Anda di halaman 1dari 8

Teori Dasar Kurvatur Momen Beton Bertulang

Laboratorium Rekayasa Struktur, Institut Teknologi Bandung 13 Agustus 2013

Contents
1 Pengantar 2 Material 2.1 Beton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.1.1 Model Tegangan-Regangan Hognestad . . . . . . . . . 2.1.2 Model Tegangan-Regangan Popovics . . . . . . . . . . 2.1.3 Kuat Tarik Beton Model Raphael . . . . . . . . . . . . 2.1.4 Kuat Tarik Beton Model Oluokun . . . . . . . . . . . . 2.1.5 Kuat Tarik Beton Model British Code (BS 8007:1987) 2.2 Baja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2.1 Model Tegangan-Regangan Ramberg-Osgood . . . . . . 2.2.2 Model Tegangan-Regangan Elasto-Plastis . . . . . . . . 2.2.3 Regangan Ultimit Baja . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 Kurvatur Momen 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 6 6 7

. . . . . . . . . .

. . . . . . . . . .

. . . . . . . . . .

. . . . . . . . . .

. . . . . . . . . .

. . . . . . . . . .

. . . . . . . . . .

Pengantar

Beton bertulang adalah salah satu jenis material yang umum dipakai dalam struktur bangunan. Dalam proses desain elemen struktur yang menggunakan beton bertulang, pengecekan kekuatan beton dilakukan terhadap beban desain yang akan diterimanya. Selain faktor kekuatan, daktilitas beton bertulanzg perlu diperiksa untuk memastikan beton bertulang memiliki kemampuan lebih terutama ketika menerima beban gempa. Untuk material beton ataupun baja, daktilitas masing-masing material bisa dicek dengan melihat kurva tegangan-regangan yang terbentuk melalui tes aksial. Namun, untuk material beton-bertulang, tidak akan bisa didapatkan sebuah kurva yang menggambarkan tegangan-regangan material komposit secara bersama-sama. Beton ataupun baja pada material beton-bertulang, akan memiliki nilai tegangan-regangan yang nilainya berbeda satu sama lain. Meskipun, kurva tegangan-regangan untuk masing-masing material bisa dibuat ke dalam 2 buah kurva yang berbeda, namun tidak akan bisa menggambarkan daktilitas yang terbentuk. Grak kurvatur momen adalah salah satu indikator yang bisa dipakai untuk mengecek daktilitas sebuah struktur beton bertulang. Denisi dari kurvatur momen adalah besarnya rotasi yang terjadi pada elemen struktur ketika menerima momen lentur. Grak kurvatur momen menampilkan besarnya momen lentur dan besarnya rotasi yang terjadi. Oleh karena itu, kurvatur momen lebih sering dipakai untuk mengecek struktur elemen balok.

Material

Untuk mendapatkan grak kurvatur momen, diperlukan model yang menggambarkan karakteristik beton dan baja. Sub bab di bawah ini membahas beberapa model yang dipakai dalam software untuk menghitung tegangan regangan masing-masing material. Untuk saat ini, beberapa variabel ditentukan langsung melalui program dan tidak bisa diganti oleh user.

2.1

Beton

Untuk bisa menghasilkan grak momen-kurvatur, diperlukan beberapa model estimasi yang akan dipakai oleh program. Model yang dibutuhkan adalah model tegangan-regangan beton dan estimasi kuat tarik beton. Ada beberapa model yang bisa dipakai untuk memodelkan hubungan kurva teganganregangan dan estimasi kuat tarik pada beton. Beberapa diantaranya yang dipakai dalam software Kurvatur Momen diberikan pada sub bab berikut. 2.1.1 Model Tegangan-Regangan Hognestad

Model Hognestad diberikan dalam bentuk persamaan berikut: c = fc c 2c co co


2

dengan c adalah tegangan beton (MPa) fc adalah kuat aksial tekan beton (MPa) E adalah modulus elastisitas beton (MPa) c adalah regangan beton co adalah regangan beton pada saat retak Tegangan Regangan model Hognestad

Tegangan

Regangan Gambar 1: Model tegangan-regangan Hognestad

Persamaan di atas berlaku untuk kurva hingga kuat ultimit beton. Setelah itu, model akan membentuk sebuah garis lurus sampai regangan ultimit tercapai (0.003) dan kekuatan beton turun hingga 0.85fc . Grak kurva persamaan Hognestad diberikan pada Gambar 1. 2.1.2 Model Tegangan-Regangan Popovics

Model diusulkan oleh Popovics [1] merupakan modikasi dari persamaan Hognestad [2]. Modikasi dilakukan dengan memodikasi nilai fc menjadi 0.85fc dan nilai co menjadi 0.002: c 2 2c c = 0.85fc 0.002 0.002 Tegangan Regangan model Popovics

Tegangan

Regangan Gambar 2: Model tegangan-regangan Popovics

2.1.3

Kuat Tarik Beton Model Raphael

Kekuatan tarik beton dihitung dengan menggunakan persamaan yang diajukan oleh Raphael [3] sebagai fungsi dari kuat tekan beton: fct = 0.3(fc )2/3 dengan fct adalah kuat tarik beton (MPa) fc adalah kuat tekan beton (MPa) 2.1.4 Kuat Tarik Beton Model Oluokun fct = 0.2(fc )0.7 dengan fct adalah kuat tarik beton (MPa) fc adalah kuat tekan beton (MPa) 5

Persamaan kuat tarik beton model Oluokun [4] diberikan dalam persamaan:

2.1.5

Kuat Tarik Beton Model British Code (BS 8007:1987)

Persamaan kuat tarik beton berdasarkan peraturan British Code (1987) diberikan dalam persamaan: fct = 0.12(fc )0.7 dengan fct adalah kuat tarik beton (MPa) fc adalah kuat tekan beton (MPa)

2.2

Baja

Untuk memodelkan kurva tegangan-regangan baja, digunakan beberapa model berikut. 2.2.1 Model Tegangan-Regangan Ramberg-Osgood

Model Ramber-Osgood [5] sebenarnya tidak ditujukan khusus untuk memodelkan baja dan bisa dipakai untuk berbagai macam material. Persamaan ini dimodikasi sesuai kebutuhan agar mendekati kurva tegangan-regangan baja yang sering dipakai untuk struktur. Model Ramberg-Osgood diberikan dalam bentuk berikut: n s = + K E E Pada suku di sebelah kiri, /E , berperan dalam menentukan nilai kurva pada zona elastis, sedangkan suku di sebelah kanan, K (/E )n , berperan dalam menentukan nilai regangan pada zona plastis. Nilai K dan n adalah konstanta sesuai dengan sifat material. Dengan menggunakan nilai = K (0 /E )n1 , maka diperoleh persamaan yang lebih spesik: 0 s n s + s = Es Es 0 dengan s adalah regangan baja s adalah tegangan baja (MPa) 0 = y adalah kuat tarik baja (MPa) Es adalah modulus elastisitas baja (MPa) Nilai (0 /Es ) diambil sebesar 0.002 atau 0.2% sebagai nilai kompensasi dalam menentukan tegangan leleh baja. Nilai n diambil sebesar 17,5. Regangan ultimit baja, su , diambil sebesar 0,2. 2.2.2 Model Tegangan-Regangan Elasto-Plastis

Model elasto plastis adalah model yang meyederhanakan kurva plastis menjadi garis linear yang sama besarnya dengan tegangan leleh. Contoh model ini digambarkan dalam Gambar 3. 2.2.3 Regangan Ultimit Baja

Regangan ultimit baja ditetapkan sebesar 0.2 dan belum ada opsi untuk bisa mengganti nilai ini pada program. 6

Tegangan Regangan model Elasto-Plastis

Tegangan

Regangan Gambar 3: Model tegangan-regangan Elastoplastis

Kurvatur Momen

Grak kurvatur-momen dihitung dengan cara trial-error dengan konsep tegangan-regangan dan analisis block-stress. Pada salah satu sisi serat terluar pada beton bertulang diberi regangan negatif (mengalami tekan) mulai dari nol hingga struktur keseluruhan mengalami keruntuhan. Dengan menggunakan regangan tekan ini dan dengan letak sumbu netral yang berbeda-beda, nilai regangan pada sisi serat di seberangya (mengalami tarik) dicari dengan konsep ekivalensi regangan. Trial-error untuk mencari sumbu netral berhenti jika kesetimbangan C = T terjadi. Kondisi perulangan ini dilakukan untuk berbagai regangan tekan yang berbeda-beda. Untuk masing-masing kondisi pada saat setimbang, nilai momen dan kurvatur dicari dan disimpan untuk kemudian diplot ke dalam sebuah kurva. Kondisi runtuh merupakan kondisi di mana program akan berhenti menghitung nilai kurvatur-momen. Kondisi ini terjadi apabila salah satu kondisi di bawah ini terpenuhi: Pada saat regangan beton melebihi regangan ultimitnya, c cu Pada saat regangan baja melebihi regangan ultimitnya, s su Grak kurvatur momen dibuat dengan memperhatikan beberapa kondisi yang dialami oleh beton bertulang: Mengikutsertakan kekuatan tarik yang diberikan oleh beton hingga mencapai kuat tarik ultimit Sumbu netral dihitung dengan menggunakan hubungan regangan pada daerah tariktekan Regangan baja dan beton dianggap sama pada setiap elevasi penampang yang sama Tegangan beton dihitung dengan menggunakan analisis block-stress dan dengan menggunakan metode luasan tegangan Whitney [6]. 7

References
[1] Sandor Popovics. A numerical approach to the complete stress-strain curve of concrete. Cement and Concrete Research, 3(5):583 599, 1973. [2] E. Hognestad, N.W. Hanson, D. McHenry, Portland Cement Association. Research, and Development Laboratories. Concrete Stress Distribution in Ultimate Strength Design. Bulletin. Portland Cement Association, Research and Development Laboratories, 1955. [3] Raphael J. Tensile strength of concrete. In ACI Material Journal (Proceedings), volume 81, 1984. [4] Francis Oluokun. Prediction of concrete tensile strength from its compressive strength: an evaluation of existing relations for normal weight concrete. In ACI Material Journal (Proceedings), volume 88, 1991. [5] W. Ramberg, W.R. Osgood, and United States. National Advisory Committee for Aeronautics. Description of Stress-strain Curves by Three Parameters. National Advisory Committee for Aeronautics. National Advisory Committee for Aeronautics, 1947. [6] Charles S. Whitney. Design of reinforced concrete members under exure or combined exure and direct compression. In ACI Material Journal (Proceedings), volume 33, 1937.

Anda mungkin juga menyukai