Anda di halaman 1dari 6

ADSORPSI MENGGUNAKAN GRANULAR ACTIVATED CARBON (GAC) DALAM KOLOM FIXED BED

oleh Hillman Wira (2010620002)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2012

Ada banyak metode yang dapat diaplikasikan dalam proses pengolahan limbah air , salah satunya dengan metode adsorpsi menggunakan Granular Activated Carbon (GAC) dengan kolom fixed bed. Ada dua tipe kolom fixed bed berdasarkan alirannya, yaitu: Downflow fixed bed Downflow fixed merupakan tipe kolom yang umum digunakan dalam adsorpsi proses pengolahan air limbah. Bentuk bed yang diam di dasar kolom memberikan fungsi lain selain sebagai adsorber, juga sebagai filter bagi partikel partikel tertentu yang terbawa aliran air limbah.

Upflow fixed bed (expander bed) Bila aliran mampu menaikkan karbon aktif hingga 10% dari ketinggian kolom, maka masuk dalam kategori expander bed. Upflow fixed bed jamak digunakan bila aliran air limbah yang masuk mengandung banyak fraksi partikel yang tersuspensi.

Ukuran partikel karbon aktif yang umum digunakan dalam adsorpsi fixed bed berkisar 0,42,5 mm. Ukuran partikel yang kecil bertujuan untuk meminimalkan loss dari adsorpsi partikel

selama operasi berlangsung. Ukuran partikel karbon aktif berbanding terbalik dengan pressure drop. Semakin besar ukuran partikel carbon, nilai pressure drop semakin kecil. Hal ini terlihat dalam persamaan : Ergun : [ ( )
( )

](

(aliran turbulen)

Fair-Hatch :

(aliran laminar)

Selain berbanding terbalik terhadap pressure drop, ukuran partikel karbon aktif juga berbanding terbalik dengan nilai transfer massa dari pollutant yang berdifusi dalam partikel karbon. Hal ini terlihat dalam persamaan :

Dalam perancangan kolom fixed bed untuk adsorpsi , beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya : 1. Penentuan kapasitas total kolom adsorpsi. 2. Penentuan kedalaman dari zona adsorpsi. 3. Penentuan titik breakpoint, serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai breakpoint. Kapasitas total kolom adsorpsi dapat diketahui lewat persamaan : ( dimana S = column cross sectional area L = tinggi packing = void fraction = nilai q yang ekuilibrium dengan Co = densitas nyata solid )

Penentuan kedalaman zona adsorpsi dan titik breakpoint dapat diketahui lewat pendekatan melalui model model tertentu, yaitu :

Simplified method for estimation of fixed bed adsorption performance Metode ini menganut asumsi : o Konsentrasi pollutant dalam limbah cair dari kolom meningkat secara linear seiring bertambahnya waktu hingga mencapai breakpoint (CB). o Pada titik breakpoint rata rata konsentrasi larutan dalam bed sekitar 50% (dalam fraksi mol). o Laju alir input air limbah ke dalam kolom dianggap konstan dan sama dengan nilai Q. Neraca massa pollutant pada titik breakpoint : ( )

dimana M = massa kumulatif dari pollutant yang teradsorp pada breakpoint B = massa carbon pada bed = , dan

Sementara waktu yang diperlukan untuk mencapai breakthrough dapat diketahui lewat persamaan :

Design of adsorption columns based on capacity of adsorption zone (Mass Transfer Model) Metode ini mengasumsikan zona adsorpsi memiliki bentuk yang konstan dan proses adsorpsi dikendalikan oleh transfer massa disekitar pellet karbon aktif.

Fraksi Pollutant yang dibuang dalam zona adsorpsi

Ketika konsentrasi effluent (aliran buangan) telah mencapai breakpoint (CB), air limbah yang masuk ke kolom dibuang hingga konsentrasi effluent sama dengan exhaustion point (CE). ( )

Jika zona adsorpsi tidak terjadi pada akhir kolom, persamaannya menjadi ( )

Kapasitas fraksi pollutan buangan pada akhir kolom ( f ) dapat diketahui lewat persamaan ( ( ) )

Jika nilai f = 1, zona adsorpsi di akhir kolom telah jenuh ( tak mampu lagi mengadsorp pollutant). Hal ini umum terjadi karena kecepatan input air limbah yang masuk ke kolom sangat tinggi. Akibatnya panjang (length) zona adsorpsi sangat pendek sehingga waktu waktu tempuhnya sangat singkat.

Jika nilai f = 0, zona adsorpsi di akhir kolom masih fresh ( kemampuan mengadsorp sangat baik). Hal ini jamak terjadi karena kecepatan input air limbah sangat lambat. Karena kecepatannya yang lambat, carbon aktif tidak jenuh secara layer by layer , namun secara gradual. Akibatnya waktu tempuh yang diperlukan sangat lama (zona adsorpsi terlalu panjang).

Penentuan waktu tempuh zona adsorpsi ( )

dimana tF = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai zona adsorpsi tA = rentang waktu tempuh dari awal hingga akhir zona adsorpsi

Design of adsorption columns based on Bed Depth Service Time (BDST) Method (Surface Reaction Model)

Metode ini dilakukan berdasarkan experimental data.

Waktu breakpoint kolom adsorpsi : ( )

dimana tF = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai zona adsorpsi tL = rentang waktu tempuh dari zona adsorpsi hingga akhir kolom tA = waktu yang dibutuhkan untuk menempuh zona adsorpsi

dimana UW merupakan kecepatan dari gelombang adsorpsi. Kedua persamaan tsb digabungkan menjadi ( ) ( )

Persamaan tsb menunjukkan bahwa breakpoint time (tB) berbanding lurus dengan panjang kolom (L) (terhubung secara linear).

Anda mungkin juga menyukai