidak hitam).
Hukum Stefan-Boltzmann tergambar dalam rumus:
q = AετT4 (1.69)
Untuk benda hitam ε=1, sehingga
q = AτT4 (1.70)
Untuk benda tidak hitam ε<1 (benda abu-abu atau gray body).
Dimana:
q : heat flux (W = J/s atau BTU/h)
A : luas permukaan benda (m2 atau ft2)
τ : konstanta Boltzmann (5,676 × 10-8 W/m2K = 0,1714 × 10-8 BTU/h.ft2.R)
T : suhu (K atau R)
Faktor-faktor yang mempengaruhi emisivitas (ε) adalah:
a. Suhu
b. Permukaan benda
c. Warna
d. Struktur benda (amorf, kristal)
Benda bukan konduktor biasanya mempunyai emisivitas (ε) kecil. Benda
logam pada suhu rendah mempunyai emisivitas (ε) tinggi, demikian pula sebaliknya.
Berikut adalah tabel

7. Radiasi Dalam Benda Kecil Dari Sekeliling

Benda abu-abu kecil dengan luas A1 pada suhu T1 berada dalam enclosure
dengan suhu T2>T1. Benda kecil akan mengalami total radiasi sebagai berikut:
a. Benda kecil mengeluarkan energy (emit) ke enclosure dengan persamaan:
q = A1ε1τ1T14 (1.71)
ε1 = ε pada T1 (1.72)
b. Benda kecil akan menyerap energy (absorb) dari sekeliling pada T2 sebesar
A1α12Τt24
α12 : absorbtivitas benda 1 umtuk radiasi dari enclosure pada T2, nilainya kira-kira
sama dengan α benda 1 pada T2.
Sehingga panas netto dari adsorbs adalah:
q = A1ε1τT14 – A1α12Τt24 (1.73)
q = A1τ(ε1T14 – α12T24) (1.74)
Rumus tersebut dapat disederhanakan untuk small body pada T2 sebagai berikut:
q = A1ετ(T14 – T24) (1.75)
ε = untuk small body pada T2
Contoh 17 [Example 4.10-1 Christine J. Geankoplis Page 279]:
Sebuah tube logam kecil teroksidasi dengan OD 0,0254 m (1 inch) dan panjang
0,6 m (2 ft) mempunyai suhu permukaan 588 K (600 F) berada dalam dapur enclosure
yang sangat besar dengan dinding dari fire brick. Suhu udara lingkungan 1088 K (1500
F), ε logam 0,6 pada 1088 K dan 0,46 pada 588 K. Hitung heat transfer terhadap logam
tube.
Penyelesaian:
Untuk benda kecil yang dibandingkan dengan dapur yang sangat besar, meskipun benda
kecil adalah gray, tapi untuk benda kecil di anggap sebagai benda hitam.
22
A1 = πDL =  0,0254  0,61 = 0,0487 m2
7
22 1
=  2 = 0,5238 ft2
7 12
q = A1ετ(T14 – T24)
= 0,0487 m2 (0,6) (5,676 × 10-8 W/m2K4) (5884 – 10884) K4
= - 2130 W
q = 0,5238 ft2 (0,6) (0,1714 × 10-8 BTU/h.ft2.R4) (10604 – 19604) R4
= - 7270 BTU/h
8. View Factor (F) / Geometric Factor / Configuration Factor
Jika 2 permukaan diatur sedemikian rupa sehingga energy radiasi dapat
berpindah, net flow akan terjadi dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang
lebih dingin, yang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu ukuran, bentuk dan orientasi
dari 2 permukaan tersebut. Geometri sederhana merupakan 2 infinite plane parallel.
a. F untuk infinite black planes parallel pada T1 dan T2 yang saling terjadi perpindahan
energy radiasi. Plane 1 mengeluarkan radiasi τT14 yang diserap semuanya ke plane 2,
plane 2 juga mengeluarkan radiasi τT24 yang diserap semuanya ke plane 1.
Radiasi netto dari plane 1 ke plane 2:
q12 = A1 τ (T14 – T24) (1.76)
dalam hal ini semua radiasi dari 1 ke 2 diintersept oleh 2. Fraksi radiasi
meninggalkan 1 adalah F12=1, dimana F12 adalah view factor sehingga:
q12 = F12 A1 τ (T14 – T24) (1.77)
q21 = F21 A2 τ (T14 – T24) (1.77)
untuk plate parallel F12=F21=1
b. F untuk infinite parallel gray body di mana ε1 = α1 dan ε2 = α2 (Kirchhoff’s law).
Selama dua permukaan tidak ada yang menghambat F = 1. Permukaan A1
mengeluarkan radiasi ke A2 sebesar εA1 τ T14 sehingga radiasi yang diserap A2
adalah ε2(ε1A1τT14) dan yang direfleksikan kembali ke A1 adalah (1-ε1)(1-ε2)(
ε1A1τT14) dan direfleksikan kembali ke A1 sebesar:
A1 A2
4
→ εA1 τ T1 ε2(ε1A1τT14) →
← (1-ε2)(ε1A1τT14) (1-ε2)(ε1A1τT14) ←
→ (1-ε1) (1-ε2) (ε1A1τT14) ε2 (1-ε1) (1-ε2) (ε1A1τT14) →
← (1-ε2) (1-ε1) (1-ε2) (ε1A1τT14) (1-ε2) (1-ε1) (1-ε2) (ε1A1τT14) ←
→ (1-ε1) (1-ε2) (1-ε1) (1-ε2) ε2 (1-ε1) (1-ε2) (1-ε1) (1-ε2)
(ε1A1τT14) (ε1A1τT14) ←
← (1-ε2) (A) (1-ε2) (A) →
→ (1-ε1) (1-ε2) (A) ε2 (1-ε1) (1-ε2) (A) ←
Sehingga:
q1→2 = A1 τ T14 [ε1ε2 + ε1ε2(1-ε1)(1-ε2) + ε1ε2(1-ε1)2(1-ε2)2 + …] (1.78)
 1 2 1
= A1 τ T14 1  (1   )(1   ) = A1 τ T14 1  1 (1.79)
1 2
1  2 1

Radiasi netto:
q12 = q1-2 – q2-1 (1.80)
1
q12 = A1 τ (T14 – T24)  1 (1.81)
 2 1
1
1

Untuk black body ε1 = ε2 = 1

9. Faktor Geometri

Dalam menentukan rate transfer panas radiasi antara 2 permukaan hitam maka
harus ditentukan secara umum untuk jumlah panas radiant yang meninggalkan
permukaan menuju ke permukaan lainnya.

Dua permukaan hitam seperti gambar di atas dengan dA1 dan dA2, r merupakan
jarak antara 2 luasan, dan θ1 dan θ2 merupakan sudut antara r dengan normal N.
Perpindahan panas dari bidang 1 ke bidang 2:
I1
dq1→2 = cos 1 cos  2 dA1 dA2 (1.82)
r2
dimana:
I1 : intensitas radiasi dari enclosed radiasi yang dipancarkan benda 1 dan diterima
benda 2.
T 4
I1 = (1.83)

Sehingga,
cos 1 cos  2 dA1 dA2
dq1→2 =  (T14  T24 ) (1.84)
r 2
cos 1 cos  2 dA2
jika F12 = , maka
r 2
q1→2 = A1F12 τ (T14 – T24) (1.85)
= A2F21 τ (T14 – T24) (1.86)
F12 adalah faktor pandangan, sama dengan total radiasi yang meninggalkan A1 menuju
A2, dan F21 adalah sama dengan total radiasi yang meninggalkan A2 menuju A1.
A1F12 = A2F21
1 cos 1 cos  2 dA1 dA2
F12 =
A1 
A2 A1 r 3
(1.87)

Diagram-diagram view factor:


Figure 4-9 sampai dengan 4-12 Mc Adam page 68-69
Figure 4-7 sampai dengan 4-9 Kern page 80-81
Figure 4.11-7 dan 4.11-8 Christine J. Geankoplis Page 281, 282, 290, 291
1,2,3,4 : radiasi langsung dari bidang datar parallel
5,6,7,8 : bidang datar parallel yang dihubungkan oleh bidang yang tidak bersifat
konduktor tapi bersifat radiator
1,5 : 2 bidang parallel berbentuk cakram (disk)
2,6 : 2 bidang parallel berbentuk rectangle
3,7 : 2 bidang datar berbentuk persegi panjang
4,8 : 2 bidang datar berbentuk persegi panjang dengan panjang >> lebar (long
narrow rectangle) misalnya ratio 3
Jika L = 5% P → nomor 4
Jika L > 5% P → nomor 8
Jika benda radiator pakai nomor 6
Jika benda non radiator pakai nomor 2
Figure 4.9 Mc.Adam sama dengan figure 4.8 Kern:
Berlaku untuk sumber panas yang tegak lurus pada salah satu sudut.
dA adalah sumber panas dengan luas A
Radiasi terjadi antara sumber panas dan benda datar parallel.
L1, L2 : sisi-sisi empat persegi panjang
L3 : jarak antara sumber panas dengan bidang datar persegi panjang
10. Perpindahan Panas Secara Konveksi

a. Natural convection (konveksi bebas)


Media mengalir dari suhu tinggi ke suu rendah karena perbedaan suhu dan gaya
gravitasi.
b. Forced convection (konveksi paksaan)
Media mengalir karena paksaan misalnya dipompa, atau udara yang dinaikkan
dengan fan
Secara umum, perpindahan panas secara konveksi dinyatakan dengan:
q = -hA(Ts - T~) (1.88)
q = hA∆T (1.89)
dimana:
A : luas permukaan objek
Ts : suhu permukaan
T~ : suhu fluida / ambient
h : koefisien perpindahan panas secara konveksi
h ditentukan oleh variabel-variabel:
˗ Bentuk, letak, dan dimensi benda (D, L, R)
˗ Suhu permukaan Ts
˗ Suhu fluida atau zat alir T~=Ta
˗ Beda suhu (∆T)
˗ Daya hantar panas (k) secara konduksi
˗ Gaya gravitasi (g) = 8,80665 m/s2
˗ Viskositas (μ)
˗ Densitas (ρ)
˗ Panas jenis (Cp)
˗ Keadaan permukaan benda
˗ Expansion coefficient (β), 1/k atau 1/R = koefisien muai ruang
Sehingga dengan analisa dimensi, variabel-variabel di atas dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok bilangan berdimensi sebagai berikut:
1. Bilangan nusselt
hL
NNu = (1.90)
k
Untuk plate dengan panjang L
hDo
NNu = (1.91)
k
Untuk silinder dengan diameter luar Do
hR
NNu = (1.92)
k
Untuk bola dengan jari-jari R
hL'
NNu = (1.93)
k
1 1 1
Untuk kubus dengan  
L Lv LH
2. Bilangan Praudh
Cp
Pr = (1.94)
k
3. Bilangan Grashof
L3  2 gT
Gr = (1.95)
2
L dapat juga sebagai Do, R, dan Li
Dari hasil percobaan diperoleh persamaan empiris untuk menghitung h sebagai berikut:
m
hL  L3  2 gT Cp 
NNu = = a  (1.96)
k  2 k 

Ts  Ta
Semua property / variabel dihitung pada suhu film = Tf =
2
Persamaan di atas dapat dihitung sebagai
Y = CXn
Dimana:
Y : Bilangan Nusselt
X : hasil kali bilangan Praudh (Pr) dan Grashof (Gr)
a,m : konstanta
Nu, Pr, Gr dicari dengan mempertimbangkan sifat-sifat property pada suhu rata-rata
m
hL  L3  2 gT Cp f 
atau suhu film, atau = a 
k  f 2 kf 
 
Data physical property: Tabel A-2 Mc.Adam (A.25) untuk udara; Tabel A-2 Christine J.
Geankoplis
Data konstanta a, m: Tabel 4.7-1 Christine J. Geankoplis
Persamaan yang digunakan untuk mencari h: Tabel 4.7-2 Christine J. Geankoplis
Contoh 18 [Example 4.7-1 Christine J. Geankoplis Page 254]:
Dinding vertical panas dari sebuah oven dengan tinggi 1 ft (0,305 m) mempunyai suhu
permukaan 450 F (505,4 K) kontak dengan udara pada 100 F (311 K). berapa h dan
transfer panas per ft (0,305 m)?
Penyelesaian:

Ts  Ta 450  100
Suhu film = Tf =   275F
2 2
Ts  Ta 505,4  311
= Tf =   408,2 K
2 2
Phisical property udara pada Tf:
British pada 275 F SI pada 408,2 K
k 0,0198 BTU/h.ft.F 0,0343 W/mK
ρ 0,0541 lbm/ft3 0,867 kg/m3
NPr 0,69 0,69
0,0232 Cp × 2,4191 = 0,0562
μ 2,32 × 10-5 Pa.s
lbm/ft.h
β 1/(275+460) = 1,36 × 10-3 R-1 1/(208-2) = 2,45 × 10-3 K-1
∆T 450 – 100 = 350 F 194,4 K
g 32,174 ft/s2 9,80665 m/s2
L3  2 gT
NGr =
2

(1) 3 (0,0541) 2 (32,174)(3600) 2 (1,36  10 3 )(350)


=
0,0562 2
= 1,84 × 108
L3  2 gT
NGr =
2
(0,305) 3 (0,867) 2 (9,806)(3600) 2 (2,45  10 3 )(194,4)
=
2,32  10 5
= 1,84 × 108
NGr × NPr = (1,84 × 108)(0,69)
= 1,27 × 108
Dari tabel 4.7-1 didapat:
a = 0,59
m =¼
hL
= a(NGr × NPr)m
k
k
h = a(NGr × NPr)m
L
0,0198
= × 0,59 × (1,27 × 108)¼
1
= 1,24 BTU/h.ft2.F
0,0348
h = × 0,59 × (1,27 × 108)¼
0,305
= 7,03 W/m2K
Untuk lebar dinding 1 ft, A = 1 ft2 = 0,3052m2
q = hA(Ts - T~)
= 1,24 × 1 × (450-100)
= 433 BTU/h
q = 7,03 ×0,3052 × 194,4
= 127,1 W
BAB II
EVAPORASI

1. Pendahuluan

Evaporasi adalah proses pemekatan konsentrasi larutan yang terdiri dari solute
dan solvent, dimana solvent lebih volatile daripada solute, sehingga larutan menjadi
lebih pekat/thich liquor. Solvent yang umum adalah air. contoh: garam, gula, susu, dan
sebagainya. Evaporasi berbeda dengan drying, distilasi dan kristalisasi.
Drying : mengeringkan larutan (tanpa solvent)
Distilasi : pelarut lebih dari satu, pada evaporator pelarut hanya satu
Kristalisasi : memekatkan dan mengkristalkan
Faktor-faktor evaporasi:
1. Sifat fisik dan kimia larutan, yaitu:
- Kosentrasi larutan
- Kelarutan solute dalam solution
- Sensitivitas larutan terhadap suhu dan lama pemanasan
- Pembentukan buih/percikan
- Pembentukan kerak
- Reaksi larutan terhadap bahan konstruksi evaporator
- Tekanan dan suhu liquida
2. Variabel proses
- Suhu umpan atau feed
- Tekanan operasi
- Tekanan pemanas/steam
Tipe Evaporator (untuk industri umumnya kontinyu):
1. Horizontal Tube Evaporator
- Larutan yang dipekatkan berada diluar pipa horizontal
- Tidak perlu agitasi karena terjadi natural circulation
- Overall Heat Transfer koefisien (U) rendah = 1,1-2,3 kW/m2.K
- Kerak yang terbentuk diluar pipa agak sulit dibersihkan
- Biasa digunakan untuk larutan encer, tidak berbusa dan tidak mudah membentuk
kerak
2. Vertical Tube Evaporator
a. Basket Evaporator
b. Standard vertical evaporator
- sirkulasi natural
- sirkulasi paksaan
Dalam vertical tube evaporator, larutan yang dipekatkan di didalam tube. dst lihat di
Mc Adam.
2. Metode Operasi Evaporator

A. Single Effect Evaporation


Untuk kapasitas kecil dan biaya steam murah.

Feed masuk:
F = rate
xF = konsentrasi feed
hF = Enthalpi feed
Produk keluar:
L = rate
xL = konsentrasi produk
hL = entalpi produk
Rate uap pelarut keluar evaporator:
V = rate
T1 = suhu
P1 = tekanan = tekanan uap evaporator

H V = entalpi
Steam pemanas:
S = rate
PS = tekanan steam

TS = suhu steam

HS = entalpi steam
Dianggap semua uap masuk terkondensasi (S = C)
A = luas transfer panas (m2)
U = koefisien transfer panas overall, (W/m2K)
Kapasitas Evaporator:
q = U.A (Ts-T1) (2.1)
Neraca massa:
F  S  L  V  C di mana C  S (2.2)
F = L V (2.3)
Neraca Solute:
F.x F  L.x L  V.y V di mana y V  0 karena uap murni (2.4)

F.x F  L.x L (2.5)


Neraca panas:
F.h F .  S.H S  L.h L  V.H V  C.h C C  S (2.6)

F .hF .  S.H S  hC   L.hL  V .HV (2.7)

F .hF .  S.  L.hL  V .HV (2.8)


λ= Panas penguapan air pada suhu jenuhnya (Ts)
Panas yang dipindahkan kedalam uap = q  SH S  h C   C.
Umumnya yang dipakai suhu referensi adalah suhu liquida T1.
Penetapan titik didih larutan (T1) dan energi uap Hv:
1. Tanpa memperhitungkan kenaikan titik didih (KTD)
Dianggap tidak ada perbedaan antara titik didih larutan dan titik didih pelarutnya,
sehingga uap yang terjadi dianggap uap jenuh pada T1 (TL)  entalpi lihat steam
tabel.
Contoh 1 [Example 8.4-1 Christine J. Geankoplis Page 498]:
Single effect evaporator kontinyu memekatkan 9072 kJ/kg larutan garam (1%). Suhu
umpan masuk 311 K dengan tekanan operasi 101,3 kPa, pemanas = saturated steam
dengan tekanan 143,3 kPa, U = 1704 W/m2 K, Cp = 4,14 kJ/kgK, larutan adalah cukup
encer, dianggap tidak ada KTD, dan konsentrasi larutan akhir adalah 1,5%. Hitunglah:
a. Rate produk (L)
b. Rate uap yang dihasilkan (V)
c. Luas permukaan panas A
d. Steam economy (E)
Penyelesaian:
F = 9072 kg/h
xF = 0,01
xL = 0,015
TF = 311 K
P =101,3 kPa
PS = 143,3 kPa

U = 1704 W/m2.K
Cp F = 4,14 kj/kg.K
a. Neraca Massa :
F =L+V
9072 = L + V ................................................ (1)
Neraca Solute:
F. xF = L. xL
9072(0,01) = L(0,015)
L = 6048 kg/h
b. Disubstitusikan ke persamaan 1:
V = 9072L
= 9072  6048
= 3024 kg/h
c. Tekanan operasi atau tekanan ruang uap = 101,3 kPa, dari steam tabel pada tekanan
ini titik didih air (dianggap sebagai pelarut) adalah 373 K = 100 C, karena tidak ada
KTD maka suhu larutan T1, suhu produk TL, dan suhu uap Tv adalah sama 373 K.
Entalpi uap Hv = entalpi uap pada T1  entalpi air pada 373 K
= 2676,6 kj/kg  418,9 kj/kg
= 2237,7 kj/kg
Tekanan steam = 143,3 kPa, dari steam tabel didapat:
Suhu jenuh Ts = 383,2 K
Panas laten λ = 2230 kj/kg
Entalpi feed:
h F  Cp F (t F  T1 )
h F  4,14 kj / kg.K(311  373)  256,7 kj / kg
Neraca entalpi dengan reference:
F .hF  S.  L.hL  V .hV
9072(256,7)  S (2230)  6048(0)  3042(2237,7)

S = 4108 kj/h
q = S.  U . A(TS  T1 )

S . 4108 kj / h  2230 kj / kg 1000


A =  
U .(TS  T1 ) 1704W 2 (383,2  373) K 3600
m .K
= 149,3 m2
d. Steam ekonomi
V 3024
E   0,736
S 4108
2. KTD
Umumnya dalam evaporasi property termal dari larutan yang dipekatkan berbeda
dengan property termal air. Konsentrasi larutan adalah tinggi, sehingga Cp dan
titik didihnya berbeda dengan air.
Titik didih larutan T1 ditentukan dengan menggunakan Duhring line atau KTD
berdasar titik didih pelarut pada tekanan ruang uap. Uap V dianggap superheat
(lihat superheat tabel)
KTD  T1  TP1 (2.9)
TP1 = titik didih pelarut pada tekanan uap
Contoh 2 [Example 8.4-3 Christine J. Geankoplis Page 501]:
Single effect evaporator untuk memekatkan 4536 kg/h larutan NaOH (20%) menjadi
50%. Feed masuk pada 60C, tekanan steam pemanas 172,4 kPa jenuh dan tekanan
ruang uap =11,7 kPa ; U=1560 W/m2K. hitunglah:
a. Rate produk (L) dan rate vapour (V)
b. Rate steam pemanas
c. Steam economy
d. Luas permukaan perpindahan panas
Penyelesaian:
F = 4536 kg/h
xF = 0,2
xL = 0,5
TF = 60C

PS = 172,4 kPa

P1 = 11,7 kPa
U = 1560 W/m2.K
a. Neraca massa:
F =L+V
4536 = L + V ............................................... (1)
Neraca komponen:
Fxf = LxL
4536(0,2) = L(0,5)
L = 1814 kg/h
b. Mencari T1
- titik didih pelarut (air) pada 11,7 kPa = 48,9C (steam tabel)
- dari diagram Duhring untuk NaOH, dengan 50% NaOH dan titik didih air 48,9C
di dapat KTD = 89,5  48,9 = 40,6C
Feed : 20% NaOH hF = 214 kj/kg = 92 Btu/lbm
60C (140F) Fig. H1.x (8.4-3 Gean Koplis)
Produk : 50% NaOH hL = 505 kj/kg = 217 Btu/lbm
89,5C (193F) Fig. H1.x (8.4-3 Gean Koplis)
Vapour : 89,5C Superheated steam tabel = HV = 2667 kj/kg
11,7 kPa
PS = 172,4 kPa = tekanan uap pemanas jenuh
Dari steam tabel didapat:
Suhu saturated = 115,6C
λ = 2214 kj/kg
Neraca entalpi:
F.h F .  S.  L.h L  V.H V
4535(214)  S .2214  1814(505)  2722(2667)
S  3255 kg / h
c. q = S.λ
= 3255 (2214)/3600
=2002 kW
q = U A T
2002 = (1560) A (115,6  89,5)
A = 49,2 m2
V 2722
d. E    0,836
S 3255
B. Multiple Effect Evaporator
1. Forward Feed
Jika feed masuk badan I mendekati titik didih pada tekanan dalam badan I maka 1
kg steam akan menguapkan hampir 1 kg air dan seterusnya sehingga steam
ekonomi akan masuk.

2. Backward Feed
Tipe ini baik untuk feed dingin dan viscous dan jumlah liquida yang dipanaskan
sedikit. pompa digunakan karena fluida mengalir dari tekanan rendah ke tekanan
tinggi. P1>P2>P3 ; titik didih badan I>II>III. Dalam multiple effect evaporator
yang operasinya steady state, flow rate dan rate evaporatorasi masing-masing
badan adalah konstan.
Penurunan suhu:
Asumsi yang sering/umum diambil:
˗ foil panas yang diperiksa pada tiap evaporator dianggap sama
˗ luas perpindahan permukaan panas tiap evaporator dianggap sama
q
 U1T1  U 2 T2  ........U n Tn (2.10)
A
jika KTD diabaikan maka:
1
U1
T1  T j (2.11)
1  1  1  ..... 1
U1 U2 U3 Un
jika KTD diperhitungkan, maka:
  1  KTD1   2  KTD2   ......  n  KTDn  (2.12)

  TS  Tn  KTD (2.13)


C. Kapasitas Multiple Effect Evaporator
Multiple akan menaikkan steam efisiensi (E), tetapi multiple tidak selalu lebih
ekonomi karena dibatasi oleh kapasitas evaporator.
Kapasitas masing-masing evaporator adalah:
q n  U n A n Tn (2.14)
Kapasitas total effect adalah:
q  q1  q2  .....  qn (2.15)

q  U1 A1T1  U 2 A2 T2  .....  U n An Tn (2.16)

Jika diasumsi U adalah sama dari masing-masing effect, maka:


q  UA(T1  T2  .....  Tn  U . A. (2.17)

Dimana:     1  2  ....  Tn  TS  Tn


Single effect:
q = U.A.T (2.18)
Perhitungan Multiple Effect yang akan ditentukan biasanya adalah luas area
permukaan tiap effect.
Yang biasa diketahui adalah:
- Tekanan steam masuk badan I
- Tekanan akhir uap badan akhir
- Kondisi feed dan aliran ke badan I
- Konsentrasi akhir dari liquid meninggalkan effect akhir
- Physical properties : H, Cp dari liquida dan vapour
- U masing-masing badan
- Umumnya A massing-masing effect diasumsi sama
Langkah perhitungan multiple effect evaporator:
1) Tentukan titik didih dan H larutan pada effect akhir berdasarkan tekanan pada
effect akhir dan konsentrasi larutan keluar (akhir)
2) Tentukan jumlah penguapan seluruh sistem dengan overall material balance dan
perkirakan pembagiannya untuk tiap effect. (umumnya dibagi sama dengan trial
pertam). Hitung konsentrasi larutan tiap effect, asumsikan titik didih pelarut dan
cari KTD tiap effect.
3) Tentukan total temperatur drop dan distrbusikan pada tiap effect
4) Dengan neraca panas dan neraca massa tiap effect, hitung kembali penguapan di
tiap effect. jika nilainya jauh beda yang diperkirkan di 2), ulangi step 2) dengan
harga penguapan yang baru didapat.
5) Tentukan nilai A masing-masing
6) Jika A tiap effect tidak sama, hitung kembali temperatur drop.
1 A1 2 A2
1  ; 2 
1
dst (2.19)
Am Am
A1  A2  ....  An
Am  (2.20)
n
7) ulangi langkah 3 dengan harga temperatur drop baru yang didapat dari 6).
Contoh 3 [Example 8.5-1 Christine J. Geankoplis Page 501]:
Triple effect evaporator Forward digunakan untuk mengevaporasi larutan gula
10%berat menjadi 50% berat. KTD= 1,78x + 6,22x2 (C). dimana x adalah fraksi berat
gula dalam larutan. Uap jenuh atau sarturated steam yang digunakan pada 205,5 kPa
dengan suhu jenuh = 121,1 C. Tekanan dalam ruang uap badan III = 13,4 kPa; rate feed
= 22680 kg/h pada 26,7 C; Cp larutan = 4,19  2,35x kj/kgK; panas larutan diabaikan.
Diestimasikan U1 = 3123; U2 = 1987; U3 = 1136 w/m2K. Jika A tiap effect sama, hitung:
A, steam rate yang digunakan, dan E!
1) Start dari effect 3:
Untuk P = 14,3 kPa →Tsat = 51,67C
KTD III = 1,78x + 6,22x2 ; x = 0,5
= 1,78(0,5) + 6,22(0,5)2
= 2,45 C
TIII = 51,67 + 2,45 = 54,12 C
2) Overall material balance untuk mencari Vn dan L3
F+S = c1 + c2 + c3 + V3 + L3
S = c1
c2 = V1
c3 = V2
F = L3 + (V1+V2+V3)
F = 22680
22680 = L3 + (V1+V2+V3)
Neraca komponen:
FxF = L3.x3 + (V1+V2+V3) y
FxF = L3.x3 + (V1+V2+V3) 0
22680 (0,1) = L3 (0,5) + (V1+V2+V3) 0
L3 = 4536 kg/h
V1+V2+V3 = 22680  4536
=18144 kg/h
Asumsi:
V1=V2=V3 = 18144/3
= 6048 kg/h
Material balance masing-masing effect:
1. F = 22680
F = V1 + L1 = 6048 + L1
L1 = 16632 kg/h
2. L1 = 16632
L1 = V2+L2 = 6048 + L2
L2 = 10584 kg/h
3. L2 = 10584
L2 = V3+L3 = 6048 + L3
L3 = 10584 kg/h
Neraca komponen tiap effect:
1. F.xF = L1.x1 + V1 (0)
22680 (0,1) = 16632 (x1)
x1 = 0,136
2. L1.x1 = L2.x2 + V2 (0)
16632(0,136) = 10584 (x2)
x2 = 0,214
3. L2.x2 = L3.x3 + V3 (0)
10584 (0,214) = 4536 (x3)
x3 = 0,5
3) KTD tiap effect
1. KTD1 = 1,78x1 + 6,22x12
= 1,78(0,136) + 6,22(0,136)2
= 0,36C
2. KTD2 = 1,78(0,214) + 6,22(0,214)2
= 0,65C
3. KTD3 =1,78(0,5) + 6,22(0,5)2
= 2,45C
∑∆T = Ts – T3 saturation – (KTD1+KTD2+KTD3)
= 121,1C  51,67 (0,36+0,65+2,45)
= 65,97 C
Rumus:
1 1
U1
T1  T 3123
1  1  1  ..... 1
U n = 65,97 3123  1987  1136
1 1 1
U1 U2 U3

T1  12,40C

Analog = T2  19,5C ; T3  34,07C →  = 65,97


Karena feed dingin masuk effect I, maka effect I perlu panas yang lebih. sehingga
diestimasi pertama untuk menambah T1 dan mengurangi T2 dan T3 secara
proporsional:
T1 = T1 + 3,16 = 12,4 + 3,16 = 15,56 C
T2 = T2 1,16 = 19,5  1,16 = 18,34 C  = 65,97

T3 = T3  2 = 19,5  2 = 32,07 C

Menghitung actual billing point dari larutan tiap-tiap effect:


1. T1 = Ts1  T1 = 121,1  15,56 = 105,54 C

Ts1 = 121,1 C
2. T2 = T1  KTD1  T2 = 105,54  0,36  8,34 = 86,84 C

Ts2 = T1  KTD1 = 105,54  0,36 = 105,18 C


3. T3 = T2  KTD2  T3 = 86,84  0,65  32,07 = 54,12 C

Ts3 = T2  KTD2 = 86,84  0,65 = 86,19 C


Alur Temperatur ketiga effect;

Effect I Effect II Effect III Condensor

Ts1= 121,1 Ts2= 105,18 Ts3 = 86,19 Ts4 = 51,67

T1= 105,54 T2 = 86,84 T3 = 54,12

4) Cp larutan masing-masing step


F → Cp = 4,19  2,35(0,1) = 3,955 kj/kg.K
L1→ Cp = 4,19  2,35(0,136) = 3,869 kj/kg.K
L2→ Cp = 4,19  2,35(0,214) = 3,684 kj/kg.K
L3→ Cp = 4,19  2,35(0,5) = 3,015 kj/kg.K
Entalpi masing-masing alur vapour relative terhadap air pada 0C sebagai datum :
(tabel)
1. T1 = 105,54 C; Ts2= 105,18 C; KTD1 = 0,36 C; Ts1= 121,1 C
H1 = Hs2 (Saturated H pada Ts2) + Cp superheated steam (KTD1)
H1 = 2684 +1,888(0,36)
= 2685 kj/kg
λs1= Hs1 (H pada saturated vapour) – hs1 (H liquid pada Ts1)
= 2708  508
= 2200 kj/kg
2. T2 = 86,84 C; Ts3= 86,19 C; KTD2 = 0,65 C
H2= Hs3 (Saturated H pada Ts3) + Cp superheated steam (KTDII)
H2= 2564 +1,888(0,65)
= 2655 kj/kg
λ2 = H1 hs2 (H liquid pada Ts2)
= 2685  441
= 2244 kj/kg
3. T3 = 54,12 C , Ts4= 51,67 C , KTD3 = 2,45 C
H3 = Hs4 (Saturated H pada Ts3) + Cp superheated steam (KTDIII)
H3 = 2595 +1,888(2,45)
= 2600 kj/kg
λ2 = H2 hs3 (H liquid pada Ts3)
= 2655  361 = 2294 kj/kg
Koreksi superheat diatas relative kecil dan dapat diabaikan, tapi masih digunakan
karena untuk menunjukkan metode perhitungan.
Aliran yang terjadi:
V1 =22680  L1
V2 = L1L2
V2 = L2L2
V3 = 4536
Neraca panas pada masing-masing effect: gunakan 0 C sebagai datum jika H vapour
relative dengan 0 C.
1. F. Cp(TF  0) + S.λs1 = L1. Cp(T10) + V1. H1
22680 (3,955)(26,70) + S(2200) = L1 (3,869)(105,540) + (22680L1)2685
S + 1,035 L1 = 26591,284 (a)
2. L1. Cp(T1  0) + V1.λs2 = L2. Cp(T20) + V2. H2
L1 (3,869)(105,540) + (22680L1)(2244) = L2 (3,684)(86,840) + (L1L2)2655
0,52 L2 - L1 = -11333,27 (b)
3. L2. Cp(T2  0) + V2.λs3 = L3. Cp(T30) + V3. H3
L2 (3,684)(86,840) + (L1L2)(2294) = 4536 (3,015)(54,120) + (L24536)2600
-3381,2 L2 = -37057968,4 (c)
Dari 3 persamaan diatas secara simultan dan subtitusi didapat:
L1 = 17078 kg/h
L2 = 11068 kg/h
L3 = 4536 kg/h
S = 8936 kg/h
V1 = 5602 kg/h
V2 = 6010 kg/h
V3 = 6532 kg/h
Hasil V1, V2, V3 terakhir hampir sama dengan yang diasumsikan, sehingga step 2, 3
dan 4 tidak perlu diulang. jika diulang maka V1, V2, V3 terakhir dipakai sebagai awal
perhitungan di step 2 dan neraca masing-masing effect dapat dibuat.
5) Menghitung q masing-masing effect dan area:
1000
q1  S. S1  8936(2200)  5,460  10 6 W
3600
1000
q 2  S. S2  5602(2244)  3,492  10 6 W
3600
1000
q 3  S. S3  6010(2294)  3,830  10 6 W
3600
q1 5,460  10 6
A1    112,4 m 2
U1 .T1  (3123  15,56)
q2 3,492  10 6
A2    95,8 m 2
U 2 .T2  (1987  1834)
q3 3,830  10 6
A3    105,1 m 2
U 3 .T3  (1136  32,07)
A rata-rata = 104,4 m2
Perbedaan A rata-rata dengan A1, A2, A3 < 10%, sehingga trial kedua tidak perlu jika
beda tersebut >10% maka trial kedua dibuat diawali dengan step 6, metode
perhitungan yang dipakai sebagai berikut:
6) Neraca massa baru dengan:
L1 = 17078
L2 = 11068 untuk mencari x
L3 = 4536
1. F.xF = L1.x1
22680 (0,1) = 17078 (x1)
x1 = 0,133
2. L1.x1 = L2.x2
17078 (0,133) = 11068 (x2)
x2 = 0,205
3. L2.x2 = L3.x3
11068 (0,205) = 4536 (x3)
x3 = 0,5
7) KTD baru masing-masing effect:
KTD = 1,78x1 + 6,22x12
1. KTD1 = 1,78(0,133) + 6,22(0,133)2 = 0,35C
2. KTD2 = 1,78(0,205) + 6,22(0,205)2 = 0,63C
3. KTD3 =1,78(0,5) + 6,22(0,5)2 = 2,45C
  TS  T3saturation  (KTD1  KTD2  KTD3 )

= 121,1C  51,67 (0,33+0,63+2,45) = 66 C


.A
T baru dengan rumus = 1 
Am
1 .A1 15,56(112,4)
1    16,77C
1

Am 104,4
2 .A 2 18,34(95,8)
2    16,86C
1

Am 104,4
3 .A 3 32,07(105,1)
3    32,34C
1

Am 104,4
 = 16,77 + 16,87 + 32,34 = 65,97 C
1 diatas disesuaikan lagi supaya  = 66 C

1 = 16,77 C
1

2 = 16,87 C  = 66 C


1

3 = 32,36 C
1

Menghitung actual billing point dari larutan tiap-tiap effect:


1. T1 = Ts1  T1 = 121,1  16,77 = 104,33 C
1

Ts1= 121,1 C

2. T2 = T1  KTD1  T2 = 104,33  0,35 16,87 = 87,11 C


1

Ts2 = T1  KTD1 = 104,33  0,35 = 103,98 C

3. T3 = T2  KTD2  T3 = 87,11  0,63  32,36 = 54,12 C


1

Ts3 = T2  KTD2 = 87,11  0,63 = 86,48 C


8) Menghitung step 4 dengan Cp liquid = 4,19  2,35x
F = Cp = 4,19  2,35(0,1) = 3,955 kj/kg.K
L1= Cp = 4,19  2,35(0,133) = 3,877 kj/kg.K
L2= Cp = 4,19  2,35(0,205) = 3,708 kj/kg.K
L3= Cp = 4,19  2,35(0,5) = 3,015 kj/kg.K
H baru masing-masing effect:
1. H1 = Hs2 + Cp × KTD1 = 2682 + 1,888 (0,35) = 2683 kj/kg
2. H2 = Hs3 + Cp × KTD2 = 2654 + 1,888 (0,63) = 2655 kj/kg
3. H3 = Hs3 + Cp × KTD3 = 2595 + 1,888 (0,35) = 2600 kj/kg
1. λS1 = Hs1hs1 = 2708  508 = 2200 kj/kg
2. λS2 = H1hs2 = 2683  440 = 2243 kj/kg
3. λS3 = H2hs3 = 2655  362 = 2293 kj/kg
Neraca panas masing-masing effect:
1. F. Cp(TF  0) + S.λs1 = L1. Cp(T10) + V1. H1
22680 (3,955)(26,70) + S(2200) = L1 (3,877)(104,330) + (22680L1)2683
2. L1. Cp(T1  0) + V1.λs2 = L2. Cp(T20) + V2. H2
L1 (3,877)(104,330) + (22680L1)(2243) = L2 (3,708)(87,110) + (L1L2)2655
3. L2. Cp(T2  0) + V2.λs3 = L3. Cp(T30) + V3. H3
L2 (3,708)(87,110) + (L1L2)(2293) = 4536 (3,015)(54,120) + (L24536)2600
Dari 3 persamaan diatas secara simultan dan subtitusi didapat:
L1 = 17005 kg/h
L2 = 10952 kg/h
L3 = 4536 kg/h
S = 8960 kg/h
V1 = 5675 kg/h
V2 = 6053 kg/h
V3 = 6416 kg/h
Nilai-nilai trial II diatas berbeda sedikit dengan trial I, selanjutnya adalah:
9) Menghitung q masing-masing effect dan area:
1000
q1  S. S1  8960(2200)  5,476  10 6 W
3600
1000
q 2  S. S2  5675(2244)  3,539  10 6 W
3600
1000
q 3  S. S3  6053(2294)  3,855  10 6 W
3600
q1 5,476  10 6
A1    104,6 m 2
U1 .T1  (3123  15,56)
q2 3,539  10 6
A2    105,6 m 2
U 2 .T2  (1987  1834)
q3 3,855  10 6
A3    104,9 m 2
U 3 .T3  (1136  32,07)
A rata-rata = 105 m2 mendekati A trial I yaitu = 104,4 m2
Steam Ekonomi:
V1  V2  V3
E
S
5675  6053  6416
E  2,025
8960

3. Temperatur Drop Dan Kapasitas Multiple Effect Evaporator

Jumlah panas yang ditransfer perjam dalam badan I:


q1  U1 A1 T1 (2.21)
1 = beda antara kondensasi uap dan titik didih liquid
1  S  1
(2.22)
Asumsi:
Tidak ada KTD, tiadak ada panas larutan, mengabaikan panas sensible, jika panas
dibadan II dan III adalah analog dan semua sama, maka:
q  U1 A1 T1  U 2 A 2 T2  U 3 A 3 T3
(2.23)
Umumnya luas area tiap badan adalah sama sehingga:
q
 U1 T1  U 2 T2  U 3 T3 (2.24)
A
  1  2  T3  (TS  T1 )  (T1  T2 )  (T2  T3 )  TS  T3 (2.25)

T bersatuan C = K
1
T berbanding terbalik dengan U atau T 
U
1
U1
T1  T  ana log untuk T2 (2.26)
1  1  1
U1 U2 U3
Kapasitas Evaporatororator:
Estimasi kasar kapasitas triple effect evaporatororator adalah:
q  q1  q 2  q 3  U1 A1 T1  U 2 A 2 T2  U 3 A 3 T3 (2.27)
jika dianggap U sama tiap effect, maka:
q  U A (T1  T2  T3 )  U A   U A (TS  T3 ) (2.28)
Perhitungan Multiple Effect Evaporatororator:
Umumnya yang akan dicari adalah:
- A masing-masing
- rate steam (kg/h)
- jumlah uap meninggalkan masing-masing effect, terutama effect akhir
Umumnya yang diketahui adalah:
- P steam effect pertama
- P uap akhir pada effect akhir
- kondisi feed dan flow pada effect pertama
- konsentrasi akhir liquid yang keluar dari effect akhir
- property fisik (H, Cp liquid dan vapour)
- U masing-masing effect
Umumnya A tiap effect diasumsi sama.
Metode pengerjaan diselesaikan dengan:
- Neraca Massa (N.M)
- Neraca Panas (N.P)
- q  U A T tiap effect

Diselesaikan dengan cara trial dan error.


Step-step perhitungan adalah sebagai berikut:
1) Dari konsentrasi outlet dan P effect akhir tentukan titik didih effect akhir (jika ada
KTD, ini dapat ditentukan dari Duhring line)
2) Tentukan total uap dengan N.M. untuk trial pertama anggap V1=V2=V3, dari total
N.M didapatkan L1, L2, L3 .Hitung kosentrasi solid masing-masing effect dengan
neraca solid tiap-tiap effect.
3) Estimasi T1 , T2 , T3 dengan persamaan:

1
Ui
Ti  T
1  1  1
U1 U2 U3

kemudian hitung titik didih masing-masing effect.


4) Dengan N.M dan N.P dalam tiap-tiap effect, hitung jumlah liquid yang teruapkan.
jika jumlah liquid yang teruapkan berbada dengan trial step 2, maka ulangi step 2, 3,
4 dengan nilai tadi.
5) Hitung q yang ditransfer ditiap-tiap effect, dengan q  U A T , hitung

A1  A 2  A 3
A1 , A 2 , A 3 dan hitung A rata-rata = Am  , jika A1 , A 2 , A 3
3
mendekati maka sudah OK dan tidak perlu trial II. Jika A1 , A 2 , A 3 beda jauh maka
trial II sebagai berikut:
6) Nilai-nilai baru = L1 , L 2 , L 3 , V1 , V2 , V3 dihitung dengan N.P dalam step 4 dan
hitung konsentrasi solid baru masing-masing effect dengan Neraca Solid masing-
masing effect.

7) Dapatkan nilai-nilai baru T1 , T2 , T3 dari:


1 1 1

1 A1 2 A 2 3 A 3


1  2  3 
1 1 1

Am ; Am ; Am

jumlah T1  T2  T3 harus sama dengan  awal. “jika ada KTD, gunakan
1 1 1

konsentrasi baru dari step 6 untuk menentukan KTD baru dalam 3 effect yang aka
memberikan  baru hitung lagi 1
1

8) Dari 1 di step 7, ulangi step 4. Biasannya trial cukup 2x


1

Contoh 4 [Example 8.5-1 Christine J. Geankoplis Page 505]:


Triple effect evaporator dipakai untuk memekatkan larutan gula dari 10% ke 50% berat.
KTD dapat diestimasi dengan:
˗ KTD (C) = 1,78x + 6,22x2 atau KTD (F) = 3,2x + 11,2 x2
dimana x = % berat gula dalam larutan.
˗ Steam saturated pada 205,5 kPa dipakai sebagai pemanas (Ts1=121,1C)
˗ Tekanan uap di badan III = 13,4 kPa.
˗ Rate feed = 22680 kg/h, TF = 26,7C
˗ Kapasitas panas larutan Cp= 4,19-2,35x kj/kg.K , panas larutan diabaikan.
˗ koefisien transfer panas U1= 3123, U2= 1987, U3= 1136 W/m2.K
Jika masing-masing effect mempunyai A sama, hitung A, S, E ?
Penyelesaian
1) x3 = 0,5
P3 = 13,4 kPa  Tsat3
= 51,67 (steam table)
KTD3 = 1,78 (0,5) + 6,22 (0,5)2
= 2,45C
T3 = 51,67 + 2,45
= 54,12C
2) Neraca Massa total:
F + S = L3 + (V1 + V2 + V3) + S1
F = L3 + (V1 + V2 + V3)
22680= L3 + (V1 + V2 + V3)
Neraca Komponen:
F. xF = L3 (x3)+ (V1 + V2 + V3) + (0)
22680 (0,1) = L3(0,5)
L3 = 4536 kg/h
V1 + V2 + V3 = 22680  4536
= 18144 kg/h
Asumsi masing-masing effect mempunyai jumlah V yang sama:
V1 = V2 = V3 = 6048 kg/h
Neraca Massa masing-masing badan untuk mencari L1
1. F = V1 + L1  22680 = 6048 + L1  L1 = 16632 kg/h
2. L1 = V2 + L2  16632 = 6048 + L2  L2 = 10584 kg/h
3. L2 = V3 + L3  10584 = 6048 + L3  L3 = 10584 kg/h
Neraca komponen masing-masing badan untuk mencari x1
1. F (xF) = V1(0)+ L1(x1)  22680(0,1) = 16632(x1)  x1 = 0,136
2. L1 (x1) = V2(0)+ L2(x2)  16632(0,136) = 10584(x2)  x2 = 0,214
3. L2 (x2) = V3(0)+ L3(x3)  10584(0,214) = 4536(x3)  x3 = 0,5 (check balance)
3) KTD masing-masing badan:
1. KTD1 = 1,78x1 + 6,22x12 = 1,78(0,136) + 6,22(0,136)2 = 0,36C
2. KTD2 = 1,78(0,214) + 6,22(0,214)2 = 0,65C
3. KTD3 =1,78(0,5) + 6,22(0,5)2 = 2,45C
  TS1  T3saturation  (KTD1  KTD2  KTD3 )
= 121,1C  51,67 (0,36+0,65+2,45) = 65,97 C
Hitung: Ti
1 1
U1 3123
T1  T = 65,97  12,4C
1  1  1 1  1 1
U1 U2 U3 3123 1987 1136

1 1
U2 1987
T2  T = 65,97  19,5C
1  1  1 1  1 1
U1 U2 U3 3123 1987 1136

1 1
U3 1136
T1  T = 65,97  34,07C
1  1  1 1  1 1
U1 U2 U3 3123 1987 1136
Feed masuk badan I pada suhu rendah, sehingga perlu panas lebih di badan I.
Estimasi awal: T1 dinaikkan dan T2 , T3 diturunkan

T1 = 15,56 C  naik 3,16 C


T2 = 18,34 C  turun 1,16 C
T3 = 32,07 C  turun 2 C
Menghitung titik didih actual dari larutan di masing-masing effect:
1. T1 = Ts1  T1 = 121,1  15,56 = 105,54 C
Ts1= 121,1 C (Tsat steam masuk)

2. T2 = T1  KTD1  T2 = 105,54  0,36 18,34 = 86,84 C


Ts2 = T1  KTD1 = 105,54  0,36 = 105,18 C

3. T3 = T2  KTD2  T3 = 86,84  0,65  32,07 = 54,12 C

Ts3 = T2  KTD2 = 86,84  0,65 = 86,19 C


Alur suhu dapat digambar sebagai berikut:
Effect I Effect II Effect III Condensor
Ts1= 121,1 Ts2= 105,18 Ts3 = 86,19 Ts4 = 51,67
T1= 105,54 T2 = 86,84 T3 = 54,12
4) Menghitung Cp masing-masing effect dengan:
F = Cp = 4,19  2,35(0,1) = 3,955 kj/kg.K
L1= Cp = 4,19  2,35(0,136) = 3,869 kj/kg.K
L2= Cp = 4,19  2,35(0,214) = 3,684 kj/kg.K
L3= Cp = 4,19  2,35(0,5) = 3,015 kj/kg.K
Entalpi masing-masing alur vapour relative terhadap air pada 0C sebagai datum :
(tabel)
1. T1 = 105,54 C; Ts2= 105,18 C; KTD1 = 0,36 C; Ts1= 121,1 C
H1 = Hs2 (Saturated H pada Ts2) + Cp superheated steam (KTD1)
H1 = 2684 +1,888(0,36)
= 2685 kj/kg
λs1= Hs1 (H pada saturated vapour) – hs1 (H liquid pada Ts1)
= 2708  508
= 2200 kj/kg
2. T2 = 86,84 C , Ts3= 86,19 C , KTD2 = 0,65 C
H2 = Hs3 (Saturated H pada Ts3) + Cp superheated steam (KTDII)
H2 = 2564 +1,888(0,65)
= 2655 kj/kg
λ2 = H1 hs2 (H liquid pada Ts2)
= 2685  441
= 2244 kj/kg
BAB III
HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI

Pada proses humidifikasi dan dehumidifikasi, terjadi perpindahan materi antara


liquida murni dan gas yang tidak larut dalam liquida.
Perpindahan H2O dari fasa cair ke udara atau air menguap ke udara disebut
dengan proses HUMIDIFIKASI (akan meningkatkan humidity udara), sedangkan
perpindahan uap H2O yang ada di udara kedalam air atau uap air mengembun disebut
sebagai DEHUMIDIFIKASI (memperkecil humidity udara).

1. Definisi Humidity (H)

Definisi Humidity (H) dari campuran udara-uap air adalah kg uap air yang
terkandung dalam 1 kg udara kering.
H merupakan fungsi tekanan parsial uap air dalam udara (PA) dan tekanan udara total
P, dimana P diasumsi = 101,325 kPa = 1 atm = 760 mmHg.
Jika Bm air = 18,02; udara = 28,97; maka H dalam kg H2O/kg udara kering (SI) atau
lb H2O/lb udara kering (british) adalah:
kg H 2 O PA kg mol H 2 O 18,02 kg H 2 O 1
H   
kg udara ker ing P  PA kg mol udara kg mol H 2 O 28,97 kg udara
kg mol udara
18,02 PA
H (3.1)
28,97 P  PA
Udara jenuh
2.
adalah udara dengan uap air yang berkesetimbangan dengan air pada kondisi P dan T
tertentu. Dalam campuran ini tekanan parsial dari uap air dalam campura udara air
adalah sama dengan tekanan uap air (PAS) murni pada suhu tertentu. Sehingga
humidity jenuh (HS) adalah:
18,02 PAS
HS  (3.2)
28,97 P  PAS
Percentage Humidity (Hp)
3.
Percentage Humidity adalah rasio Actual Humidity (H)/Saturation Humidity (HS)
pada suhu dan tekanan yang sama 100, sehingga:
H
H p  100 (3.3)
HS
4. Percentage Relative Humidity (HR)

HR adalah rasio tekanan parsial uap air dalam udara (PA) dan tekanan uap air murni
(PAs) 100, sehingga:
PA
H R  100 (3.4)
PAS
HR ≠ HP
Jika HP di ekspresikan dalam tekanan parsial, maka persamaan (3.1), (3.2), dan (3.3)
dikombinasikan sebagai berikut:
H 18,02 PA
Hp  100  100
HS 28,97 P  PA
18,02 PAs P P  PAs
 A (100) (3.5)
28,97 P  PAs PAs P  PA
Contoh 1 [Example 9.3-1 Christine J. Geankoplis Page 526]:
Udara dalam sebuah ruangan pada 26,7 ºC (80 ºF) dan tekanan 101,325 kPa
mengandung uap air dengan tekanan parsial PA = 2,76 kPa. Hitung:
a. Humidity (H)
b. Saturated Humidity (HS) dan Percentage Humidity (HP)
c. Percentage Relative Humidity (HR)
Jawab:
Pada 26,7 C → Tekanan uap air PAs = 3,5 kPa (0,507 psia) → Steam table
18,02 PA 18,02 2,76 kg H 2 O
a. H = = = 0,01742
28,97 P  PA 28,97 102,325  2,76 kg udara

18,02 PAs 18,02 3,5 kg H 2 O


b. HS = = = 0,02226
28,97 P  PAs 28,97 102,325  3,5 kg udara
H 18,02 0,01742
Hp = 100 = 100 = 78,3%
HS 28,97 0,02226

PA 2,76
c. HR= 100 = 100 = 78,9%
PAs 3,5
5. Dew Point campuran udara-uap air

Dew Point adalah suhu dimana campuran udara uap air menjadi jenuh. Sebagai
contoh pada 26,7 C tekanan uap jenuh dari air = PAs = 3,5 kPa. Artinya Dew Point
campuran yang mengandung uap air mempunyai tekanan parsial 3,5 kPa adalah 26,7
C. Jika campuran udara-uap air berada pada suhu 37,8 C dan PA = 3,5 kPa, maka
campuran tidak dapat menjadi jenuh

6. Humidity Heat (cS)

Humidity Heat adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu satuan
massa udara kering ditambah uap air yang tekandung dengan kenaikan suhu sebesar
satu satuan derajad suhu. Kapasitas panas udara dan uap air dapat diasumsi konstan
untuk range suhu tertentu, biasanya adalah 1,005 kJ/kg udara kering.K; 1,88 kJ/kg
uap air.K; sehingga:
cS kJ/kg udara kering.K = 1,005 + 1,88 H (SI) (3.6)
cS BTU/lbm udara kering F = 0,24 + 0,45 (British) (3.6)

7. Humidity Volume dari campuran udara-uap air (VH)

Humidity Volume adalah volume total (m3) dari 1 kg kering + uap pada tekanan
101,325 kPa (1 atm) dan pada suhu tertentu. Dengan gas ideal:
3 22,41  1 1 
VH m = TK   H
kg udara ker ing 273  28,97 18,02 
= (2,83  10 3  4,56  10 3 H )TK (3.7)
3 359  1 1 
VH ft = TR  H
lbm udara ker ing 492  28,97 18,02 

= (0,0252  0,0405 H )TR (3.7)


Untuk campuran udara jenuh-uap air: H = HS dan VH adalah volume jenuh.

8. Entalpi Total dari campuran udara-uap air: (Hy)


Entalpi total dari 1 kg udara + uap airnya adalah Hy, J/kg udara kering. Jika T0 adalah
suhu datum untuk kedua komponen, entalpi total adalah panas sensibel dari
campuran udara-uap air + panas latent (λ0) uap air pada T0 , λ0 dalam J/kg uap air.
Hy kJ/kg udara kering = Cs (T – T0) + Hλ0
= (1,005 + 1,88 H)(T – T0, C) + Hλ0 (3.8)
Hy BTU/lbm udara kering = (0,24 + 0,45 H)(T – T0, F) + Hλ0 (3.8)
Jika entalpi total merjer pada suhu dasar T0 = 0C (32 F), maka:
Hy kJ/kg udara kering = (1,005 + 1,88 H)(T,C – T0) + 2501,4 H (SI) (3.9)
Hy BTU/lbm udara kering = (0,24 + 0,45 H)(T,F – 32) + 1075,4 H (British) (3.9)

9. Diagram Humidity untuk campuran udara-uap air

Diagram humidity udara-uap air pada 1 atm merupakan plot antara Suhu, Humidity,
dan Percentage Humidity. Suhu adalah suhu dry-bulb yaitu suhu campuran udara-
uap air.
 kurva 100% menunjukkan % humidity = 100% sebagai fungsi suhu atau (HS vs T)
Pada contoh 1), pada 26,7 C, HS terhitung = 0,02226 , dengan diagram, plot kedua
kondisi ini maka akan didapat % humidity =100%. Kurva-kurva dengan percentage <
100% adalah kurva-kurva HP.
Contoh 2 [Example 9.3-2 Christine J. Geankoplis Page 528]:
Udara pada 60 C dan Dew Point 26,7 C masuk ke pengering. Dengan diagram
humidity, Tentukan: Actual Humidity (H), Percentage Humidity (HP), Humidity Heat
(CS), dan Humidity volume (VH).
Jawab: Pada dew point 26,7 C berarti campuran adalah 100% jenuh. Dari 26,7C tarik
keatas memotong garis humidity 100%, tarik ke kanan terbaca H = 0,0225 kg H2O/kg
udara kering = Actual Humidity udara pada 60C atau, pada 60C plot dengan H =
0,0225 maka titik potong tersebut jika diturunkan suhunya sampai 100% Humidity,
maka didapatkan suhu 26,7 C.
H = 0,0225 dengan T = 60 C → didapat Hp = 14%
cS = 1,005 + 1,88 (H) = 1,005 + 1,88 (0,0225
= 1,047 kJ/kg udara kering.K
VH = (2,83 × 10-3 + 4,56 × 10-3H)
= (2,83 × 10-3 + 4,56 × 10-3×0,0225)
= 0,977 m3/kg udara kering.
10. Suhu Jenuh Adiabatis

Dalam saturator udara-uap air adiabatis : campuram udara-uap air masuk ke saturator
dan kontak dengan spray air, maka gas yang meningggalkan saturator mempunyai
suhu dan H yang berbeda dan proses terjadi secara adiabatis. air yang turun kebawah
di resirkulasi dengan penambahan make up air.

Ts = suhu jenuh adiabatis = suhu steady state.


Jika T dan H bukan kondisi jenuh, maka Ts < T.
Jika kontak gas inlet dengan water spray cukup untuk membawa gas dan cairan
menjadi setimbang, maka gas outlet pada Ts dengan Hs.
Neraca Entalpi
Cs(T-Ts) + H λs = Cs(Ts-Ts) + Hs λs (3.10)
H  HS C 1,005  1,88 H
 S  (SI )
T  TS S S
(3.11)
H  HS C 0,24  0,45 H
 S  (British)
T  TS S S
Dalam diagram Humidity, persamaan 3.11 membaca garis-garis adiabatis saturation
line (garis jenuh adiabatis) yang melalui Hs dan Ts pada kurva jenuh 100% dan titik-
titik lainnya pada H dan T. disebut juga garis adiabatic humidification.
Contoh 3 [Example 9.3-3 Christine J. Geankoplis Page 531]:
Aliran udara pada 87,8 C mempunyai H = 0,0 kg H2O/kg udara kering kontak dengan
air dalam saturator sehingga HP menjadi 100% jenuh.
a) Berapa H dan T akhir?
b) Untuk 100% jenuh, Berapa H dan T nya?
Jawab:
Plot: T = 87,8 C dan H = 0,03 → perpotongannya diikuti
a) Garis adiabatic saturation line sampai memotong HP = 90%. Turun kebawah terbaca
T = 42,5 C dan H = 0,05
b) Teruskan garis tersebut sampai memotong 100% jenuh, baca T = 40,5 C dan H =
0,0505
11. Suhu Wet Bulp

Suhu jenuh adiabatis adalah suhu yang dicapai ketika sejumlah air dengan volume
yang besar dikontakkan dengan gas masuk. Suhu wet bulb adalah suhu steady state
non equilibrium yang dicapai ketika air dengan volume kecil dikontakkan dengan
aliran gas kontinu pada kondisi adiabatis. Jika jumlah liquid kecil, suhu dan H dari
gas tidak berubah, hal ini berlawanan dengan kasus jenuh adiabatis dimanan suhu
dan H gas akan berubah.
Metode untuk mengukur suhu wet bulb adalah termometer yang dicover dengan kain
yang selalu basah karena air, dan dicelupkan dalam aliran uap air-udara yang
mempunyai suhu T dan H.
Pada keadaan steady state, air menguap dan kain + air didinginkan menjadi Tw
(tetap).
Panas laten evaporasi akan setimbang dengan panas konveksi yang mengalir dari
aliran gas pada T ke konveksi dengan suhu < Tw.
Neraca panas kain dengan suhu datum Tw dengan sejumlah panas hilang karena
evaporasi dan mengabaikan perubahan panas sensibel dari liquida yang terevaporasi
dan radiasi, maka:
q = µA NA λW.A (3.12)
Dimana:
µA : Berat mol H2O
NA : kg mol H2O terevaporasi/s.m2 atau lbmol/j.ft2
A : luas permukaan, m2 ata ft2
λW : panas laten penguapan pada Tw, kj/kg H2O atau Btu/lb H2O
q : kW = kj/s atau Btu/j
k' y
NA = ( yW  y)  ky( yW  y) (3.13)
 BM
Dimana:
ky : koefisien transfer massa, kg.mol/s.m2
BM : mol transfer udara log mean inert
yW : mol transfer uap air dalam gas pada permukaan
y : mol transfer gas
Untuk campuran dilution →  BM  1 dan k' y  ky
Hubungan H dan y
H
NA
y = (3.14)
1 H

B A
Dimana:
μA : Bm H2O
μB : Bm udara
H. B
Jika H nilainya kecil, maka: y  (3.15)
A
Subtitusi 3.15 ke 3.13 dan hasilnya disubtitusi ke 3.12, maka:
q = μB ky λw (Hw – H) A (3.16)
Rate transfer panas konveksi dari semua gas dari T ke Tw adalah:
q = h (T-Tw) A (3.17)
Jika h = koefisien transfer panas dalam kW/m2.K atau Btu/j.ft2.F, persamaan (3.16)
dan (3.17) diatur kembali menjadi:
h
H  HW  B .ky
 (3.18)
T  TW W
Contoh 4 [Example 9.3-4 Christine J. Geankoplis Page 532]:
Campuran uap air-udara dengan suhu dry bulb T = 60 C melewati alat ukur wet bulb
temperatur sehingga dicapai suhu wet bulb Tw = 29,5 C. Berapa H campuran?
Jawab:
Tw = 29,5 C dapat diasumsi sama sebagai suhu saturasi adiabatis (TS). Dengan
mengikuti kurva saturasi adiabatis dari 29,5 C hingga mencapai dry bulb pada 60 C,
didapat H = 0,0135 kg H2O/kg udara kering.

12. Peralatan Humidifikasi

a. Cooling Tower
Prinsip: Liquida panas dikontakkan dengan udara tidak jenuh sehingga terjadi
perpindahan panas dan sebagian liquida akan menguap, dan suhu liquida turun.
Ada beberapa metode:
˗ Natural draft/atmosferik
˗ Force draft : udara sengaja dikontakkan dengan liquida panas dengan
menggunakan fan
˗ Counter Current Induced Draft : arah dua fluida berlawanan.
b. Humidifier
Humidifier adalah untuk menaikkan humidity gas/udara. Liquida di spraykan pada
udara tidak jenuh dan hangat sehingga panas sensibel dan perpindahan massa
terjadi secara adiabatis seperti pada saturator adiabatis.
c. Dehumidifier
Dehumidifier adalah alat untuk menurunkan humidity udara. Udara dengan
humidity tinggi dapat diturunkan humiditinya dengan cara dikontakkan dengan
liquida dingin. Suhu udara diturunkan sampai dibawah dew point sehingga uap air
dalam udara akan mengembun yang mengakibatkan humidity udara turun.
13. Mekanisme Humidifier dan Dehumidifier: (interaksi udara-liquida)
a. Adiabatik Humidifier:
Laju perpindahan panas laten dari liquida ke udara = pepindahan panas sensibel
dari udara ke liquida. Tidak ada gradient suhu dalam fase liquid, Ty > Tinterface
supaya panas sensibel mengalir ke interface dan Hi > H supaya terjadi penguapan
liquid ke udara.
b. Dehumidifier
H > Hi supaya gas mengalir ke interface karena Ti dan Hi untuk gas jenuh, maka
Ty harus > Ti, jika < Ti maka gas akan lewat jenuh dengan uap. Interface
menerima panas sensibel dan panas laten dari gas yang di transfer ke liquida
sehinga terjadi gradient suhu dalam fase liquid.
c. Cooling Tower
Dalam counter current cooling tower keadaan tergantung pada apakah suhu gas
dibawah atau diatas Ti Jika Tgas < Ti → terjadi pada bagian atas cooling tower.
Liquida didinginkan karena perpindahan panas sensibel sehingga transfer panas
dari liquida ke gas. Jika Tgas > Ti ( terjadi pada bagian bawah cooling tower)
karena liquida didinginkan, maka suhu liquida (Tx) harus > Ti . Terjadi aliran
panas latent dari interface ke gas, disini suhu liquid rendah, suhu interface rendah
dan suhu interface akan lebih rendah daripada suhu udara.

14. Design Counter Current Cooling Tower.

Neraca entalpi untuk tower dengan tinggi dZ:


GydHy = d(GxHx) (3.19a)
Dimana:
Hx : Total entalpi liquid
Hy : Total entalpi gas
a. Mass velocity dari udara bebas uap air (Gy)
Suhu Tya
Humidity Ha
Entalpi Hya
b. Mass velocity dari liquida (air) (Gxa)
Suhu Txa
c. Mass velocity dari udara bebas uap air (Gy)
Suhu T
Humidity Hb
Entalpi Hxb
d. Mass velocity dari liquida (air) (GxL)
Suhu Txb
Rate perpindahan panas dari liquida ke interface
d(GxHx) = hx (Tx – Ti) aH dZ (3.19)
dimana:
hx : koefisien transfer panas dari liquida ke interface
aH: luas permukaan perpindahan panas per satuan volume tower
Rate perpindahan panas dari interface ke gas
Gx cS = hy (Ti – Ty) aH Dz (3.20)
Rate perpindahan panas uap air dari interface ke gas atau udara
GydH = ky MB (Hi – H) aM dZ (3.21)
Dengan mengabaikan perubahan Gx (Gx konstan) dan entalpi liquid =
Hx = CL (Tx – T0) (3.22)
dimana:
CL : panas spesifik liquid
T0 : suhu reference untuk perhitungan entalpi
maka:
d(Gxhx) = GxdHx = GxCLdTx (3.23)
Subtitusi d(GxHx) dari persamaan (3.13) ke (3.19) maka:
GxCLdTx = hx (Tx – Ti) aM dZ (3.24)
Atau,
dTx hx a H
 dZ (3.25)
Tx  Ti Gx  C L
Dari persamaan (3.20), persamaan (3.25) dapat ditulis sebagai:
dTy hy a H
 dZ (3.26)
Ti  Ty Cs  Gy1
Persamaan (3.21) dapar ditulis:
dH ky M B a M
 dZ (3.27)
Hi  H Gy1
Dari persamaan (18), persamaan (23) dapat ditulis sebagai
dHy Gx C L
 dZ (3.28)
dTx Gy1
Persamaan (3.28) adalah persamaan garis operasi.
Penurunan persamaan : Persamaan (3.21) dikalikan dengan λ0 dan kemudian
tambahkan dengan persamaan (3.20):
Gy (cS dTy + λ0 dH) = λ0 ky MB (Hi –H) aM + hy (Ti – Ty) aH (3.29)
Jika packing dalam kolom terbasahi sempurna oleh liquid maka:
am = aH = a
Jika perubahan cS dengan H diabaikan (cS konstan) maka persamaan (3.8) sesudah
diferensiasi menjadi:
dHy = cS dTy + λ0 dH (3.30)
Persamaan (3.30), dHy dapat disubtitusi ke sayap kiri persamaan (3.29) sehingga:
GydHy = λ0 ky MB (Hi – H) am + hy (Ti – Ty) aH dZ (3.31)
Untuk sistem udara-air : hy dapat dieliminir dari persamaan (3.31) dengan
menggunakan hubungan Lewis, yaitu persamaan:
hy
 Cs → Lewis
M B ky
sehingga:
GydHy = ky MB am (λ0 Hi – cST) – (λ0 dH* + cSTy) (3.32)
Hi adalah entalpi udara pada interface yaitu:
Hi = λ0 Hi + Cs (Ti – T0) (3.33)
Dari difinisi Hi tersebut dan persamaan (3.8), maka suhu dibawah tanda kurung pada
persamaan (3.32) adalah Hi – Hy, maka (3.32) menjadi:
Cy dHy = ky MB am (Hi – Hy) dZ (3.34)
Atau:
dHy ky M B a M
 (3.35)
Hi  Hy Gy1
Persamaan (3.35) adalah persamaan untuk menghitug tinggi packing dari Coolong
Tower dari persamaan (19a) dan (19) didapat:
GydHy = hx (Tx – Ti) aH dZ (3.36)
Eliminasi dZ dari persamaan (35) dan Persamaan (36) dan dengan menggunakan
persamaan hubungan Lewis, maka:
Hi  Hy hx hx Cs
  (3.37)
Ti  Tx ky M B hy
Persamaan (37) dipakai untuk menentukan slope dari Tie Line. jika persamaan (26)
dibagi dengan persamaan (35), maka:
dTy /( Ti  Ty) hy
 (3.38)
dHy /( hi  Hy) ky M B Cs
hy / ky
Dari persamaan hubungan Lewis:  1 , maka persamaan (3.38) menjadi:
M B Cs

dTy Ti  Ty
 (3.39)
dHy Hi  Hy
Persamaan (39) untuk menentukan suhu udara keluar tower.
Contoh 5 :
Air dengan rate 10000 gal/jam didinginkan dari 130 F ke 90 F didalam Forced draft
cooling tower pada keadaan …. sehingga Hty (height of transfer unit) = 1,75 ft. Udara
masuk dari dasar tower dengan suhu dry bulb 75 F dan suhu wet bulb 70 F. Berapa
tinggi tower jika rate udara 1,32 rate minimum. Tahanan perpindahan panas pada fase
liquid diabaikan
Jawab:
Data dari Perry edisi 5 tabel 12.1 (kesetimbangan)
t, F Hy, Btu/lb t, F Hy, Btu/lb
70 34,09 100 71,73
75 38,61 105 81,34
80 43,69 110 92,34
85 49,43 115 104,98
90 55,93 120 119,54
95 65,32 125 136,4
Dari data diatas gambar garis kesetimbangan.
Entalpi udara masuk = entalpi udara jenuh pada 70 F = 34,09 Btu/lb.
Rate udara minimum didapat dari menarik garis lurus yang menyinggung kurva
kesetimbangan mulai dari titik (90 F, 34,09 Btu/lb). Didapat slope = 2,8 Btu/lb.F.

10000 gal  8,33 Btu


jam gal .F lb
Maka rate udara minimum =  29800
2,8 Btu jam
lb.F
Rate udara = 1,32 × rate udara minimum
= 1,32 × 29800 = 39300 lb/jam
10000  8,33
Maka: Hya = 34,09 + (130  90) = 118,77 BTU/lb
39300
Hubungkan titik (90 F, 34,09 Btu/lb) dengan titik (130 F; 118,77 Btu/lb), maka garis
ini adalah garis operasi.
hx Cs
slope tie line = 
hy
Karena tahan panas dalam fase liquid diabaikan, hx = 1, sehingga slope tie line adalah
Cs
sama dengan  .
hy
Jumlah transfer unit entalpi (Nty) dihitung dari:
Hya dHy
Nty =  Hyb   Hi  Hy ()

Integral di atas dapat dihitung dengan cara numeric dengan simpson sebagai berikut:
1 1
tx1F Hx1 BTU/lb Hi1 BTU/lb y y
Hi  Hy Hi  Hy
90 34,09 55,93 0,045788 1 0,045788
100 55,28 71,75 0,060716 4 0,242866
110 78,43 92,34 0,071891 2 0,143781
120 97,6 119,54 0,045579 4 0,182315
130 118,77 155,9 0,026932 1 0,026932
0,641683
118, 77
dHy (118,77  34,09)(0,641683)

34, 09
Hi  Hy
=
(3)(4)
= 4,52814

Maka tinggi tower:


ZT = Hty = 1,75 × 4,52814
= 7,924 ft
BAB IV
PENGERINGAN
Pengeringan (drying) adalah proses pemindahan zat cair dari zat padat basah ke
dalam fase gas tidak jenuh.
Atmosphere
(compactment)
Batch dryer
Bahan berupa Vacuum
sheet / massa yang tray
diangkut dengan
conveyor/tray Continous
Tunnel
dryer
Standard
Rotary rotary
dryer
Roto-louvre
Turbo
Bahan berupa dryer
granular / bahan
yang tidak kompak Conveyor
dryer

Filter dryer

Klasifikasi Cylinder
Dryer Bahan berupa
berdasarkan continous
jenis bahan sheet Festoon
dryer

Bahan pasta Atmosphere


Agitator
dan sludge /
dryer
cooking kristal Vacuum

Atmosphere
Drum dryer
Bahan dalam
Vacuum
bentuk larutan
Spray dryer

Infrared
radiation
Bahan dengan Dielectric
metode khusus heating
Vaporizatio
n dari es
Penghilangan uap air dari gas juga disebut drying.persamaan-persamaan dalam
proses humidifikasi dan dehumidifikasi juga digunakan dalam proses pengeringan.
Pengeringan diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan yang dikeringkan seperti
padat, granular, pasta, larutan, slurry, dan sebagainya. Selain berdasarkan jenis bahan,
juga berdasarkan pada apakah proses pengeringan dengan pengadukan atau apakah
proses pengeringan berjalan secara bacth atau continue. Pengering juga dibedakan
berdasarkan media pengeringan, apakah langsung dipanaskan dengan flue gas (udara
panas yang dihembuskan) atau melalui perantara panas dari dinding logam.
Berikut adalah gambar macam-macam alat pengeringan:
1. Rate Kurva Pengeringan Untuk Kondisi Pengeringan Konstan

Data dari percobaan pengeringan secara batch biasanya di dapat sebagai W total dari
wet solid (padat basah) yaitu padat kering ditambah moisture pada waktu yang
berbeda (t) selama periode pengeringan. Data ini dapat dikonversi menjadi data rate
pengeringan sebagai berikut:
Pertama data dihitung ulang, jika W adalah berat wet solid dalam kg total air
ditambah dry solid dan Ws adalah berat dari dry solid dalam kg, maka:
W  Ws kg total air
xt = (4.1)
Ws kg total dry solid
Untuk kondisi pengeringan konstan yang diketahui, moisture content equilibrium x*,
kg moisture equilibrium atau kg dry solid adalah ditentukan. Kemudian moisture
content bebas x dalam kg free water atau kg dry solid dihitung untuk mengetahui
nilai xt:
x = xt – x* (4.2)
Dengan data yang dihitung dalam persamaan (), plot free moisture content (x) vs
waktu (t) dibuat seperti grafik berikut.
Untuk ,endapatkan kurva rate pengeringan, dari plot gambar dicari slope sehingga
dx
diperoleh pada nilai t yang diberikan. Rate R kemudian dihitung untuk tiap-tiap
dt
poin dengan:
Ls dx
R =  (4.3)
A dt
Dimana:
R : rate pengeringan dalam kgH2O/m2h atau lbmH2O/ft2h
Ls : kg dry solid
A : luas permukaan pengeringan (m2)
Gambar (a) pada figure (5.9-1) digunakan untuk menentukan R, nilai Ls/A yang
dipakai adalah 21,5 kg/m2. Sedangkan gambar (b) figure (5.9-1) merupakan kurva
rate pengeringan didapat dengan plot R vs moisture content.
Cara lain untuk mendapatkan rate kurva pengeringan adalah, pertama mencari weight
loss (∆x) untuk waktu (∆t).
Misalnya jika:
x1 = 0,35 pada t1 = 1,68 jam
x2 = 0,25 pada t2 = 2,04 jam
x 0,35  0,352
=
t 2,04  1,68
Kemudian dengan persamaan () dan Ls/A = 21,5 kg/m2, maka:
Ls dx 0,35  0,352
R =  = 21,5 kg/m2 ×
A dt 2,04  1,68
= 1,493
Rate ini adalah nilai rata-rata selama periode 1,68 samapai 2,04 jam dan harus di plot
0,35  0,352
pada konsentrasi rata-rata x = = 0,338.
2
Gambar b figure (5.9-1) menunjukkan perilaku rate pengeringan untuk kondisi
pengeringan konstan pada t = 0, free moisture content mula-mula ditunjukkan
sebagai titik A. Pada kondisi awal padatan biasanya pada suhu lebih dingin dari suhu
ultimate dan rate evaporasi akan naik. Akhirnya pada titik B suhu permukaan naik
menjadi nilai kesetimbangan. Sebagai alternative, jika padatan cukup panas pada
keadaan awalnya, rate mungkin dimulai pada titik A’. Fase penyesuaian unsteady
state mula-mula ini biasanya cukup singkat dan sering diabaikan dalam analisa
waktu pengeringan.
Dari titik B ke C dalam gambar a figure (5.9-1) garisnya adalah lurus dan slope seta
rate adalah konstan selama periode ini. Rate ini juga terlihat konstan pada garis B-C
di gambar b figure (5.9-1).
Pada titik C di gambar a dan b figure (5.9-1) rate pengeringan mulai menurun dalam
periode falling rate sampai mencapai titik D. dalam gambar b figure (5.9-1) alur C-D
terlihat linier.
Pada titik D rate pengeringannya turun dengan cepat sampai mencapai E dimana
moisture content setimbang yaitu x* dan x = x*-x* = 0.

2. Pengeringan Dalam Periode Rate Konstan

Pengeringan dari padatan yang berbeda dibawah kondisi konstanta yang beda sering
memberikan kurva-kurva dengan bentuk yang berbeda dalam periode falling ratenya.
Secara umum dua porsi utama dari kurva rate pengeringan periode konstan dan
periode falling rate akan tersedia. Dalam periode pengeringan rate konstan,
permukaan padat mula-mula sangat basah dan lapisan air secara continue terjadi pada
atas permukaan pengeringan. Air ini secara keseluruhan tidak mengikat air. Rate
penguapan dibawah kodisi udara yang ada tidak tergantung pada padatan dan rate
yang sama didapat dari permukaan liquida yang besar. Permukaan padatan yang
kasar menyebabkan rate lebih cepat daripada permukaan yang halus atau rata. Untuk
padatan yang berpori, hamper semua air dievaporasi dalam periode rate konstan.
periode ini hanya terjadi sepanjang air supply ke permukaan sama capat dengan
evaporasi.

3. Pengeringan Dalam Periode Falling Rate

Titik C dalam gambar b figure (5.9-1) merupakan titik pada moisture content kritis
bebas (xc). Pada titik ini tidak cukup air tersedia dipermukaan untuk menjaga agar
film air tetap ada dipermukaan. Seluruh permukaan sekarang tidak lama akan basah
dan area yang basah makin menurun pada periode falling rate pertama ini sampai
akhirnya semua kering pada titik D.periode falling rate kedua dimulai pada titik D
ketika semua permukaan kering. Tahap evaporasi surut secara perlahan dari
permukaan panas untuk evaporasi ditransver melalui padatan menuju zona
vaporisasi. Air yang teruapkan berpindah melalui padatan ke aliran udara. Jumlah
moisture yang dipindah dalam periode falling rate relative kecil tetapi membutuhkan
waktu yang lama. Dapat dilihat pada gambar a figure (5.9-1) periode BC untuk
pengeringan rate konstan terakhir adalah sekitar 3 jam dan mengurangi x dari 0,4
menjadi 0,19 atau pengurangan 0,21 kgH2O/kg dry solid. Periode falling rate CE
terakhir adalah sekitar 9 jam dan mengurangi x hanya dari 0,19 menjadi 0.

4. Gerakan Atau Perpindahan Moisture Dalam Solid Selama Pengeringan Dalam

Periode Falling Rate

Ketika pengeringan terjadi karena evaporasi moisture dari permukaan solid moisture
content bergerak dari kedalaman solid ke permukaan solid. Mekanisme perpindahan
atau gerakan mempengaruhi pengeringan selama periode rate konstan dan periode
falling rate. Beberapa teori menjelaskan hal tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a. Teori difusi liquida
Dalam teori ini difusi moisture content terjadi ketika ada beda konsentrasi atara
permukaan dan bagian dalam solid. Metode ini biasanya didapat dalam solid non-
porous dimana larutan fase tunggal terbentuk dengan moisture content seperti
pada pasta, sabun, gelatin, dan lem. Juga didapatkan pada pengeringan moisture
content dari tanah liat, tepung, kayu, kulit, kertas, kanji, dan kain.
Pengeringan produk makanan gerakan air dalam periode falling rate juga terjadi
karena difusi.
Bentuk kurva distribusi moisture content dalam solid pada waktu tertentu secara
kualitatif adalah konsisten terhadap persamaan difusi unsteady state yang
diberikan dalam prinsip transfer massa secara convective yang unsteady (chapter
7). Difusivitas moisture content (DAB) biasanya menurun dengan penurunan
moisture content sehingga difusivitas biasanya adalah nilai rata-rata dari range
konsentrasi yang digunakan. Bentuk kurva difusi terkontrol dalam periode falling
rate adalah seperti gambar berikut.

Jika konstanta rate pengeringan awal cukup cepat, maka periode falling rate
pertama dari evaporasi permukaan unsaturated mungkin tidak terjadi. Jika
konstanta rate pengeringan cukup rendah maka daerah evaporasi permukaan
unsaturated biasanya terletak pada daerah CD pada gambar b figure (5.9-1) dan
kurva diffuse terkontrol ada di daerah DE.
b. Gerakan kapiler dalam padat berpori
Ketika granular dan solid berpori seperti tanah liat, pasir, tanah,pigmen cat, dan
mineral dikeringkan, maka moisture content yang tidak terikat bergerak melalui
kapiler dan ruang kosong dari solid dengan cara gerakan kapiler tidak dengan cara
difusi. Mekanisme ini termasuk surfacetention yang mirip dengan gerakan minyak
dalam kain lampu.
Solid berpori terdiri dari pori-pori yang saling berhubungan dengan ukuran pori-
pori yang bervariasi. Pada permukaan periode falling rate di titik C dalam gambar
b figure (5.9-1), air dibawa ke permukaan karena gerakan kapiler, tetapi lapisan
permukaan air mulai surut ke bawah permukaan. Udara akan mengisi ruang
kosong. Saat air secara kontinu dipindahkan, suatu titik akan tercapai dimana
tidak cukup air untuk tetap mengisi pori dan rate pengeringan turun tiba-tiba pada
awal periode falling rate yang kedua pada titik D.
c. Pengaruh shrinkage
Faktor yang sering berpengaruh besar pada rate pengeringan adalah mengkerutnya
solid ketika moisture content dipindahkan. Solid yang rigid tidak mengalami
pengkerutan yang berarti tetapi untuk material kolodial dan fibrous seperti
sayuran dan bahan pangan lainnya mudah berkerut. Efek yang paling serius
adalah adanya lapisan keras dipermukaan yang akan memperlambat proses
pengeringan lanjut. Contohnya tanah liat dan sabun. Dalam banyak bahan pangan,
jika pengeringan terjadi pada suhu yang terlalu tinggi, lapisan keras akan menutup
cell dan akan saling menutup permukaan, hal ini akan menghambat migrasi
moisture content yang disebut sebagai case hardening. Pengkerutan juga
berakibat perubahan struktur material. Untuk menghindari pengkerutan,
pengeringan dapat dilakukan dengan udara lembab (moisture air). Ini akan
menurunkan rate dari pengeringan sehingga rate hardening dapat dikurangi.

5. Metode Perhitungan Untuk Periode Pengeringan Rate Constant

a. Metode menggunakan kurva pengeringan dari eksperimen


Faktor yang paling penting dalam proses pengeringan adalah lama waktu yang
diperlukan untuk mengeringan material dari free moisture content (x1) ke moisture
content akhir (x2). Untuk pengeringan dengan periode rate konstan, dapat
diestimasikan waktu yang diperlukan dengan menggunakan kurva pengeringan
dari eksperimen secara batch atau dengan prediksi eksperimen mass transfer and
heat transfer.
b. Metode kurva pengeringan
Untuk estimasi waktu pengeringan metode yang paling baik adalah berdasarkan
pada data percobaan yang didapat dibawah kondisi dimana material feed,
permukaan area relative yang terekspose, kecepatan gas, suhu, dan humidity
secara esensial sama pada akhir dryer, dan waktu yang diperlukan untuk periode
rate konstan dapat ditentukan secara langsung dari kurva pengeringan dari free
moisture content vs waktu.
c. Metode kurva rate pengeringan untuk periode rate konstan
Dari persamaan () dapat diatur ulang dan diintegrasi dengan interval waktu, dari
x1 pada t1=0 ke x2 pada t2=t
t 2 t x
Ls 1 dx
t   dt 
A x2 R
(3.4)
t1  0

Jika pengeringan dengan periode rate konstan sehingga x1 dan x2 lebih besar dari
moisture content kritis (xc) dan R = konstan = Rc, maka integrasi persamaan (3.3)
menjadi:
Ls
t ( x1  x2 ) (3.4)
ARc
Contoh 1 [Example 9.6-1 Christine J. Geankoplis Page 541]:
Solid dengan kurva pengeringan yang diberikan dalam gambar (a) pada figure (5.9-1)
akan dikeringkan dari free moisture content x1 = 0,38 kg H2O/kg dry solid menjadi x2 =
0,25 kg H2O/kg dry solid. Estimasikan berapa waktu yang diperlukan!
Penyelesaian:
Dari gambar (a) pada figure (5.9-1) untuk x1 = 0,38 kg H2O/kg dry solid waktu terbaca
1,28 jam (t1) dan untuk x2 = 0,25 kg H2O/kg dry solid waktu terbaca 3,08 jam (t2).
Sehingga:
∆t = t2 – t1
= 3,08 – 1,28 = 1,8 jam
Contoh 2 [Example 9.6-2 Christine J. Geankoplis Page 541]:
Ulangi contoh tetapi gunakan persamaan () dan gambar (b) pada figure (5.9-1).
Penyelesaian:
Nilai 21,5 kg/m2 untuk Ls/A digunakan dalam gambar (a) pada figure (5.9-1). Diperoleh
Rc = 1,51 kg H2O/m2h, substitusikan ke persamaan ()
Ls 21,5
t ( x1  x 2 )  (0,38  0,25)  1,85h
ARc 1,51

Anda mungkin juga menyukai